Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS JURNAL PADA PASIEN STROKE INFARK DALAM

MEMBANTU MOBILISASI DENGAN LATIHAN ROM AKTIF

diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase KDPI

Dosen Pembimbing :

Riandi Alfin, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh :
Zamzam Teja Sukmana 402022087
Aprilia Damayanti 402022145
Resha Eka Febryani 402022095
Widya Indah Nirwana 402022071
Redista Rahmayanti 402022044
Sopian 402022059
Krisda Amelia 402022119
Nisa Annisa Rohmah 402022104
Aprilia Sartika 402022077
Igay Prajasastia 402022054
Tita Indah Sarirudi 402022086
Eneng Nena 402022037

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG

2022
A. Menentukan PICO
Rangkuman menyeluruh dalam bentuk evidance based nursing (EBN)
mengenai efektivitas latihan Range of Motion (ROM) pada pasien stroke.
Adapun penentuan PICO adalah sebagai berikut.

Problem /Pasien (P) : Pasien yang mengalami gangguan


aktivitas dengan Susp Stroke
Intervention (I) : Memberikan latihan Range of Motion
(ROM)
Comparion (C) : No Comparion
Outcome (O) : Latihan Range of Motion (ROM) dapat
meningkatkan kekuatan otot ekstremitas
pada pasien stroke.
Pertanyaan Klinis : Apakah latihan Range of Motion (ROM)
dapat meningkatkan kekuatan otot
ekstremitas pada pasien stroke
Tabel 1.1 Matriks Sintesis Validitas, Importancy dan Applicability Jurnal yang ditelusuri

JOURNAL VALIDITY IMPORTANCY APLICABILITY


Judul: V1 : Pada penelitian ini menemukan Pada penelitian ini menjelaskan
Efektivitas Range Of Motion Pada jurnal ini menggunakan dari 20 responden, didapatkan manfaat dari pemberian efektivitas
(Rom) Aktif-Asistif: sampel penelitian sebanyak beberapa responden tidak range of motion (rom) aktif-asistif:
Spherical Grip Terhadap 20 responden dengan mengalami kenaikan nilai spherical grip terhadap peningkatan
Peningkatan Kekuatan Otot mengukur kekuatan otot kekuatan otot. (Sukmaningrum, kekuatan otot ekstremitas atas pada
Ekstremitas Atas Pada sebelum dan sesudah 2012) pasien stroke di rsud tugurejo
Pasien Stroke Di Rsud diberikan intervensi data semarang. Sehingga dapat diterapkan
Tugurejo Semarang primer didapatkan dari data sebagai evidence base practice dalam
pengukuran derajat pemberian asuhan keperawatan non-
Penulis: peningkatan kekuatan otot farmakologi pada pasien stroke.
Febrina Sukmaningrum, Sri menggunakan skala kekuatan
Puguh Kristiyawati, otot. Sedangkan daata
Achmad Solechan. sekunder diperoleh dari
rekam medis pasien meliputi
Tahun Publikasi: identitas responden yang
2012 terdiri atas nama, jenis
kelamin, umur, diagnosa
penyakit, serta catatan medik,
catatan keperawatan di ruang
rawat inap. Kriteria inklusi
pada penelitian ini yaitu
pasien stroke yang
mengalami hemiperesis.
Sedangkan kriteria
ekslusinya pasien yang tidak
bisa melakukan rom aktif,
Teknik pengambilan sampel
pada penelitian ini
menggunakan teknik
purposive sampling.
Kesimpulan :
Penelitian ini menjelaskan
kriteria inklusi dan eksklusi
dengan baik, tetapi tidak
mencantumkan kriteria drop
out sampel.
Metode pengambilan sampel
bersifat non random, dengan
menetapkan subjek yang
memenuhi kriteria penelitian
yang dimasukan dalam kurun
waktu tertentu.

V2 :
Penelitian ini menggunakan
desain penelitian cross
sectional dengan melakukan
observasi atau pengukuran
variabel sekali dan sekaligus
pada waktu yang sama.
Dengan Teknik sampel
menggunakan metode
purposive sampling.
Diberikan latihan ROM aktif-
asistif: spherical grip dan
setelahnya dilakukan
pengukuran derajat kekuatan
otot untuk mengevaluasi
terjadinya peningkatan
kekuatan otot diberikan
selama 7 hari dengan
perlakuan 2 kali sehari.
Kesimpulan :
Prosedur pemberian
intervensi dijelaskan cukup
baik.

