Anda di halaman 1dari 62

TUGAS INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI

Disusun Untuk Memenuhi Mata Ajar Keperawatan Keluarga

Dosen Pengampu : Ns. Margiyati, M.Kep

Oleh :

ANNISA NANDA PURNANIA

20101440118011

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO

SEMARANG

2020/2021
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu
berhubungan dengan individu manusia. Keadaan yang harus disadari
adalah setiap individu merupakan bagian dari keluarga dan dikeluarga juga
semua dapat diekspresikan. Asuhan keperawatan keluarga yaitu suatu
rangkaian kegitatan yang diberi via praktek keperawatan pada keluarga.
Asuhan keperawatan keluarga digunakan untuk membantu
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan. Agar pelayanan kesehatan yang diberikan
dapat diterima oleh keluarga, maka perawat harus mengerti, memahami
tipe dan struktur keluarga, tahu tingkat pencapaian keluarga dalam
melakukan fungsinya dan perlu paham setiap tahap perkembangan
keluarga dan tugas perkembangannya.
Status sehat atau sakit dalam keluarga saling mempengaruhi satu
sama lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga
dan sebaliknya mempengaruhi jalanya suatu penyakit dan status kesehatan
anggota keluarga. Keluarga merupakan para anggota sebuah keluarga
baiasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka
hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut
sebagai rumah tangga mereka.
Pada keluarga dewasa merupakan tahap dimana semua anak akan
pergi atau keluar meninggalkan rumah atau orang tuanya. Didalam
kehidupan keluarga dewasa dimana orang tuanya akan merasa banyak
kehilangan karena perginya anak-anak dari rumah. Pada keluarga ini juga
terdapat berbagai masalah yang dialami oleh keluarga itu sendiri. Dan
perawat sangat berperan penting dalam memenuhi kebutuhan yang
berkaitan dengan kesehatan kepada keluarga.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk memahami aplikasi konsep dasar asuhan keperawatan
keluarga dewasa.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep keluarga dewasa
b. Menjelaskan konsep masalah kesehatan/ penyakit
c. Menerapkan asuhan keperawatan keluarga
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KELUARGA DEWASA


1. DEFINISI
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa
komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya (Logan’s,
2004). Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang
komplek dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa
komponen yang masing-masing mempunyai sebagaimana individu
( Illis, 2004 ). Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari
dua orang atau lebih masing-masing mempunyai hubungan
kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, dan nenek.
(Raisner, 2009). Duvall (1986, dalam Ali, 2009 ), menguraikan
bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari setiap
anggota keluraga.
Istilah keluarga akan menghadirkan gambaran adanya
individu dewasa dan anak yang hidup bersama secara harmonis
dan memuaskan. Keluarga bukan sekedar gabungan dan jumlah
dari beberapa individual. Keluarga memiliki keragaman seperti
anggota individunya dan klien memiliki nilai – nilai tersendiri
mengenai keluarganya yang harus dihormati. Keluarga sebagai
suatu kelompok hubungan yang indentifikasi klien sebagai
keluarga atau jaringan individu yang mempengaruhi kehidupan
masing – masing tanpa melihat adanya hubungan biologis atau pun
hukum (Perry, 2009, hal 202).
Menurut (Friedman, 1998), membuat defenisi yang berorientasi
pada tradisi dan digunakan sebagai referensi secara luas :
a. Keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh
ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi.
b. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama –
sama dalam satu rumah, atau jika mereka hidup secara
terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut
sebagai rumah mereka.
c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu
sama lain dalam peran – peran sosial keluarga seperti
suami-istri, ayah dan ibu, anak laki – laki dan anak
perempuan, saudara dan saudari.
d. Keluarga sama – sama menggunakan kultur yang sama,
yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa
ciri unik tersendiri.

2. FUNGSI KELUARGA
Menurut (Friedman, 2009), mengidentifikasi lima fungsi dasar
keluarga yaitu :
a. Fungsi afektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagian dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota
keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal
tersebut dipelajari dan dikembangan melalui interaksi dan
hubungan dalam kelurga. Dengan demikian kelurga yang
berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh keluarga
dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen
yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam fungsi afektif
adalah :
 Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota
keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih
sayang dan dukungan dari anggota yang lain maka
kemampuan untuk memberikan kasih sayang akan
maningkat yang pada akhirnya tercipta hubungan
yang hangat dan saling mendukung. Hubungan
intim didalam keluarga merupakan modal dasar
memberi hubungan dengan orang lain diliat
keluarga atau masyarakat.
 Saling menghargai bila anggota keluarga saling
menghargai dan mengakui keberadaan dan hak
setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif maka fungsi
afektif akan tercapai.
 Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak
pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan
anggota keluarga dikembangkan melalui proses
identifikasi dan penyesuian pada berbagai aspek
kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus
mengemban proses identifikasi yang positif
sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang
positif tersebut.
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan
kabahagian keluarga keretakan keluarga. Keretakan
keluarga, kenakalan anak atau masalah kelurga timbul
karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi.
b. Fungsi sosialisasi
Individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar
berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak
lahir, keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan
keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar
anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.
Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma,
budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi
dengan keluaarga.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang
seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal dan lain
sebagainya.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan yaitu mencegah terjadinya gangguan
kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit.
Kemampuan keluarga memberikan asuahan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan
kelurga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat
dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
 Mengenal masalah.
 Membuat keputusan tindakan yang tepat.
 Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang
sakit.
 Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah
yang sehat.
 Mempertahankan hubungan dengan fasilitas
kesehatan masyarakat.

3. TAHAP DAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA


Tahap perkembangan keluarga berdasarkan konsep (Duvall 1985
dikutip oleh Setiadi 2008), membagi keluarga dalam 8 tahap
perkembangan, yaitu :
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum menikah mempunyai
anak. Tugas. perkembangan keluarga tahap ini antara lain
adalah :
 Membina hubungan intim yang memuaskan.
 Menetapkan tujuan bersama.
 Membina hubungan dengan keluarga lain, teman
dan kelompok sosial.
 Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
 Persiapan menjadi orang tua.
 Memahami prenatal care (pengertian kehamilan,
persalinan dan menjadi orang tua)
b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bln (Child-bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan
menimbulkan krisis keluarga. Studi Klasik Le Master
(1957) dari 46 orang tua ditanyakan 17% tidak bermasalah
selebihnya bermasalah dalam hal :
 Suami merasakan diabaikan.
 Peningkatan perselisihan dan argumen.
 Interupsi dalam jadwal kontinu.
 Kehidupan seksual dan sosial terganggu dan
menurun.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
 Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran,
interaksi, seksual dan kegiatan).
 Mempertahankan hubungan yang memuaskan
dengan pasangan.
 Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana
peran orang tua terhadap bayi dengan memberi
sentuhan dan kehangatan).
 Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak.
 Konseling KB post partum 6 minggu.
 Menata ruang untuk anak.
 Biaya/dana Child Bearing.
 Memfasilitasi Role learing anggota keluarga.
 Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Keluarga dengan Anak Prasekolah
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada
kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh
kembang, proses belajar dan kontak sosial) dan
merencanakan kelahiran berikutnya.
Tugas perkembangan keluarga psda saat ini adalah :
 Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
 Membantu anak bersosialisasi.
 Beradaptasi dengan baru anak baru lahir, anak yang
lain juga terpenuhi.
 Mempertahankan hubungan di dalam maupun di
luar keluarga.
 Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
 Pembagian tanggung jawab.
 Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh
dan kembang anak.
d. Keluarga dengan Anak Sekolah (6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
 Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar
rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas.
 Mendorong anak untuk mencapai pengembangan
daya intelektual.
 Menyediakan aktifitas untuk anak.
 Menyesuaikan pada aktifitas komuniti dengan
mengikutsertakan anak.
 Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk
biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
 Pengembangan terhadap remaja (memberikan
kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab
mengingat remajaa adalah seorang yang dewasa
muda dan mulai memiliki otonomi).
 Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep
komunikasi).
 Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
 Mempersiapkan perubahan sistem peran dan
peraturan anggota keluarga untuk memenuhi
kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan
rumah)
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk
hidup mandidri dan menerima kepergian anaknya, menata
kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga,
berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
 Memperluas kelurga inti menjadi keluarga besar.
 Mempertahankan keintiman.
 Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga
baru di masyarakat.
 Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerima kepergian anaknya.
 Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada
keluarga.
 Berperan suami-istri kakek dan nenek.
 Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi
contoh bagi anak-anaknya.
g. Keluarga Usia Pertengahan (Midle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
 Mempunyai lebih banyak dan waktu kebebasan
dalam mengolah minat sosial dan waktu santai.
 Memulihkan hubungan antara generasi muda tua.
 Keakraban dengan pasangan.
 Memelihara hubungan/konyak dengan anak dan
keluarga.
 Persiapan masa tua/pensiun.
h. Keluarga Usia Lanjut
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
 Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara
merubah cara hidup.
 Menerima kematian pasangan, kawan dan
mempersiapkan kematian.
 Mempertahankan keakraban pasangan dan saling
merawat.
 Melakukan lfe review masa lalu.

