Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SENSORI DAN GLAUKOMA

Keperawatan 5C
Disusun oleh kelompok 4 :
Osaina putri kharim (1914201003)

Rahma putri utami (1914201129)

Siska florentia(1914201139)

Erlinda putri (1914201110)

Lily triwahyuni (1914201117)

Luxy anggraini (1914201002)

Annisa danianti (1914201102)

Mesi (1914201120)

Azikri nanda (1914201099)

Misdatul putri tapodadai (1914201121)

Dosen pembimbing :

Ns. Revi Neini Ikbal, M.kep

PRODI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-NYA, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “ Komunikasi Pada Anak “ .
Makalah ini sebagai salah satu persyaratan untuk mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan
progam studi ilmu keperawatan STIKES ALIFAH PADANG
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menyadari adanya kekurangan dan keterbatasan,
namun berkat bantuan dan bimbingan, petunjuk serta dorongan dari semua pihak, akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah
ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang sifatnya membangun, sangat diharapkan penulis dalam perbaikan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca
umumnya.

Padang, 23 september 2021


DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar isi......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah................................................................................ 1
1.3 Tujuan................................................................................................. 2
1.3.1 Tujuan umum.................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan khusus............................................................................ 2
1.4 Manfaat............................................................................................... 2
BAB II TINJAUN PUSTAKA
2.1 Pengertian sistem saraf dan cara kerja saraf .……..……….…….. 3
2.2 impuls ……………………………………………….… 8
2.3 Anotomi fisiologi mata …..…………...... .. 10
2.4 Pengkajian optalmik………………………………..... 15
2.5 Anatomi fisiologi Telinga .……...……….…… 18
2.6 pengkajian kemampuan Mendengar………………………………………………..… 20
2.7 Anatomi sistem penciuman (Hidung)…..…………………….... 20
2.8 Fisiologi penciuman …………………….………………………………… 22
2.9 Anatomi sistem peraba (kulit)…………….…………………………………………… 23
2.10 Fisiologi peraba ………………….…..…. 25
2.11 Sensasi suhu ……………………………………………………... 26
2.12 Anatomi sistem perasa ……………………………………………………... 29
2.13 Fisiologi lidah ……………………………………………………... 32
2.14 Asuhan keperawatan dengan gangguan penglihatan (glaukoma) …… 32
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... . 27
3.2 Saran ……………………………………………………………….… 2
DAFTAR PUSTAKA ………………………............................................ 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anatomi dan Fisiologi Sistem Sensori
Indra mempunyai sel-sel reseptor khusus untuk mengenali perubahan lingkungan. Indra
yang kitakenal ada lima, yaitu:
1. Indra penglihat (mata)
2. Indra pendengar (telinga)
3. Indra peraba (kulit)
4. Indra pengecap (lidah)
5. Indra pencium (hidung).
Kelima indra tersebut berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan luar, oleh
karenanya disebut eksoreseptor.
Reseptor yang berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam, misalnya nyeri, kadar oksigen
atau karbon dioksida, kadar glukosa dan sebagainya, disebut interoreseptor.
Sel-sel interoreseptor misalnya terdapat pada sel otot, tendon, ligamentum, sendi, dinding
saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, dan lain sebagainya. Akan tetapi,
sesungguhnyainteroreseptor terdapat di seluruh tubuh manusia. Interoreseptor yang
membantu koordinasi dalam sikap tubuh disebut kinestesis.

1.2 RumusanMasalah
Adapunrumusanmasalahyangmenjadiacuandanpedomandalampenyusanandanpenyajianma
kalahinisebagaiberikut :
1) Apa yang dimaksud dengan saraf ?
2) Bagimana jalanya terjadinya proses saraf sensori pada tubuh?
3) BagaimanaAnatomi&FisiologidariMatadanTelinga ?
4) Bagaimana proses pengkajianOptalmik ?
5) Bagaimana proses pengkajiankemampuanmendengar ?
1.3 TUJUAN
Kelompok kami menyusun makalah ini agar para pembaca bisa mengetahui
tentangAktifitasAnatomiFisiologiSensoridalamTubuhManusia dan denganadanya makalah
ini juga di harapkan dapat menjadi pengetahuan bagi kita semua.
Tujuan Umum
1) Untuk memenuhi tugas mata kuliah pancasila
2) Unuk memahami AktifitasAnatomiFisiologiSensori
Tujuan Khusus
1. Tujuan Kelompok kami menyusun makalah ini agar para pembaca bisamengetahui
tentang AnfisSensori
2. AnatomisistemPengelihatanyaitu Mata yang Melindungi dari kotoran dan benda asing
oleh alis, bulu mata dan kelopak matadanAnatomi sistem pendengaran merupakan organ
pendengaran dan keseimbangan.
3. Serta dengan adanya makalah ini juga di harapkan dapat menjadipengetahuan bagi kita
semua.

1.4. Manfaat
1) Dapat memahami tentang AktifiasAnatomiFisiologiSensori
2) Dapat memahami AnatomiSistemPengelihatandanPendengaran
BAB II
PEMBAHASAN

2.2 PENGERTIAN
a. Sistem Saraf
Sistem saraf manusia adalah sebuah jaringan yang sangat khusus, yang berisi miliaran
neuron, dan bertanggung jawab untuk mengendalikan dan mengkoordinasikan semua
fungsi tubuh. Sistem ini memungkinkan kita untuk berkomunikasi dengan dunia luar dan
terdiri dari dua komponen, sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf perifer (PNS).
Sistem saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang, sedangkan sistem saraf
perifer terdiri dari semua neuron tubuh, kecuali yang ditemukan di otak dan sumsum tulang
belakang. Sistem saraf manusia yang bersangkutan dengan menerima informasi dari dunia
luar, pengolahan, dan kemudian menghasilkan respon yang tepat. Ini adalah jaringan yang
mengontrol dan mengkoordinasikan semua kegiatan tubuh, dengan mengirimkan pesan
atau sinyal dari otak ke bagian-bagian berbeda dari tubuh dan sebaliknya.
b. Cara Kerja Saraf
Cara sistem saraf bekerja benar-benar unik dan kompleks. Ia bekerja melalui jaringan
kompleks neuron, yang merupakan fungsi dasar sel-sel dari sistem saraf. Neuron melakukan
sinyal atau impuls antara dua komponen dari sistem saraf, yaitu pusat dan sistem saraf
perifer. Ada terutama tiga jenis neuron, neuron sensorik, neuron motorik, dan interneuron.
Neuron sensorik mengirimkan rangsangan atau impuls yang diterima dari alat indera,
seperti mata, hidung atau kulit, sistem saraf pusat, yaitu, ke otak dan sumsum tulang
belakang. Otak pada gilirannya, memproses rangsangan tersebut dan mengirimkannya
kembali ke bagian lain dari tubuh, memberitahu mereka bagaimana bereaksi terhadap jenis
tertentu dari stimulus. Motor neuron bertanggung jawab untuk menerima sinyal dari saraf
otak dan tulang belakang, dan mengirim mereka ke bagian lain dari tubuh.
Di sisi lain, interneuron berkepentingan dengan membaca impuls, yang diterima dari neuron
sensorik dan memutuskan respon yang akan dihasilkan. Mereka terutama ditemukan di otak
dan sumsum tulang belakang. Selain neuron, sistem saraf juga mengandung sel-sel glial,
yang mendukung dan memelihara neuron. Neuron menggunakan sinyal elektrokimia, atau
neurotransmitter untuk transmisi impuls dari satu neuron yang lain. Namun, transmisi
impuls dari satu neuron ke lain tidak sesederhana kedengarannya. Jadi, mari kita cari tahu
bagaimana tepatnya neuron mengirimkan impuls ke neuron lain
Fungsi sel saraf sensorik adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat,
yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf
sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).
Fungsi sel saraf motorik adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau
kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor
berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf
asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat .
2.2 Impuls
Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar,
kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan sebagai serangkaian pulsa
elektrik yang menjalari serabut saraf. Contoh rangsangan adalah sebagai berikut.
a. Perubahan dari dingin menjadi panas.
b. Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan.
c. Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung.
d. Suatu benda yang menarik perhatian.
e. Suara bising.
f. Rasa asam, manis, asin dan pahit pada makanan.
Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan menyebabkan
terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut adalah sebagai berikut.
panjang.
https://fembrisma.files.wordpress.com/2011/12/gerak-sadar.jpg?w=627a. Gerak sadar
disadari Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau.
Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang panjang. Bagannya
adalah sebagai berikut.