V3 :
Pemilihan sampel yang
digunakan dalam penelitian
ini, menggunakan metode
purposive sampling. Sampel
di ambil dari populasi pasien
stroke rawat inap ruang
alamanda dan mawar di
RSUD Tugurejo semarang
sebanyak 20 responden. Hal
ini di karenakan ada 5 calon
responden yang tidak
memenuhi kriteria dalam
penelitian, 5 dari calon
responden tersebut, ada 2
yang menolak menjadi
responden dan ada 3 dalam
keadaan tidak sadar
Kesimpulan :
Pemilihan sampel non
random, tidak dapat variabel
perancu dalam penelitian
tersebut.
V4:
Analisis dalam penelitian ini
menggunakan analisis dengan
uji statistik Wilcoxon Match
Pairs diperoleh nilai p rata-
rata pada hari ke-2 sore
p=0,014 (< 0,05), selanjutnya
pada hari ke-3 sore p=0,046 (<
0,05), selanjutnya pada hari
ke-4 pagi p=0,046 (< 0,05),
dan selanjutnya hari ke-6 pagi
p=0,046 (< 0,05).
Kesimpulan:
Ananlisis data yang dilakukan
tepat. Terdapat sajian data
univariat dan bivariate.
V5:
Pembahasan menyebutkan
bahwa hasil penelitian dari 20
responden, didapatkan
beberapa responden tidak
mengalami kenaikan nilai
kekuatan otot. Stroke
merupakan trauma neurologik
akut yang bermanifestasi
sebagai perdarahan atau infark
otak timbul karena iskemia
otak yang lama dan parah
dengan perubahan fungsi dan
struktur otak yang ireversible.
Daerah sekitar infark timbul
daerah penumbra iskemik di
mana sel masih hidup tetapi
tidak berfungsi. Daerah diluar
penumbra akan timbul edema
lokal atau hiperemis berarti sel
masih hidup dan berfungsi.
Kesimpulan:
Terdapat pembahasan internal
causal validity dan eksternal
causal validity.
Judul : V1 Penulis menganalisa penelitian di Latihan ROM aktif ini dapat
Pengaruh Latihan Range of Pada jurnal ini menggunakan atas, bahwa Range Of Motion dilakukan pada lansia, latihan ROM
Motion (ROM) Aktif sampel penelitian sebanyak 6 (ROM) jika dilakukan sedini aktif ini mudah dilakukan untuk
Terhadap Peningkatan responden dengan gangguan mungkin dan dilakukan dengan melatih kelenturan dan kekuatan otot
Kekuatan Otot Ekstremitas fungsional otot dan sendi. benar dan secara terus-menerus serta sendi dengan cara menggunakan
Bawah Lansia Sampel penelitian dilakukan akan memberikan dampak pada otot ototnya secara aktif atau mandiri
dengan cara purposive kekuatan otot. Latihan ROM sehingga menjadi lebih efektif dalam
Penulis : sampling kepada 6 responden. ratarata dapat meningkatkan upaya meningkatkan kekuatan otot.
- Adriani Kriteria inklusi pada kekuatan otot serta pengaruh dari
- Nurfatma Sari penelitian ini yaitu lansia yang kekuatan otot. Pemberian
mengalami gangguan metode range of motion aktif ini
Tahun : fungsional otot dan sendi, bertujuan untuk melatih kelenturan
2019 yang bisa melakukan ROM dan kekuatan otot serta sendi
aktif, tidak mempunyai dengan cara menggunakan otot
riwayat hipertensi. Sedangkan ototnya secara aktif atau mandiri
kriteria eksklusi yaitu lansia sehingga menjadi lebih efektif
yang tidak bisa melakukan dalam upaya meningkatkan
ROM aktif dan lansia yang kekuatan otot. Berdasarkan hasil
mempunyai riwayat analisa diatas didapatkan adanya
hipertensi. pengaruh latihan Range Of Motion
(Aktif) Aktif terhadap peningkatan
Kesimpulan : kekuatan otot ekstremitas bawah
Penelitian ini menjelaskan pada lansia di PSTW Kasih
kriteria insklusi dan ekslusi Sayang Ibu Batusangkar.
dengan baik, tetapi tidak Pada penelitian ini dijelaskan
menentukan kriteria droup out bahwa terapi ROM aktif dapat
sampel. Metode pengambilan meningkatkan kekuatan otot dari
sampel tidak berdasarkan sebelum dilakukan intervensi dan
kelompok control dan ROM aktif dapat dilakukan kepada
kelompok intervensi lansia sebagai terapi tambahan.
(Adriani & Sary, 2019)
V2
Penelitian ini menggunakan
desain penelitian pra
experiment dengan metode
one group pretest-posttest
design, dengan menggunakan
instrument pengumpulan data
yang digunakan berupa lembar
SOP latihan ROM, lembar cek
list latihan ROM, lembar
observasi kekuatan otot, dan
lembar penuntun manual
muscle test.
Intervensi dilakukan sebnyak
6 kali latihan selama 3
mminggu dengan frekusni
untuk 1 kali latihan adalah 2
kali dalam sehari yaitu selama
10 menit.
Kesimpulan :
Prosedur pemberian intervensi
dijelaskan dengan baik