4. TAHAP KEMANDIRIAN KELUARGA


Tingkat kemandirian keluarga (Depkes, 2006)
a. Keluarga Mandiri Tingkat I
 Menerima petugas perawatan kesehatan.
 Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan
sesuai dengan rencana keperawatan.
b. Keluarga mandiri Tingkat II
 Menerima petugas perawatan kesehatan.
 Menerima pelayanan keperawatan yang dibrikan
sesuai dengan rencana keperawatan
 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah
kesehatannya secara benar
 Melakuka perawatan sederhana sesuai dengan yang
dianjurkan
c. Keluarga Mandiri Tingkat III
 Menerima petugas perawatan kesehatan
 Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan
sesuai dengan rencana keperawatan
 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah
kesehatannya secara benar
 Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan
yang di anjurkan
 Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif
 Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
d. Keluarga Mandiri Tingkat IV
 Menerima petugas perawatan kesehatan
 Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan
sesuai dengan rencana keperawatan
 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah
kesehatannya secara benar
 Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan
yang dianjurkan
 Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara
aktif
 Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
 Melaksanakan tindakan promotif secara aktif

5. TIPE KELUARGA
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari
berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan
sosial maka tipe keluarga berkembang mengikuti. Agar dapat
mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga
(Suprajitno, 2004).
Menurut (Friedman, 2009), adapun tipe keluarga sebagai berikut :
a. Tipe keluarga tradisional
Keluarga Inti (The nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung
atau angkat).
 Keluarga Dyad
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
tanpa anak.
 Single Parent  
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.
 Single adult living alone
Suatu rumah tangga yang terdiri dari 1 orang
dewasa hidup sendiri.
 The childless
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah, bisa
disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan.
 Keluarga Besar (The extended family)
Keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah
keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan
lain-lain.
 Commuter family
Kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa
berkumpul pada hari minggu atau hari libur saja.
 Multi generation
Beberapa generasi atau kelompok umum yang
tinggal bersama dalam 1 rumah.
 Kin-network family
Beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling
berdekatan dan menggunakan barang-barang
pelayanan seperti dapur, sumur yang sama.
 Blended family
Keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
 Keluarga usila
Keluarga terdiri dari suami dan istri yang ssudah
usia lanjut, sedangkan anak sudah memisahkan diri.
b. Tipe keluarga non tradisional
 Keluarga Orang Tua Tunggal Tanpa Menikah (The
unmerrid teenage mother).
Keluarga yang terdiri dari 1 orang dewasa terutama
ibu dan anak dari hubungan tanpa nikah.
 The step parents family
Keluarga dengan orang tua tiri.
 Commune family
Keluarga yang terdiri dari lebih dari satu paangan
monogami yang menggunakan fasilitas secara
bersama.
 The nonmarrital hetero seksual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti
pasangan tanpa nikah.
 Keluarga Homoseksual (Gay and lesbian family)
Seorang yang mempunyai persamaan seks tinggal
dalam 1 rumah sebagaimana pasangan suami istri.
 Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena alasan tertentu.
 Groupmarriage family
Beberapa orang dewasa yang telah merasa saling
menikah berbagi sesuatu termasuk seks dan
membesarkan anak.
 Group nertwork family
Beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma
dan aturan, hidup berdekatan dan saling
menggunakan barang yang sama dan bertanggung
jawab membesarkan anak.
 Foster family
Keluaraga yang menerima anak yang tidak
ada  hubungan saudara untuk waktu sementara.
 Home less family
Keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang
permanen karena keadaan ekonomi atau problem
kesehatan mental.
 Gang
Keluarga yang dekstruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional, berkembang dalam
kekerasan dan kriminal.

B. KONSEP MASALAH KESEHATAN/ PENYAKIT HIPERTENSI


1. DEFINISI
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau
peningkatan abnormal secara terus menerus lebih dari suatu
periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan
diastolik diatas 90mmHg. (Aspiani, 2014).
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan
tekanan darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik
lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih.
Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan
peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena
jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan
tekanan darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik
lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih.
Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan
peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena
jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).

2. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014)
menyebutkan gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau
tekanan darah tinggi tidak sama pada setiap orang, bahkan
terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara umum gejala yang
dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:
a. Sakit kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera
Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi
mengalami nyeri kepala sampai tengkuk karena terjadi
penyempitan pembuluh darah akibat dari vasokonstriksi pembuluh
darah akan menyebabkan peningkatan tekanan vasculer cerebral,
keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri kepala sampe tengkuk
pada klien hipertensi.

3. FAKTOR PENYEBAB
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respons peningkatan curah
jantung atau peningkatan tekanan perifer (Reni, 2010).
Penyebab terjadinya hipertensi dipengaruhi oleh beberapa
factor yaitu yang dapat dirubah dan tidak dapat dirubah. Factor
yang tidak dapat dirubah diantaranya factor usia, jenis kelamin,
dan riwayat penyakit keluarga (Pratiwi, 2013). Dan untuk factor
yang dapat dirubah yaitu factor gaya hidup diantaranya kebiasaan
merokok, konsumsi garam berlebih, konsumsi lemak jenuh, dan
obesitas, kurang aktivitas fisik (Kartikasari, 2012).

4. KOMPLIKASI
Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi,
dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam
tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri
tersebut.
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu :
(Aspiani, 2014)
a. Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan
darah tinggi di otak dan akibat embolus yang terlepas dari
pembuluh selain otak yang terpajan tekanan darah tinggi.
b. Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang
arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke
miokardium dan apabila membentuk trombus yang bisa
memperlambat aliran darah melewati pembuluh darah.
Hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan
oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan
hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu
hantaran listrik melintasi ventrikel terjadilah disritmia,
hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan
bekuan.
c. Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah
tinggi. Penderita hipertensi, beban kerja jantung akan
meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang
elastisitasnya, disebut dekompensasi. Akibatnya jantung
tidak mampu lagi memompa, banyak cairan tertahan diparu
yang dapat menyebabkan sesak nafas (eudema) kondisi ini
disebut gagal jantung.
d. Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan
ginjal. Merusak sistem penyaringan dalam ginjal akibat
ginjal tidak dapat membuat zat-zat yang tidak dibutuhkan
tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi
penumpukan dalam tubuh.

