Anda di halaman 1dari 6

Nama : Novianita Anugrah Islami

Nim : 201610330311010

Kelas : Mubtadiin A

Fakultas : Kedokteran

RESUME AIK

“TAUHID DAN URGENSINYA BAGI KEHIDUPAN MUSLIM”

A. PENGERTIAN TAUHID

Secara bahasa, “Tauhid” kata dasar wahhada-yuwahhidu-tauhid, yang bermakna


sesuatu itu satu (esa). Sedangkan berdasarkan pengertian syari’at, “tauhid” bermakna
mengesakan Allah dalam ibadah, bersamaan degan keyakinan keesaan-Nya dalam dza, sifat
dan perbuatan-perbuatanNya.

Tauhid meurut ulama dibagi menjadi tiga yaitu :

 Tauhid Rububiyah :
Tauhid Rububiyah,adalah keyakinan yang pasti bahwa hanya Allah semata Rabb dan
Pemilik segala sesuatu, tidak ada sekutu bagi-Nya, Dia-lah Yang Mahapencipta, Dia-
lah yang mengatur alam dan yang menjalankannya. Dia-lah yang menciptakan para
hamba, yang memberi rizki kepada mereka, menghidupkan dan mematikannya. Dan
beriman kepada qada' dan qadar-Nya serta ke-Esaan-Nya dalam Dzat-Nya
 Tauhid Uluhiyah :
Tauhid Uluhiyah, yaitu mengesahkan Allah Ta'ala melalui perbuatan para hamba,
dinamakan juga dengan tauhid ibadah. Maknanya adalah keyakinan yang pasti bahwa
Allah adalah Ilah(sesembahan) yang haq dan tidak ada ilah selain-Nya, segala yang
diibadahi selain-Nya adalah bathil, hanya Dia-lah yang patut diibadahi, baginya
ketundukan dan ketaatan secara mutlak. Tidak boleh siapapun dijadikan sebagai
sekutu-Nya dan tidak boleh bentuk ibadah apapun diperuntukannya kepada selain-
Nya, seperi shalat, puasa, zakat, haji,do'a, dan isti'anah (meminta pertolongan),
nadzar, menyembelih, tawakal, khauf (takut), harap, cinta dan lain-lain dari macam-
macam ibadah yang zahir (tampak) maupun bathin. Ibadah kepada Allah harus
dilandasi dengan rasa cinta, cemas, dan harap secara bersamaan.
 Tauhid Asma Wa Sifat :
Tauhid Asma Wa Sifat,yaitu keyakinan dengan pasti bahwa Allah SWT mempunyai
asmaul husna (nama-nama yang baik), dan sifat-sifat yang mulia. Dia memiliki semua
sifat yang sempurna dan suci dari segala kekurangan. Dia-lah Yang Maha Esa dan
sifat-sifat tersebut, tidak dimiliki oleh makluk-Nya.

Dari penjelasan diatas, didapatkan bahwa tauhid asma wa sifat ini dapat rusak dengan
beberapa hal berikut :
1. Tasybih, yakni merupakan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat makhluk. Seperti
yang dilakukan orang-orang nashrani yang menyerupakan Al-Masih bin Maryam
dengan Allah SWT, orang Yahudi menyerupakan ‘Uzair dengan Allah, orang-
orang musyrik menyerupakan patung-patung mereka dengan Allah, dan beberapa
kelompok lain menyerupakan wajah Allah dengan wajah makhluk, tangan Allah
dengan tangan makhluk, pendengaran Allah dengan pendengaran makhluk, dan
lain sebagainya
2. Tahrif, yaitu mengubah atau mengganti. Artinya mengubah lafadz-lafadz nama
Allah SWT dengan menambah atau mengurangi atau mengubah artinya.
3. Ta’thil, (pengabaian, membuat tidak berfungsi). Yakni menampik sifat Allah dan
menyangkal keberadaannya pada Dazat Allah SWT, seperti tidak melakukan
ibadah kepada-Nya.
4. Takyif (menentukan kondisi dan menetapkan esensinya).
B. MAKNA KALIMAT LAA ILAAHA ILLA-ALLAH
Kalimat Laa ilaah illa-Allah mengandung dua makna, yaitu makna penolakan
segala bentuk sesembahan selain Allah SWT, dan makna menetapkan bahwa satu-
satunya sesembahan yang benar hanyalah Dia semata. Berkaitan dengan kalimat ini
Allah SWT berfirman : Artinya : “Maka ketahuilah (ilmuilah) bahwasanya tidak ada
sesembahan yang benar selain Allah”. (QS. Muhammad:19)
 Syarat-syarat Laa Ilaaha Illa-Allah
a. ‘Ilmu (mengetahui), yang menafikan jahl (Kebodohan)
b. Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan)
c. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan)
d. Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan)
e. Ikhlas, yang menafikan syirik
f. Shidq (jujur), yang menafikan kidzb (dusta)
g. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha’ (kebencian)
 Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
a. Syarat pertama : ‘Ilmu (mengetahui)
Artinya memahami makna dan maksudnya. Mengetahui apa yang ditiadakan
dan apa yang ditetapkan serta menafikan ketidaktahuannya tentang hal tersebut.
Artinya : “ Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak
dapat memberi syafaat; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafaat ialah)
orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya)”. (QS. Az-
Zukhruf:86)
Maksudnya orang yang bersaksi dengan Laa ilaaha illa-Allah dan memahami
dengan hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya. Seandainya, tetap tidak
mengerti apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.
b. Syarat kedua : Yaqin (Yakin)
Orang yang mengikrarkannya harus meyakini kandungan kalimat Laa
ilaaha illa-Allah itu. Manakala ia meragukannya maka sia-sia belaka
persaksian itu. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-
ragu”. (QS. Al-Hujurat:15)

Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi Muhammad SAW bersabda:


“Siapa yang engkau temui di balik tembok (kebun) ini, yang menyaksikan
bahwa tiada Ilah selain Allah dengan hati yang meyakininya, ia tidak berhak
masuk surga.
c. Syarat ketiga: Qabul (Menerima)
Menerima kandungan dan konsekuensi dari Laa ilaaha illa-Allah;
menyembah Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya. Siapa
yang mengucapkannya, tetapi tidak menerima dan menaati, maka ia termasuk
orang-orang yang difirmankan Allah SWT:
Artinya : Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: Laa
ilaaha illa-Allah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah SWT)
mereka menyombongkan diri. Dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya
kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair
gila?”. (QS. Ash-Shafat: 35-36)
d. Syarat keempat: Inqiyaad (Tunduk dan Patuh)
Allah SWT berfirman: Artinya : “ Dan barang siapa yang menyerahkan
diri kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh” .( QS.
Luqman: 22)
e. Syarat kelima : Shidq (Jujur)
Yaitu mengucapkan kalimat laa ilaaha illa-Allah dan hatinya juga
membenarkannya. Manakala lisannya mengucapkan , tetapi hatinya
mendustakan, maka ia adalah munafik dan pendusta. Allah SWT berfirman :
Artinya : “ Di antara manusia ada yang mengatakan : “ Kami beriman kepada
Allah dan hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-
orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang
beriman, padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedang mereka
tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”.
(QS. Al- Baqarah : 8-10)
f. Syarat keenam : Iklas
Yaitu membersihkan amal dari segala debu-debu syirik, dengan jalan
tidak mengucapkannya karena mengingkari isi dunia, riya’ atau sum’ah.
Dalam hadis Rasulullah dikatakan :” Sesungguhnya Allah mengharamkan atas
neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha illa-Allah karena menginginkan
ridha Allah”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
g. Syarat ketujuh : Mahabbah (kecintaan)
Maksudnya mencintai kalimat laa ilaaha illa-Allah, juga mencintai
orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya. Allah SWT berfirman :
Artinya : “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat beriman sangat
cinta kepada Allah”. (QS. Al-Baqarah:165)

Maka ahli tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih sedangkan ahli syirik
mencintai Allah dan mencintai yang lainnya. Hal ini sangat bertentangan dengan isi
kandungan laa ilaaha illa-Allah

 Konsekuensi Laa ilaaha illa-Allah

Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala macam yang
dipertuhankan sebagai keharusan dari peniadaan laa ilaaha illa-Allah. Dan beribadah
kepada Allah semata tanpa unsur kesyirikan sedikit pun , sebagai keharusan dari
penetapan illa-Allah.

Banyak orang yang mengikrarkan tetapi melanggar konsekuensinya. Sehingga


mereka menetapkan ketuhanan yang sudah dinafikan , baik berupa makluk, kuburan ,
pepohonan , bebatuan serta para thaghut lainnya. Dengan kata lain, orang tersebut
mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala yang dilarang-
Nya.

