TELAAH JURNAL
Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat allah swt karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga,
tugas ini dapat diselesaikan. Tanpa pertolonganya mungkin penulis tidak akan sanggup
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu dengan judul “Telaah Jurnal”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
yang telah membimbing dan memberikan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.Tak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna, untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran, baik dari dosen pembimbing maupun teman–teman atau
pembaca agar makalah ini dapat lebih sempurna.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca,dan
semoga adanya tugas ini allah swt senantiasa meridhoinya dan akhirnya membawa hikmah
untuk semuannya.
Wassalamualaikum ,Wr.Wb
Padang, 9 November2021
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke merupakan defisit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba yang berlangsung lebih dari
24 jam dan disebabkan oleh penyakit serebrovaskular (Patricia, et al., 2014).Stroke menjadi
penyakit urutan nomor dua yang mematikan setelah penyakit jantung.Serangan stroke yang
terjadi lebih banyak dipicu oleh hipertensi atau biasa disebut silent killer, diabetes mellitus,
obesitas dan gangguan aliran darah ke otak lainnya (Pudiastuti, 2019).
Prevalensi kasus stroke di dunia diperkirakan 200 per 100.000 penduduk dalam setahun. Saat ini
telah terjadi perubahan bahwa stroke tidak hanya menyerang pada usia tua saja, tetapi juga
menyerang usia muda atau usia yang masih produktif. Penyakit stroke tidak lagi diterita oleh
masyarakat perkotaan yang berkecukupan tetapi juga terjadi pada masyarakat dikalangan ke
bawah (Pudiastuti, 2019).
Prevalensi kasus stroke di Indonesia setiap tahunnya diperkirakan terdapat 500.000 penduduk
terkena serangan stroke, sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal sedangkan sisanya
mengalami cacat ringan hingga cacat berat, sehingga strokemenduduki peringkat pertama
sebagaipenyebab kematian di rumah sakit. Usia penderita stroke di Indonesiaterbanyak berkisar
dari usia 45 tahun ke atas (Pudiastuti, 2019).
Pasien pasca stroke merupakan kondisi darurat dimana keadaan pasien stroke sudah
membaik atau dalam keadaan stabil.Rehabilitasi pasien stroke paling tepat dilakukan 24-48 jam
setelah terjadinya serangan stroke dengan catatan kondisi pasien sudah stabil (Septi, 2019).
Serangan stroke meninggalkan gejala sisa berupa gangguan kekuatan otot pada anggota gerak,
pasien pasca stroke dengan gangguan kekuatan otot harus segera ditangani karena dapat
menyebabkan kelemahan permanen hingga kelumpuhan (Agusman & Kusgiarti, 2017
Putra & Widaningsih (2018) menyatakan bahwa latihan mirror therapy yaitu bentuk latihan
rehabilitasi yang mengandalkan serta melatih pembayangan/imajinasi pada motorik pasien,
dimana cermin akan memberikan stimulasi visual kepada otak (saraf motorik serebral yaitu
ipsilateral atau kontralateral untuk pergerakan anggota tubuh yang hemiparesis melalui observasi
dari pergerakan tubuh yang akan cenderung ditiru seperti cermin oleh bagian tubuh yang
mengalami gangguan. Mirror therapy memiliki pengaruh terhadap peningkatan kekuatan otot,
hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muslim, Setiawan & Azzam (2017)
mengenai mirror therapy untuk rehabilitasi stroke didapatkan bahwa terapi cermin merupakan
terapi yang sederhana, murah dan efektif dalam memperbaiki fungsi motorik (baik ekstermitas
atas maupun bawah) dan aktivitas kehidupan sehari-hari. Efek yang dihasilkan dari cermin
mampu memberikan pasien masukan visual secara tepat, refleksi cermin dari lengan kanan yang
bergerak terlihat seperti lengan yang mengalami hemiparesis bergerak sehingga merangsang otot
berkedut dan menghasilkan gerakan terampil yang sederhana (Sengkey & Pandeiroth, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Agusman & Kusgiarti (2017) menyatakan bahwa latihan mirror
therapy berpengaruh terhadap peningkatkan kekuatan otot ekstermitas atas pada pasien pasca
stroke non hemoragic.