5. PENCEGAHAN
Sebenarnya sangat sederhana dan tidak memerlukan biaya,
hanya diperlukan disiplin dan kepatuhan dalam menjalani terapi
hipertensi atau pola hidup yang sehat, sabar, dan ikhlas dalam
mengendalikan perasaan dan keinginan atau ambisi.
Disamping itu berusaha untuk memperoleh kemajuan,
selalu sadar atau mawas diri untuk ikhlas menerima kegagalan atau
kesulitan. Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita
hipertensi agar penyakitnya tidak menjadi lebih parah, tentunya
harus disertai obat-obatan yang ditentukan oleh dokter. Agar
terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan
pencegahan yang baik (Stop High Blood Presure), antara lain
dengan cara sebagai berikut (Gunawan, 2006).
a. Mengurangi Konsumsi Garam
Pembatasan mengkonsumsi garam sangat dianjurkan,
maksimal 2 gram garam dapur untuk diet setiap hari.
b. Menghindari Kegemukan
Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat
badan normal atau tidak. Batasan kegemukan adalah jika
berat badan lebih dari 10% dari berat badan normal.
c. Membatasi Konsumsi Lemak
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol
darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol hipertensi dapat
mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam
dinding pembuluh darah. Lama-kelamaan, jika endapan
kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan
mengganggu peredaran darah. Dengan demikian, akan
memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung
memperparah hipertensi. Kadar kolesterol normal dalam
darah dibatasi maksimal 200 mg – 250 mg per 100 cc
serum darah. Untuk menjaga agar kadar kolesterol darah
tidak bertambah tinggi. Himpunan Ahli Jantung Amerika
AHA menganjurkan agar konsumsi kolesterol dalam
makanan dibatasi tidak lebih dari 300 mg setiap hari.
d. Makan Banyak Buah dan Sayuran Segar
Buah dan sayuran segar megandung banyak vitamin dan
mineral. Buah yang banyak mengandung mineral kalium
dapat membantu menurunkan tekanan darah.
e. Tidak Merokok dan Tidak Minum Alkohol
Nikotin yang ada di dalam rokok dapat mempengaruhi
seseorang, bias melalui pembentukan plak aterosklerosis,
efek langsung nikotin terhadap pelepasan hormone
epinephrine dan norepinephrine, ataupun melalui efek CO
dalam peningkatan sel darah merah.
f. Latihan Relaksasi atau Meditasi
Relaksasi dan meditasi berguna untuk mengurangi stress
atau ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan
mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil
membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan
menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan
mendengarkan music, atau bernyanyi.
g. Berusaha dan Membina Hidup yang Positif
Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan
persaingan, tuntutan atau tantangan yang menumpuk
menjadi tekanan atau beban stress (ketegangan) bagi setiap
orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga
melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan sakit
kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul
hipertensi. Agar terhindar dari efek negative tersebut, orang
harus berusaha membina hidup yang positif. Beberapa cara
untuk membina hidup yang positif adalah sebagai berikut :
 Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah
 Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu untuk
kegiatan santai sekaligus belajar mengalah, belajar
berdamai.
6. PERAWATAN
a. Penatalaksanaan Farmakologis
Pengobatan standart yang dianjurkan oleh Komite
Dokter Ahli Hipertensi (Joint National Commite on
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretic,
penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE
dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang
ada pada penderita. Bila tekanan darah tidak dapat di
control selama satu bulan, dosis obat dapat disesuaikan
sampai dosis maksimal atau menambahkan obat golongan
lain atau mengganti obat pertama dengan obat golongan
yang lain. Sasaran penurun tekanan darah adalah kurang
dari 140/90 mmHg dengan efek samping minimal.
Penurunan dosis obat dapat dilakukan pada golongan
hipertensi ringan yang sudah terkontrol dengan baik selama
satu tahun (Gunawan, 2006). Jenis obat anti-hipertensi yang
sering digunakan adalah sebagai berikut :
 Diuretika
Diuretika adalah obat yang memperbanyak volume
air kencing, mempertinggi pengeluaran garan
(NaCl). Dengan turunnya kadar Na+, maka tekanan
darah akan turun dan efek hipotensifnya kurang
kuat. Obat yang sering digunakan adalah obat yang
daya kerjanya panjang sehingga dapat digunakan
dosis tunggal, diutamakan diuretika yang hemat
kalium. Obat yang banyak beredar adalah
Spironolactone, HCT, Chlortalidone, dan
indopanide.
 Alfa-blocker
Alfa-blocker adalah obat yang dapat memblokir
reseptor alfa dan menyebabkan vasodilatasi perifer
serta turunnya tekanan darah. Karena efek
hipotensinya ringan sedangkan efek sampingnya
kuat, misalnya hipotensi ortostatik dan takikardia,
maka jenis obat ini jarang digunakan. Obat yang
termasuk dalam jenis Alfa-blocker adalah Prazosin
dan Terazosin.
 Beta-blocker
Mekanisme kerja obat beta-bloker belum diketahui
dengan pasti. Diduga kerjanya berdasarkan beta
blokase pada jantung sehingga mengurangi daya
dan frekuensi kontraksi jantung. Dengan demikian,
tekanan darah akan menurun dan daya hipotensinya
naik. Obat yang bisa dipakai dari jenis Beta-blocker
adalah Propanolol, Atenolol, Pindolol, dan
sebagainya.
 Vasodilator
Obat Vasodilator dapat langsung mengembangkan
dinding arteriole sehingga daya tahan pembuluh
perifer berkurang dari tekanan darah menurun. Obat
yang termasuk dalam jenis Vasodilator adalah
Hidralazine, dan Ecarazine.
 Antagonis Kalsium
Mekanisme obat Antagonis Kalsium adalah
menghambat pemasukan ion kalsium ke dalam sel
otot polos pembuluh dengan efek vasodilatasi dan
turunnya tekanan darah. Obat jenis Antagonis
Kalsium yang terkenal adalah Nifedipin dan
Verapamil.
 Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan
darah dengan menghambat Angiostensin Coverting
Enziyme yang berdaya vasokontriksi kuat. Obat
penghambat ACE yang popular adalah Captopril
dan Enalapril.
b. Non Farmakologis
 Terapi Diet
Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan
yang dimakan setiap hari agar seseorang tetap sehat,
dan bagi orang sakit bertujuan meningkatkan status
gizi dan membantu kesembuhan, serta mencegah
permasalahan lain misalnya diare atau intoleransi
terhadap jenis makanan tertentu. Terapi diet ini
dikenal dengan istilah DASH (Dietary Approaches
to Stop Hipertension). Pengobatan ini pada
umumnya mengubah pola makan dan gaya
hidupnya. Mungkin merasakan sebagian perbahan
terasa lebih berat dibandingkan terapi dengan yang
lainnya (Sotomo, 2006).
- Macam Diet dan Indikasi Pemberian
Diet rendah garam diberikan kepada
penderita dengan oedema atau hipertensi
sebagaimana terdapat pada penyakit
decompensasi cordis, chirosis hepatis,
penyakit ginjal tertentu, toksemia pada
kehamilan, dan hipertensi esensial. Diet ini
mengandung cukup zat-zat gizi. Sesuai
dengan keadaan penyakit, dapat diberikan
berbagai tingkat diet rendah garam
(Gunawan, 2006).
- Terapi olahraga
Penelitian menunjukkan bahwa melakukan
olah raga berhubungan erat dengan
penurunan tekanan darah. Mekanismenya
tidak seluruhnya jelas, tetapi kemungkinan
berkaitan dengan perubahan pola makan
yang sering dilakukan pada saat berolahraga
secara teratur. Namun, jika saat menderita
hipertensi, maka perlu berpikir secara tepat
untuk menentukan program olahraganya.
Secara umum semua jenis olahraga ringan
boleh dilakukan. Jika berada di udara
terbuka bisa berjalan kaki, dan bersepeda.
Mulailah dengan perlahan-lahan secara
bertahap dengan menambah jaraknya.
Olahraga ini mudah dipelajari, melibatkan
hampir semua otot karena ritmenya yang
tepat (Simbolon, 2002). Jenis olahraga yang
efektif menurunkan tekanan darah tinggi
adalah olahraga aerobic dengan intensitas
sedang (70-80%). Frekuensi latihannya 3-5
kali seminggu, dengan lama latihan 30-60
menit sekali latihan. Olahraga seperti jalan
kaki atau jogging yang dilakukan selama 16
minggu akan mengurangi kadar hormone
norepineprin (noradrenalin) dalam tubuh
yakni zat yang dikeluarkan system saraf
yang dapat menaikkan tekanan darah (Wolf,
2008).

C. LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


1. PENGKAJIAN
Menurut Muwarni (2007), pengkajian adalah suatu tahapan
dimana seseorang perawat mengambil informasi secara terus
menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Sumber
informasi dan tahapan pengkajian dapat menggunakan metode :
a. Wawancara keluarga
b. Observasi fasilitas rumah
c. Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga dari ujung rambut
ke ujung kaki, pemeriksaan tekanan darah.
Pada proses pengkajian ada hal-hal yang perlu dikaji dalam
keluarga diantaranya adalah :
a. Data umum
Dalam proses pengkajian keperawatan keluarga terhadap
data umum keluarga meliputi :
 Nama kepala keluarga (KK)
 Alamat dan telepon
 Pekerjaan kepala keluarga
 Pendidikan kepala keluarga
 Komposisi keluarga (Genogram)
 Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta
kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan
jenis tipe keluarga tersebut.
 Tipe bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut
terkait dengan kesehatan.
 Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
 Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh
pendapatan baik dari kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial
ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-
kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta
barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
 Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja
keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi
tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton
TV dan mendengarkan radio juga merupakan
aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
 Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan
anak tertua dari keluarga inti. Contoh : Keluarga
Bapak A mempunyai 2 orang anak, anak pertama
berumur 7 tahun dan anak kedua berumur 4 tahun,
maka keluarga Bapak A berada pada tahapan
perkembangan keluarga dengan usia anak sekolah.
 Tahap perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang
belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala
mengapa tugas perkembangan tersebut belum
terpenuhi.
 Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing- masing
anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan
penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan
kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan
kesehatan.
 Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Pengkajian lingkungan
 Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat
luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah
jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan
rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank
dengan sumber air, sumber air minum yang
digunakan serta denah rumah.
 Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga
dan komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan,
lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk
setempat, budaya setempat yang mempengaruhi
kesehatan.
 Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan
kebiasan keluarga berpindah tempat.
 Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan
masyarakat Menjelaskan mengenai waktu yang
digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
keluarga interaksinya dengan masyarakat.
 Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga
adalah jumlah anggota keluarga yang sehat,
fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas
fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari
anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan
dari masyarakat setempat.
d. Struktur keluarga
 Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar
anggota keluarga.
 Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
 Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
 Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut
oleh keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan.
e. Fungsi keluarga
 Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota
keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam
keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta
pada anggota keluarga, dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
 Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau
hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar disiplin, norma, budaya, dan
perilaku.
 Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan
makanan, pakaian, perlindungan serta merawat
anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit.
Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan
perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan
keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga,
yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,
melakukan perawatan terhadap anggota keluarga
yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan keehatan, dan keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat.
Hal-hal yang dikaji sejauh mana keluarga
melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga
adalah :
- Untuk mengetahui kemampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan, yang perlu
dikaji adalah sejauh mana keluarga
mengetahui mengenai fakta-fakta dari
masalah kesehatan yang meliputi pengertian,
tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang
mempengaruhinya serta persepsi keluarga
terhadap masalah.
- Untuk mengetahui kemampuan keluarga
mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji
adalah :
 Sejauh mana kemampuan keluarga
mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah.
 Apakah masalah kesehatan dirasakan
oleh keluarga.
 Apakah keluarga merasa menyerah
terhadap masalah yang dialami.
 Apakah keluarga merasa takut akan
akibat dari tindakan penyakit.
 Apakah keluarga mempunya sikap
negative terhadap masalah kesehatan.
 Apakah keluarga dapat menjangkau
fasilitas kesehatan yang ada.
 Apakah keluarga kurang percaya
terhadap tenaga kesehatan.
 Apakah keluarga mendapat informasi
yang salah terhadap tindakan dalam
mengatasi masalah.
- Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit, yang perlu dikaji
adalah :
 Sejauh mana keluarga mengetahui keadaan
penyakit (sifat, penyebaran, komplikasi
prognosa, dan cara perawatannya).
 Sejauh mana keluarga mengetahui tentang sikap
dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
 Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan
fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.
 Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-
sumber yang ada dalam keluarga (anggota
keluarga yang bertanggung jawab, sumber
keuangan/financial, fasilitas fisik, psikososial).
 Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit.
- Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal yang
perlu dikaji adalah :
 Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-
sumber keluarga yang dimiliki.
 Sejauh mana keluarga melihat keuntungan atau
manfaat pemeliharaan lingkungan.
 Sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya
hygiene sanitasi.
 Sejauh mana keluarga mengetahui upaya
pencegahan penyakit.
 Sejauh mana sikap/pandangan keluarga
terhadap hygiene sanitasi.
 Sejauh mana kekompakan antar anggota
keluarga.

- Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga


menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan di
masyarakat, hal yang perlu dikaji adalah :
 Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan
fasilitas kesehatan.
 Sejauh mana keluarga memahami keuntungan-
keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas
kesehatan.
 Sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga
terhadap petugas dan fasilitas kesehatan.
 Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang
kurang baik terhadap petugas kesehatan.
 Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau
oleh keluarga.
f. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga
ada beberapa yaitu :
 Berapa jumlah anak.
 Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota
keluarga.
 Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga.
g. Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga
terdiri dari beberapa yaitu :
 Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan.
 Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang
ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status
kesehatan keluarga.

h. Stres dan koping keluarga


 Stresor jangka pendek dan panjang
Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu ± 6 bulan. Sedangkan stresor jangka panjang
yaitu stresor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6
bulan.
 Kemampuan keluarga berespon terhadap
situasi/stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga
berespon terhadap situasi atau stresor.
 Strategi koping yang digunakan
 Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan.
 Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional
yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
i. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik berbeda
dengan pemeriksaan fisik di klinik.
j. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Risiko ketidak stabilan tekanan darah b.d gangguan tidur
b. Insomnia b.d stressor
3. INTERVENSI

No. Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


Dx
1. Setelah dilakukan tindakan Pengajaran promkes
keperawatan selama 3 hari penyakit :
diharapakan Risiko ketidak 1. Jelaskan apa itu
stabilan tekanan darah dapat hipertensi
teratasi dengan kriteria hasil : 2. Jelaskan penyebab
Keluarga dan pasien mampu hipertensi
menangani keluarga dengan 3. Identifikasi
masalah hipertensi : penyebab hipertensi
1. Pasien mampu 4. Tekannkan
mengetahui penyakit pentingnya
hipertensi memantau tekanan
2. Pasien mampu darah secara rutin
menyebutkan Pengajaran respon obat :
penyebab hipertensi 1. Tinjau pengetahuan
3. Pasien mampu tentang obat
menyebutkan makanan hipertensi
yang tidak boleh informasikan terapi
dikonsumsi oleh jus Tomat
pasien hipertensi 2. Jelaskan manfaat
4. Pasien mampu kandungan terapi jus
mengontrol Tomat
dirinya/periksa di
puskesmas
5. Pasien mampu
menerepakan terapi jus
Tomat

2 Setelah dilakukan tindakan Pengajaran promkes


keperawatan selama 3 hari insomnia :
diharapakan insomnia dapat 1. Jelaskan apa itu
teratasi dengan kriteria hasil : insomnia
Keluarga dan pasien mampu 2. Jelaskan penyebab
mengatasi anggota keluarga insomnia
dengan masalah insomnia 3. Identifikasi
1. Pasien mampu penyebab insomnia
mengetahui tentang 4. Memantau
insomnia perkembangan pola
2. Pasien mampu tidur
menyebutkan Pengajaran menangani
penyebab insomnia insomnia :
3. Pasien dapat 1. Informasikan teknik
menangani masalah dengan
insomnia dengan mendengarkan
mendengarkan musik musik murotal
murotal
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN. M

DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA DEWASA

DI PERUM SIRANDA ASRI BLOK A RT 004/ RW 003

WONOPLUMBON MIJEN SEMARANG

FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA

A. DATA UMUM
1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. M
2. Alamat : Perum siranda asri blok A
3. Pekerjaan kepala keluarga : Swasta
4. Pendidikan kepala keluarga : D3
5. Komposisi keluarga :
KETERANGAN
NAMA

IMUNISASI
ANGGOTA

HUB DENGAN KK
JENIS KELAMIN

PENDIKAN
UMUR

N0
B

CAMPAK
KELUARGA

C DPT POLIO HEPATITIS


G

I II III I II III IV I II III

1 Tn. M L Suami D3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - -

2 Ny. E P Istri D3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - -

3 Tn. F L Anak S1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - -

4 Nn A P Anak SMK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

6. Genogram

Keterangan :
Laki-laki Klien
Perempuan

Tinggal satu rumah

Meninggal
7. Tipe keluarga : Nuclear family
8. Suku bangsa : Indonesia
9. Agama : Islam
10. Status sosial ekonomi keluarga :
Keluarga sejahtera dengan memiliki berbagai fasilitas elektonik
dan memiliki sumber pendapatan melalui gaji yang diterima Tn.M
± Rp.4.000.000,- perbulannya insyaallah cukup untuk kebutuhan
keluarga.
11. Aktifitas rekreasi keluarga :
Keluarga jarang untuk rekreasi karena kesibukan masing-masing,
akan tetapi Tn. M selalu menyempatkan waktu libur untuk rekreasi
sebentar agar kluarga tetap harmonis dan tidak suntuk dirumah.

B. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga dengan anak dewasa
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Anak belum mandiri di masyarakat
3. Riwayat keluarga inti
Tn. M mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Tn. M mengatakan memiliki riwayat penyakit keluarga dari bapak
Tn. M (hipertensi)

C. DATA LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
Tn. M mengatakan bersyukur memiliki rumah sederhana seperti
ini, walaupun tidak besar dan mewah. Yang penting memiliki teras
rumah, ruang tamu, ruang keluarga, kamar mandi, kamar tidur,
dapur, dan vasilitas rumah tangga yang mencukupi

2. Denah rumah

Garasi Teras
U
Kamar tidur 1 Ruang Tamu

Kamar tidur 2

Ruang keluarga Kamar mandi

Dapur Kamar tidur 3

3. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Tn. M mengatakan setiap sebulan ada pertemuan arisan bapak-
bapak, setiap sabtu malam ronda malam, setiap minggu pagi kerja
bakti.
4. Mobilitas geografis keluarga
Tn. M mengatakan kesehariannya bekerja luar kota dari senin-
jumat dan Ny. E kesehariannya sebagai ibu rumah tangga
5. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn. M mengatakan karena setiap senin-jumat bekerja dan jarang
dirumah, tetapi interaksi dengan tetangga tetap harmonis karena
setiap sabtu dan minngu Tn. M selalu ikut berkumpul
menyesuaikan kegiatan yang sudah ditetapkan masyarakat.
6. Sistem pendukung keluarga
Tn. M mengatakan setiap keluarga saling mendukung kegiatan satu
sama lain saling support.
D. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga
Tn. M mengatakan komunikasi dengan keluarga baik saling
terbuka
2. Struktur kekuatan keluarga
Tn. M mengatakan jika ada masalah di selesaikan secara
musyawarah dan mencari jalan keluarnya bersama
3. Struktur peran (formal dan informal)
Tn. M mengatakan walaupun bekerja tetapi tidak melupakan
perannya sebagai kepala keluarga, yaitu memberikan kasih sayang,
bimbingan, didikan untuk keluarganya.
4. Nilai dan norma keluarga
Tn. M mengatakan kepala keluarga yang sangat bertanggung jawab
yang bisa membagi waktunya untuk keluarga dan bekerja

E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Tn. M mengatakan sangat dekat dengan anakanya, setiap Tn. M
dirumah selalu kumpul bersama, makan, bercanda, nonton tv.
2. Fungsi sosial
Tn. M mengatakan kepada anakanya untuk selalu memberi tahu
jika mau pergi keluar rumah dan selalu mengingatkan untuk tidak
pulang malam lebih dari jam 21.00 WIB kecuali ada sesuatu
dijalan, Tn. M selalu meminta kabar
3. Fungsi peran kesehatan
Tn. M mengatakan jika penyakit yang dialami kambuh (hipertensi)
Tn. M hanya istirahat sampai penyakitnya reda, jika tak kunjung
reda Tn. M bergegas untuk pergi ke klinik
4. Fungsi reproduksi
Tn. M mengatakan tidak ada masalah pada sistem reproduksinya

5. Fungsi ekonomi
Tn. M mengatakan berapapun hasil yang ia peroleh semuanya
disyukuri

F. STRESS DAN KOPING KELUARGA


1. Stressor jangka pendek dan panjang
Tn. M mangatakan tidak ada masalah yang menimbulkan stress
terakhir ini
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Tn. M mengatakan selalu berfikir bahwa semua masalah yang
diberikan adalah ujian dari Allah
3. Strategi koping yang digunakan
Tn. M mengatakan setiap ada masalah dibicarakan dan mencari
solusinya untuk dicari jalan keluarnya
4. Strategi adaptasi disfungsional
Tn. M mengatakan dibicarakan dengan baik-baik agar tidak terjadi
kesalah pahaman

G. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)

No Keterangan Kepala Keluarga Anggota Anggota Anggota


Keluarga Keluarga Keluarga
1. Nama Tn. M Ny. E Tn. M Nn. A
TTV
TD 150/100 mmHg 120/70 mmHg 120/80 mmHg 110/80 mmHg
Suhu 36,8 ° C 36,5 ° C 36,3 ° C 36,0 ° C
RR 22 x/menit 22 x/menit 24 x/menit 20 x/menit
Nadi 85 x/menit 80 x/menit 83 x/menit 79 x/menit

2. Kepala dan Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk


leher meshocepal, meshocepal, meshocepal, meshocepal,
tidak ada lesi, tidak ada lesi, tidak ada lesi, tidak ada lesi,
leher tidak ada leher tidak ada leher tidak ada leher tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tyroid kelenjar tyroid kelenjar tyroid kelenjar tyroid

3. Thorax atau Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan


dada antara dada antara dada antara dada antara dada
kanan dan kiri kanan dan kiri kanan dan kiri kanan dan kiri
sama, vrokal sama, vrokal sama, vrokal sama, vrokal
vremitus teraba vremitus vremitus vremitus teraba
sama teraba sama teraba sama sama
Suara paru Suara paru Suara paru Suara paru
pekak, tidak ada pekak, tidak pekak, tidak pekak, tidak
bunyi suara ada bunyi ada bunyi ada bunyi
nafas tambahan suara nafas suara nafas suara nafas
tambahan tambahan tambahan
4. Abdomen Peristaltik usus Peristaltik usus Peristaltik usus Peristaltik usus
15x/menit, tidak 15x/menit, 15x/menit, 15x/menit,
ada nyeri tekan tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri
disemua kwaran tekan disemua tekan disemua tekan disemua
kwaran kwaran kwaran

5. Punggung Tidak ada lesi, Tidak ada lesi, Tidak ada lesi, Tidak ada lesi,
tidak lordosis, tidak lordosis, tidak lordosis, tidak lordosis,
kifosis kifosis kifosis kifosis

6. Genetalia Tidak terkaji, Tidak terkaji, Tidak terkaji, Tidak terkaji,


dan rektal klien klien klien klien
mengatakan mengatakan mengatakan mengatakan
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
masalah pada masalah pada masalah pada masalah pada
genetaliannya genetaliannya genetaliannya genetaliannya

7. Ekstermitas Nilai semua Nilai semua Nilai semua Nilai semua


kekuatan otot kekuatan otot kekuatan otot kekuatan otot
ekstermitas ekstermitas ekstermitas ekstermitas
adalah 5 adalah 5 adalah 5 adalah 5

8. Fungsi Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,


pendengara keadaan bersih, keadaan keadaan keadaan
n fungsi bersih, fungsi bersih, fungsi bersih, fungsi
pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran
baik baik baik baik

9. Fungsi Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva


penglihatan tidak terlihat tidak terlihat tidak terlihat tidak terlihat
anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak
ada katarak, ada katarak, ada katarak, ada katarak,
penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan
jelas, kantong jelas jelas jelas
mata cembung
tampak tidak
fresh

10. Fungsi Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,


penglihatan keadaan bersih, keadaan keadaan keadaan
Fungsi tidak ada bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak
penciuman kelainan yang ada kelainan ada kelainan ada kelainan
ditemukan yang yang yang
ditemukan ditemukan ditemukan

11. Mulut Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir
lembab, Mulut lembab, Mulut lembab, Mulut lembab, Mulut
bersih, tidak ada bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak
kelainan. ada kelainan. ada kelainan. ada kelainan.

12. Fungsi Keadaan Keadaan Keadaan Keadaan


neurologis composmentis composmentis composmentis composmentis
GCS: 15, E: 4 GCS: 15, E: 4 GCS: 15, E: 4 GCS: 15, E: 4
V:5 M:6 V:5 M:6 V:5 M:6 V:5 M:6
13. Turgor/inte Kulit lembab, Kulit lembab, Kulit lembab, Kulit lembab,
gumen elastis, tidak ada elastis, tidak elastis, tidak elastis, tidak
lesi ada lesi ada lesi ada lesi

14. Pemeriksaa - - - -
n penunjang

H. HARAPAN KELUARGA
Tn. M berharap agar penyakit yang diderita sembuh, tidak kabuh lagi,
diberi kesehatan, dan umur panjang biar bisa bekerja untuk memenuhi
kebutuhan keluarga. Dan seluruh anggota diberi kesehatan .

