Disusun Oleh :
Rima Iryanti
21149011035
2021
1
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi / pengertian
tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema
(penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah
persalinan.
hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau
Menurut kamus saku kedokteran Dorland, preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat
menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the
darah menjadi menciut, terutama pembuluh darah kecil, akibatnya tekanan darah meningkat.
Organ-organ pun akan kekurangan zat asam. Pada keadaan yang lebih parah, bisa
terjadi penimbunan zat pembeku darah yang ikut menyumbat pembuluh darah pada
jaringan-jaringan vital.
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan
berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan
pada kehamilan berikutnya.
d. Peran faktor genetik/familial Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada
2
kejadian pre-eklampsi/eklampsia antara lain:
cucu ibu hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar
mereka.
3. Faktor Risiko
Melalui pendekatan safe motherhood terdapat peran determinan yang dapat mempengaruhi
faktor utama yang menyebabkan angka kematian ibu tinggi disamping perdarahan dan infeksi
(contextual determinants).
1) Determinan proksi/dekat
2) Determinan intermediat
a. Status reproduksi.
1) Faktor usia
Usia 20 – 30 tahun adalah periode paling aman untuk hamil/melahirkan, akan
tetapi di negara berkembang sekitar 10% -20% bayi dilahirkan dari ibu remaja yang
sedikit lebih besar dari anak-anak. Padahal dari suatu penelitian ditemukan bahwa dua
tahun setelah menstruasi yang pertama, seorang wanita masih mungkin mencapai
pertumbuhan panggul antara 2 – 7 % dan tinggi badan 1%. Dampak dari usia yang
kurang, dari hasil penelitian di Nigeria, wanita usia 15 tahun mempunyai angka
3
kematian ibu 7 kali lebih besar dari wanita berusia 20 – 24 tahun. Faktor usia
remaja pada kehamilan pertama atau nulipara umur belasan tahun (usia muda kurang
preeklampsia/eklampsia.
dan meningkat lagi pada wanita hamil yang berusia di atas 35 tahun.
2) Paritas
Telah terbukti bahwa persalinan kedua dan ketiga adalah persalinan yang paling
aman. Pada The New England Journal of Medicine tercatat bahwa pada kehamilan
pertama risiko terjadi preeklampsia 3,9% , kehamilan kedua 1,7% , dan kehamilan
ketiga 1,8%.
3) Kehamilan ganda
Preeklampsia dan eklampsia 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda.
Dari 105 kasus kembar dua didapat 28,6% preeklampsia dan satu kematian
ibu karena eklampsia. Dari hasil pada kehamilan tunggal, dan sebagai faktor
penyebabnya ialah dislensia uterus. Dari penelitian Agung Supriandono dan Sulchan
janin lebih dari satu, sedangkan pada kelompok kontrol, 2 (1,2%) kasus mempunyai
4) Faktor genetika
penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita pre-eklampsia.
b. Status kesehatan
a) Riwayat preeklampsia
b) Riwayat hipertensi
Salah satu faktor predisposisi terjadinya pre-eklampsia atau eklampsia adalah adanya
normal sampai cukup bulan. Pada kira-kira sepertiga diantara para wanita, menderita
4
tekanan darah tinggi setelah kehamilan 30 minggu tanpa disertai gejala lain. Kira-kira
20% menunjukkan kenaikan yang lebih mencolok dan dapat disertai satu
gejala preeklampsia atau lebih, seperti edema, proteinuria, nyeri kepala, nyeri
dalam pemeriksaan kadar gula darah sewaktu lebih dari 140 mg % terdapat 23 (14,1%)
9 (5,3%).
d) Status gizi
menyebabkan kerja jantung lebih berat, oleh karena jumlah darah yang berada dalam
badan sekitar 15% dari berat badan, maka makin gemuk seorang makin banyak pula
jumlah darah yang terdapat di dalam tubuh yang berarti makin berat pula
e) Stres/cemas
Meskipun dalam beberapa teori tidak pernah disinggung kaitannya dengan kejadian
preeklampsia, namun pada teori stres yang terjadi dalam waktu panjang dapat
dengan:
- Kontriksi pembuluh darah reservoar seperti kulit, ginjal dan organ lain.
c. Perilaku sehat
1. Pemeriksaan antenatal
oleh karena itu melalui antenatal care yang bertujuan untuk mencegah
5
permulaan preeklampsia tidak memberikan gejala-gejala yang dapat dirasakan oleh
pasien sendiri, maka diagnosa dini hanya dapat dibuat dengan antepartum care. Jika
4-6 minggu terakhir kehamilannya, ada kesempatan untuk melekukan tes proteinuri,
diagnosa dini perlu segera dilakukan penanganan untuk mencegah masuk ke dalam
eklampsia.