V3
Tidak terdapat variabel
perancu dalam penelitian ini

Kesimpulan :
Pemilihan sampel non
random, tidak terdapat
variabel perancu dalam
penelitian tersebut.

V4
Rata rata pengaruh kekuatan
otot pada lansia di PSTW
Kasih sayang iu batusangkar
anatara sebelum dan sesudah
intervemsi ROM adalah -
0,548500 dengan standar
deviasi 0,084998. Hasil uji
statistik menunjukan bahwa
terdapat pengaruh latihan
Range Of Motion (ROM) aktif
terhadap peningkatan
kekuatan otot ekstremitas
bawah pada lansia di PSTW
Kasih Sayang Ibu Batusangkar
tahun 2018 .

V5
Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Safa’ah (2010). Dengan judul
pengaruh latihan Range Of
Motion terhadap kekuatan
peningkatan otot lanjut usia di
UPT pelayanan sosial lanjut
usia (Pasuruan) Kec. Babat
Kab.Lamongan didapatkan
peningkatan kekuatan otot
yang berarti pada lansia ROM.
Pada kelompok eksperimen,
sebagian besar (58%)
responden terdapat
peningkatan kekuatan otot
antara pre-test dan post-test,
sedangkan hampir
setengahnya (26%) responden
tidak dapat penurunan antara
pre-test dan post-test atau
dikatakan tetap, sebagian kecil
(16%) responden terdapat
penurunan antara pre-test dan
post-test.
Judul : V1 Berdasarkan penelitian ini penulis Terapi latihan range of motion
Pengaruh Terapi Latihan
Penelitian ini dilakukan di menganalisa bahwa dilakukannya (ROM) aktif dan pemberian kompres
Range of Motion (ROM)
Aktif dan Kompres Hangat ruang Poli Saraf RSUD Dr. M. terapi latihan Range of Motion hangat dapat dilakukan pada pasien
Terhadap Kekuatan Otot
Yunus Bengkulu pada (ROM) aktif dan kompres hangat penderita stroke dan pasca stroke.
Ekstremitas Pada Pasien
Post Stroke Tanggal 1-30 Juni 2021. dapat meningkatkan kekuatan otot Dilakukannya terapi ini mampu
Desain yang digunakan dalam pada pasien stroke. Latihan ROM meningkatkan kekuatan otot
Penyusun : penelitian ini adalah Pre aktif yang diprogramkan pada ekstremitas dan mobilitas fisik pasien
- Devi Listiana
Eksperimental menggunakan pasien stroke secara teratur stroke
- Fernalia
- Ghisca Nafalita Anjani the One Group Pretest Postest terbukti berefek positif baik dari
Design. Populasi dalam segi fungsi fisik maupun fungsi
Tahun :
2021 penelitian ini adalah pasien psikologis. Fungsi fisik yang
post stroke dengan kekuatan diperoleh adalah mempertahankan
otot ekstremitas 1-5 di Poli kelenturan sendi, kemampuan
Saraf RSUD Dr. M. Yunus aktifitas, dan fungsi secara
Bengkulu tahun 2021. Sampel psikologis yang dapat menurunkan
diambil menggunakan teknik persepsi nyeri dan tanda-tanda
Accidental Sampling yaitu depresi pasien pasca stroke.
sebanyak 20 orang dengan Penambahan kompres hangat pada
kriteria inklusi : (1) bersedia pasien pasca stroke dapat
menjadi responden penelitian, meningkatkan permeabilitas
(2) penderita penyakit stroke kapiler , meningkatkan
yang berkunjung di poli saraf metabolisme selular,
(3) laki-laki dan perempuan merelaksasikan otot,
penderita stroke yang meningkatkan aliran darah ke
mengalami hemiparesis suatu area, dan meredakan nyeri
sinistra/dextra (4) kekuatan dengan merelaksasikan otot.
otot 1-5 (5) usia kurang dari 65 (Listiana et al., 2020)
tahun (6) responden yang
bertempat tinggal di kota
Bengkulu