ANALISIS DATA

No. hari/ Tanggal Data Fokus Diagnosa Keperawatan


1. Minggu, 5 Mei DS : Risiko ketidak stabilan tekanan
2020 Tn. M mengatakan darah b.d gangguan tidur
15.00 WIB sudah tau jika terkena
hipertensi sejak 2thn
lalu, ada riwayat dari
bapak Tn. M, pusing,
nyeri kepala, susah
tidur, dan sering
terbangun
DO :
TD : 150/100 mmHg
2. Minggu, 5 Mei DO : Insomnia b.d stress
2020 Tn. M mengatakan
15.30 tidak bisa tidur dan
sekalinya tidur tidak
bisa lama, selalu
terbangun
DO :
Tn. M tampak lesu
tidak fresh, dan
terdapat katung mata

SKORING DAN PRIORITAS MASALAH

DX. 1 Risiko ketidak stabilan tekanan darah b.d gangguan tidur

KRITERIA SKALA BOBOT SKORING PEMBENARAN


2
Sifat masalah : 3 1 /3 Adanya masalah
2 kesehatan yang
1 perlu dibenarkan
dan ditangani
Kemungkinan 2 2 1 Pasien
masalah untuk 1 mengatakan ingin
diubah : 0 sembuh dan
menuruti nasehat
tenaga medis
Potensi masalah 3 1 1 Pasien
untuk dicegah : 2 mengatakan akan
1 memeriksakan
diri ketenaga
kesehatan jika
penyakit yang
dialami kambuh
Menonjolnya 2 1 1 Pasien
masalah : 1 mengatakan jika
0 tekanan darah
naik, pusing, dan
nyeri kepala
Jumlah : 3 2/3

DX. 2 Insomnia b.d stressor

KRITERIA SKALA BOBOT SKORING PEMBENARAN


Sifat 3 1 1 Adanya masalah
masalah : 2 kesehatan yang
1 perlu dibenarkan
dan ditangani
Kemungkinan 2 2 1 Pasien
masalah untuk 1 mengatakan jika
diubah : 0 tidak bisa tidur
ia akan
mendengarkan
murotal dan
mengubah pola
tidurnya
2
Potensi 3 1 /3 Klien
masalah untuk 2 mengatakan
dicegah : 1 akan merubah
pola istirahat dan
tidurnya
1
Menonjolnya 2 1 /2 Masalah ini
masalah : 1 tidak terlalu
0 besar untuk
ditangani
Jumlah : 2 5/6

