Anda di halaman 1dari 11

1.

Ketrampilan Klinik Asuhan Keperawatan Klien dengan Sirkumsisi


a. Deskripsi singkat materi
Pada praktikum ini, mahasiswa akan mempraktikkan tindakan keperawatan pada klien sirkumsisi dan
perawatan setelah sirkumsisi
Tujuan
a) Tujuan Umum:
Setelah mengikuti kegiatan praktikum selama 2 x 120 menit, mahasiswa mampu melakukan tindakan
sirkusmsisi dan perwatan setelah sirkumsisi
b) Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu memahami konsep sirkumsisi dan perwatan setelah sirkumsisis
2) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian kontraindikasi sirkumsisi
3) Mahasiswa mampu menentukan indikasi fimosis
4) Mahasiswa mampu melakukan tindakan sirkumsisi

b. Konsep teori atau prinsip dasar yang menjadi landasan praktikum


a. Pengertian
Sirkumsisi sendiri adalah membuang prepusium penis sehingga glans penis menjadi
terbuka.Tindakan ini merupakan tindakan bedah minor yang paling banyak dikerjakan di seluruh
dunia, baik dikerjakan oleh dokter, paramedis, ataupun oleh dukun sunat (Purnomo, 2003).
b. Manfaat Sirkumsisi (AAP, 2010)
a. Membuat penis menjadi lebih bersih
b. Mengurangi resiko terkena HIV
c. Mengurangi resiko terkena karsinoma penis
d. Mengurangi resiko terjadinya kanker prostat
c. Indikasi Medis dilakukan Sirkumsisi (Hutcheson, 2004) :
a. Fimosis.
Dimana preputium tidak dapat ditarik ke proximal karena lengket dengan gland penis
diakibatkan oleh smegma yang terkumpul diantaranya.
b. Parafimosis.
Dimana preputium yang telah ditarik ke proximal, tidak dapat dikembalikan lagi ke
distal.Akibatnya dapat terjadi udem pada kulit preputium yang menjepit, kemudian terjadi
iskemi pada glands penis akibat jepitan itu. Lama kelamaan glands penis dapat nekrosis. Pada
kasus parafimosis, tindakan sirkumsisi harus segera dilakukan.
c. Balanitis
Balanitis merupakan penyakit peradangan pada ujung penis.Kebanyakan kasus balanitis
terjadi pada pria yang tidak melakukan sirkumsisi dan mereka yang tidak menjaga kebersihan
alat vital.
d. Kondiloma Akuminata
Kondiloma akuminata merupakan suatu lesi pre kanker pada penis yang diakibatkan oleh HPV
(human papiloma virus).Karsinoma sel squamosa pada preputium penis, namun dilaporkan
terjadi rekurensi local pada 22-50% kasus.

d. Kontra Indikasi dilakukan Sirkumsisi :


a. Hipospadia
Hipospadia merupakan kelainan konginetal muara uretra eksterna.Kelainan berada di ventral
penis mulai dari glans penis sampai perineum. Hipospadia terjadi karena kegagalan atau
kelambatan penyatuan lipatan uretra di garis tengah selama perkembangan embriologi (Baskin
LS.& Ebbers MB., 2006).
b. Epispadia
Epispadia adalah kelainan kongenital dimana meatus uretra terletak pada permukaan dorsal
penis.Normalnya, meatus terletak di ujung penis, namun nak laki-laki dengan epispadia,
meatus terletak di atas penis.Insiden epispadia yang lengkap sekitar 1 dalam 120.000 laki-
laki.Perbaikan dengan pembedahan dilakukan untuk memperluas uretra ke arah glans penis.
Preputium digunakan dalam proses rekonstruksi, sehingga bayi baru lahir dengan epispadia
tidak boleh di sirkumsisi (Price, SA & Wilson, LM., 2006 ).
c. Kelainan Hemostasis
Kelainan hemostasis merupakan kelainan yang berhubungan dengan jumlah dan fungsi
trombosit, faktor-faktor pembekuan, dan vaskuler. Jika salah satu terdapat kelainan
dikhawatirkan akan terjadi perdarahan yang sulit diatasi selama atau setelah sirkumsisi.
Kelinan tersebut adalah hemophilia, trombositopenia dan penyakit kelainan hemostasis
lainnya (Seno, 2012).