Kesimpulan :
Dalam penelitian ini
dijelaskan mengenai kriteria
inklusi yang digunakan untuk
sampel penelitian dan juga
terdapat kriteria ekslusi yaitu
responden yang
mengundurkan diri (drop out)

V2
Desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah the one
group pretest postest design.
Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan
data primer yaitu dengan
melakukan pengukuran otot
sebelum dan setelah terapi
latihan Range of Motion
(ROM) aktif dan kompres
hangat. Pemberian terapi
kompres hangat dan latihan
ROM dilakukan sebanyak 2
kali dalam seminggu dengan
waktu 20 menit. Intervensi
dilakukan selama satu minggu.
Pada hari terakhir dilakukan
pengukuran kekuatan
ekstremitas kembali (post test)

Kesimpulan :
Pada penelitian ini dijelaskan
mengenai bagaimana desain
penelitian yang dilakukan dan
juga intervensi yang dilakukan
pada penderita post stroke
dengan menggunakan latihan
terapi ROM dan kompres
hangat
V3
Penelitian ini menggunakan
analisa data univariat dan
bivariat

Kesimpulan :
Analisis data yang digunakan
pada penelitian ini
menggunakan analisis
univariat untuk mengetahui
distribusi frekuensi masing-
masing variabel dan analisis
bivariat untuk mengetahui
rata-rata perbedaan sebelum
dan sesudah pemberian
kompres hangat dan latihan
ROM
V4
Berdasarkan penelitian
tampak bahwa nilai rata-rata
kekuatan otot ekstremitas
sebelum dilakukan terapi
latihan range of motion
(ROM) aktif dan kompres
hangat adalah sebesar 2,45 dan
diperoleh nilai rata-rata
kekuatan otot ekstremitas
setelah dilakukan terapi
latihan range of motion
(ROM) aktif dan kompres
hangat adaalah sebesar 3,35.
Data tersebut menunjukkan
bahwa terdapat peningkatan
kekuatan otot ekstremitas
antara sebelum dan setelah
dilakukan terapi latihan range
of motion (ROM) aktif dan
kompres hangat