b. Gerak refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang
menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak melewati
otak. Bagannya sebagai berikut.
Contoh gerak refleks
adalah sebagai berikut.
1. Terangkatnya kaki jika terinjak sesuatu.
2. Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika ada benda asing yang masuk ke mata.
3. Menutup hidung pada waktu mencium bau yang sangat busuk.
4. Gerakan tangan menangkap benda yang tiba-tiba terjatuh.
5. Gerakan tangan melepaskan benda yang bersuhu tinggi
c. Perbedaan Gerak Sadar dan Gerak Reflek
1) Gerak Sadar
Gerak sadar adalah gerakan yang dikontrol oleh pusat kesadaran. Pada gerak itu, otakmu
memberi perintah kepada otot-otot untuk melakukan gerakan tersebut. Jalannya impuls
pada gerak sadar adalah sebagai berikut:
impuls dari reseptor → neuron sensorik → pusat saraf (otak) → respon efektor → neuron
motorik → efektor (gerak anggota tubuh).
Contoh gerak sadar adalah aktivitas sehari-hari seperti makan, lari, dan melompat.

2) Gerak Refleks
Gerak refleks adalah gerakan spontan yang tanpa disadari.
Contohnya bila tangan menyentuh benda panas tanpa sengaja, maka secara spontan akan
menarik tangan menjauhi benda panas itu.
Jalannya impuls pada gerak refleks sebagai berikut:
impuls dari reseptor→neuron sensorik → sumsum tulang belakang respon efektor →
neuronmotorik → efektor
Impuls yang menyebabkan gerakan tersebut dibawa oleh sel saraf sistem eferen somatik
dan suatu jalur rangsangan pendek yang disebut lengkung refleks.
Gerak refleks dibedakan menjadi dua yaitu refleks kranial dan refleks spinal. Pada refleks
kranial
(yang terjadi di kepala, misalnya bersin), jalur ini hanya melibatkan sebagian kecil dari otak.
Namun pada refleks spinal (yang terjadi di bagian tubuh lainnya), hanya sumsum tulang
belakang yang terlibat secara aktif, sedangkan otak tidak terlibat. Jalan impuls pada gerak
refleks di atas melibatkan lengkung refleks spina.
1) Saraf motorik
Saraf motorik menghubungkan sistem saraf pusat dan otot dalam tubuh, melalui neuron
motorik, di mana saraf motorik berasal. Badan sel untuk setiap saraf terletak pada sumsum
tulang belakang. Setiap saraf motorik menghubungkan otot tertentu dalam tubuh, dan
membawa impuls, yang menyebabkan otot berkontraksi.
2) Sistem Saraf Motoris
Adapun sistem saraf motoris atau eferen tersusun atas neuron yang membawa impuls dari
sistem saraf pusat menuju efektor. Sistem saraf eferen dibedakan menjadi dua, yaitu sistem
saraf somatis dan sistem saraf otonom. Sistem saraf somatis membawa impuls menuju otot
rangka sebagai respons dari rangsang yang berasal dari luar. Sistem saraf somatis bekerja
secara sadar. Adapun sistem saraf otonom membawa impuls untuk mengatur kerja otot
polos, otot jantung, sistem peredaran darah, sistem ekskresi, dan sistem endoksin. Saraf
otonom bekerja secara tidak sadar. Sistem saraf otonom dibedakan menjadi dua, yaitu
saraf simpatetis dan saraf parasimpatetis. Ketika saraf tersebut bekerja pada organ yang
sama, keduanya bekerja secara berlawanan (antagonistik). Secara umum, saraf
parasimpatetis membawa impuls yangberhubungan dengan pembentukan energi, misalnya
pencernaan. Sebaliknya, saraf simpatetis akan membawa impuls yang berhubungan dengan
penggunaan energi atau peningkatan laju metabolisme.
2.3 Anatomi Fisiologi Mata
Secara struktral anatomis, bola mata berdiameter ±2,5 cm dimana 5/6 bagiannya terbenam
dalam rongga mata, dan hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada bagian luar.
Perhatikan gambar dibawah ini:

1.1 Struktur Mata Eksternal


A. KavumOrbita
Merupakan rongga mata yang bentuknya seperti kerucut dengan puncaknya mengarah
kedepan dan kedalam. Dinding rongga mata dibentuk oleh tulang:
1. Osfrontalis
2. Oszigomatikum
3. Osslenoidal
4. Osetmoidal
5. Ospalatum
6. Oslakrimal

B. Alis
Dua potong kulit tebal yang melengkung ditumbuhi oleh rambut pendek yang berfungsi
sebagai pelindung mata dari sinar matahari yang sangat terik dan sebagai alat kecantikan.

C. Kelopak Mata (Palpebra)


Kelopak atau palpebra terdiri dari 2 bagian kelopak mata atas dan kelopak mata
bawah,mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya
yang membentuk film air mata di depankornea. Palpebra merupakan alat menutup mata
yang berguna untuk melindungi bola mataterhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan
bola mata.Kelopak mata dapat membuka diri untuk memberi jalan masuk sinar kedalam
bola mata yang dibutuhkan untuk penglihatan.
a.) Lapisanluar
1. Sklera
Sklera dikenal juga sebagai putih mata, merupakan 5/6 dinding luar bola mata dengan
ketebalan sekitar 1 mm. Sklera mempunyai struktur jaringan fibrosa yang kuat sehingga
mampu mempertahankan bentuk bola mata dan mempertahankan jaringan-jaringan halus
pada mata. Pada anak-anak, sklera akan terlihat berwarna biru sedangkan pada orang
dewasa akan terlihat seperti warna kuning.
2. Konjungtiva
Konjungtiva adalah membrana mukosa (selaput lendir) yang melapisi kelopak & melipat ke
bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata sampai limbus. Konjungtiva ada 2, yaitu
konjungtiva palpebra (melapisi kelopak) dan konjungtiva bulbi (menutupi bagian depan bola
mata). Fungsi konjungtiva: memberikan perlindungan pada sklera dan memberi pelumasan
pada bola mata. Konjungtiva mengandung banyak sekali pembuluh darah.
3. Kornea
Kornea adalah jaringan bening, avaskular, yang membentuk 1/6 bagian depan bola mata,
dan mempunyai diameter 11mm. Kornea merupakan kelanjutan dari sklera.

b.) Lapisan Tengah


1. Koroid
Koroid adalah membran berwarna coklat, yang melapisi permukaan dalam sklera. Koroid
mengandung banyak pembuluh darah dan sel-sel pigmen yang memberi warna gelap.
Fungsi koroid: memberi nutrisi ke retina dan badan kaca, dan mencegah refleksi internal
cahaya.
2. Badan Siliar
Badan siliar menghubungkan koroid dengan iris. Tersusun dalam lipatan-lipatan yang
berjalan radier ke dalam, menyusun prosesus siliaris yang mengelilingi tepi lensa. Prosesus
ini banyak mengandung pembuluh darah dan saraf. Badan siliaris ini berfungsi untuk
menghasilkan aquous humour.
3. Iris
Iris terdiri dari otot polos yang tersusun sirkuler dan radier. Otot sirkuler bila kontraksi akan
mengecilkan pupil, dirangsang oleh cahaya sehingga melindungi retina terhadap cahaya
yang sangat kuat. Otot radier dari tepi pupil, bila kontraksi menyebabkan dilatasi pupil. Bila
cahaya lemah, otot radier akan kontraksi, shg pupil dilatasi utk memasukkan cahaya lebih
banyak. Fungsi iris: mengatur jml cahaya yang masuk ke mata dan dikendalikan oleh saraf
otonom.
4. Pupil
Merupakanruangterbuka yang bulatpada iris yang harusdilaluicahayauntukdapatmasukke
anterior mata.Ukuran pupil dapatberubahecararefleksi yang dikendalikanotot-
ototmelingkarpada iris.