C. TAUHID SEBAGAI LANDASAN BAGI SEMUA ASPEK KEHIDUPAN


Tauhid dalam pandangan Islam merupakan akar yang melandasi setiap
aktivitas manusia. Kekokohan dan tegaknya tauhid mencerminkan luasnya
pandangan,timbulnya semangat beramal dan lahirnya sikap optimistik. Sehingga
tauhid dapat digambarkan sebagai sumber segala perbuatan (amal shalih) manusia.
Sebetulnya formulasi tauhid terletak pada realitas social. Apapun
bentuknya,tauhid menjadi titik sentral dalam melandasi dan mendasari aktivitas.
Tauhid harus diterjemahkan ke dalam realitas historis-empiris. Tauhid harusnya
dapat menjawab semua problematika kehidupan modernitas,dan merupakan
senjata pamungkas yang mampu memberikan alternatif yang lebih anggun dan
segar.
Tujuan tauhid adalah memanusiakan manusia. Itu sebabnya dehumanisasi
merupakan tantangan tauhid yang harus dikembalikan pada tujuan tauhid,yaitu
memberikan perubahan terhadap masyarakatnya. Perubahan itu didasarkan pada
cita-cita profetik yang diderivikasikan dari misi historis sebagaimana tertera
dalam firman Allah : Artinya: “Engkau adalah umat terbaik yang diturunkan di
tengah manusia untuk mengekkan kebaikan,mencegah kemungkaran dan beriman
kepada Allah”. (QS.Ali ‘Imran: 110).
D. JAMINAN ALLAH BAGI AHLI TAUHID
1. Ahli tauhid mendapat keamanan dan petunjuk
Seseorang yang bertauhid dengan benar akan mendapatkan rasa aman dan
petunjuk. Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya : “Orang-orang yang
beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am : 82)
2. Ahli tauhid dijamin masuk surga
Rasulullah bersabda : artinya :”barangsiapa yang bersyahadat (bersaksi)bahwa
tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah semata tidak ada
sekutu bagi-Nya, dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya,
dan Isa adalah amba dan rasul-Nya dan kalimat yang disampaikan-Nya kepada
Maryam serta uh dari-Nya dan bersaksi bahwa surga dan neraka benar adanya,
maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga, sesuai amal yang telah
dikerjakannya”
3. Ahli tauhid diharamkan dari neraka
Sungguh, neraka adalah seburuk-buruk tempat kembali. Betapa nahagianya
seseorang yang tidak menjadi penghuni neraka. Hal ini akan didapatkan oleh
seseorang yang bertauhid dengan benar. Sabda Rasulullah SAW : artinya :”
sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengtakan Laa
Ilaaha Illa-Allah, yang diucapkan ikhlas mengharapkan wajah Allah’’ (HR. Al-
Bukhari dan Muslim)
4. Ahli tauhid diampuni dosa-dosanya
Hidup kita tidak luput dari gelimang dosa dan maksiat. Arena itu, pengampunan
dosa adalah sesuatu yang sangat kita harapkan. Dengan melaksanakan tauhid
secara benar, menjadi sebab terbesar dapat menghapus dosa-dosa kita. Rasulullah
SAW bersabda yang artinya : “Allah berfirman :’wahai anak adam, sesungguhnya
sekiranya am datang kepada-Ku dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian kamu
datang kepada-Ku tanpa menyekutuka sesuatu pun dengan-Ku, maka Aku akan
mendatangimuu dengan ampunan sepenuh bumi pula” (HR. Tirmidzi)
5. Jaminan bagi masyarakat yang bertauhid

 Demikian sebagian diantara jaminan yang akan didapatkan oleh ahli tauhid.
Mengutip Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di, termasuk keutamaan tauhid
adalah :
a. Dapat menghapus dosa-dosa
b. Allah akan melapangkan berbagai kesusahan serta bisa menjadi penangkal
di dunia dan akhirat
c. Mencegah kekekalan dalam api neraka meskipun dalam hati hanya
tertanam keimanan sebesar biji sawi
d. Diridhai Allah
e. Penerimaan seluruh amalan dan ucapan baik yang tampak dan yang
tersembunyi
f. Lebih didekatkan pada kebaikan dan dijauhkan dari kemungkaran
g. Bila tauhid telah sempurna dihati seseorang makan Allah akan
mnjadikannya mencintai keimanan
h. Meringanakan segala kesulitan dan rasa sakit
i. Melepaskan seorang hamba dari ketergantungan dan pengharapan kepada
makhluk.
j. Allah akan menjamin kemenangan, pertolongan, kemuliaan, kemudahan
dan petunjuk di dunia bagi pemilik tauhid

Dengan demikian cukup besar dan banyak keutamaan yang Allah


impahkan bagi para hamba-Nya yang bertauhid. Sangat brutung orang yang bisa
menggapai seluruh utamanya. Namun keberhasilan total hanya mili orang-orang
yang mapu menyempurnakan tauhid sepenuhnya. Tentu manusia bertingkat-
tingkat dalam mewjudkan tauhid kepada Allah swt. Mereka tidak berada pada
satu tingkatan. Masing-masing menggapai keutamaan tauhid sesuai dengan
prestasi dalam menerapkan tauhid.

Anda mungkin juga menyukai