KEPERAWATAN
KEGAWATDARURATAN
INFARK MIOKARD
Kelompok 1 Keperawatan 6A
Cindy Claudya Putri 1914201001
Ameyuza Mega 1914201008
Dhea Putri Azizah 1914201013
Indah Anggina Marito Nst 1914201018
Nadila Aini 1914201023
Pramita Dewi 1914201029
Rezvigel Amanda 1914201035
Silfira Rosella 1914201040
Wulan Purnama Sari 1914201045
KONSEP DASAR
INFARK MIOKARD AKUT
&
ASUHAN KEPERAWATAN
KEGAWATDARURATAN TEORITIS
INFARK MIOKARD AKUT
DEFINISI ETIOLOGI
INFARK MIOKARD INFARK MIOKARD AKUT
AKUT Menurut Fakih Ruhyanuddin (2006), penyebab Infark Miokard Akut (IMA) adalah :
1.Gangguan pada arteri koronaria berkaitan dengan atherosclerosis, kekakuan, atau
penyumbatan total pada arteri oleh emboli atau thrombus.
Infark Miokard Akut (IMA) oleh orang 2.Penurunan aliran darah system koronaria menyebabkan ketidakseimbangan antara
miokardial O₂ suplai dan kebutuhan jaringan terhadap O₂.
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan kerusakan selular yang ireversibel dan
kematian otot atau nekrosis. Bagian miokardium yang mengalami infark atau nekrosis akan berhenti berkontraksi
secara permanent. Jaringan yang mengalami infark dikelilingi oleh suatu daerah iskemik yang berpotensi dapat
hidup. Ukuran infark akhir bergantung dari nasib daerah iskemik tersebut. Bila pinggir daerah ini mengalami
nekrosis maka besar daerah infark akan bertambah besar, sedangkan perbaikan iskemia akan memperkecil daerah
nekrosis.
Infark miokardium biasanya menyerang ventrikel kiri. Infark digambarkan lebih lanjut sesuai letaknya pada dinding
ventrikel. Misalnya, infark miokardium anterior mengenai dinding anterior ventrikel kiri. Daerah lain yang biasanya
terserang infark adalah bagian inferior, lateral, posterior, dan septum.
Otot yang mengalami infark akan mengalami serangkaian perubahan selama berlangsungnya proses penyembuhan.
Mula-mula otot yang mengalami infark tampak memar dan sianotik akibat terputusnya aliran darah regional. Dalam
jangka waktu 24 jam timbul edema pada sel-sel, respon peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim-enzim jantung
akan terlepas dari sel-sel ini. Menjelang hari kedua atau ketiga mulai proses degradasi jaringan dan pembuangan
semua serabut nekrotik. Selama fase ini dinding nekrotik relative tipis. Kira-kira pada minggu ketiga mulai terbentuk
jaringan parut. Lambat laun jaringan penyambung fibrosa menggantikan otot yang nekrosis dan mengalami
penebalan yang progresif. Pada minggu keenam parut sudah terbentuk dengan jelas.
WOC KOMPLIKASI
INFARK MIOKARD AKUT INFARK MIOKARD AKUT
1.Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri yang
ditandai dengan penurunan curah jantung.
2.Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama dan
konduksi listrik jantung, penurunan preload / peningkatan tahanan vaskuler sistemik, infark /
diskinetik miokard, kerusakan struktural seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
3.Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan iskemik, kerusakan otot jantung,
penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria.
4.Kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal,
peningkatan natrium / retensi air, peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma.
5.Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli / kegagalan
utama paru, perubahan membran alveolar kapiler (atelektasis, kolaps jalan nafas / alveolar
edema paru / efusi, sekresi berlebihan / pendarahan aktif).