1.2 Sistem Lakrimal


Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem ekskresi
mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal,
meatus inferior.Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu :
1. Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di temporo antero
superior rongga orbita.
2. Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal
dan duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak dibagian depan rongga orbita. Air mata dari
duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior.
Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan masuk ke dalam sakus
lakrimal melalui pungtum lakrimal. Bila pungtum lakrimal tidak menyinggung bola mata,
maka air mata akan keluar melalui margopalpebra yang disebut epifora. Epifora juga akan
terjadi akibat pengeluaran air mata yang berlebihan dari kelenjar lakrimal Untuk melihat
adanya sumbatan pada duktus nasolakrimal, maka sebaiknya dilakukan penekanan pada
sakus lakrimal. Bila terdapat penyumbatan yang disertai dakriosistitis, maka cairan berlendir
kental akan keluar melalui pungtum lakrimal.

1.3 Otot Mata


Gerakanmatadikontrololehenamototokuler yang dipersarafiolehsarafkranial III, IV, dan VI.
Merupakanototekstrinsikmataterdiridari 7 buahotot, 6
buahototdiantaranyamelekatdenganoskavumorbitalis, 1
buahmengangkatkelopakmatakeatas.
1. Muskuluslevatorpalpebralis superior inferior, fungsinyamengangkatkelopakmata.
2. Muskulusorbikularisokuliototlingkarmata, fungsinyauntukmenutupmata
3. Muskulusrektusokuli inferior ( ototsekitarmata ) fungsinyauntukmenutup
mata.
3 Muskulusrektusokuli medial (ototsekitarmata) fungsinyamenggerakkan
matadalam ( bola mata)
4 Muskulusobliquesokuli inferior, fungsinyamenggerakkan bola
matakebawahdankedalam.
5 Muskulusobliquesokuli superior, fungsinyamemutarmatakeatas, kebawahdankeluar.
Muskulusrektusokuliberorigopadaanulustendineuskomunis, yang merupakansarungfibrosus
yang menyelubunginervusoptikus.Strabismus (juling)
disebabkantidakseimbangnyaatauparalisakelumpuhanfungsidarisalahsatuototmata.

1.4 Suplai Darah


Proses pengalirandarah di matatidakjauhberbedadengan proses pada organ
tubuhlainnyahanyasajasedikitlebihberbedaperpaduanantaraarteridan vena.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan,
sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah
ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.

1.5 Bola Mata


Bola mata terdiri atas :
a) Dinding bola mata
b) Isi bola mata.

Dinding bola mata terdiri atas :


a) Sclera
b) Kornea .
Isi bola mata terdiri atas uvea, retina, badan kaca dan lensa.
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan
(kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2
kelengkungan yang berbeda.Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu :
a) Sklera merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata.
b) Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh
ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang
disebut perdarahan suprakoroid.
Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang
oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. Otot dilatator
dipersarafi oleh parasimpatis, sedang sfingter iris dan otot siliar di persarafi oleh parasim-
patis. Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan
akomodasi.
Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor),
yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan
sklera.
c) Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai
susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan
merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat
rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid
yang disebut ablasi retina.Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat
gelatin yang hanya menempel pupil saraf optik, makula dan pars plans. Bila terdapat
jaringan ikat di dalam badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan
terjadi ablasi retina. Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya
pada badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi
atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula lutea.

2.4 PENGKAJIAN OPTALMIK


Perawat menggunakan pendekatan sistematis, dari luar ke dalam. Struktur eksternal mata
dan bola mata diperiksa terlebih dahulu, kemudian diperiksa struktur internal. Teknik yang
dipergunakan adalah inspeksi dan palpasi. Inspeksi dilakuakn dengan instrument oftalmik
khusus dan sumber cahaya. Palpasi dilakukan untuk mengkaji nyeri tekan mata, deformitas
dan untuk mengeluarkan cairan dari puncta, serta mendeteksi secara kasar tingkat tekanan
intra okuler.
a) Postur dan gambaran klien, catat kombinasi pakaian yang tidak lazim, yang mungkin
mengindikasikan colou vision defect. Demikian juga karakteristik postur yang menarik
perhatian seperti mendongakan kepala yang dapat merupakan tanda sikap kompensasi
untuk memperoleh pandangan yang jelas. Sebagai contoh, klien dengan double vision dapat
mengangkat kepalanya ke satu sisi sebagai usaha untuk memfokuskan pandanagn menjadi
satu ( Vaughan, 1999 ).
b) Kesimetrisan mata, observasi kesimetrisan mata kanan dan kiri. Kaji kesimetrisan
wajah klien untuk melihat apakah kedua mata terletak pada jarak yang sama. Kaji letak mata
pada orbit. Periksa apakh salah satu mata lebih besar atau menonjol ke depan.
c) Alis dan kelopak mata, aobservasi kuantitas dan penyebaran bulu alis. Inspeksi kelopak
mata, anjurkan pasien melihat ke depan, bansingkan mata kiri dan kanan, anjurka pasien
menutup kedua mata, amati bentuk dan keadaan kulit dari kedua kelopak mata, serta
pinggiran kelopak mata, catat jika ada kelainan ( kemerahan ). Perhatikan keluasan mata
dalam membuka, catat adanya droping kelopak mata atas atau sewaktu membuka ( ptosis ).
d) Bulu mata, periksa bulu mata untuk posisi dan distribusinya. Selain berfungsi sebagai
pelindung, juga dapat menjadi iritan bagi mata bila menjadi panjang dan salah arah. Dan hal
ini dapat mengakibatkan iritan pada kornea. Orang yang emnderita depigmentasi abnormal,
albinisme, infeksi kronik, dan penyakit autoimun, bulu mata akan memutih atau poliosis
( Vaughan, 1999 ).
e) Kelenjar lakrimalis, observasi bagian kelenjar lakrimal dengan cara meretraksi kelopak
mata atas dan menyuruh klien untuk melihat ke bawah. Kaji adanya edema pada kelenjar
lakrimal, perawat dapat emnekan sakus lakrimalis dekat pangkal hidung untuk memeriksa
adanya obstruksi duktus nasolakrimalis, jika di dalamnya terdapat peradangan akan keluar
cairan pungtum lakrimalis. Punktum lakrimalis dapat diobservasi dengan cara menarik
kelopak mata bawah secara halus melalui pipi. ( Potter, 2006 ).
f) Konjungtiva dan sclera, sclera dan konjungtiva bulbaris diinspeksi secara bersama. Jika
pada konjungtiva palpebra klien dicurigai kelainan, palpebra atas and bawah harus dibalik.
Palpebra bawah dibalik denagn cara menarik batas atas kea rah pipi sambil klien dianjurkan
untuk melihat ke atas. ( Brunner, 2002 ). Amati keadaan konjungtiva, kantong konjungtiva
bagian bawah, catat bila ada pus atau warna tidak normal seperti anemis. Kaji warna sclera,
pada keadaan normal berwarna putih. Warna kekuning – kuningan dapat mengindikasikan
jaundis/ikterik atau masalah sistemik.
g) Kornea, observasi dengan cara memberikan sinar secara serong dari beberapa sudut.
Korne seharusnya transparan, halus, jernih dan bersinar. Observasi adanya kekeruhan yang
mungkin adalah infiltrate atau sikatrik akibat trauma atau cedera. Cikatrik kornea dapat
berupa nebula ( bercak seperti awan yang hanya dapat dilihat di kamar gelap dengan cahaya
buatan ). Macula ( bercak putih yang dapat dilihat di kamar terang ) dan leukoma ( bercak
putih seperti porselen yang dapat dilihat dari jarak jauh). Jika klien sadar juga dapat
dilakukan reflek berkedip.
h) Pupil, amati warna iris ukuran dan bentuk pupil yang bulat dan teratur. Pupil yang
tidak bulat dan teratur akibat perlengketan iris dengan lensa/kornea (sinekkia). Lanjutkan
pengkajian terhadap reflek cahaya. Pupil yang normal akan berkontriksi secara reguler dan
konsentris,efek tidak langsung,pupil mengecil pada penyinaran mata disebelahnya. Reaksi
yang lambat atau tidak adanya reaksi dapat terjadi pada kasus peningkatan tekanan
intrakranial (bentuk normal: isokor, pupil yang mengecil (<2mm) disebut miosis, amat kecil
disebut : pinpoint, sedangkan yang melebar (>5mm)disebutmidriasis).Nyatakan besarnya
pupil dalam mm ( normalnya 2-5mm). Pemeriksaan pupil normal biasanya
didokumentasikan dan disingkat PERRLA : Pupil Equal Round and Reaktif to Light and
Accomodation (pupil seimbang, bulat, dan bereaksi terhadap cahaya dan akomodasi).

