Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 3

Dosen
Pembimbing :
NS.REVI NENI
IKBAL
,M.KEP

Di Susun Oleh :
SONIA
PUTRI(1914201
141)
ZAHARATUL
AYINNI(191420
1048)
MELLANl
FAUZYAH(1914201119)
LARA INDRA WAHYUNI(1914201115)
VICKY YOELANDARI (1914201147)
ROZA JULIANI (1914201134)
FELLY YULITA (1914201111)
RAYANOF DEVO ORYZA (1914201131)
SOFIA JUNISA PUTRI (1914201140)
NOVI APRIANI (1914201125)

5C KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STIKES ALIFAH PADANGTAHUN


2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................................1

BAB II..............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
1.Anatomi dan Fisiologi Integumen(Kulit)...............................................................................2
2.Fisiologi kulit.........................................................................................................................3
2.3 Fisiologi Sistem Integumen................................................................................................6
2.4 Gangguan Pada Sistem Integumen Manusia.......................................................................8
A.Konsep dasar......................................................................................................................10
C. Etiologi luka bakar.............................................................................................................13
D. Epidemiologi......................................................................................................................14
E. Manifestasi klinis................................................................................................................14
F. Klasifikasi luka bakar.........................................................................................................15
G.Komplikasi..........................................................................................................................16

BAB III..........................................................................................................................................17
PENUTUP......................................................................................................................................17

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah swt yang atas karunia nya makalah ini dapat
terselesaikan tepat waktunya.makalah tentang ANATOMI FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN
DAN ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PADA LUKA BAKAR .dengan tujuan untuk
memberikan wawasan pada semua pembaca ucapan terimakasih kami sampaikan pada bapak
dosen selaku pembimbing dan semua pihak yang telah membantu demi terselesaikan nya
makala ini.
Kritik dan saran kami harapkan untuk kesempurnaan makala ini, sehingga dapat
bermanfaat khususnya di keperawatan jiwa.

Padang 24 September 2021

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang disebut sebagai sistem
integumen .Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luas.Sistem ini terdiri atas kulit
dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar (keringat dan sebaseous), dan reseptor saraf
khusus (untuk perubahan internal atau lingkungan eksternal). Sistem integumen terdiri dari organ
terbesar dalam tubuh, kulit. Ini sistem organ yang luar biasa melindungi struktur internal tubuh
dari kerusakan, mencegah dehidrasi, menghasilkan vitamin dan hormon. Hal ini juga membantu
untuk mempertahankan homeostasis dalam tubuh dengan membantu dalam pengaturan suhu
tubuh dan keseimbangan udara. Sistem integumen adalah garis pertahanan pertama tubuh
terhadap bakteri, virus dan mikroba lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1). Apa pengertian dari Sistem Integumen ?
2). Bagaimana Anatomi dari Sistem Integumen pada Manusia?
3). Bagaimana Fisiologi dari Sistem Integumen pada Manusia?
4). Apa sajakah gangguan-gangguan Sistem Integumen pada Manusia ?

1.3 Tujuan Penulisan


1). Mampu menjelaskan pengertian dari Sistem Integumen.
2). Mampu menjelaskan anatomi dari Sistem Integumen pada Manusia
3). Mampu menjelaskan Fisiologi dari Sistem Integumen pada Manusia.
4). Mampu menyebutkan gangguan-gangguan Sistem Integumen pada Manusia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1.Anatomi dan Fisiologi Integumen(Kulit)

Gambaran umum kulit

Kulit adalah ‘selimut’ yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi
utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Luas
kulit pada manusia rata-rata ± 2 meter persegi, dengan berat 10 kg jika dengan
lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak (Tranggono, 2007). Kulit terbagi atas dua lapisan
utama, yaitu epidermis (kulit ari) sebagai lapisan yang paling luar dan Dermis (korium,
kutis, kulit jangat). Sedangkan subkutis atau jaringan lemak terletak dibawah dermis.
Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling
tebal berukuran 1 milimeter, misalnya pada telapak kaki dan telapak tangan, dan
lapisan yang tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan
perut. Karena ukurannya yang tipis, jika kita terluka biasanya mengenai bagian setelah
epidermis yaitu dermis. Dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan
elastin. Serabut kolagen dapat mencapai 72 persen dari keseluruhan berat kulit manusia
bebas lemak (Tranggono,2007)
Pada bagian dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit. Adneksa kulit
merupakan struktur yang berasal dari epidermis tetapi berubah bentuk dan fungsinya,
terdiri dari folikel rambut, papila rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar
sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan serabut saraf, juga sebagian
serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak.
bawah kulit (subkutis/hipodermis). Bagian-bagian kulit dapat dilihat
pada Gambar 2.1.