3) Determinan kontekstual
a) Tingkat pendidikan
menyimpulkan bahwa wanita dengan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik
akan lebih jarang menderita preeklampsia, bahkan setelah faktor ras turut
diderita oleh wanita dari kelarga mampu tetap saja bisa menjadi berat dan
daerah kumuh.
6
c) Pekerjaan
darah. Begitu juga bila terjadi pada seorang ibu hamil, dimana peredaran darah dalam
tubuh dapat terjadi perubahan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akibat
kehamilan akan berdampak pada konsekuensi kerja jantung yang semakin bertambah
pekerjaan tetap dilakukan, asalkan tidak terlalu berat dan melelahkan seperti
kelancaran peredaran darah dalam tubuh sehingga mempunyai harapan akan terhindar
4. Gejala
a. Preeklampsia Ringan
a) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang;
atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau
lebih. Cara pengukuran sekurang- kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak
b) Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih
c) Retensi cairan.
d) Angka kadar protein urin yang tinggi (proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter;
b. Preeklampsia Berat
kapiler bocor, sehingga air yang merupakan bagian sel merembes dan masuk ke
- Kenaikan berat badan lebih dari 1,36 kg setiap minggu selama trimester kedua, dan lebih
7
- Sakit kepala.
- Pandangan kabur.
- Mual/muntah.
5. Klasifikasi
- Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang;
atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau
- Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per
minggu.
- Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter
atau midstream.
b. Preeklampsia Berat
- Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium
6. Patofisiologi Preeklampsi
prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia pada uterus
merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan
8
vasospasme sedangkan aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan
koagulasi intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati.
dan menyebabkan gangguan faal hemostasis. Renin uterus yang dikeluarkan akan mengalir
bersama darah sampai organ hati dan bersama-sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan
terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang
menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan
perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhan sehingga menyebabkan terjadinya
akan menyebabkan gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ (Manuaba, 1998).
hati/liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya edema serebri dan
menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral, nyeri dan terjadinya kejang sehingga
menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi endotheliosis
menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah
akan menyebabkan terjadinya pendarahan, sedangkan sel darah merah yang pecah akan
gangguan kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan diagnosa
peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya
edema sehingga dapat memunculkan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu,
vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terhadap
protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh
dan anuri.
Oligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin.
Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak protein akan lolos dari
9
filtrasi glomerulus dan menyebabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola
selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat menyebabkan
terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada plasenta
Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatis akan
meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal dan ekstrimitas. Pada
traktus gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H
menyebabkan HCl meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan
terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah sehingga muncul
diagnosa keperawatan nausea. Pada ektrimitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan
ATP diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat.
Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan cepat
lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas. (Ari Widiastuti, 2010)
10
Gambar 1. Aliran darah pada kehamilan normal dan kehamilan dengan preeklampsia
7. Manifestasi Klinik
berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada preeklampsia ringan tidak
ditemukan gejala – gejala subyektif. Pada pre eklampsia berat didapatkan sakit kepala di
daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah.
Gejala – gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan merupakan
8. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan edema
- Pemeriksaan funduskopi
11
- Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk
- Roll-over test
d. Radiologi
Ultrasonografi
Dapat ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat,
Kardiotografi
9. Diagnosis
Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan timbul
proteinuria
Gejala subyektif : sakit kepala didaerah fromtal, nyeri epigastrium; gangguan visus;
pemeriksaan laboratorium
10. Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini
12
preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya. Kita perlu lebih waspada
akan timbulnya preeklampsia dengan adanya faktor-faktor predisposisi seperti yang telah
pelaksanaan pengawasannya yang baik pada wanita hamil. Penerangan tentang manfaat istirahat
dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur,
namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet
tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak
berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat
penderita tanpa memberikan diuretika dan obat antihipertensif, memang merupakan kemajuan yang
11. Penatalaksanaan
a) Pre-eklamsi ringan
Pengobatan hanya bersifat simtomatis dan selain rawat inap, maka penderita dapat
dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang lebih sering, misalnya 2 kali seminggu.