1. Untuk mengetahui penerapan mirror therapy untuk kekuatan otot pasien stroke non
hemoragic
2. Untuk membuktikan pengaruh mirror therapy terhadap kekuatan otot pasien stroke on
hemoragic
PENELUSURAN EVIDENCE
Berdasarkan latar belakang yang sudah penulis uraikan diatas maka dapat dirumuskan
masalah dalam pertanyaan klinis “Pada pasien stroke non hemoragic, apakah program mirror
therapydapat digunakan sebagai standar prosedur operasional dan dapat mencegah lama
perawatan pasien di rumah sakit dan meningkatkan kenyamanan ?”. Untuk lebih jelasnya akan
digambarkan dalam bentuk PICO seperti pada table dibawah ini:
(terapi)
1. https://scholar.google.com/
Hasil Penelusuran Evidence
Scholar
1 Siska Gambaran Literatur Jumlah sampel 149 pasien Menunjukan adanya Kekuatan :
Mardiyanti,Nuru Peningkat Review 149 rata-rata peningkatan kekuatan otot
Penelitian ini
l Aktifah, et al. an dosis latihan ekstremitas atass pasien pasca
Kriteria sudah di
2021 Kekuatan mirror stroke non hemoragic dengan
sebagai lakukan
Otot therapy menggunakan alat ukur Manual
berikut: dengan
Ekstremit dilakukan Muscle Testing (MMT).
metode true
as Atas Berdasark 10-50 menit
Latihan mirror therapy telah experiment,
Pasca an jenis diberikan
menunjukan meningkatkan jadi sudah
Stroke kelamin sebanyak
rangsangan motorik kortikal bisadi
Non dan usia 12-20 kali
dan spinal, melalui efeknya terapkan di
Hemoragi sellama 3-4
Didapatka pada sistem neuron cermin klinik
c Setelah minggu.
n laki-laki
Pemberian
sejumlah
Mirror
36 Kelemahan :
Therapy :
responde
Literatur Penelitian ini
Reiew (65,4%) tidak dapat
digeneralisasi
Karakteris
kan karena
tik usia
penelitian ini
responden
mengambil
rata-rata
data dari
adalah
artikel yang
60,24
sudah ada
tahun
2 Dwi Aryati, Sigit Penerapan Studi Kasus Jumlah Pada hari Hasil dari pengkajian yaitu Tn.p Kekuatan:
Priyanto, Priyo, Mirror atau Sample 1 pertama mengatakan anggota gerak kiri Penelitian ini
2021 Therapy Purposing membina sudah bisa digunakan untuk menggunakan
Kriteria
Untuk Sample hubungan mengangkat benda tetapi benda pendekatan
Inklusi
Kekuatan saling yang tidak terlalu berat, penelitian
sebagai
Otot percaya, kekuatan otot pada eksermitas strategi berupa
berikut :
Lansia mengobserva sebelah kiri atas sudah case study
Dengan a. Secara si ttv, melatih mengalami peningkatan menjadi research dan
Stroke Klinis di klien untuk nilai 4 kualitatif
Non diagnosi melakukan
Kelemahan :
Hemoragi s dengan mirror
Sampel
k Di stroke therapy
penelitian ini
Keluarga non
Pada hari hanya sedikit
hemorag
ic kedua yaitu hanya 1
melakukan orang
b. Pemberi
pengkajian
an
keluhan yang
mirror
dirasakan
therapy
klien,
pada
pemeriksaan
pasien
ttv, latihan
stroke
mirror
dilakuka
therapy
n 5 kali
sehari Intervensi
selama 7 ini diberikan
hari dan selama 4 hari
nampak
perubaha
n jelas
c. Stroke
disebabk
an oleh
kerusaka
n
hipoksia,
iskemia
infark,
atau
perdarah
an yang
menyeba
bkan
ganggua
n pada
ektermit
as
d. Kekuata
n
rentang
gerak
nilai 3.
bagian tubuh
seseorang
yang tidak
terpengaruh
karena
melakukan
serangkaian
gerakan
(Sengkey,
2014).
digunakan untuk
mendapatkan
hasil maksimal
yaitu berupa
gerakan fleksi
ekstensi siku,
pergelangan
tangan, Pronasi
dan supinasi
lengan bawah,
dan gerakan jari
mencengkeram
yaitu Fleksi
ekstensi lutut,
ankle dorsi-
plantar flexion,
Hip internal,
external rotation
dan
toe movement.
Kombinasi
gabungan antara
Mirror Therapy
dengan metode
lain dapat
lebih
meningkatkan
kekuatan
motorik pasien.