2
Gambar 2.1 Kulit dan bagian-bagiannya (Gibson, 2003)

2.Fisiologi kulit

kulit melakukan respirasi (bernapas), menyerap oksigen dan mengeluarkan


karbondioksida. Namun, respirasi kulit sangat lemah. Kulit lebih banyak menyerap
oksigen yang diambil dari aliran darah, dan hanya sebagian kecil yang diambil
langsung dari lingkungan luar (udara). Begitu pula dengan karbondioksida yang
dikeluarkan, lebih banyak melalui aliran darah dibandingkan dengan yang diembuskan
langsung ke udara (Tranggono,2007).
Meskipun pengambilan oksigen oleh kulit hanya 1,5 persen dari yang dilakukan oleh
paru-paru, dan kulit hanya membutuhkan 7 persen dari kebutuhan oksigen tubuh (4 persen untuk
epidermis dan 3 persen untuk dermis), pernapasan kulit tetap merupakan proses fisiologis kulit
yang penting. Pengambilan oksigen dari udara oleh kulit sangat berguna bagi metabolisme di

3
dalam sel-sel kulit. Penyerapan oksigen ini penting, namun pengeluaran atau pembuangan
karbondioksida (CO2) tidak kalah pentingnya, karena jika CO2menumpuk di dalam kulit, ia akan
menghambat pembelahan (regenerasi) sel-sel kulit.

2.1.PENGERTIAN
Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luar. Sistem ini terdiri atas kulit dan
aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar (keringat dan sebaseous), dan reseptor saraf
khusus (untuk stimuli perubahan internal atau lingkungan eksternal). Integumen merupakan kata
yang berasal dari bahasa Latin “integumentum“, yang berarti “penutup”. Sesuai dengan
fungsinya, organ-organ pada sistem integumen berfungsi menutup organ atau jaringan dalam
manusia dari kontak luar. Sistem Integumen pada manusia terdiri dari kulit, kuku, rambut,
kelenjar keringat, kelenjar minyak dan kelenjar susu. Sistem integumen mampu memperbaiki
sendiri (selfrepairing) & mekanisme pertahanan tubuh pertama (pembatas antara lingkungan luar
tubuh dengan dalam tubuh). Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas berkontribusi
terhadap total berat tubuh sebanyak 7%. keberadaan kulit memegang peranan penting dalam
mencegah terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya agen-agen
yang ada di lingkungan seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit juga akan menahan
bila terjadi kekuatan kekuatan mekanik seperti menghadapi (gesekan), getaran (getaran) dan
mendeteksi perubahan fisik di lingkungan luar, sehingga memungkinkan seseorang untuk
menghindari rangsangan yang tidak nyaman. Kulit membangun sebuah barier yang memisahkan
organ internal dengan lingkungan luar, dan berpartisipasi dalam berbagai fungsi tubuh vital.
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas berkontribusi terhadap total berat tubuh sebanyak
7%.
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas berkontribusi terhadap total berat tubuh
sebanyak 7%. keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegah terjadinya
kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya agen-agen yang ada di lingkungan
seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit juga akan menahan bila terjadi kekuatan
kekuatan mekanik seperti menghadapi (gesekan), getaran (getaran) dan mendeteksi perubahan
fisik di lingkungan luar, sehingga memungkinkan seseorang untuk menghindari rangsangan yang
tidak nyaman.
2.2 Anatomi Sistem Integumen pada Manusia Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu :

4
A. Epidermis
Epidermis berasal dari ektoderm, terdiri dari beberapa lapis (multilayer). Epidermis
sering kita sebut sebagai kuit luar.Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan
memiliki tebal yang berbeda-beda.epidermis juga tersusun atas lapisan:
1) Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis.Melanosit (sel
pigmen) terdapat di dasar epidermis. Melanosit menyintesis dan mengeluarkan melanin sebagai
respons terhadap rangsangan hormon hipofisis anterior, hormon perangsang melanosit
(melanocyte stimulating hormone, MSH). Melanosit merupakan sel khusus epidermis yang
terlibat dalam produksi pigmen melanin yang memamerkan kulit dan rambut. Semakin banyak
melanin, semakin gelapwarnanya. sebagian besar orang berkulit gelap dan bagian kulit yang
berwarna gelap pada orang yang berkulit cerah (misal puting susu) mengandung pigmen dalam
jumlah yang lebih banyak. Warna kulit yang normal bergantung pada ras dan bervariasi dari
merah muda yang cerah hingga cokelat. Penyakit juga akan memengaruhi warna kulit . Sebagai
contoh, kulit akan tampak kebiruan bila terjadi inflamasi atau demam. Melanin dapat menyerap
cahaya ultraviolet dan demikian akan melindungi seseorang terhadap efek pancaran cahaya
ultraviolet dalam sinar matahari yang berbahaya. kulit akan tampak kebiruan bila terjadi
inflamasi atau demam.
2) Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan turunan sumsum tulang, yang memicu sel Limfosit
T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen kepada sel Limfosit T. Dengan demikian,
sel Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit. Sel imun yang disebut sel Langerhans
terdapat di seluruh epidermis. Sel Langerhans mengenali partikel mikroorganisme atau
mikroorganisme yang masuk ke kulit dan membangkitkan serangan imun. Sel Langerhans
mungkin mengenal dan mengenal sel-sel kulit displastik dan neoplastik. Sel Langerhans secara
fisik berhubungan dengan saraf simpatis , yang memiliki hubungan antara sistem saraf dan
kemampuan kulit melawan infeksi atau mencegah kanker kulit. Stres dapat memengaruhi fungsi
sel Langerhans dengan meningkatkan rangsang simpatis.

3) Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan berhubungan fungsi
dengan sistem neuroendokrin difus. 4) Keratinosit, lapisan eksternal kulit yang tersusun atas
keratinosit dan lapisan ini akan berganti setiap 3-4 minggu sekali. Keratinosit yang bersusun dari
lapisan paling luar hingga paling dalam sebagai berikut: a) Stratum Korneum, terdiri atas 15-20

5
lapis sel gepeng, tanpa inti dengan yang dipenuhi keratin. Lapisan ini merupakan lapisan terluar
dimana eleidin berubah menjadi keratin yang tersusun tidak teratur dan serabutan retikulernya
lebih sedikit elastis saling menempel erat.Lebih tebal pada area-area yang banyak terjadi
(gesekan) dengan permukaan luar, terutama pada tangan dan kaki . Juga merupakan lapisan
keratinosit terluar yang tersusun atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati dan tidak berinti.
B. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True
Skin”karena 95% dermis membentuk lapisan kulit. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong
epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling
tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa,
tempat keberadaan kelenjar rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar
minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus
arektor pili). Lapisan ini elastis dan tahan lama, berisi jaringan kompleks ujung ujung syaraf,
kelenjar sudorifera, kelenjar. Sebasea, folikel jaringan rambut dan pembuluh darah yang juga
merupakan penyedia nutrisi bagi lapisan dalam epidermis. Dermis atau cutan (cutaneus), yaitu
lapisan kulit di bawah epidermis. Penyusun utama dari dermis adalah kolagen. Membentuk
bagian kulit terbesar dengan kekuatan dan struktur pada kulit, memiliki ketebalan yang
bergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di daerah punggung. Dermis
terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum
reticular. 1) Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas
jaringan ikat longgar.

2.3 Fisiologi Sistem Integumen


pada Manusia Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis
tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, persepsi.
1.Fungsi proteksi
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai berikut:
a.Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia.Keratin
merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi dan erat seperti batu bata di permukaan
kulit.

6
B. Lipid yang mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi. selain itu juga
mencegah masuknya udara dari lingkungan luar tubuh melalui kulit.
C.Sebum yang penting dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari kekeringan serta
mengandung zat bakterisid yang bekerja membunuh bakteri di permukaan kulit.
2.Fungsi absorpsi
Kulit tidak bisa menyerap udara, tapi bisa menyerap bahan larut-lipid sepertivitamin A, D, E, dan
K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida. Permeabilitas kulit terhadap oksigen,
karbondioksida dan uap air yang memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi
respirasi. Selain itu beberapa bahan toksik dapat diserap sepertiaseton,dan merkuri. Beberapa
obat juga dirancang untuk larut dalam lemak, sepertikortison, sehingga mampu menembus kulit
dan melepaskan antihistamin di tempat peradangan. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh
tebal tipis kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum.
3.Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan
panas yang diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.Terhadap badan-badan
dingin Krause yang terletak di dermis, badantaktil Meissner terletak di papila dermis berperan
terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan
terhadap tekanan yang diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut
lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.