2.5 ANATOMI FISIOLOGI TELINGA


Anatomi sistem pendengaran merupakan organ pendengaran dan keseimbangan.Terdiri
dari telinga luar, tengah dan dalam. Telinga manusia menerima dan mentransmisikan
gelombang bunyi ke otak dimana bunyi tersebut akan di analisa dan di intrepretasikan. Cara
paling mudah untuk menggambarkan fungsi dari telinga adalah dengan menggambarkan
cara bunyi dibawa dari permulaan sampai akhir dari setiap bagian-bagian telinga yang
berbeda.
1.1 Anatomi telinga luar
Telingaluarterdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari
telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang
telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus
melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan
jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang
suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus
auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan
dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup
mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral
mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial
tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada
membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa,
yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri
telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya
mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.

1.2 Anatomi Telinga Tengah


Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan
kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana
timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga,
Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan
translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli
(tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan
dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli
dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran
suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang
memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada
jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke
getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes
ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun
jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami
kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan
telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat
kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan.
Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga
tengah dengan tekanan atmosfer.
1.3 Anatomi Telinga Dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran
(koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis)
dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi.
Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint.
.Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah
lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti.
Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin membranosa terendam
dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan
serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas
utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin
membranosa memegang cairan yang dina¬makan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang
sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga
dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu.
Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan
merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terja¬di aktivitas elektris yang
berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala
dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas
elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius
internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus
vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus
koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis
auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus
mem-bawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak

1.4 Keseimbangan dan Pusing


1. Keseimbangan
Kelainan sistem keseimbangan dan vestibuler mengenai lebih dari 30juta orang Amerika
yang berusia 17 tahun ke atas dan mengakibatkan lebih dari 100.000 patah tulang panggul
pada populasi lansia setiap tahun.
Keseimbangan badan dipertahankan oleh kerja sama otot dan sendi tubuh (sistem
proprioseptif), mata (sistem visual), dan labirin (sistem vestibuler). Ketiganya membawa
informasi me¬ngenai keseimbangan, ke otak (sistem serebelar) untuk koordinasi dan
persepsi korteks serebelar. Otak, tentu saja, mendapatkan asupan darah dari jantung dan
sistem arteri. Satu gangguan pada salah satu dari daerah ini seperti arteriosklerosis atau
gangguan penglihatan, dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan.Aparatus vestibularis
telinga tengah memberi unipan balik menge¬nai gerakan dan posisi kepala,
mengkoordinasikan semua otot tubuh, dan posisi mata selama gerakan cepat gerakan
kepala.

2. Pusing
Pusingsering digunakan pada pasien dan pemberi perawatan kesehatan untuk
menggambarkan stiap gangguan sensasi orientasi ruang, namun tidak spesifik dan tidak bisa
menggambarkan dengan jelas. Karena gangguan keseimbangan adalah sesuatu yang hanya
bisa dirasakan oleh pasien, penting untuk menentukan apa gejala yang sebenrnya dirasakan
oleh pasien.

1.5 Prinsip Fisiologi yang Mendasari Konduksi bunyi


Bunyi memasuki telinga melalui kanalis auditorius ekternus dan menyebabkan membrana
timpani bergetar Getaran menghantarkan suara, dalam bentukm energi mekanis, melalui
gerakan pengungkit osikulus oval. Energi mekanis ini kemudian dihantarkan cairan telinga
dalam ke koklea, di mana akani menjadi energi elektris. Energi elektris ini berjalan melalui
nervus vestibulokoklearis ke nervus sentral, di mana akan dianalisis dan diterjemahkan
dalam bentuk akhir sebagai suara.
Selama proses penghantaran,gelombang suara menghadapi masa yang jauh lebih kecil, dari
aurikulus yang berukuran sampai jendela oval yang sangat kecil, yang meng batkan
peningkatan amplitudo bunyi.

1.6 Kehilangan Pendengaran


Ada dua jenis kehilangan pendengaran :
1. Kehilangan konduktif
Biasanya terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen, atau kelainan telinga
tengah, seperti otitis media atau otosklerosis. Pada keadaan seperti itu, hantaran suara
efisien suara melalui udara ke telinga dalam terputus.
2. Kehilangansensoris
Melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain kehilangan konduktsi dan
sensori neural, dapat juga terjadi kehilangan pendengaran campuran begitu juga kehilangan
pendengaran fungsional. Pasien dengan kehilangan suara campuran mengalami kehilangan
baik konduktif maupun sensori neural akibat disfungsi konduksi udara maupun konduksi
tulang. Kehilangan suara fung¬sional (atau psikogenik) bersifat inorganik dan tidak
berhubungan dengan perubahan struktural mekanisme pendengaran yang dapat dideteksi
biasanya sebagai manifestasi gangguan emosional.
2.6 PENGKAJIAN KEMAMPUAN MENDENGAR
a.) Pemeriksaan Telinga.
Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi lang-sung sementara membrana timpani
diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan
menggunakan otoskop pneumatic

1. Pengkajian Fisik.
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat.
Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya :
1. deformitas, lesi,
2. cairan begitu pula ukuran,
3. simetris dan sudut penempelan ke kepala.
Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus
dicurigai adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat
menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista
sebaseus dan tofus (de-posit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada
atau di belakang aurikulus biasanya menunjuk¬kan adanya dermatitis sebore dan dapat
terdapat pula di kulit kepala dan struktur wajah.
Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani, kepala pasien sedikit
dijauhkan dari pemeriksa.
1. Otoskop dipegang dengan satu tangan semen¬tara aurikulus dipegang dengan tangan
lainnya dengan mantap dan ditarik ke atas, ke belakang dan sedikit ke luar Cara ini akan
membuat lurus kanal pada orang dewasa, sehingga memungkinkan pemeriksa melihat lebih
jelas membrana timpani.
2. Spekulum dimasukkan dengan lembut dan perlahan ke kanalis telinga, dan mata
didekatkan ke lensa pembesar otoskop untuk melihat kanalis dan membrana timpani.
Spekulum terbesar yang dapat dimasukkan ke telinga (biasanya 5 mm pada orang dewasa)
dipandu dengan lembut ke bawah ke kanal dan agak ke depan. Karena bagian distal kanalis
adalah tulang dan ditutupi selapis epitel yang sensitif, maka tekanan harus benar-benar
ringan agar tidak menimbulkan nyeri.
3. Setiap adanya cairan, inflamasi, atau benda asing; dalam kanalis auditorius eksternus
dicatat.
4. Membrana, timpani sehat berwarna mutiara keabuanpada dasar kanalis. Penanda
harus dttihat mungkin pars tensa dan kerucut cahaya.umbo, manubrium mallei, dan
prosesus brevis.
5. Gerakan memutar lambat spekulum memungkinkan penglihat lebih jauh pada Hpatan
malleus dan daerah perifer. dan warna membran begitu juga tanda yang tak biasa at!
deviasi kerucut cahaya dicatat. Adanya cairan, gele bung udara, atau masa di telinga tengah
harus dicatat.
6. Pemeriksaan otoskop kanalis auditorius eksternus membrana timpani yang baik hanya
dapat dilakukan bi kanalis tidak terisi serumen yang besar. Serumen not nya terdapat di
kanalis eksternus, dan bila jumla sedikit tidak akan mengganggu pemeriksaan otoskop.
7. Bila serumen sangat lengket maka sedikit minyak mineral atau pelunak serumen dapat
diteteskan dalam kanalis telinga dan pasien diinstruksikan kembali lagi.

2. Ketajaman Auditorius.
Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji
kemampuan pasien mendengarkan
1.Bisikan kata atau detakan jam tangan.
2.Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah melakukan ekshalasi
penuh. Masing-masing telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang satunya tak
mendengar,
3.Pemeriksa menutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak tangan. Dari jarak 1 sampai
2 kaki dari telinga yang tak tertutup dan di luar batas penglihatan, pasien dengan ketajaman
normal dapat menirukan dengan tepat apa yang dibisikkan. Bila yang digunakan detak jam
tangan, pemeriksa memegang jam tangan sejauh 3 inci dari telinganya sendiri (dengan
asumsi pemeriksa mempunyai pendengaran normal) dan kemudian memegang jam tangan
pada jarak yang sama dari aurikulus pasien. Karena jam tangan menghasilkan suara dengan
nada yang lebih tinggi daripada suara bisikan, maka kurang dapat dipercaya dan tidak dapat
dipakai sebagai satu-satunya cara mengkaji ketajaman auditorius.