Pelaksanaan
Mirror Therapy
juga
mempengaruhi
penurunan rasa
nyeri ekstremitas
pada pasien.
Kelemahan :
tidak ditemukan
kelemahan atau
kekurangan yang
berarti
5 Fery Agusman M Pengaruh quasi Jumlah -melakukan Terapi cermin dapat lebih baik Kekuatan :
1 , Evy Kusgiarti Mirror eksperimen sampel 83 teknik terapi dan efektif untuk meningkatkan
-Terapi cermin
2 Therapy t dengan cermin untuk kekuatan otot . Dan
Kriteria ini sudah
Terhadap rancangan meningkatka menggunakan alat ukut muscle
sampel terbukti
Kekuatan One group n status testing(M MT)
mempengaruhi
Otot pre-post -kelompok fungsional
masalah stroke
Pasien test..e. usia di atas pada sensori
non hemorogic
Stroke 45 tahun. motorik.
untuk
Non
-selama 2 meningkatkan
Hemoragi
bulan kekuatan otot
k Di
terakhir
RSUD -Terapi cermin
(Agustus–
Kota September) ini mudah
Semarang ditahun 2016 dilakukan dan
diruang hanya
rawat inap membutuhkan
didapatkan latihan yang
pasien stroke sangat singkat
non tanpa
hemoragik membebani
sejumlah 83 pasien
pasien,
Kelemahan :
diantaranya
perempuan Terapi ini hanya
sejumlah 35 untuk pasien no
dan pasien stroke
laki-laki hemorogic
sebanyak 48.
6 Istianah , I Gde Efektivita One group Jumlah Dilakukan 2 Hasil Penelitian ini sejalan Kekuatan :
Arsana, s Mirror pre test and sampel : 16 kali sehari, dengan Aini (2013) dimana rata-
Penelitian ini
wiyantara Therapy post test orang pagi dan sore rata responden memiliki
sudah dilakukan
Hapipah, Zaenal terhadap design selama 2 kekuatan otot 3 sebanyak 25
Kriteria dengan metode
Arifin kekuatan Minggu orang responden, sedangkan
inklusi true experiment
otot dan selama 15 hasil penelitian Sherly, et al
sebagai jadi sudah bisa
status berikut menit dan (2014) didapatkan sebanyak 15 diterapkan di
fungsional dikombinasik orang (50%) responden status klinik
Bersedia
pasien an dengan fungsional sebelum dilakukan
menjadi Kelemahan :
stroke non gerakan latihan adalah kategori
responde
hemoragik ROM. ketidakmampuan parah. Sampel yang
n
digunakan hanya
Dilakukan Hasil penelitian lain oleh Fadli
Tingkat sedikit yaitu
pengukuran (2017) menunjukan status
kesadara hanya 16 orang
kekuatan otot fungsional pasien stroke
n
dan status sebelum dilakukan tindakan
composm
fungsional sebanyak 5 orang (21%)
entis
responden respoonden kategori
Tidak post ketergantungan sedang dari total
sedang intervensi 18 responden.
menjalani
program
fisioterap
i
Mampu
diajak
berkomu
nikasi
Tanda-tanda
vital stabil
dan memiliki
kekuatan otot
2
7 Machyono,Andi Penerapan Penelitian Jumlah Pada hari Didapatkan 16 subjek (Tabel 1) Kekuatan :
Kurnia efektivitas berupa uji Sample 1 pertama pada kedua kelompok yang Penelitian ini
Bintang,Jumraini terapi klinis membina mayoritas adalah laki-laki menggunakan
Kriteria
Tammasse,Cahy cermin terandomis hubungan (59,4%) pada kelompok usia 45- pendekatan
Inklusi
ono terhadap asi saling 54 tahun (31,2%), dan memiliki penelitian
sebagai
Kaelan,Abdul perbaikan percaya, riwayat hipertensi (81,2%). strategi berupa
dengan berikut :
Muis,Idham Jaya motorik mengobserva Kejadian stroke paling banyak case study
desain
Ganda Secara Klinis si ttv, melatih didapatkan pada onset hari ke-3 research dan
lengan paralel
di diagnosis klien untuk (28,1%) dengan gangguan kualitatif
pasien terhadap
dengan melakukan motorik di sisi kanan
stroke pasien
stroke mirrortherapy (59,4%).Sebagian besar subjek
iskemik stroke
istemik akut Pada hari menyelesaikan pendidikan >9 Kelemahan :
akut iskemik
kedua tahun (56,2%). Tidak terdapat Sampelpenelitia
Pemberian
akut yang melakukan perbedaan rerata selisih skor n ini hanya
mirror
dirawat di pengkajian ARAT pada hari pertama dan sedikit yaitu
therapy pada
RSUP Dr. keluhan yang hari ke-10 yang bermakna hanya 1 orang
pasien stroke
dirasakan antara laki-laki dan perempuan
dilakukan 5
kali sehari klien, pada kedua kelompok, demikian
selama 7 hari pemeriksaan pula antara sisi kerusakan
dan nampak ttv, latihan motorik kanan dan kiri (p>0,05).