e. Metode Sirkumsisi
Berbagai metode telah ditemukan untuk melakukan sirkumsisi.Hal ini dikarenakan kemampuan
ahli sunat yang terlibat pada masa tersebut. Metode sirkumsisi diklasifikasikan menjadi 3
kelompok, namun juga dilakukan kombinasi dari 3 kelompok tersebut (Ahmed & Mungadi, 2013):
a. Metode Dorsumsisi
Metode dorsumsisi biasa dikombinasikan dengan teknik sirkumsisi lainnya maupun digunakan
sendiri tanpa teknik sirkumsisi lainnya, terutama apabila didapatkan inflamasi akut.Dorsumsisi
mencegah terjadinya fimosis dan parafimosis.Pada metode ini, preputium dibebaskan dari
perlengketan dengan glans penis. Dengan bantuan forcep arteri yang dijepitkan pada jam 11
dan jam 1, kemudian dilakukan pemotongan pada jam 12 pada kedua layer dari preputium
hingga beberapa milimeter dari korona glans penis. Secara kosmetik, hasil pemotongan dengan
teknik dorsumsisi apabila dikombinasikan dengan teknik eksisi lebih baik dibandingkan hanya
dilakukan teknik dorsumsisi (Weiss et al, 2007).
b. Metode Penjepitan Dalam metode ini, sebuah pelindung yang terbuat dari logam diletakkan di
atas preputium segera setelah preputium ditarik ke arah 10 distal glans penis.Kemudian
menggunakan pisau bedah, dilakukan pemotongan preputium di bagian distal dari pelindung
logam.Bagian glans penis terlindung oleh logam dan frenulum tidak dilakukan eksisi.Lalu
dilakukan eksisi untuk bagian dalam dari preputium yang belum terpotong untuk memastikan
glans penis terekspos secara sempurna setelah penyembuhan.Metode ini memastikan
perlindungan pada bagian glans penis.Metode ini dikombinasi dengan teknik dorsumsisi
maupun teknik Guillotine. Beberapa alat yang digunakan untuk teknik ini antara lain Mogen
clamp, Plastibell, Gomco, Tara clamp, Smart clamp, Prepex (Morris dan Eley, 2011).
c. Metode Guillotine Pada metode ini, preputium ditarik ke arah proksimal hingga glans penis
terlihat.Kemudian dilakukan insisi secara melingkar di sekitar bagian shaft penis menyisakan
beberapa milimeter dari korona glans penis. Preputium kemudian dikembalikan ke arah distal
menutup glans penis, lalu kembali dilakukan insisi melingkar di sekitar bagian shaft penis pada
posisi yang sama dengan sebelumnya. Pemotongan secara longitudinal dibuat antara kedua
potongan melingkar dan kulit yang terpotong dibuang kemudian dilakukan penjahitan.Bagian
glans penis dan frenulum kurang aman sehingga perlu perhatian pada saat melakukan teknik
ini.Terdapat modifikasi dalam penggunaan metode ini yaitu dengan bantuan forcep arteri
untuk menekan preputium sebelum eksisi.Hal ini dilakukan untuk mengurangi komplikasi dari
metode ini, yakni risiko pemotongan glans penis (Mulia & Adiputra, 2013). Pemotongan
sirkumsisi selain menggunakan pisau bedah, dapat dilakukan dengan menggunakan alat seperti
electrocautery, flash cutter. Hal ini dilakukan agar hasil tepi dari tempat pemotongan lebih rapi
dan presisi. Metode electrocautery dan flash cutter menggunakan logam yang sangat tipis dan
diregangkan menyerupai benang logam yang dipanaskan. Pada electrocautery panas
dihasilkan dari energi listrik sedangkan flash cutter mendapatkanpanas dari energi kimia
baterai. Kedua alat ini dapat mengurangi perdarahan saat dilakukan pemotongan preputium
(Ahmed & Mungadi, 2013).
f. Komplikasi Sirkumsisi
a. Perdarahan
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah perdarahan. Perdarahan terjadi pada 1,07%-
3,33% kasus komplikasi dari sirkumsisi. Perdarahan yang terjadi disebabkan oleh tidak
sempurnanya hemostasis.Hemostasis yang tidak sempurna dapat terjadi karena terdapat
pembuluh darah yang tidak terkait, adanya rembesan yang tidak diketahui, maupun adanya
kelainan pembekuan darah (hemofilia).Sebagian besar perdarahan bersifat ringan.Perdarahan
dapat diatasi dengan tindakan penekanan atau pengikatan pembuluh darah (Syamsir, 2014).
b. Infeksi
Infeksi pada sirkumsisi disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumonia,
dan Staphylococcus epidermidis.Infeksi terjadi akibat kurang terjaganya kebersihan dan
perawatan pasca sirkumsisi yang baik.Sebagian besar infeksi bersifat ringan atau sedang dan
terlokasi.Infeksi dapat diobati dengan pemberian antibiotik (Syamsir, 2014).
c. Pemotongan Kulit yang Berlebihan
Hal ini terjadi karena penarikan prepusium yang terlalu panjang.Penarikan pada prepusium
yang dikatakan berlebih apabila telah melebih glans penis.Pada akhirnya kulit batang penis
hilang setelah pemotongan (Syamsir, 2014).
d. Fimosis
Selain merupakan indikasi dilakukannya sirkumsisi, fimosis juga dapat menjadi komplikasi
dari sirkumsisi.Fimosis yang terjadi dalam komplikasi sirkumsisi terjadi karena pemotongan
prepusium yang terlalu sedikit.Hal ini memicu terbentuknya jaringan fibrotik pada saat fase
penyembuhan.Akibatnya gangguan ereksi dapat terjadi pada kemudian hari (Syamsir, 2014).
e. Trauma Penis
Yang termasuk trauma pada penis akibat sirkumsisi antara lain pemotongan prepusium yang