3. Penggunaan uji Weber dan Rinne


Memungkinkan kita membedakan kehilangan akibat konduktif dengan kehilangan
sensorineural
Uji Webermemanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah
garpu tala dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan
pemeriksa. Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara
terdengar di tengah kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran
normal akan mendengar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara
terpusat di tengah kepala. Bila ada kehilangan pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis
media), suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi
akan menghambat ruang suara, sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila
terjadi kehilangan sensorineural, suara akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang
pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus kehilangan pendengaran
unilateral.

2.7 ANATOMI SISTEM PENCIUMAN (HIDUNG)


Hidung merupakan bagian yang paling menonjol pada wajah. Fungsinya sebagai jalan napas,
alat pengatur kondisi udara (air condition), penyaring & pembersih udara, indera pembau,
resonansi suara, membantu proses berbicara, dan refleksi nasal. Hidung juga merupakan
tempat bermuaranya sinus paranasalis dan saluran air mata.
Struktur hidung luar terdiri atas 3 bagian, yaitu :
1. Kubah tulang. Letaknya paling atas dan bagian hidung yang tidak bisa digerakkan.
2. Kubah kartilago (tulang rawan). Letaknya dibawah kubah tulang dan bagian hidung yang
bisa sedikit digerakkan.
3. Lobulus hidung. Letaknya paling bawah dan bagian hidung yang paling mudah digerakkan.

Struktur penting dari anatomi hidung :


1. Dorsum nasi (batang hidung) Struktur yang membangun dorsum nasi (batang hidung) :
a. Bagian kaudal dorsum nasi (batang hidung)
b. Bagian kranial dorsum nasi (batang hidung)

Bagian kaudal dorsum nasi (batang hidung) merupakan bagian lunak dari dorsum nasi
(batang hidung). Tersusun oleh kartilago lateralis dan kartilago alaris. Jaringan ikat yang
keras menghubungkan antara kulit dan perikondrium pada kartilago alaris. Bagian kranial
dorsum nasi (batang hidung) merupakan bagian keras dari dorsum nasi (batang hidung).
Tersusun oleh os nasalis dan ossis maksila prosesus fron talis.

2. Septum Nasi
Fungsi utama septum nasi adalah menopang dorsum nasi (batang hidung) dan membagi dua
kavum nasi (lubang hidung).
Struktur yang membangun septum nasi adalah 2 tulang dan 2 kartilago, yaitu :
1. Bagian anterior septum nasi
2. Bagian posterior septum nasi
Bagian anterior septum nasi tersusun oleh tulang rawan, yaitu kartilago quadrangularis,
cartilago alaris mayor crus medial, dan cartilago septi nasi. Bagian anterior septum nasi
terdapat plexus Kiesselbach. Bagian posterior septum nasi tersusun oleh os vomer dan os
ethmoidalis lamina perpendikularis . Kelainan septum nasi yang paling sering ditemukan
adalah deviasi septi.

3. Kavum Nasi (Lubang Hidung)


Rongga / lubang hidung (cavum nasi / cavitas nasi) berbentuk terowongan dari depan ke
belakang. Rongga hidung dilapisi 2 jenis mukosa, yaitu mukosa olfaktori dan mukosa
respiratori.

Rongga hidung tersusun oleh :


1. Nares anterior (nosetril). Nares anterior merupakan lubang depan rongga hidung (cavitas
nasi).
2. Vestibulum nasi. Letaknya dibelakang nares anterior. Vestibulum nasi dilapisi oleh rambut
dan kelenjar sebasea.
3. Nares posterior (choanae). Nares posterior (choanae) merupakan lubang belakang rongga
hidung (cavitas nasi).P enghubung antara rongga hidung (cavitas nasi) dengan nasofaring.

2.8 FISIOLOGI PENCIUMAN


Indera penciuman mendeteksi zat yang melepaskan molekul-molekul di udara. Di atap
rongga hidung terdapat olfactory epithelium yang sangat sensitif terhadap molekul-molekul
bau, karena pada bagian ini ada bagian pendeteksi bau(smell receptors). Receptor ini
jumlahnya sangat banyak ada sekitar 10 juta. Ketika partikel bau tertangkap oleh receptor,
sinyal akan di kirim ke the olfactory bulb melalui saraf olfactory. Bagian inilah yang
mengirim sinyal ke otak dan kemudian di proses oleh otak bau apakah yang telah tercium
oleh hidung kita.

2.9 ANATOMI SISTEM PERABA (KULIT)


Kulit merupakan organ tubuh paling luar. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat 15%
berat badan. Kulit yang elastic dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, ulit
yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan telapak tangan dewasa. Kulit yang tipis
terdapat pada muka, kulit yang lembut terdapat pada leher dan badan, dan kulit yang
berambut kasar terdapat pada kepala.
Kulit adalah alat indera kita yang mampu menerima rangsangan temperatur suhu, sentuhan,
rasa sakit, tekanan, tekstur, dan lain sebagainya. Pada kulit terdapat reseptor yang
merupakan percabangan dendrit dari neuron sensorik yang banyak terdapat di sekitar ujung
jari, ujung lidah, dahi, dan lain-lain. Lapisan kulit manusia terdapat beberapa lapisan, yaitu:

a. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang memiliki struktur tipis dengan
ketebalan sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa lapisan, yaitu :
a) Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk
b) Stratum lusidum, yang berfungsi melakukan “pengecatan” terhadap kulit dan rambut
c) Stratum granulosum, yang menghasilkan pigmen warna kulit, yang disebut melamin
d) Stratum germinativum, sering dikatakan sebagai sel hidup karena lapisan ini merupakan
lapisan yang aktif membelah.

b. Dermis
Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit daripada epidermis, yang terdiri atas
banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal daripada epidermis yaitu sekitar 2,5 mm. Dermis
dibentuk oleh serabut-serabut khusus yang membuatnya lentur, yang terdiri atas kolagen,
yaitu suatu jenis protein yang membentuk sekitar 30% dari protein tubuh. Kolagen akan
berangsur-angsur berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang
yang sudah tua tekstur kulitnya kasar dan keriput. Lapisan dermis terletak di bawah lapisan
epidermis. Lapisan dermis terdiri atas beberapa bagian, yaitu
a) Akar Rambut
b) Pembuluh Darah
c) Kelenjar Minyak (glandula sebasea)
d) Kelenjar Keringat (glandula sudorifera), dan
e) Serabut Saraf
Pada lapisan dermis kulit terdapat puting peraba yang merupakan ujung akhir saraf sensoris.
Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera perasa panas, dingin, nyeri, dan sebagainya.
Oleh karena itu kulit merupakan organ terluas dimana pada organ ini terdapat reseptor
panas (ruffini), tekanan (paccini), dingin (krause), rasa nyeri atau sakit (ujung saraf bebas),
serta reseptor sentuhan (meissner).

2.10 FISIOLOGI PERABA


Fungsi kulit secara umum :
1. Sebagai proteksi.
a) Masuknya benda- benda dari luar(benda asing ,invasi bacteri.
b) Melindungi dari trauma yang terus menerus.
c) Mencegah keluarnya cairan yang berlebihan dari tubuh.
d) Menyerap berbagai senyawa lipid vit. Adan D yang larut lemak.
e) Memproduksi melanin mencegah kerusakan kulit dari sinar UV.
2. Pengontrol/pengatur suhu.
a) Vasokonstriksi pada suhu dingn dan dilatasi pada kondisi panas peredaran darah
meningkat terjadi penguapan keringat.
3. Proses Hilangnya Panas Dari Tubuh:
a) Radiasi: pemindahan panas ke benda lain yang suhunya lebih rendah.
b) Konduksi : pemindahan panas dari ubuh ke benda lain yang lebih dingin yang
bersentuhan dengan tubuh.
c) Evaporasi : membentuk hilangnya panas lewat konduksi.
d) Kecepatan hilangnya panas dipengaruhi oleh suhu permukaan kulit yang ditentukan
oleh peredaran darah kekulit.(total aliran darah N: 450 ml / menit.)
4. Sensibilitas
a) Mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan dan rabaaan.