perubahan mirror Derajat kecacatan tiap subjek
jelas therapy. antara 2 kelompok kurang lebih
Intervensi ini sama,dilihat dari kekuatan
Stroke
diberikan motoriknya yang bernilai 3
disebabkan
selama 4 hari sampai 4.
oleh
kerusakan
hipoksia,
iskemia
infark, atau
perdarahan
yang
menyebabka
n gangguan
pada
ektermitas
Kekuatan
rentang
gerak nilai 3.
BAB III
TELAAH KRISIS
Penulis akan menguraikan deskripsi jurnal utama yang digunakan dalam menerapkan EBN. Penulis
akan menjelaskan beberapa poin yang terkait jurnal utama sebagai berikut:
Untuk mengetahui efektivitas penggunaan terapi cermin (MIRROR THERAPY) pada lansia
dengan stroke non hemoragik.
Metode yang dipilih pada penelitian ini adalah case study atau studi kasus.Adapun
responden yang digunakan ialah purposive sampling. Yang dipilih untuk dijadikan responden yaitu
seorang pasien lansia laki-laki berusia 79 tahun yang mengalami stroke non hemoragik dan
mengalami kelemahan otot pada salah satu ekstremitas atas dengan kekuatan rentang gerak 3 .
Metode pengambilan data yang digunakan adalah metode observasi partisipasif, dokumentasi dan
wawancara tidak terstruktur.
SOP (Standar Operasional Procedur) atau Alat pengumpulan data mirror therapy,
pengukuran kekuatan otot menggunakan rentang gerak ROM (Range Of Motion). Data yang sudah
dianalisis akan dilakukan tabulasi data, kemudian akan dianalisis menggunakan domain
analisis.Teknik yang digunakan adalah purposive sampling.Dengan mengambil seorang pasien
lansia berusia 79 tahun yang mengalami stroke non hemoragik dan mengalami kelemahan otot
dengan kekuatan rentang gerak 3.
Data pada penelitian ini diambil menggunakan metode wawancara tidak terstruktur,
observasi partisipatif, dan dokumentasi.Kegiatan ini langsung dilakukan dengan melakukan
wawancara pada saat pengambilan data, melakukan pemeriksaan fisik, memberikan asuhan
keperawatan pada responden,serta melakukan intervensi pada pasien dengan alat pengumpulan data
berupa SOP (Standar Operasional Procedur) Mirror Therapy, pengukuran rentang gerak ROM
(Range Of Motion), selan itu pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi berupa data
Kesehatan diwaktu sebelumnya.
Pengkajian dilakukan terhadap keluarga Tn. P pada tanggal 7 Juni 2021, dan didapatkan
hasil bahwa Tn. P berusia 79 tahun sebagai kepala keluarga, tidak bisa bekerja dan hanya
mengandalkan uang pensiunan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena dalam kondisi
terkena stroke non hemoragik. Istrinya Ny. R sudah meninggal 13 tahun yang lalu karena sakit. Tn.
P hanya tinggal dengan menantunnya yaitu Ny. N dikarenakan anaknya bekerja di luar kota .
Alamat rumah Tn. P di Sekaran Rt 01 Rw 04 Banyurojo Mertoyudan, Kabupaten Magelang dan
termasuk dalam keluarga Nuclear Familykarena Tn. P dan Ny. R tinggal dalam satu rumah.
Menurut Tn. P anggota keluargannya tidak ada yang menderita stroke non hemoragik, orang tua
dan anaknya pun tidak ada yang menderita penyakit stroke tersebut, sehingga Tn. P mengalami
stroke bukan dari genetik melainkan dari pola hidup semasa mudanya yang kurang sehat. Keluarga
Tn. P merupakan keluarga yang bersuku Jawa dan beragama Islam.Stressor jangka pendek Tn. P
mengeluh takut karena tidak bisa beraktivitas dengan bebas.Sedangkan stressor jangka Panjang Tn.