terlalu banyak, terpotongnya glans penis, hingga corpus penis yang ikut terpotong (Syamsir,
2014).
f. Metal Stenosis
Metal stenosis adalah ukuran dari orifisium uretra yang mengecil. Metal stenosis sering terjadi
pada anak yang disirkumsisi dibandingkan anak yang tidak disirkumsisi. Metal stenosis
bermula dari adanya metal ulserasi (Syamsir, 2014).
g. Jembatan Kulit (Skin Bridge) Jembatan kulit adalah terbentuknya hubungan antara kulit
batang penis dengan corona glandis.Komplikasi ini terjadi pada sirkumsisi neonatus (Syamsir,
2014).
h. Komplikasi Anestesi. Cairan anestesi yang masuk sampai ke corpus cavernosum dapat
menimbulkan disfungsi ereksi (Syamsir, 2014).
i. Mortalitas.Kematian pada sirkumsisi sering disebabkan karena penggunaan anestesi
umum.Anestesi umum pada sirkumsisi seharusnya digunakan secara selektif. Reaksi
anafilaksis dapat dihindari dengan tidak menggunakan prokain (Syamsir, 2014)
g. Perawatan Sirkumsisi
a. Segera Minum Analgesik .Daerah penis sering terasa nyeri setelah dilakukan sirkumsisi.Rasa
nyeri mulai muncul ketika obat bius telah habis masa kerjanya.Oleh karena itu dianjurkan
untuk minum obat analgesik.Obat analgetik yang biasa digunakan adalah parasetamol,
antalgin, asam mefenamat, asam asetilsalisilat (Silvignanam, 2014).
b. Menjaga Kebersihan Daerah Penis.Prinsipnya adalah menjaga agar daerah sekitar penis tetap
bersih dan kering.Bila pasien selesai buang air kecil, ujung lubang penis dibersihkan
secukupnya secara perlahan.Usahakan air tidak mengenai luka sirkumsisi.Gunakan celana
yang longgar untuk menghindari gesekan (Cairns, 2007).
c. Batasi Aktivitas Untuk menghindari pembengkakan yang berlebihan pada luka, istirahat yang
cukup dalam beberapa hari sangat diperlukan.Jika harus berjalan, seperlunya saja.Terlebih
dahulu untuk tidak melakukan aktivitas yang berlebihan seperti berlari-lari atau melompat-
lompat (Morris et al, 2012).
d. Kontrol dan Rawat Luka.Pergantian perban dapat dilakukan setiap 2-3 hari tergantung pada
perkembangan luka sirkumsisi.Pergantian perban dapat dilakukan sendiri di rumah maupun
dengan bantuan dokter.Lakukan kontrol rutin ke dokter yang melakukan sirkumsisi pada hari
ketiga dan kelima sampai hari ketujuh.Perban dapat dilepas setelah luka sirkumsisi sudah
benar-benar kering (Morris et al, 2012).
e. Nutrisi yang Cukup.Nutrisi yang baik adalah nutrisi yang cukup, tidak lebih dan tidak
kurang.Dalam hal ini, nutrisi untuk memenuhi status gizi seseorang dapat dilihat dari Indeks
Massa Tubuh.Dari penelitian ditemukan bahwa seseorang yang mengalami malnutrisi berisiko
mengalami penyembuhan luka yang kurang baik.Zat gizi baik makro maupun mikro berperan
dalam penyembuhan luka (Said et al, 2016).Zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan
lemak sangat berperan dalam penyembuhan luka.Protein memiliki peran sangat penting pada
seluruh fase penyembuhan luka.Mulai dari pembentukan leukosit, fagosit, makrofag untuk
memulai respon inflamasi. Asam amino dalam protein juga berperan dalam neovaskularisasi,
proliferasi fibroblas, sintesis kolagen, dan remodeling luka. Pasien trauma atau bedah
membutuhkan protein lebih banyak. Pada bedah minor mungkin tidak meningkatkan
kebutuhan protein secara signifikan, namun jika pasien telah mengalami malnutrisi akan
berdampak pada penyembuhan luka. Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang
digunakan untuk menghasilkan ATP (Adenosin Tri Phospat) di tingkat seluler saat proses
angiogenesis dan deposisi jaringan baru. Lemak juga dibutuhkan dalam bentuk asam lemak
(linoleat dan arakidonat) untuk sintesis prostaglandin. Prostaglandin memegang peran penting
dalam metabolisme seluler dan proses inflamasi dengan cara meningkatkan permeabilitas
vaskular (Said et al, 2016)
Daftar Pustaka
American Academy of Pediatric, 2010, Circumcision, Available from: http://www.aap.com
[Accessed 12 December 2016].
Hermana, A, 2000. Teknik Khitan Panduan Lengkap, Sistematis dan Praktis, Cetakan Pertama,
Penerbit : Widya Medika, Jakarta.
Purnomo, B, 2003. Dasar-dasar Urologi, Edisi Kedua, Penerbit : Sagung Seto, Jakarta.
World Health Organization, 2007. Male circumcision: global trends and determinants of prevalence,
safety and acceptability, Available from : http://www.who.intl
Pakpakah. Deborah Anasthasia. 2013. Profil Kanker Penis Di Laboratorium Patologi Anatomi
RSUP H. Adam Malik Periode 2008- 2011. Skripsi. USU
Hana, A, 2010. Mengenal 7 Metode Sunat/Khitan (Sirkumsisi). Available from:
http://www.kaahil.wordpress.com
STANDARD OPERATING PROCEDURE
SIRKUMSISI METODE DORSUMSISI
Alat dan Bahan
a. Gunting Jaringan dengan Ujung tumpul
b. Pinset anatomis
c. Klem lurus 3 buah
d. Kelm Bengkok 1 buah
e. Nedle Holder 1 buah
f. Jarum Cutting (jahit)
g. Benang cut gut palin
h. Bak Instrumen
i. Duk Lubang Steril
j. Kasa steril
k. Spuit 3 cc
l. Plester
m. Sarung Tangan Bersih
n. Sarung tangan steril
o. Lidocain 2%
p. Alkohol 70%
q. Betadine
r. Trifamycetin zalf
s. Tempat sampah