V5
Berdasarkan penelitian
sebanyak 20 responden
sebelum dilakukan terapi
latihan range of motion
(ROM) aktif dan kompres
hangat diperoleh rata-rata
kekuatan otot ekstremitas
adalah 2,45 dengan kekuatan
otot ekstremitas terendah
adalah 2 dan tertinggi adalah
3. Lemahnya kekuatan otot
ekstremitas pada pasien stroke
sebelum dilakukan terapi
latihan range of motion
(ROM)
aktif dan kompres hangat
dapat disebabkan oleh karena
berbagai faktor diantaranya
faktor
subjektif (meliputi hasil
pemeriksaan kesehatan secara
menyeluruh, adanya penyakit,
gender,
tingkat aktifitas dan usia)
faktor psikologis (meliputi
status kognitif, harapan,
motivasi, depresi,
tekanan dan kecemasan) dan
faktor otot (meliputi tipe serat
otot, panjang otot, arsitektur
otot,
lokasi otot, serta pengaruh
latihan pada otot
Kesimpulan :
Pada penelitian ini dijelaskan
terbukti bahwa dilakukannya
terapi latihan range of motion
(ROM) dan pemberian
kompres hangat secara teratur
dapat meningkatkan kekuatan
ekstremitas otot pasien pasca
stroke.
B. Kesimpulan Analisis
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat pengaruh terapi latihan range
of motion (ROM) dan pemberian kompres hangat untuk meningkatkan otot
ekstremitas pasien stroke maupun pasca stroke. Mengingat bahaya dari penyakit
stroke maka hal yang lebih penting adalah dengan melakukan pencegahan dengan
pengurangan berbagai faktor risiko, seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes
mellitus, hiperlipidemia, merokok dan obesitas. Saat serangan stroke pertama dapat
mencegah serangan stroke berulang demikian diharapkan Rumah Sakit bisa
memberikan layanan keperawatan yang lebih prima dengan meningkatkan
pelaksanaan edukasi secara teratur dengan struktur yang lebih baik terutama dengan
menggunakan media yang bervariasi seperti penggunaan booklet tentang
pelaksanaan ROM. Dengan demikian kesadaran pasien dan keluarga untuk mau dan
mampu melakukan latihan Range of Motion (ROM) akan meningkat.
C. Standar Operasional Prosedur Latihan Range Of Motion (ROM)
1. Pengertian
Range of motion (ROM) adalah tindakan atau latihan otot dan persendian yang
diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit,
disabilitas atau trauma. Dimana pasien menggerakan masing-masing
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif.
2. Tujuan
a. Mencegah risiko atropi otot pada klien yang mengalami imobilisasi
b. Mencegah terjadinya kontraktur pada sendi
c. Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot
d. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot
3. Jenis ROM
a. ROM aktif : perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam
melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang
gerak sendi normal (klien aktif).
b. ROM pasif : perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan
rentang gerak yang normal (klien pasif).
c. ROM aktif dengan bantuan : klien melakukan gerakan ROM dengan
sedikit bantuan dari perawat.
4. Indikasi
Klien dengan tirah baring yang lama, klien dengan penurunan tingkat
kesadaran, kelemahan otot, dan fase rehabilitas fisik.
5. Kontra Indikasi
Klien dengan fraktur, kelainan sendi atau tulang, dank lien fase imobilisasi
karena kasus penyakit (jantung).
6. Pengkajian
a. Identifikasi kemampuan masing-masing sendi dalam meakukan gerakan,
pengkajian dapat pula dilakukan saat klien melakukan aktivitasnya dengan
mengobservasi kemampuan atau keterbatasan dalam pergerakan.
b. Identifikasi daerah sendi terhadap tanda peradangan seperti kemerahan,
bengkak, nyeri saat sendi bergerak atau diam.
c. Identifikasi adanya deformitas atau perubahan bentuk pada sendi.
7. Gerakan ROM
Fleksi, ekstensi, hiperekstensi, rotasi, sirkumduksi, supinasi, pronasi, abduksi,
adduksi, dan oposisi.
8. Hal-hal Yang Perlu Diperhatian Saat melaksanakan latihan, perlu diperhatikan:
a. Keterbatasan pergerakan atau ketidakmampuan menggerakkan sendi.
b. Bengkak, nyeri, kemerahan, krepitus, deformitas pada sendi.
c. Saat melakukan ROM pasif, berikan sokongan sendi.
d. Lakukan setiap gerakan dengan perlahan dan berhati-hati.
e. Setiap gerakan dilakukan sesuai kemampuan.
f. Hentikan gerakan latihan jika klien mengungkapkan ketidaknyamanan
seperti nyeri atau terjadi spasme pada daerah otot yang bersangkutan.