P takut apabila stroke non hemoragik yang dideritannya semakin parah dan kelemahan otot yang
terjadi juga semakin parah.Strategi adaptasi disfungsional jangka pendek Tn. P selalu minum obat
secara teratur.Dan untuk jangka panjang Tn. P berusaha untuk menggerakan ekstremitas yang
mengalami penurunan kekuatan otot. Berdasarkan data fokus pengkajian,
pada tanggal 8 Juni 2021 didapatkan data subjektif pada Tn. P mengatakan menderita stroke
sudah 1 tahun yang lalu. Stroke muncul akibat tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.Awal
terdeteksi adanya tekanan darah tinggi adalah pada 1 tahun yang lalu pada tahun 2020 pada saat
klien terjatuh dan dibawa ke rumah sakit dan saat diperiksa tekanan darahnya didapatkan hasil
210/110mmHg yang memicu terjadinnya stroke non hemoragik.Apabila merasa kelelahan Tn. P
mengatakan sering merasa pusing. Data untuk data objektif didapatkan hasil TD: 140/90 mmHg, N :
90x/menit, S : 36, RR:20x/menit, dan untuk pemeriksaan ROM didapatkan hasil nilai 3, sehingga
didapatkan masalah keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik.
Pada tanggal 8 Juni 2021 didapatkan data subjektif saat pengajian pada Tn. P mengatakan
tangan kirinnya sulit untuk digerakkan dan klien mengatakan merasa pusing.Sehingga didapatkan
masalah keperawatan Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral.Pada tanggal 8 Juni 2021
didapatkan data subjektif Tn. P mengatakan mengalami kelemahan otot pada ekstremitas atas
bagian kanansehingga untuk memakai baju harus dibantu oleh keluargannya.Sehingga didapatkan
masalah keperawatan Defisit Perawatan Diri.Implementasi pada klien Tn. P dengan diagnosa
Gangguan Mobilitas Fisik sesuai dengan intervensi.Implementasi dilakukan selama 5x pertemuan
pagi hari. Kunjungan hari pertama pada
Selasa 8 Juni 2021 pada pukul 10.00 WIB implementasi yang dilakukan yaitu membina hubungan
saling percaya kepada klien dan mengkaji keluhan yang dirasakan saat ini, kemudian
mengobservasi tanda-tanda vital hasil data subjektif Tn. P mengatakan pusing dan tangan sebelah
kiri mengalami kelemahan otot dan tidak bisa beraktivitas sepenuhnya. Data objektif TD : 140/90
RR : 21x/menit S : 36 ROM: 3.
Mengajarkan mirror therapy untuk mengatasi kelemahan otot pada ekstremitas klien. Klien
mengatakan belum pernah melakukan latihan tersebut.Data objektif Tn. P Nampak mengikuti
latihan dengan serius. Kunjungan kedua pada Rabu 9 Juni 2021 pukul 10.00 WIB melakukan
pengkajian keluhan yang dirasakan klien, kemudian melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan hasil TD: 140/100 mmHg, RR : 20x/menit, S : 36,5 ROM : 3. Kemudian melakukan
mirror therapy . Setelah melakukan mirror therapy, data subjektif Tn. P mengatakan masih sedikit
kesusahan menggerakkan tangannya karena lemas dan klien mengatakan sulit tidur. Data objektif
Tn.P nampak terus mencoba melakukan latihan tersebut.
Kunjungan ketiga pada Kamis 10 Juni 2021 pukul 10.00 WIB melakukan pengkajian
keluhan yang dirasakan klien saat ini, kemudian melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan
didapatkan hasil TD : 140/90 mmHg, RR :20x/menit S : 36. Kemudian melakukan mirror
therapyterhadap Tn. P secara mandiri. Data subjektif Tn. P mengatakan masih merasa pusing dan
sudah bisa melakukan gerakan gerakan tersebut secara pelan-pelan. Data objektif Tn.P nampak
kooperatif dalam melakukan gerakan mirror therapy.