SKOR
NO TINDAKAN (1: Ya, BOBOT NILAI
0: Tidak)
TAHAP PRE INTERAKSI
1 Cek dokumentasi
2 Cuci tangan 1
3 Siapkan alat bahan
TAHAP ORIENTASI
1 Salam terapeutik
2 Memperkenalkan nama perawat
3 Menanyakan nama panggilan kesukaan
pasien
4 Menjelaskan tanggung jawab perawat
dan pasien
2
5 Melakukan pengkajian kelayakan
prakhitan ( kontraindikasi khitan:
Hypospadia/epispadia, kelainan
hemostasis/pembekuan
darah,DM,riwayat penyait menular,
riwayat alergi obat).
TAHAP KERJA
1 Cuci tangan, siapkan alat dan bahan,
gunakan sarung tangan bersih
2 Isi spuit 3 cc dengan lidocain 2%
3 Gunakan sarung tangan steril
4 Lakukan disinfeksi di lapanag operasi
menggunakan betadin
5 Tutup daerah oprasi dengan duk steril 3
berlubang
6 Lakukan anastesi local dengan lidocain
2%, tunggu bebrapa saat sampai penis
sudah terbius dengan cara mejepit
preputium menggunakan klem
7 Lakukan dilatasi pada preputium
SKOR
NO TINDAKAN (1: Ya, BOBOT NILAI
0: Tidak)
dengan klem sehingga preputium dapat
di tarik ke proksimal.
8 Preputium dibebaskan dari
perlekatannyadengan gland penis
9 Bersihkan smegma dan kotoraln lain
dengan kasa steril
10 Tandai batas insisi dengan menjepit
kulit preputium dengan klem
11 Preputium di jepit klem pada arah jam
11, 1 dan jam 6 di tarik ke distal
12 Preputium diinsisi pada jam 12 diantara
jepitan klem dengan menggunakan
gunting kearah sulcus coronarius,
sisakan mukosa kulit secukupnya dari
bagian distal sulcus pasang tali kendali