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

1. Risiko ketidak setabilan b.d gangguan tidur


2. Insomnia b.d stressor

RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


FORMATIF

EVALUASI SUMATIF

BAB IV
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. JURNAL
PENGARUH PEMBERIAN JUS TOMAT TERHADAP
PERUBAHAN TEKANAN DARAH SISTOLIK DAN DIASTOLIK
PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA WONOREJO
KECAMATAN LAWANG MALANG TAHUN 2007
The Influence of Consuming Tomato Juice Toward The Change of Sistolic
And Diastolic Blood Pressure Hypertension Patient In The Village of
Wonorejo Lawang District 2007
Priyo Raharjo
1UPT Pelatihan Kesehatan Masyarakat Murnajati Lawang Jl. Argotunggal
No. 1 Lawang 65211 e-mail: upi_raharjo@yahoo.co.id
ABSTRAK
Hipertensi adalah penyakit degneratif yang semakin sering dijumpai di
masyarakat. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat yang masih rendah
menimbulkan ketidakpatuhan dalam pengobatan, mereka menganggap
bahwa pengobatan hanya cukup minum obat sakit kepala. Demikian pula
yang terjadi di Desa Wonorejo Kecamatan Lawang. Tujuan penelitian
adalah mencoba mencari pengaruh konsumsi jus tomat dengan perubahan
tekanan darah sistolik dan diastolik. Tomat yang digunakan adalah tomat
buah yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat. Sembilan puluh enam orang
berusia 30-65 tahun sebagai responden dengan penyakit hipertensi
essensial. Penelitian ini dilakukan selama 2 hari dan responden diukur
tekanan darahnya 5 menit sebelum konsumsi jus tomat, dan 30, 60, 90
menit setelah konsumsi jus tomat. Hasil uji analisa statistik menunjukkan
ada pengaruh pemberian jus tomat terhadap penurunan tekanan darah
sistolik dan diastolik dan penurunan terbesar pada 30 menit setelah
pemberian jus tomat. Hasil ini diharapkan memberi manfaat bagi
masyarakat dan merupakan salah satu solusi bagi perawatan penderita
hipertensi.
Kata kunci: hipertensi, jus tomat, perubahan tekanan darah sistolik dan
diastolik
ABSTRACT
Hypertension is a degenerative disease which is more and more frequently
found within the society. Low awareness and ignorance cause
disobedience in medication, they consider that medication is enough by
taking headache pills. It also happens in the village of Wonorejo, in the
district Lawang. The research was conducted to try to find the influence
of consuming tomato juice toward the changes of sistolic and diastolic
blood pressure. The tomatoes used were the ordinary ones consumed by
people. The respondences were 96 people at the age to 30-65 years with
essensial hypertension disease. This research was conducted for 2 days and
the respondences blood pressure was measured 5 minutes before
consuming the tomato juice, and 30, 60, 90 minutes after consuming. The
result of statistical analysis test showed that there were some influencews
of consuming tomato juice toward the decrease of the sistolic and diastolic
blood pressure and the most significant decrease occurred 30 minutes after
consuming the tomato juice. This result is expected to give any benefit for
the society and become one of the solutions to treat the hypertension
suffers.
Keywords: hypertension, tomato juice, the changes of sistolic and diastolic
blood pressure
LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang banyak diderita bukan
hanya oleh usia lanjut saja, bahkan saat ini juga menyerang orang dewasa
muda (Darmojo, 2001). Hipertensi mempunyai hubungan erat dengan
risiko kejadian penyakit kadiovaskular,
dengan tekanan darah yang lebih tinggi, maka akan lebih besar pula
kemungkinan terjadinya penyakit ginjal, stroke, serangan jantung, dan
gagal jantung. Berkenaan dengan meningkatnya angka kejadian hipertensi
yang terus meningkat, perlu mendapatkan perhatian yang khusus, terutama
berkenaan dengan asupan makanan.
139Pengaruh Pemberian Jus Tomat Terhadap Perubahan Tekanan Darah
Sistolik dan Diastolik pada Penderita Hipertensi di Desa Wonorejo
Kecamatan Lawang Malang Tahun 2007
Volume 1, Nomor 2
Universitas Negev Israel tahun 2006 menemukan bahwa mengkonsumsi
tomat setiap hari selama delapan minggu dapat menurunkan tekanan darah
sistole sebesar 10 mmHg dan tekanan darah diastole sebesar 4 mmHg,
apabila disertai dengan diet yang normal. Penelitian ini diikuti 31
responden dengan usia 30-70 tahun. Penderita dengan penyakit penyerta,
tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini (Anonymous, 2005). Studi lain
menemukan bahwa diet kombinasi buah- buahan, sayuran, dan produk
rendah lemak dapat menurunkan tekanan darah sistole rata- rata 5,5 mmHg
dan diastole 3 mmHg (Anonymous, 2005). Double-blind study
mengungkapkan bahwa dari 18 pasien berusia rata-rata 60 tahun dengan
diberikan asupan 2,5 gr kalium dapat menurunkan tekanan darah sistolik
12 mmHg dan diastolik 77 mmHg. Di Jawa Timur, prevalensi hipertensi
cukup tinggi. Begitu juga di Lawang tahun 1987 sekitar 11% (Pikir, 2003).
Makanan sumber kalium mempunyai potensi yang sangat baik untuk
menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik (Hull, 1996). Tomat kaya
akan kalium (235 mg/100 gr tomat), sedikit natrium, dan lemak. Kerja
kalium dalam menurunkan tekanan darah adalah dapat menyebabkan
vasodilatasi, sehingga terjadi penurunan retensi perifer dan meningkatkan
curah jantung; kalium berfungsi sebagai diuretika, sehingga pengeluaran
natrium dan cairan akan meningkat; kalium menghambat pelepasan renin,
sehingga mengubah aktivitas sistem renin angiotensin; kalium dapat
mengatur saraf perifer dan sentral yang mempengaruhi tekanan darah
(Budiman, 1999). Suplemen kalium dalam tomat dan licopene, dapat
berguna pada terapi hipertensi. Tomat mengandung antioksidan kuat yang
menghambat penyerapan oksigen reaktif terhadap endotel yang
mengganggu dilatasi pembuluh darah, sehingga menyebabkan hipertensi,
ini yang menjadi salah satu patofisiologi mengapa tomat dapat
menurunkan tekanan darah. Buah tomat juga memiliki banyak kandungan
zat yang berkhasiat yaitu pigmen lycopene (berfungsi sebagai antioksidan
yang melumpuhkan radikal bebas, menyeimbangkan kadar kolesterol
darah dan tekanan darah, serta melenturkan sel-sel saraf jantung yang kaku
akibat endapan kolesterol dan gula darah) dan zat yang lain adalah gamma
amino butyric acid (GABA) juga berguna untuk menurunkan tekanan
darah (Jacob, 2005). Kewaspadaan hendaknya ditingkatkan pada golongan
prehipertensi dengan cara meningkatkan edukasi untuk menurunkan
tekanan darah dan mencegah terjadinya hipertensi dengan cara
memodifikasi kebiasaan hidup. Seiring dengan mahalnya biaya
pengobatan, masyarakat saat ini mengalihkan pengobatan dan perawatan
pada bahan yang bersifat alami. Salah satunya adalah dengan meminum
jus tomat. Kesimpulannya bahwa tomat dapat menjadi alternatif perawatan
bagi penderita hipertensi.
METODE
Penelitian dilakukan dengan teknik praeksperimen one group pre-post test
design untuk mempelajari pengaruh pemberian jus tomat pada penderita
hipertensi essensial. Pengambilan sample dilakukan dengan cara
purposive sampling. Besar sample sebanyak 96 dengan usia 30-65 tahun,
dengan karakteristik: mengidap penyakit hipertensi essensial, tidak atau
belum berobat, tidak meminum obat anti hipertensi, tidak menderita
penyakit sistemik lainnya (jantung, kencing manis), dan bersedia menjadi
responden. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 29 Oktober-3 Nopember
2007 di Desa Wonorejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang.
Instrumen dalam penelitian dengan menggunakan lembar observasi untuk
mengukur tekanan darah yang diukur setelah responden istirahat 10 menit,
kemudian diukur tekanan darahnya. Setelah itu responden diberi jus tomat,
selang 30, 60, dan 90 menit kemudian responden diukur kembali tekanan
140 Juli 2010: 138 - 143
Priyo Raharjo JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071
darahnya. Pengukuran dilakukan selama dua hari berturut-turut. Tomat
yang digunakan adalah tomat buah warna merah matang sebanyak 150
gram tanpa ditambahkan gula maupun air, kemudian dihancurkan dengan
menggunakan blender. Uji analisis statistik yang digunakan adalah uji t,
apabila distribusi tidak normal uji yang digunakan adalah wilcoxon sign
rank test dengan p < 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Sebaran Usia Dan Jenis Kelamin Responden Yang Menderita Hipertensi
Essensial Di Desa Wonorejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang
Tahun 2007
Tabel 1. Sebaran usia dan jenis kelamin responden yang menderita
hipertensi essensial di Desa Wonorejo Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang Tahun 2007
No Usia (dalam tahun)
Jumlah responden
Prosentase (%) 1 30-39 tahun 14 14,6 2 40-49 tahun 29 30,2 3 50-59
tahun 28 29,2 4 60-69 tahun 25 26,0 Total 96 100 No Jenis kelamin
Jumlah responden Prosentase (%) 1 Laki-laki 43 44,8 2 Perempuan 53
55,2 Total 96 100
Dari tabel 1 didapatkan bahwa sebaran usia hampir merata mulai usia 30-
39 tahun jumlah responden sebanyak 14 orang (14,6%), usia 40-49 tahun
jumlah responden sebanyak 29 orang (30,2%), usia 50-59 tahun jumlah
responden sebanyak 28 orang (29,2%), dan usia 60-69 tahun jumlah
responden sebanyak 25 orang (26,0%). Sedangkan sebaran jenis kelamin
laki-laki jumlah responden sebanyak
43 orang (44,8%) dan perempuan jumlah responden sebanyak 53 orang
(55,2%).
Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Responden Yang Menderita
Hipertensi Esensial Di Desa Wonorejo Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang Tahun 2007
Tabel 2. Sebaran tekanan darah sistolik dan diastolik (mmHg) responden
yang menderita hipertensi esensial di Desa Wonorejo Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang Tahun 2007
No Tekanan darah sistolik (mmHg)
Jumlah responden
Prosentase (%) 1 120-139 mmHg 23 24,0 2 140-159 mmHg 55 57,3 3 ≥
160 mmHg 18 18,7 Total 96 100 No Tekanan darah diastolik (mmHg)
Jumlah responden Prosentase (%) 1 80-89 mmHg 3 3,1 2 90-99 mmHg 53
55,2 3 ≥ 100 mmHg 40 41,7 Total 96 100
Dari tabel 2 didapatkan bahwa sebaran tekanan darah sistolik 120-139
mmHg jumlah responden sebanyak 23 orang (24,0%),
tekanan darah sistolik 140-159 mmHg jumlah responden sebanyak 55
orang (57,3%), dan
141Pengaruh Pemberian Jus Tomat Terhadap Perubahan Tekanan Darah
Sistolik dan Diastolik pada Penderita Hipertensi di Desa Wonorejo
Kecamatan Lawang Malang Tahun 2007
Volume 1, Nomor 2
tekanan darah sistolik e” 160 mmHg jumlah responden sebanyak 18 orang
(18,7%).
Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Berdasarkan Jenis Kelamin
Responden Yang Menderita Hipertensi Esensial Di Desa Wonorejo
Kecamatan Lawang Kabupaten Malang Tahun 2007
Tabel 3. Sebaran tekanan darah sistolik dan diastolik (mmHg) berdasarkan
jenis kelamin responden yang menderita hipertensi esensial di Desa
Wonorejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang Tahun 2007
No Tekanan darah sistolik (mmHg)
Jenis kelamin Perempuan Laki-laki 1 120-139 mmHg 3 (5,7%) 0 (0,0%)
2 140-159 mmHg 27 (50,9%) 26 (60,5%) 3 ≥ 160 mmHg 23 (43,4%) 17
(39,5%) Total 53 (100%) 43 (100%) No Tekanan darah diastolik (mmHg)
Jenis kelamin Perempuan Laki-laki 1 80-89 mmHg 17 (32,1%) 6 (14,0%)
2 90-99 mmHg 30 (56,6%) 25 (58,1%) 3 ≥ 100 mmHg 6 (11,3%) 12
(27,9%) Total 53 (100%) 43 (100%)
Dari tabel 3 didapatkan tekanan darah sistolik 120-139 mmHg pada jenis
kelamin perempuan sebanyak 3 orang (5,7%) pada laki-laki 0, tekanan
darah sistolik 140-159 mmHg pada perempuan sebanyak 27 orang (50,9%)
pada laki-laki sebanyak 26 orang (60,5%), tekanan darah sistolik e” 160
mmHg pada perempuan sebanyak 23 orang (43,4%) pada laki-laki
sebanyak 17 orang (39,5%). Sedangkan tekanan darah diastolik 80-89
mmHg pada jenis kelamin perempuan sebanyak 17 orang (32,1%) pada
laki-laki sebanyak 6 orang (14,0%), tekanan darah diastolik 90-99 mmHg
pada perempuan sebanyak 30 orang (56,6%) pada laki-laki sebanyak 25
orang (58,1%), tekanan darah diastolik e” 100 mmHg pada perempuan
sebanyak 6 orang (11,3%) pada laki-laki sebanyak 12 orang (27,9%).
Perbedaan Tekanan Darah Sistolik Responden Hari Pertama Dan Hari
Kedua
Tekanan darah sistolik adalah tekanan puncak yang tercapai ketika jantung
berkontraksi dan memompa darah keluar melalui arteri. Rerata penurunan
tekanan
darah sistolik responden setelah pemberian jus tomat pada hari pertama
dan hari kedua dapat dilihat pada gambar 1.
Keterangan: Garis biru: Hasil pengukuran tekanan darah sistolik (mmHg)
pada hari pertama Garis merah: Hasil pengukuran tekanan darah sistolik
(mmHg) pada hari kedua
Gambar 1. Grafik perbedaan rerata tekanan darah sistolik (mmHg)
sebelum dan sesudah pemberian jus tomat pada hari pertama dan hari
kedua
Dari gambar 1 didapatkan penurunan tekanan darah sistolik baik pada hari
pertama maupun pada hari kedua yaitu pada 5 menit sebelum diberikan jus
tomat penurunannya sekitar 4,17 mmHg, sedangkan pada menit ke 30
menurun sekitar 1,77 mmHg, menit ke
142 Juli 2010: 138 - 143
Priyo Raharjo JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071
60 menurun sekitar 1,57 mmHg, dan menit ke 90 menurun sekitar 1,56
mmHg. Penurunan tekanan darah sistolik ini bermakna jika dibuktikan
dengan uji analisa statistik pada á 0,05 (95%) diperoleh nilai p < 0,05 yang
berarti ada pengaruh pemberian jus tomat terhadap penurunan tekanan
darah sistolik. Melihat hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
pemberian jus tomat pada penderita hipertensi berpengaruh terhadap
penurunan tekanan darah sistolik.
Perbedaan Tekanan Darah Diastolik Responden Hari Pertama Dan Hari
Kedua
Tekanan darah diastolik adalah setelah jantung berdenyut, beristirahat,
atau waktu di antara denyutan, tekanan dalam pembuluh darah arteri akan
menurun. Rerata penurunan tekanan darah diastolik responden setelah
pemberian jus tomat pada hari pertama dan hari kedua dapat dilihat pada
gambar 2.
Keterangan: Garis biru: Hasil pengukuran tekanan darah sistolik (mmHg)
pada hari pertama Garis merah: Hasil pengukuran tekanan darah sistolik
(mmHg) pada hari kedua
Gambar 2. Grafik perbedaan rerata tekanan darah diastolik (mmHg)
sebelum dan sesudah pemberian jus tomat pada hari pertama dan hari
kedua
Dari gambar 2 didapatkan penurunan tekanan darah diastolik baik pada
hari pertama maupun pada hari kedua yaitu pada 5 menit
sebelum diberikan jus tomat penurunannya sekitar 0,89 mmHg, sedangkan
pada menit ke 30 meurun sekitar 0,65 mmHg, menit ke 60 menurun sekitar
0,57 mmHg, dan menit ke 90 menurun sekitar 0,21 mmHg. Penurunan
tekanan darah sistolik ini bermakna jika dibuktikan dengan uji statistik
pada á 0,05 (95%) diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti ada pengaruh
pemberian jus tomat terhadap penurunan tekanan darah diastolik. Melihat
hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemberian jus tomat pada
penderita hipertensi berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah
diastolik.
Pembahasan
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa kejadian hipertensi ternyata tidak hanya
ada pada usia lanjut, namun juga ada pada usia dewasa sekitar 30 tahun.
Hal ini terkait dengan perilaku atau gaya hidup yang tidak memperhatikan
asupan makanan yang baik. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang
semakin meningkat, seharusnya juga meningkat pula tingkat pengetahuan
mengenai perilaku hidup sehat. Hipertensi merupakan penyakit yang harus
diperhatikan keberadaannya. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Rahayu dan Pramintarto (2005) yang menyatakan
bahwa pemberian jus tomat sangat berpengaruh pada penurunan tekanan
darah, baik sistolik dan diastolik. Pada hari pertama pemberian jus tomat,
penurunan tekanan darah sistolik terbesar terjadi pada 30 menit pertama
setelah pemberian jus tomat 10,7 mmHg. Pada menit ke 60 sesudah
pemberian jus tomat terjadi penurunan sebesar 0,62 mmHg, dan berlanjut
sampai menit ke 90 sebesar 2,40 mmHg. Dari 96 responden, 88 responden
berhasil turun tekanan darah sistoliknya, 5 orang tetap, dan 3 responden
sisanya justru mengalami peningkatan tekanan darah sistolik.
143Pengaruh Pemberian Jus Tomat Terhadap Perubahan Tekanan Darah
Sistolik dan Diastolik pada Penderita Hipertensi di Desa Wonorejo
Kecamatan Lawang Malang Tahun 2007
Volume 1, Nomor 2
Pada hari kedua, penurunan tekanan darah sistolik terbesar tetap terjadi
pada menit ke 30 sebesar 7,97 mmHg. Pada menit ke 60 sesudah
pemberian jus tomat penurunan sebesar 0,42 mmHg, dan pada menit ke 90
sebesar 2,39 mmHg. Dari 96 responden, 84 responden mengalami
penurunan tekanan darah, 9 responden tetap, dan 3 responden justru
meningkat tekanan darah sistoliknya. Pada hari pertama pemberian jus
tomat terhadap penurunan tekanan darah diastolik, terlihat sama dengan
penurunan tekanan darah sistolik, bahwa penurunan terbesar pada menit ke
30 yaitu sebesar 4,04 mmHg. Pada menit ke 60 sesudah pemberian jus
tomat terjadi penurunan sebesar 0,28 mmHg, dan berlanjut sampai menit
ke 90 sebesar 2,45 mmHg. Pada hari kedua, penurunan tekanan darah
diastolik terbesar tetap terjadi pada menit ke 30 sebesar 3,8 mmHg. Pada
mennit ke 60 sesudah pemberian jus tomat penurunan sebesar 0,2 mmHg,
dan pada menit ke 90 sebesar 2,09 mmHg. Hasil uji statistik hasilnya
adalah bermakna, maka dapat diambil kesimpulan bahwa jus tomat ini
dapat membantu menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi.
Menurut the American dietetic association (1992), kalium yang
terkandung dalam tomat jika diberikan lebih lama dapat menurunkan
tekanan darah lebih besar lagi. Pemberian buah sumber kalium untuk
pasien berumur lebih dari 65 tahun dapat membantu penurunan tekanan
darah. Kalium (potasium) merupakan ion utama di dalam cairan intra
seluler. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya
di dalam cairan intra seluler, sehingga cenderung menarik cairan dari
bagian ekstra seluler dan menurunkan tekanan darah. Pada usia ini
biasanya obat anti hipertensi tidak terlalu memuaskan hasilnya. Pemberian
jus tomat merupakan solusi yang baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
pemberian
jus tomat dengan perubahan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik.
Oleh karena itu, buah tomat dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat
keluarga yang murah dan mudah didapat yang menunjang pengobatan
hipertensi. Disarankan diadakan penelitian lebih lanjut dengan waktu yang
lebih lama yang berkaitan dengan hasil penelitian ini dengan
menggunakan jenis bahan makanan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
American Dietetic Association. 1992. Hand Book of Clinical Dietetic.
London: Yale University Press. Bangun, A.P. 2003. Terapi Jus dan
Ramuan Tradisional untuk Hipertensi. Cetakan ketiga. Tangerang: Agro
Media Pustaka. Budiman, H. 1999. Peranan Gizi pada Pencegahan dan
Penanggulangan Hipertensi. Medika, Desember. Darmojo, B. 2001.
Mengamati Perjalanan Epidemiologi Hipertensi di Indonesia. Medika, Juli.
Gunawan, L. 2001. Hipertensi, Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta:
Kanisius. Hoan Tjay, Tan. 2001. Obat-Obat Penting. Jakarta: Elex Media
Komputindo. Hull, A. 1996. Penyakit Jantung, Hipertensi, dan Nutrisi.
Jakarta: Bumi Aksara. Jacob, G. 2005. Hypertension (High Blood
Pressure): Food/Diet Therapy for Hypertension dalam
www.holisticonline.com/Remedies/ Heart/-hypert_diet_therapy.htm.
Diakses tanggal 2 Mei 2005. Karyadi, E. 2002. Hidup Bersama Penyakit
Hipertensi, Asam Urat, Jantung Koroner. Jakarta: Intisari Mediatama.