Penanganan pada penderita rawat jalan atau rawat inap adalah dengan istirahat
ditempat, diit rendah garam, dan berikan obat-obatan seperti valium tablet 5 mg dosis
3 kali sehari atau fenobarbital tablet 30 mg dengan dosis 3 kali 1 sehari. Diuretika
dan obat antihipertensi tidak dianjurkan, karena obat ini tidak begitu bermanfaat,
bahkan bisa menutupi tanda dan gejala pre-eklampsi berat. Bila gejala masih
menetap, penderita tetap dirawat inap.Monitor keadaan janin : kadar estriol urin,
b) Pre-eklamsia berat
Jika janin belum menunjukan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan uji kocok
13
disusul dengan injeksi tambahan 4 gr intramuskuler setiap (selama tidak ada
kontraindikasi)
diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai criteria pre- eklamsi ringan
3. Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor, serta berat
4. Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan
dengan induksi partus atau tindakan lain tergantung keadaan. Jika pada
dalam 4 jam terakhir; respirasi 16 kali per menit, dan harus tersedia
selanjutnya dapat diberikan tablet katapres 3 kali ½ tablet atau 2 kali ½ tablet
sehari
Diuretika tidak diberikan, kecuali bila terdapat edema umum, edema paru dan
Lasix
14
ibu dilarang mengedan
12. Komplikasi
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi antara lain:
Pada Ibu
a. Eklapmsi
b. Solusio plasenta
f. Ablasio retin
Pada Janin
b. Prematur
c. Asfiksia neonatorum
1. Pengkajian
a. Data subyektif :
a) Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
b) Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
hipertensi kronik, DM
d) Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat
15
e) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
f) Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh
b. Data Obyektif :
a) Inspeksi: edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam, pucat, anemis, tampak meringis,
b) Palpasi: untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema, terjadi peningkatan denyut
nadi teraba cepat dan lemah, CRT > 2 detik, akral teraba dingin, teraba distensi vena
jugularis.
c) Auskultasi: mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress, penurunan peristaltik
d) Perkusi: untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian magnesium sulfat (jika
refleks +)
2. Diagnosa Keperawatan
Pada umumnya diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan preeclampsia
diantaranya:
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan factor metabolic ditandai dengan Ph 7,25,
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi cairan dan garam ditandai dengan klein
c. PK Hipertensi
d. PK perdarahan
e. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan suplai darah ke otak ditandai
f. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri kimia: asam lambung ditandai dengan klien
g. Gangguan eliminasi urin (oliguria) berhubungan dengan kerusakan pada glomerulus akibat
ditandai dengan pasien menyatakan sulit BAB selama beberapa hari, terasa ada penumpukkan
feses di perut bagian bawah, adanya tekanan pada rectum, penurunan bising usus (<5x/menit),
16
2. Perencanaan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan factor metabolic ditandai dengan Ph 7,25, penurunan
PaO2 45 mmHg, Peningkatan PaCo2 50mmHg, penurunan saturasi O2 70%, RR 30X/menit, nafas
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pertukaran gas klien adekuat
- Ph 7,35-7,45
- SatO2 95-100%
Intervensi
oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat.
Kolaborasi
Infus Bicarbonat
Rasional: memperbaiki kedaan klien atau kelainan hasil analisa gas darah.
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi cairan dan garam ditandai dengan klein
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x … jam diharapkan tercapai keseimbangan antara
17
a) Fluid balance
- Tekanan darah sistolik normal (120 mmHg) (skala 5= no deviation from normal range)
- Tekanan darah diastolik normal (80 mmHg) (skala 5= no deviation from normal range)
- Haluaran urine seimbang dengan input (skala 5= no deviation from normal range)
Intervensi
1) Fluid management
c. Monitor hasil lab yang berhubungan dengan retensi cairan (peningkatan BUN,
Rasional : menunjukkan adanya retensi cairan dan dapat menunjukkan derajat edema
18
Rasional : kelebihan volume cairan dapat menyebabkan perubahan tanda-tanda vital seperti
Rasional : tanda-tanda seperti peningkatan CVP, edema, distensi vena jugularis dapat
2) Fluid monitoring
Rasional : untuk memantau cairan masuk dan keluar klien agar seimbang.