13 Pindahkan klem (dari jam 1 dan 11 ) ke


ujung distal sayatan (jam 12 dan
12’)Insisi meingkar kekiri dan kekanan
dengan arah serong menuju frenulum di
distal penis (pada frenulum insisi dibuat
agak meruncing (huruf V), buat tali
kendali )
14 Buat tali kendali pada jam 3 dan 9
15 Gunting dan rapikan kelebihan mukosa
16 Rawat perdarahan yang
terjadi.Perawatan perdarahan di
lakukan dengan mencari sumber
perdarahan dengan menghapus daerah
luka dengan menggunakan kasa, bila di
dapatkan sumber perdarahan segera di
jepit dengan klem/pean arteri
kecil.Tarik klem, ligasi dengan
mengikat jaringan sumber perdarahan
dengan catgut.Potong ikatan sependek
mungkin. Cari seluruh sumber
perdarahan lain dan lakukan hal yang
serupa.Jika anda mempergunakan
flashcutter, cukup menyentuh
pendarahan dengan probe bipolar,
seketika langsung terhenti.
17 Setelah selesai di jahit olesi tepi luka
dengan olesi salep antibiotik.
18 Berikan sufratule secara
melingkar.Tutup denga kasa steril,
ujung kain kasa dipilin sebagai tempat
fiksasi supra pubic dengan
menggunakan plester (Balutan
Suspensorium) atau biarkan berbentuk
cincin (Balutan Ring).
TAHAP TERMINASI
1 Mengevaluasi reaksi klien
2 Memberikan rencana tindak lanjut
kepada pasien 2
3 Mengakhiri kegiatan dengan cara yg
baik
TAHAP DOKUMENTASI
1 Menuliskan waktu kegiatan (hari, 1
SKOR
NO TINDAKAN (1: Ya, BOBOT NILAI
0: Tidak)
tanggal dan jam)
2 Menuliskan diagnosis keperawatan
3 Menuliskan tindakan yang dilakukan
4 Menuliskan evaluasi subjektif dan
objektif dari tindakan yang dilakukan
5 Menuliskan rencana tindak lanjut
6 Memaraf atau menandatangani
dokumentasi
PENAMPILAN PROFESIONAL
1 Kelengkapan identitas
2 Kerapian dan kebersihan
3 Menghargai orang lain (pasien maupun
teman sejawat) 1
4 Komunikasi terapeutik
5 Respon cepat dan tepat
6 Kesesuaian waktu
TOTAL