ASUHAN
KEPERAWATAN
KEGAWATDARURATA
N
INFARK MIOKARD
AKUT
PEMBAHASAN KASUS
INFARK MIOKARD
AKUT
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pada pengkajian keperawatan atau pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengidentifikasi status kesehatan pasien dilakukan pengkajian primer dan sekunder pada
pasien infark miokard akut. Pada pengkajian primer dilakukan pemeriksaan A, B, C, D, E
(Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure). Pada pengkajian sekunder
dilakukan pemeriksaan dengan teknik AMPLE (Alergi, Medikasi, Past Illness, Last Meal
dan Environment/Event), dan dilakukan pemeriksaan fisik yang meliputi : aktifitas;
sirkulasi; integritas ego; eliminasi; makanan dan cairan; hygiene; neurosensory; nyeri dll.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perencanaan keperawatan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan yang meliputi
meliputi perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada
klien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien
dapat diatasi sesuai dengan diagnosa yang telah ditentukan. Rencana keperawatan yang
digunakan berdasarkan SDKI, SLKI dan SIKI.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan merupakan tahap untuk menilai tindakan keperawatan yang telah
ditentukan apakah berhasil atau sesuai dengan tujuan atau tidak untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien dengan Infark Miokard Akut secara optimal dan mengukur
hasil dari proses keperawatan. Tahap ini merupakan tahap yang menentukan apakah
tujuan tercapai atau tidak.
PERSAMAAN ASKEP TEORITIS DAN ASKEP KASUS
1. Pada pengkajian keperawatan atau pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengidentifikasi
status kesehatan pasien dilakukan pengkajian primer dan sekunder pada pasien infark miokard akut. Pada
pengkajian primer dilakukan pemeriksaan A, B, C, D, E (Airway, Breathing, Circulation, Disability,
Exposure). Pada pengkajian sekunder dilakukan pemeriksaan dengan teknik AMPLE (Alergi, Medikasi,
Past Illness, Last Meal dan Environment/Event), dan dilakukan pemeriksaan fisik yang meliputi :
aktifitas; sirkulasi; integritas ego; eliminasi; makanan dan cairan; hygiene; neurosensory; nyeri dll.
2. Pada pengkajian primer terdapat persamaan data pada pemeriksaan circulation dengan kasus Tn. M
3. Terdapat 2 persamaan diagnosa pada asuhan keperawatan teoritis dengan masalah nyeri dan juga ansietas
pada pasien infark miokard akut.
4. Terdapat persamaan pemberian intervensi pada masalah nyeri pada pasien infark miokard akut yaitu,
dengan cara melakukan Monitor KU dan TTV, Pantau nyeri (karakteristik, lokasi, intensitas, durasi),
Ajarkan teknik, relaksasi (nafas dalam dan perlahan), Kolaborasi pemberian oksigen dan th/ obat. Serta
masalah ansietas yaitu, Kaji tingkat kecemasan pasien, Anjurkan keluarga terdekat untuk memberikan
support, Jelaskan pada pasien tentang kondisi dan situasi saat ini.
PERBEDAAN ASKEP TEORITIS DAN ASKEP KASUS
1. Pada data primer di asuhan keperawatan teoritis terdapat perbedaan pada askep teoritis dijelaskan bahwa terdapat Sumbatan atau penumpukan secret,
Wheezing atau krekles sedangkan pada data kasus tidak terdapat masalah pada jalan nafas pasien.
2. Pada askep teoritis juga dijelaskan bahwa pasien infark miokard akut biasanya mengalami masalah pada pola nafasnya seperti Sesak dengan aktifitas ringan
atau istirahat, RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal, Ronchi, krekles, Ekspansi dada tidak penuh, Penggunaan otot bantu nafas sedangkan pada
kasus tidak ditemukan.
3. Pada askep teoritis terdapat 5 diagnosa utama, yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri yang ditandai dengan penurunan curah jantung.
b. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik jantung, penurunan preload / peningkatan tahanan
vaskuler sistemik, infark / diskinetik miokard, kerusakan struktural seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria.
d. Kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air, peningkatan tekanan hidrostatik,
penurunan protein plasma.
e. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli / kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar kapiler (atelektasis,
kolaps jalan nafas / alveolar edema paru / efusi, sekresi berlebihan / pendarahan aktif).
Sedangkan pada kasus Tn. M hanya didapatkan 4 diagnosa, yaitu :
a. Nyeri dada berhubungan dengan iskemik jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner.
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan tubuh.
c. Kecemasan berhubungan dengan ancaman kematian / perubahan kesehatan.
d. Resiko penurunan COP berhubungan dengan peningkatan tahanan vaskuler sistemik.
4. Terdapat perbedaan pada intervensi, implementasi dan evaluasi pada askep teoritis dan kasus Tn. M karena memiliki diagnosa yang berbeda.
THANK
YOU
Any Question?