9. Kegiatan
a. Tahap Pra interaksi
Validasi nama klien, keadaan umum, tanda-tanda vital
b. Perisapan Alat
Alat yang digunakan untuk melakuka ROM yaitu geniometer (alat ukur
rentang gerak sendi).
c. Tahap Orientasi
1) melakukan 3S (senyum, sapa, salam) pada klien
2) mengidentifikasi kembali nama klien
3) menanyakan keadaan klien
4) memberikan kesempatan klien dan keluarga bertanya
5) posisikan klien dengan nyaman (duduk/telentang dengan posisi
litotomi)
6) cuci tangan
7) membaca basmallah
8) jaga privasi klien
d. Tahap kerja
Kaji kemampuan rentang gerak sendi
1) Gerakan leher :
a) Fleksi : arahkan dagu ke sternum, upayakan untuk menyentuh
sternum (ROM 45 derajat).
b) Extensi : posisikan kepala pada posisi semula atau netral (ROM 45
derajat).
c) Hiperextensi : gerakan kepala kea rah belakang atau menengadah
sejauh mungkin (ROM 10 derajat).
d) Fleksi lateral : gerakan kepala kea rah bahu, lakukan sesuai
kemampuan (ROM 40-45 derajat).
e) Rotasi : pertahankan wajah kea rah depan lalu lakukan gerakan
kepala memutar membentuk gerakan melingkar (ROM 360
derajat).
2) Gerakan bahu :
a) Fleksi : letakkan kedua lengan pada sisi tubuh, perlahan angkat
lengan ke arah depan mengarah ke atas kepala, lakukan sesuai batas
kemampuan (ROM 180 derajat).
b) Extensi : gerakan lengan kembali mengarah kesisi tubuh (ROM
180 derajat).
c) Hiperextensi : pertahankan lengan pada sisi tubuh dengan lurus,
lalu perlahan gerakan lengan ke arah belakang tubuh (ROM 45-60
derajat).
d) Abduksi : angkat lengan lurus kearah sisi tubuh hingga berada di
atas kepala dengan mengupayakan punggung tangan mengarah ke
kepala dan telapak tangan ke arah luar (ROM 180 derajat).
e) Adduksi : turunkan kembali lengan mengarah pada tubuh dan
upayakan lengan menyilang di depan tubuh semampu klien.
f) Rotasi internal : lakukan fleksi pada siku 45 derajat, upayakan bahu
lurus dan tangan mengarah ke atas, lalu gerakkan lengan kea rah
bawah sambil mempertahankan siku tetap fleksi dan bahu tetap
lurus.
g) Rotasi external: dengan siku yang dalam keadaan fleksi, gerakkan
kembali lengan ke arah atas hingga jari-jari menghadap ke atas
(ROM 90 derajat).
h) Sirkumduksi : luruskan lengan pada sisi tubuh, perlahan lakukan
gerakan memutar pada sendi bahu (ROM 360 derajat).
3) Gerakan siku :
a) Fleksi : angkat lengan sejajar bahu. Arahkan lengan ke depan tubuh
dengan lurus,posisi telapak tangan menghadap ke atas, perlahan
gerakkan lengan bawah mendekati bahu dengan membengkokkan
pada siku dan upayakan menyentuh pada bahu (ROM 150 derajat).
b) Extensi : gerakkan kembali lengan hingga membentuk posisi lurus
dan tidak bengkok pada siku (ROM 150 derajat).
4) Gerakan lengan :
a) Supinasi : rendahkan posisi lengan, posisikan telapak tangan
mengarah keatas (ROM 70-90 derajat).
b) Pronasi : gerakkan lengan bawah hingga telapak tangan
menghadap keatas (ROM 70-90 derajat).
5) Gerakan pergelangan tangan :
a) Fleksi : luruskan tangan hingga jari-jari menghadap kedepan,
perlahan gerakkan pergelangan tangan hingga jari-jari mengarah
ke bawah (ROM 80-90 derajat).
b) Extensi : lakukan gerakan yang membentuk kondisi lurus pada jari-
jari, tangan dan lengan bawah (ROM 80-90 derjat)
c) Hiperektensi : gerakkan pergelangan tangan, hingga jari-jari
mengarah kearah atas. Lakukan sesuai kemampuan.
d) Abduksi : gerakan pergelangan tangan dengan gerakan kearah ibu
jari (ROM 30 derajat).
e) Adduksi : gerakkan pergelangan tangan secara lateral dengan
gerakan kearah jari kelingking (ROM 30-50 derajat).
6) Gerakan jari tangan :
a) Fleksi : lakukan gerakkan mengepal (ROM 90 derajat).