STANDARD OPERATING PROCEDURE


SIRKUMSISI METODE KONVENSIONAL

Alat dan Bahan


a. Gunting Jaringan dengan Ujung tumpul
b. Pinset anatomis
c. Klem lurus 3 buah
d. Kelm Bengkok 1 buah
e. Nedle Holder 1 buah
f. Jarum Cutting (jahit)
g. Benang cut gut palin
h. Bak Instrumen
i. Duk Lubang Steril
j. Kasa steril
k. Spuit 3 cc
l. Plester
m. Sarung Tangan Bersih
n. Sarung tangan steril
o. Lidocain 2%
p. Alkohol 70%
q. Betadine
r. Trifamycetin zalf
s. Tempat sampah
SKOR
NO TINDAKAN (1: Ya, BOBOT NILAI
0: Tidak)
TAHAP PRE INTERAKSI
1 Cek dokumentasi
2 Cuci tangan 1
3 Siapkan alat bahan
TAHAP ORIENTASI
1 Salam terapeutik
2 Memperkenalkan nama perawat
3 Menanyakan nama panggilan kesukaan
pasien
4 Menjelaskan tanggung jawab perawat
dan pasien
2
5 Melakukan pengkajian kelayakan
prakhitan ( kontraindikasi khitan:
Hypospadia/epispadia, kelainan
hemostasis/pembekuan
darah,DM,riwayat penyait menular,
riwayat alergi obat).
TAHAP KERJA
1 Cuci tangan, siapkan alat dan bahan,
gunakan sarung tangan bersih
2 Isi spuit 3 cc dengan lidocain 2%
3 Gunakan sarung tangan steril
4 Lakukan disinfeksi di lapanag operasi
menggunakan betadin
5 Tutup daerah oprasi dengan duk steril
berlubang
6 Lakukan anastesi local dengan lidocain
2%, tunggu bebrapa saat sampai penis
sudah terbius dengan cara mejepit
preputium menggunakan klem
7 Lakukan dilatasi pada preputium
dengan klem sehingga preputium dapat
di tarik ke proksimal.
8 Preputium dibebaskan dari
perlekatannyadengan gland penis
9 Bersihkan smegma dan kotoraln lain
dengan kasa steril 3
10 Tandai batas insisi dengan menjepit
kulit preputium dengan klem lurus arah
melintang miring 40 derajat antar jam
12 dan 6 dengan arah jam 6 lebih distal
Urutlah glans seproksimal mungkin
dan fiksasi glans dengan tangan kiri.

Yakinkan Galnds penis tidak terjepit


11 Lakukan insisi menggunakan gunting
jaringan atau dengan pisau bisturi
12 Preputium diinsisi pada jam 12 diantara
jepitan klem dengan menggunakan
gunting kearah sulcus coronarius,
sisakan mukosa kulit secukupnya dari
bagian distal sulcus pasang tali kendali

Lepaskan klem lurus/koher dan


munculkan kembali glans penis
15 Gunting dan rapikan kelebihan mukosa

16 Rawat perdarahan yang


SKOR
NO TINDAKAN (1: Ya, BOBOT NILAI
0: Tidak)
terjadi.Perawatan perdarahan di
lakukan dengan mencari sumber
perdarahan dengan menghapus daerah
luka dengan menggunakan kasa, bila di
dapatkan sumber perdarahan segera di
jepit dengan klem/pean arteri
kecil.Tarik klem, ligasi dengan
mengikat jaringan sumber perdarahan
dengan catgut.Potong ikatan sependek
mungkin. Cari seluruh sumber
perdarahan lain dan lakukan hal yang
serupa. Jika anda mempergunakan
flashcutter, cukup menyentuh
pendarahan dengan probe bipolar,
seketika langsung terhenti.

17 Setelah selesai di jahit olesi tepi luka


dengan olesi salep antibiotik.

18 Berikan sufratule secara


melingkar.Tutup denga kasa steril,
ujung kain kasa dipilin sebagai tempat
fiksasi supra pubic dengan
menggunakan plester (Balutan
Suspensorium) atau biarkan berbentuk
cincin (Balutan Ring).
TAHAP TERMINASI
1 Mengevaluasi reaksi klien
2 Memberikan rencana tindak lanjut
kepada pasien 2
3 Mengakhiri kegiatan dengan cara yg
baik
TAHAP DOKUMENTASI
1 Menuliskan waktu kegiatan (hari,
tanggal dan jam)
2 Menuliskan diagnosis keperawatan
3 Menuliskan tindakan yang dilakukan
4 Menuliskan evaluasi subjektif dan 1
objektif dari tindakan yang dilakukan
5 Menuliskan rencana tindak lanjut
6 Memaraf atau menandatangani
dokumentasi
PENAMPILAN PROFESIONAL
1 Kelengkapan identitas
2 Kerapian dan kebersihan
3 Menghargai orang lain (pasien maupun
teman sejawat) 1
4 Komunikasi terapeutik
5 Respon cepat dan tepat
6 Kesesuaian waktu
TOTAL

Nilai Akhir = Nilai yang didapat/Total Nilai x 100

Klasifikasi Nilai ....................,............................


<75: Remidi Dosen Pengampu
>=75: Lulus
(……………………………….)

Anda mungkin juga menyukai