Rasional : penurunan serum albumin dan level protein dapat menyebabkan retensi cairan
osmolaritas urine.
3) Hypervolemia management
selanjutnya.
Rasional : untuk melancarkan aliran darah balik dari tungkai sehingga mengurangi edema.
Rasional: diet rendah garam untuk mengurangi retensi cairan dan pemberian protein
19
e. Lakukan kompresi pada bagian tubuh yang edema.
Tujuan:
- TTV dalam batas normal (TD= 120/80 mmHg, suhu 36-37,5oC, nadi = 60-100 kali/menit,
Intervensi:
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum klien khususnya tekanan darah. Pemantauan
Rasional : kadar natrium yang tinggi akan menyebabkan terjadinya retensi air sehingga
3) Anjurkan klien mengonsumsi makanan yang dapat menurunkan tekanan darah, seperti melon,
Keadaan pre-eklamsia ringan : dengan pemberian preparat sedative seperti sodium amital
50 mg dan preparat sedative pada malam hari, Keadaan yang lebih berat : penyuntikan
sodium fenobarbital (200mg setiap 8 jam), sodium fenitoin (100 mg setiap 8 jam), dan
diazepam (10 mg setiap 6 hingga 8 jam) dapat dilakukan dengan pemberian tunggal atau
kombinasi.
4. PK Perdarahan
Tujuan :
20
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...x 24 jam, perawat dapat meminimalkan
Rasional: Untuk mengetahui tingkat keparahan perdarahan pada klien sehingga dapat
Rasional: Banyak komponen darah yang menurun pada hasil lab dapat membantu menentukan
intervensi selanjutnya
Rasional: Efek cedera terutama pada cedera tajam umumnya dapat mengakibatkan perdarahan
4) Siapkan pasien secara fisik dan psikologis untuk menjalani bentuk terapi lain jika diperlukan
Rasional: Keadaan fisik dan psikologis yang baik akan mendukung terapi yang diberikan
5. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan suplai darah ke otak ditandai
Tujuan:
range)
- Tekanan darah sistolik normal (120 mmHg) (skala 5 = no deviation from normal range)
21
- Tekanan darah diastolik normal (80 mmHg) (skala 5 = no deviation from normal range)
Intervensi :
a. Pantau tingkat kerusakan perfusi jaringan serebral, seperti status neurologi dan adanya
penurunan kesadaran.
b. Konsultasikan dengan dokter untuk menentukan posisi kepala yang tepat (0, 15, atau 30
Rasional : posisi yang tepat dapat membantu memperlancar aliran darah ke otak sehingga
c. Monitor status respirasi (pola, ritme, dan kedalaman respirasi; PO 2, PCO2, PH, dan level
bikarbonat)
Rasional : status respirasi dapat menjadi indikator keadekuatan perfusi oksigen ke otak.
Rasional : oksigenasi yang tidak adekuat dapat menurunkan perfusi oksigen ke otak.
2) Oxygen Therapy
22
b. Monitor aliran oksigen.
masukan oksigen.
Rasional: memonitor tanda-tanda vital penting untuk mengetahui keadaan umum dan
b. Ukur tekanan darah ketika klien tidur, berbaring, sebelum dan sesudah berubah posisi.
Rasional: pengukuran tekanan darah pada berbagai posisi dibutuhkan untuk mengetahui
d. Ukur tekanan darah, nadi, dan respirasi sebelum, selama, dan setelah beraktivitas.
Rasional: mengetahui reaksi tubuh klien terhadap aktivitas sehingga dapat menentukan
intervensi selanjutnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Manuaba, Ida Bagus. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga
Eklampsia. http://chriesaputri.blogspot.com/2009/04/kenalilah-gejala-pre-
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10_PenangananPreeklampsiaBerat.pdf/1
0_PenangananPreeklampsiaBerat.html [Akses : 16 April 2011]
24
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/27/pre-eklampsia- eklampsia/. [Akses: 17 April 2011]
25