Kunjungan keempat pada Jumat 11 Juni 2021 pukul 09.00 WIB melakukan pengkajian yang
dirasakan klien saat ini, kemudian melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan didapatkan hasil
data subjektif TD : 150/90 RR:20x/menit S : 36. Kemudian melatih mirror therapy secara mandiri
dan hasilnya adalah data subjektif Tn. P mengatakan tidak bisa tidur, pusing dan lemas pada tangan
kirinya sudah sangat berkurang. Data objektif Tn. P nampak antusias melakukan gerakan terapi
tersebut.
Kunjungan kelima Sabtu 12 Juni 2021 pukul 10.00 WIB melakukan pengkajian keluhan saat
ini. Kemudian pemeriksaan tanda-tanda vital dan didapatkan hasil data subjektif Tn.P mengatakan
tidak ada keluhan dan kelemahan otot yang dialami sudah sangat berkurang, data objektif TD :
130/90 RR: 20x/menit S : 36. Kemudian memonitor latihan mirror therapy secara mandiri hasil dari
latihan tersebut adalah data subjektif Tn.P mengatakan sudah bisa melakukan latihan mirror therapy
sendiri dan data objektif Tn.P
SIMPULAN
Mirror therapy terbukti efektif dalam peningkatan kekuatan otot pasien post stroke. Mirror
therapy efektif diberikan pada semua pasien dengan jenis stroke yang mengalami hemiparesis.
Mirror therapy efektif dilaksanakan selama 15-60 menit dengan 3-5 hari dalam 2-6 minggu dengan
syarat kekuatan otot minimal 2 dan tingkat ambulasi fungsional antara 3-5 pada ekstremitas bawah.
Teknik yang efektif digunakan untuk mendapatkan hasil maksimal yaitu berupa gerakan fleksi
ekstensi siku, pergelangan tangan, Pronasi dan supinasi lengan bawah, dan gerakan jari
mencengkeram serta oposisi jari pada ekstremitas atas dan gerakan poin penting pada ektremitas
bawah yaitu Fleksi ekstensi lutut, ankle dorsi-plantar flexion, Hip internal, external rotation dan toe
movement. Kombinasi gabungan antara Mirror Therapy dengan metode lain dapat lebih
meningkatkan kekuatan motorik pasien. Pelaksanaan Mirror Therapy juga mempengaruhi
penurunan rasa nyeri ekstremitas pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Hendri Heriyanto (2015). Perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah dilakukan latihan (mirror
Therapi) pada pasien strok iskemik dengan hemiparesis di arsup Dr. Hasan Sadikin
Bandung,Bandung 2015 (online)
http://journal.respati.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/324/265
Agusman, Fery & Kusgiarti Evy (2017). Pengaruh mirror therapy terhadap kekuatan otot pasien
stroke hemoragik. Vol.4. No.3.
Andarwati & Nur Aini (2013). Pengaruh latihan ROM terhadap peningkatan kekuatan otot pasien
hemiparese post stroke di RSUD dr. Moewardi Surakarta. Skripsi Sarjana Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Adam, Muhammad et al (2014). Akupresur untuk meningkatkan kekuatan otot dan rentang gerak
ekstremitas atas pada pasien stroke.Jurnal Keperawatan Indonesia.Vol.17. No. 3.Hal.81-87.
Ary, Donald, Lucy C.J., & Chris Sorenson (2011).Introducing to research in education eighth
editoin.Canada : Nelson Edcation Wadsworth Cengange Learning.
Muhammed, A., Manoj, T., & Sethy, K. (2020). Jurnal Internasional Publikasi Penelitian dan
Review Pengaruh Imagery Therapy ( IT ) dan Mirror Therapy ( MT ) pada Fungsi Tangan Korban
Stroke : Studi Banding. 1, 163–168.
Putri Arum Auliya, Aji Prima, O. M. (2020). Auhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Non
Hemoragik Di Rsud Dr.Mowardi.
Sataloff, R. T., Johns, M. M., & Kost, K. M. (2020). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stroke
Non Hemoragik Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Latihan. Naskah Publikasi Fiqih.
Setiyawan, S., Nurlely, P. S., & Harti, A. S. (2019). Pengaruh Mirror Theraphy Terhadap Kekuatan
Otot Ekstremitas Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di Rsud Dr.Moewardi. JKM (Jurnal
Kesehatan Masyarakat) Cendekia Utama, 6(2),
https://doi.org/10.31596/jkm.v6i2.296
Tim Pokja SIKI SDKI SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Definisi dan Indikator Diagnostik (Cetakan II) 1 ed) (Edisi 1). DPP PPNI.