b) Extensi : luruskan jari-jari (ROM 90 derajat).
c) Hiperextensi : bengkokkan jari- jari kearah belakang sejauh
mungkin (ROM 30-60 derajat).
d) Abduksi : renggangkan seluruh jari-jari hingga ke 5 jari bergerak
saling menjauhi
e) Adduksi : gerakkan kembali jari-jari hingga ke 5 jari saling
berdekatan
7) Gerakan pinggul :
a) Fleksi : arahkan kaki kedepan dan angkat tungkai perlahan pada
posisi lurus, (ROM 90-120 derajat).
b) Extensi : turunkan kembali tungkai hingga berada pada posisi
sejajar dengan kaki yang lainnya (ROM 90-120 derajat).
c) Hiperextensi : luruskan tungkai, perlahan gerakan tungkai kearah
belakang menjauhi tubuh (ROM 30-50 derajat).
d) Abduksi : arahkan tungkai dengan lurus menjauhi sisi tubuh kearah
samping (ROM 30-50 derajat).
e) Adduksi : arahkan tungkai dengan lurus mendekati sisi tubuh,
lakukan hingga kaki dapat menyilang pada kaki yang lain (ROM
30-50 derajat).
f) Rotasi internal : posisikan kaki denga jari-jari menghadap kedepan,
perlahan gerakkan tungkai berputar kearah dalam (ROM 90
derajat).
g) Rotasi eksternal : arahkan kembali tungkai ke posisi semula yaitu
posisi jari kaki menghadap kedepan (ROM 90 derajat).
h) Sikumduksi : gerakan tungkai dengan melingkar (ROM 360
derajat).
8) Gerakan lutut :
a) Fleksi : bengkokkan lutut, dengan mengarahkan tumit hingga dapat
menyentuh paha bagian belakang (ROM 120-130 derajat).
b) Extensi : arahkan kembali lutut hingga telapak kaki menyentuh
lantai (ROM 120-130 derajat).
9) Gerakan pergelangan kaki :
a) Dorsifleksi : gerakan pergelangan kaki hingga jari kaki mengarah
keatas, lakukan sesuai kemampuan (ROM 20-30 derajat).
b) Platarfleksi : gerakan pergelangan kaki hingga jari-jari mengarah
kebawah (ROM 20-30 derajat).
10) Gerakan kaki :
a) Inversi : lakukan gerakan memutar pada kaki, arahkan telapak kaki
kearah medial (ROM 10 derajat).
b) Eversi : lakukan gerakan memutar pada kaki, arahkan telapak kaki
kearah lateral (ROM 10 derajat).
c) Fleksi : arahkan jari-jari kaki ke bawah (ROM 30-60 derajat).
d) Extensi : luruskan kembali jari-jari kaki (ROM 30-60 derajat).
e) Abduksi : regangkan jari-jari kaki hingga jari-jari saling menjauhi
(ROM 15 derajat).
f) Adduksi : satukan kembali jari-jari kaki hingga jari-jari saling
merapat (ROM 15 derajat).
11) Lafadzkan hamdallah bersama pasien
e. Tahap Evaluasi
1) Evaluasi hasil seluruh kegiatan
a) Observasi reaksi nonferbal ketidaknyamanan (rasa nyeri)
b) Tanyakan pada klien bagaimana perasaanya setelah dilakukan
tindakan
c) Apa efek yang dirasakan klien setelah diberikan ROM? Termasuk
pikiran, perasaan, reaksi atau aktivitas
2) Beri feedback positif terhadap klien
3) Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4) Membereskan alat-alat
5) Cuci tangan
6) Mendokumentasikan hasil kegiatan
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, A., & Sary, N. (2019). Pengaruh Latihan Range of Motion (ROM) Aktif
Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Ekstremitas Bawah Lansia. Real in
Nursing Journal, 2(3), 118. https://doi.org/10.32883/rnj.v2i3.564
Listiana, D., Fernalia, G., & Nafalita, A. (2020). Pengaruh Terapi Latihan Range
Of Motion (Rom) Aktif Dan Kompres Hangat Terhadap Kekuatan Otot
Ekstremitas Pada Pasien Post Stroke. Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah,
4(1), 35–42.
Sukmaningrum, F. (2012). Efektivitas Range of Motion ( Rom ) Aktif-Asistif :
Spherical Grip Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Ekstremitas Atas Pada
Pasien Stroke di RSUD TUGUREJO SEMARANG Febrina. Karya Ilmiah
Stikes Telogorejo, 1, 2.

Anda mungkin juga menyukai