2. ANALISA JURNAL

ANALISA JURNAL
JUDUL JURNAL
Pengaruh Pemberian Jus Tomat Terhadap Perubahan Tekanan Darah
Sistolik Dan Diastolik Pada Penderita Hipertensi Di Desa Wonorejo
Kkecamatan Lawang Malang Tahun 2007

MANFAAT TERAPI
a. Tomat kaya akan kalium, sedikit natrium, dan lemak
b. Kerja kalium dalam menurunkan tekanan darah adalah dapat
menyebabkan vasodilatasi, sehingga terjadi penurunan retensi
perifer dan meningkatkan curah jantung
c. Buah tomat juga memiliki banyak kandungan zat yang berkhasiat
yaitu pigmen lycopene (berfungsi sebagai antioksidan yang
melumpuhkan radikal bebas, menyeimbangkan kadar kolesterol
darah dan tekanan darah, serta melenturkan sel-sel saraf jantung
yang kaku akibat endapan kolesterol dan gula darah) dan zat yang
lain adalah gamma amino butyric acid (GABA) juga berguna untuk
menurunkan tekanan darah
d. kalium menghambat pelepasan renin, sehingga mengubah aktivitas
sistem renin angiotensin
e. Suplemen kalium dalam tomat dan licopene, dapat berguna pada
terapi hipertensi.
KONTRA INDIKASI TERAPI
Diare, nyeri sendi, asam lambung, perubahan warna kulit.

ALAT DAN BAHAN


Tomat merah matang 150 gram, blender, gelas, pisau.

TAHAP TERAPI PELAKSANA


a. Menimbang tomat seberat 150 gram
b. Membersihkan tomat, kemudian tomat yang telah dibersihkan
dipotong-potong lalu masukkan ke dalam blender tanpa ditambahkan
gula maupun air, kemudian dihancurkan dengan menggunakan
blender.
c. Memberikan jus tomat kepada responden untuk sekali minum
menggunakan gelas. Setelah pemberian jus tomat, responden diukur
kembali tekanan darah selang 3x pada selang waktu 30, 60, dan 90
menit. Untuk membandingkan pengukuran tekanan darah yang
dilakukan 10 menit sebelum jus tomat.

Anda mungkin juga menyukai