5. Keseimbangan Air
a) Sratum korneum dapat menyerap air sehingga mencegah kehilangan air serta elektrolit
yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam
jaringan subcutan.
b) Air mengalami evaporasi (respirasi tidak kasat mata)+ 600 ml / hari untuk dewasa.

2.11 SENSASI SUHU


Tingkatan suhu dibedakan oleh tiga jenis organ akhir sensories, diantaranya reseftor dingin,
reseftor hangat dan dua subtife reseftor nyeri yaitu reseftor nyeri dingin dan reseftor nyeri
panas. Dua jenis reseftor nyeri hanya dirangsang oleh panas atau dingin dalam derajat yang
ekstrim sebingga bertanggung jawab bersama dengan reseftor dingin dan hangat untuk
sensasi dingin yang membekukan atau panas yang membakar.
a) Perangsang Reseftor Suhu
Sensasi Dingin, Sejuk, Indeferen Hangat danPanas. Respon empat jenis serabut saraf, yaitu :
serat nyeri dingin, serat dingin, serat hangat dan serat nyeri panas. Pada daerah sangat
dingn hanya serabut nyeri dingin yang terangsang. Pada suhu di atas 10 sampai 15oC impuls
nyeri berhenti, tetapi reseptor dingin mulai terangsang. Kemudian kira-kira 30oC, reseftor
hangat menjadi terangsang progresif sedangkan reseftor dingin mereda pada kira-kira 43oC.
Akhirnya sekitar 45oC serabut nyeri panas juga mulai terangsang.

Oleh karena itu dapat dipahami bahwa orang menerima suhu dari sensasi suhu oleh tingkat
perangsang relatif dari berbagai jenis ujung saraf tersebut. Dapat dipahami mengapa dingin
atau panas yang luar biasa dapat menyakitkan dan mengapa kedua sensasi ini bila cukup
kuat dapat memberikan kualitas sensasi yang hampir tepat sama, yaitu sensasi dingin
membekukan dan panas yang membakar terasa hampir sama.

b) Efek Perangsang dengan Menaikan dan Menurunkan Suhu


Bila suatu reseftor suhu mengalami perubahan suhu yang tiba-tiba, mula-mula ia
merangsang dengan kuat tetapi perangsangan ini menghilangkan dengan cepat selama
semenit pertama dan secara progresif lebih lambat selama setengah jam atau lebih
berikutnya. Dengan perkataan lain, reseftor tersebut sebagian besar bradaptasi tetapi tidak
seluruhnya.
Jadi jelaslah bahwa perubahan suhu bereaksi menyolot terhadap perubahan suhu
disamping dapat bereaksi dengan perubahan suhu yang stabil. Ini berarti abhwa jika suhu
kulit turun secara aktif, orang merasa jauh lebih dingin dari pada bila suhu tersebut tetap
pada tingkat yang sama. Sebaliknay jika suhu meningkat secara aktif orang tersebut merasa
jauh lebih hangat dari pada yang akan dirasakannya pada suhu yang sama seandainya ia
konstan.

c) Mekanisme Perangsang Reseftor Suhu


Diduga reseftor suhu terangsang oleh perubahan kecepatan metabolik mereka, perubahan
ini disebabkan oleh fakta bahwa suhu mengubah kecepatan reaksi kimia intra sel kira-kira 2
kali untuk tiap perubahan 10oC, dengan perkataan lain deteksi suhu mungkin tidak
disebabkan oleh perangsangan fisik langsung tetapi oleh perangsangan kimia dari ujung
saraf tersebut karena di ubah oleh suhu.

d) Penjumlahan Ruangan dari Sensasi Suhu


Jumlah ujung dingin atau hangat dalam tiap sedikit daerah permukaan tubuh sangat kecil,
sehingga sulit untuk menilai gradsi suhu bila daerah kecil dirangsang. Tetapi bila daerah
tubuh yang luas dirangsang, isyarat suhu dari seluruh daerah tersebut dijumlahkan.
Sesungguhnya orang mencapai kemampuan maksimumnya untuk membedakan varian suhu
yang kecil bila seluruh tubuhnya mengalami perubahan suhu tersebut secara serentak.
Misalnya perubahan suhu yang cepat kecil 0,01oC dapat di diteksi jika perubahan ini
mempengaruhi seluruh permukaan tubuh dengan serentak. Sebaliknya perubahan suhu
yang yang besarnya 100 kali ini mungkin tidak mendeteksi bila permukaan kulit yang
dipengaruhi hanya berukuran kira-kira satu sentimeter persegi.

a. Korpuskula Pacini : tekanan


Korpuskula Pacini (vater pacini) ditemukan di jaringan subkutan pada telapak tangan,
telapak kaki, jari, puting, periosteum, mesenterium, tendo, ligamen dan genetalia eksterna.
Bentuknya bundar atau lonjong, dan besar (panjang 2 mm, dan diameter 0,5 – 1 mm).
Bentuk yang paling besar dapat dilihat dengan mata telanjang, karena bentuknya mirip
bawang.
Setiap korpuskulus disuplai oleh sebuah serat bermielin yang besar dan juga telah
kehilangan sarung sel schwannya pada tepi korpuskulus. Akson saraf banyak mengandung
mitokondria. Akson ini dikelilingi oleh 60 lamela yang tersusun rapat (terdiri dari sel
gepeng). Sel gepeng ini tersusun bilateral dengan dua alur longitudinal pada sisinya.
Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan yang dalam.
b.Korpuskula Ruffini : panas
Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan kapsula sendi.
Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat tipis yang mengandung ujung akhir saraf yang
menggelembung. Korpuskulus ini merupakan mekanoreseptor, karena mirip dengan organ
tendo golgi.
Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli intrafusal) yang terbungkus
dalam kapsula berlamela. Akhir saraf tak bermielin yang bebas, bercabang disekitar berkas
tendonya. Korpuskulus ini terangsang oleh regangan atau kontraksi otot yang bersangkutan
juga untuk menerima rangsangan panas.
c. Korpuskula Krause : dingin
Korpuskulus gelembung (krause) ditemukan di daerah mukokutis (bibir dan genetalia
eksterna), pada dermis dan berhubungan dengan rambut. Korpuskel ini berbentuk bundar
(sferis) dengan diameter sekitar 50 mikron. Mempunyai sebuah kapsula tebal yang menyatu
dengan endoneurium. Di dalam korpuskulus, serat bermielin kehilangan mielin dan
cabangnya tetapi tetap diselubungi dengan sel schwann. Seratnya mungkin bercabang atau
berjalan spiral dan berakhir sebagai akhir saraf yang menggelembung sebagai gada.
Korpuskel ini jumlahnya semakin berkurang dengan bertambahnya usia.Korpuskel ini
berguna sebagai mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.
d. Korpuskula Meissner : sentuhan
Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila dermis, khususnya pada ujung jari, bibir,
puting dan genetalia. Bentuknya silindris, sumbu panjangnya tagak lurus permukaan kulit
dan berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya sekitar 40 mikron. Sebuah kapsul jaringan
ikat tipis menyatu dengan perinerium saraf yang menyuplai setiap korpuskel. Pada bagian
tengah korpuskel terdapat setumpuk sel gepeng yang tersusun transversal. Beberapa sel
saraf menyuplai setiap korpuskel dan serat saraf ini mempunyai banyak cabang mulai dari
yang mengandung mielin maupun yang tak mangandung mielin. Korpuskulus ini peka
terhadap sentuhan dan memungkinkan diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu
membedakan rangsang dua titik yang letaknya berdekatan).
e. Korpuskula ujung saraf terbuka: rasa nyeri
Serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung akhir saraf bebas padabanyak jaringan
tubuh dan merupakan reseptor sensorik utama dalam kulit.Serat akhir saraf bebas ini
merupakan serat saraf yang tak bermielin, atau seratsaraf bermielin berdiameter kecil, yang
semua telah kehilangan pembungkusnya sebelum berakhir, dilanjutkan serat saraf terbuka
yang berjalan di antara sel epidermis. Sebuah serat saraf seringkali bercabang-cabang
banyak dan mungkin berjalan ke permukaan, sehingga hampir mencapai stratum korneum.
Serat yang berbeda mungkin menerima perasaan raba, nyeri dan suhu. Sehubungan dengan
folikel rambut, banyak cabang serat saraf yang berjalan longitudinal dan melingkari folikel
rambut dalam dermis.
Beberapa saraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus. Pada epidermisberhubungan
dengan sel folikel rambut dan mukosa oral, akhir sarafmembentuk badan akhir seperti
lempengan (diskus atau korpuskel merkel).Badan ini merupakan sel yang berwarna gelap
dengan banyak juluransitoplasma. Seperti mekanoreseptor badan ini mendeteksi
pergerakan antarakeratinosit dan kemungkinan juga gerakan epidermis sehubungan
denganjaringan ikat di bawahnya. Telah dibuktikan bahwa beberapa diskus merkelmerespon
rangsangan getaran dan juga resepor terhadap dingin

2.12 ANATOMI SISTEM PERASA (LIDAH)

Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu
pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai indera
pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Lidah juga turut membantu dalam
tindakan bicara.Juga membantu membolak balik makanan dalam mulut.
Struktur lainnya yang berhubungan dengan lidah sering disebut lingual, dari bahasa Latin
lingua atau glossal dari bahasa Yunani.
Sebagian besar, lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang hyoideus, tulang
rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis. Terdapat dua jenis otot pada lidah
yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik.
Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila.
Lidah
Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu
pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan.Lidah berfungsi sebagai indera
pengecap, mengatur makanan di dalam mulut agar terkunyah dengan baik, membantu
menelan makanan, dan membantu mengucapkan kata-kata. Lidah sebagai indera pengecap,
yaitu untuk merasakan rangsangan rasa dari benda-benda yang masuk ke dalam mulut.
Indera pengecap tersebut terletak pada bagian permukaan atas yang terbagi menjadi
beberapa daerah yang peka terhadap manis, asam, asin dan pahit. Hal ini dikarenakan pada
permukaan lidah terdapat saraf pengecap yang berupa bintil-bintil yang menyebabkan
permukaan lidah menjadi kasar. Bintil-bintil tersebut disebut juga papilla yang terdiri dari
banyak kuncup pengecap (taste bud).

Ujung organ untuk indera pengecap yang disebut taste buds (putting cita rasa) terdiri atas
sel-sel gustatory fusiform, tercampur dengan sel-sel sustakular yang terangkai dalam bentuk
kelompok yang menyerupai tong. Proses yang menyerupai rambut dari sel-sel gustatory ini
menjulur melalui pori pada bagian superficial dari putting cita rasa. Ujung serabut-serabut
saraf berakhir di sekitar sel-sel gustatory ini. Bagian lidah yaitu valet dan papilla fungiform
mengandung banyak sekali putting cita rasa meskipun putting itu terdapat juga pada
palatum, farink, dan larink. Sensasi cita rasa di bawa kearah dua per tiga bagian rostral lidah
oleh cabang-cabang saraf fasial korda timpani yang menyertai cabang lingual dari saraf
trigeminus. Sebaliknya bagian lidah yang sepertiga (arah kaudal = posterior) menerima cita
rasa melalui cabang lingual dari saraf (glosofarinkeal). Sensasi yang lain merupakan
campuran dari cita rasa dasar, atau kombinasi berbagai cita rasa dengan indera penciuman.
Pengecapan adalah sensasi yang dirasakan oleh kuncup kecap, yaitu reseptor yang terutama
terletak pada lidah (terdapat kurang lebih 10.000 kuncup kecap pada lidah manusia) dan
dalam jumlah yang lebih kecil pada polatum mole dan permukaan laringeal dari epiglottis.
Kuncup kecap terbenam dari epitel berlapis dari papilla sirkumvalata, papilla foliota, papilla
fungiformis. Bahan kimia masuk melalui pori pengecap, yaitu lubang kecil menuju ke sel-sel
reseptor. Indera perasa dimediasi oleh Taste Buds dalam rongga mulut. Taste Buds adalah
organ reseptor multiseluler yang mengandung 60-100 sel, dan terus-menerus diperbaharui
oleh sel-sel progenitor yang terletak di membran basal dan sepanjang tepi lateral tunas.
Setelah divisi terminal mereka, sel-sel pengecap yang sudah dewasa masuk ke tunas dan
berdiferensiasi menjadi salah satu dari empat jenis sel pengecap.
Kuncup kecap terdiri atas sekurang-kurangnya empat jenis sel, yang dapat dikenali dengan
mikroskop elektron. Sel tipe 1 dan sel tipe 2 panjang dengan mikrovili pada permukaannya.
Walaupun fungsinya belum diketahui, mereka dapat membantu aktivitas sel tipe 3. Sel tipe
3 juga merupakan sel tipe panjang dicirikan oleh terdapatnya banyak vesikel yang
menyerupai versikel sinaps. Tipe sel ke 4 adalah suatu sel basal pra-kembang yang mungkin
merupakan precursor dari sel-sel yang lebih spesifik dalam kuncup kecap. Tonjolan dendritik
dari saraf sensorik yang paling dekat dengan kumpulan vesikel sinaptik ini adalah dasar
untuk penempatan penerimaan pengecapan pada sel tipe 3.
Kuncup pengecap tersebut dapat mengecap rasa karena mempunyai kumpulan saraf
pengecap. Setiap kuncup pengecap hanya bisa mengenali satu rasa yang khas, yang terdiri
dari 2 jenis sel, yaitu sel penyokong dan sel pengecap sebagai reseptor. Pada sel pengecap
terdapat silia(rambut gustatori) yang memanjang ke lubang pengecap (taste pores). Zat-zat
makanan yang terlarut dalam cairan ludah akan merangsang sel-sel ujung saraf melalui
rambut gustatori yangselanjutnya akan menimbulkan impuls yang akan diteruskan ke otak
sehingga dapat diinterpretasikan dengan berbagai rasa. Rasa yang dapat direspon oleh
kuncup-kuncup pengecap,yaitu manis, asam, asin dan pahit. Pada lidah reseptor yang
sensitif terhadap rasa manis terdapat pada ujung lidah, untuk rasa asam terdapat pada
bagian samping lidah (kanan dan kiri), untuk rasa pahit terdapat pangkal lidah dan bagian
samping depan sensitif terhadap rasa asin.
Sel reseptor pengecap merupakan sel epitel yang termodifikasi menjadi bentuk yang
memiliki banyak lipatan permukaan atau mikrovili, dan sedikit menonjol melalui pori-pori
pengecap untuk meningkatkan luas permukaan sel yang terpajan dalam mulut. Membran
plasma mikrovili mengandung reseptor yang berikatan secara selektif dengan molekul zat
kimia, karena hanya zat padat yang terlarut dalam saliva atau cairan lain yang dapat
berikatan dengan sel reseptor.

Terdapat 4 jenis papilla, yaitu


Papilla filiformis, terdapat pada bagian posterior
Papilla fungiformis, pada bagian anterior
Papilla foliata, pada pangkal lidah bagian lateral
Papilla sirkumfalata, melintang pada pangkal lidah

2.13 FISIOLOGI LIDAH


1. Substansi yang dirasakan harus berbentuk cairan atau larut dalam saliva.
2. Kuncup pengecap bekerja sama dengan reseptor pada rambut pengecap.
Sensasi Rasa:
1.Kuncup pengecap yang sensitive terhadap rasa manis .terletak di ujung lidah.
2.Substansi asam dirasakan terutama di bagian samping lidah.
3.Substansi asin dapat dirasakan pada hampir seluruh area lidah, tetapi reseptornya
terkumpul di bagian samping lidah.
4. Substansi pahit akan menstimulasi kuncup pengecap di bagian belakang lidah.
2. 14 ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN PENGELIHATAN (GLAUKOMA)

A. Definisi glaukoma
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma
adalah sekelompok gangguan gangguan yangbmelibatkan beberapa perubahan atau
gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan
segalah akibatnya. (Indriana dan N Istiqomah; 2004).

Glaukoma adaah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan


tekanan intraokuler, penggaungan, dan degenerasi saraf oftik serta defak lapang
pandang yang khas. (Tamsuri A; 2010)

Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan


tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau
pencekungan pupil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan
lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan. (Martinelli; 1991 dan Sunaryo
Joko Waluyo; 2009)

Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata


meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan
fungsi penglihatan (Dwindra M; 2009)
B. Klasifikasi glaukoma

• Glaukoma primer

Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu


timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit
pada kedua mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM
Arteri osklerosis, pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan
progresif dan lain-lain dan berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Glaukoma sudut terbuka

Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-


95%), yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan
berkembang disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai
pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan
degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg
berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya
tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang
anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri
mata yang timbul.

b. Glaukoma sudut tertutup

Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena


ruang anterior secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke
depan, menempel ke jaringan trabekuler dan menghambat humor aqueos
mengalir ke saluran schlemm. Pargerakan iris ke depan dapat karena
peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan diruang posterior atau
lensa yang mengeras karena usia tua. Gejalah yang timbul dari penutupan
yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata yang berat,
penglihatan kabur. Penempelan iris memyebabkan dilatasi pupil, tidak
segera ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.

• Glaukoma sekunder

Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain
yang menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam
mata. Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang
terlibat dalam sirkulasi dan atau reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi
akibat:

 Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada katarak


 Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari jaringan uvea

 Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris

• Glaukoma kongenital

Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah


kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam
mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus
dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair, berkabut dan
peka terhadap cahaya. Glaukoma Kongenital merupakan perkembangan abnormal
dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang
(0,05%) manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia
blepharospme.

C. Etiologi

Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah perubahan anatomi


sebagai bentuk gangguan mata atau sistemik lainnya, trauma mata, dan predisposisi
faktor genetik. Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi penyakit atau proses
patologik dari sistem tubuh lainnya. Adapun faktor resiko timbulnya glaukoma antara
lain riwayat glauakoma pada keluarga, diabetes melitus dan pada orang kulit hitam.

D. Patofisiologi

Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor


aqueus oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humor
aquelus melalui sudut bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm
dan keadaan tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari
20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi
peningkatan tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut.
Secara fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan terhambatannya
aliran darah menuju serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia ini akan menimbulkan
kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila terjadi peningkatan tekanan intraokular,
akan timbul penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh
beberapa faktor :

a. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut


saraf pada papil saraf optik.

b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi
papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi
penggaungan pada papil saraf optik.

c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.

d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf
optik. (Tamsuri M, 2010 : 72-73).

Usia ≥ 40 tahun, DM, kortikosteroid jangka


panjang, miopia, trauma mata.

Obtruksi jaringan Peningkatan tekanan


trabekuler vitreus

Hambatan pengaliran Pergerakan iris ke


cairan humor aqueous depan

TIO meningkat Glaukoma TIO meningkat

Nyeri

Gangguan saraf optik Tindakan operasi

Perubahan pengelihatan Anxietas Kurang pengetahuan


perifer
E. Manifestasi klinis

a. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).


b. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
c. Mual, muntah, berkeringat.
d. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
e. Visus menurun.
f. Edema kornea.
g. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
h. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
i. TIO meningkat.(Tamsuri A, 2010 : 74-75)

F. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan tajam pengelihatan.

a Tonometri

Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal


empat cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :

— Palpasi atau digital dengan jari telunjuk


— Indentasi dengan tonometer schiotz
— Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann

— Nonkontak pneumotonometri

Tonomerti Palpasi atau Digital

Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak
cermat, sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat
digunakan dalam keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah
dengan dua jari telunjuk diletakan diatas bola mata sambil pendertia disuruh
melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab menutup mata
mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola mata,
hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan
perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi : dimana satu jari menahan, jari
lainnya menekan secara bergantian. Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai
berikut :

• N : normal
• N + 1 : agak tinggi
• N + 2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
• N – 1 : lebih rendah dari normal

• N – 2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya

b Gonioskopi

Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan
dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi
diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.

c Oftalmoskopi

Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan


papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik.
Papil saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya
ekskavasi. Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari
ekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar.

2. Pemeriksaan lapang pandang

• Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma


sudah lebih lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan
ditemukan di daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah.

• Pemeriksaan lapang pandang sentral: mempergunakan tabir Bjerrum,


yang meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang
pandang ditemukan para sentral yang dinamakan skotoma Bjerrum.(Sidarta
Ilyas, 2002: 242-248).

G. Penatalaksanaan

Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO, membuka sudut


yang tertutup (pada glaukoma sudut tertutup), melakukan tindakan suportif
(mengurangi nyeri, mual, muntah, serta mengurangi radang), mencegah adanya sudut
tertutup ulang serta mencegah gangguan pada mata yang baik (sebelahnya).

Upaya menurunkan TIO dilakukan dengan memberikan cairan hiperosmotik


seperti gliserin per oral atau dengan menggunakan manitol 20% intravena. Humor
aqueus ditekan dengan memberikan karbonik anhidrase seperti acetazolamide
(Acetazolam, Diamox). Dorzolamide (TruShop), methazolamide (Nepthazane).
Penurunan humor aqueus dapat juga dilakukan dengan memberikan agens penyekat
beta adrenergik seperti latanoprost (Xalatan), timolol (Timopic), atau levobunolol
(Begatan).

Untuk melancarakan aliran humor aqueus, dilakukan konstriksi pupil dengan


miotikum seperti pilocarpine hydrochloride 2-4% setiap 3-6 jam. Miotikum ini
menyebabkan pandangan kabur setelah 1-2 jam penggunaan. Pemberian miotikum
dilakukan apabila telah terdapat tanda-tanda penurunan TIO.

Penanganan nyeri, mual, muntah, dan peradangan dilakukan dengan


memberikan analgesik seperti pethidine (Demerol), anti muntah atau kostikosteroid
untuk reaksi radang.

Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan operasi untuk membuka saluran
schlemm sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat keluar dengan mudah.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan seperti trabekulektomi dan laser
trabekuloplasti. Bila tindakan ini gagal, dapat dilakukan siklokrioterapi (Pemasanag
selaput beku).

Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan pada pendidikan kesehatan


terhadap penderita dan keluarganya karena 90% dari penyakit glaukoma merupakan
penyakit kronis dengan hasil pengobatan yang tidak permanen. Kegagalan dalam
pengobatan untuk mengontrol glaukoma dan adanya pengabaian untuk
mempertahankan pengobatan dapat menyebabkan kehilangan pengelihatan progresif
dan mengakibatkan kebutaan.

Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang


penyakit ini serta penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan tujuan akhir pengobatan
itu. Pendidikan kesehatan yang diberikan harus menekan bahwa pengobatan bukan
untuk mengembalikan fungsi pengelihatan, tetapi hanya mempertahankan fungsi
pengelihatan yang masi ada.

PENUTUP

A. Keimpulan

Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin
lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini
disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola
mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di
belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah
sehingga saraf mata akan mati

Glaukoma dapat diklasifikasi menjadi 3 yaitu: glaukoma primer, sekunder dan


kongenital. Adapun tanda dan gejalanya adalah kornea suram, sakit kepala , nyeri,
lapang pandang menurun,dll. Komplikasi dari glaucoma adalah kebutaan.
Penatalaksanaannya dapat dilakukan berbagai terapi obat-obatan, sala satunya adalah
dengan pemberian terapi timolol yang bertujuan untuk menurunkan intraokuler (TIO).

B. Saran

1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan khususnya pada glaukoma untuk pencapaian kualitas keperawatan
secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara
berkesinambungan.

2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan
karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna
maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya
penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.
3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkan
asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan glaucoma

DAFTAR PUSTAKA

1. Anas Tamsuri. Klien gangguan mata dan pengelihatan: keperawatan medical-bedah.


Jakarta: EGC, 2010.
2. Doungoes, marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi ke 3. Jakarta: EGC. 1999.

3. Indriana dan N Istiqomah.

Pustaka jurnal

1. Andrea Lalita. Pencapaian tekanan intraokuler pasca pemberian timolol maleat 0,5%
pada glaukoma susut terbuka primer di poloklinik mata RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado tahun 2012-2014. Manado: Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi; 2016.
2. Dina Ameliana. Perbandingan penurunan tekanan intraokuler pada terapi timolol
maleat dan dorsalamid pasien glaukoma. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro; 2014

Anda mungkin juga menyukai