2.4 Gangguan Pada Sistem Integumen Manusia


1.Kanker Kulit
Kanker Kulit Penyebab Kanker kulit adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkontrol
didalam jaringan kulit. jika tidak diobati, sel sel aknker ini akan menyebar ke organ lain seperti
kelenjar getah bening, tulang, jaringan lunak, dan lain-lain. kanker kulit adalah jenis kanker yang
paling dominan didunia. Di Amerika kanker kulit diderita oleh 1 dari 5 orang dengan prevalensi
sekitar 20% menurut Yayasan Kanker Kulit.
2.Penyakit lupus
Penyakit Lupus Penyebab Lupus adalah penyakit autoimun atau kekebalan tubuh yang
terganggu yang diderita lebih dari 1,5 juta rakyat Amerika. Normalnya sistem kekebalan tubuh

7
akan menjaga tubuh dari gangguan penyakit, virus, bakteri dan bentuk lain yang berbahaya.
Dalam hal penyakit lupus, sistem kekebalan tubuh salah mendeteksi bahaya dan sebaliknya
menyerang sel tubuh yang sehat dan merusak jaringan lunak seperti kulit dan organ lainnya.
Penyakit lupus dapat menimbulkan masalah lanjutan pada ginjal, sistem saraf, jaringan darah dan
kulit
3.Rubeola atau Penyakit Campak
Rubeola atau Penyakit Campak
Penyebab rubeola adalah infeksi yang disebabkan oleh virus yang berkembang di sel di daerah
tenggorokan dan paru paru. Rubeola menular, dan cepat menyebab melalui media udara ketika
penderita rubeola batuk atau bersin. Orang yang menderita Rubeola akan merasakan demam,
batuk, penemuan, dan ruam ruam pada kulit sebagai puncak dari penyakit Rubeola. Jika tidak
dirawat dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi telinga, pneunomia dan ensefalitis
(pembengkakan otak).
4. Jerawat.
Jerawat Penyebab penyakit jerawat adalah terhalangnya pori-pori pada tubuh oleh minyak, kulit
mati, dan atau bakteri. Setiap pori-pori di kulit kita terdapat folikel, folikel ini terbuat dari rambut
dan kelenjar minyak. minyak mengeluarkan sebum, yang berjalan melewati rambut, keluar
melalui pori-pori dan berakhir di kulit. Sebum membuat kulit lembab dan lembut, jika Anda
menderita penyakit Jerawat, mungkin saja terjadi gangguan pada proses ini. Hal yang paling
sering menyebabkan jeawat adalah Terlalu banyak sebum yang dihasilkan kelenjar minyak kulit
sel kulit mati yang bertumpuk di pori-pori •
5. Hemangioma
Hemangioma adalah pertumbuhan daging atau kulit tetapi bukan kanker yang tumbuh karena
pertumbuhan jaringan darah abnormal. HEmangioma biasanya ditemukan dalam lapisan dari
organ dalam - biasanya hati-. Karena Hemangioma tidak disebabkan oleh faktor luar, biasanya
orang menderita atau Hemangioma berkembang sebelum orang lahir, ketika mereka masih dalam
kandungan. Hemangioma didalam hati biasanya tidak menyebabkan kelainan. Biasanya juga
tidak terdeteksi sebelum Anda memeriksa diri dan biasanya pemeriksaan yang tidak terkait sama
sekali dengan Hemangioma
6. Cold Sore (Virus Herpes Simplex)
(Herpes Simplex Virus) Cold sores adalah keadaan kulit melepuh berentuk bulat berisi cairan

8
yang biasanya tumbuh disekitar mulut atau sekitar wajah. kadang lepuhan juga muncul di jari,
hidung atau didalam mulut, tetapi itu jarang terjadi. Biasanya Cold Sore disebabkan oleh virus
Herpes, dan tidak ada pengobatan untuk penyakit ini selain mengobati atau membasmi herpes
tersebut.
7.Biduran / Urtikaria (Gatal Alergi)
Biduran / Urtikaria (Gatal Alergi) Biduran, Urtikaria, gatal karena alergi adalah perasaan gatal
akibat timbulnya benjolan kecil pada kulit. Biasanya berwarna merah dan sakit ketika disentuh.
Pada kebanyakan kasus, urtikaria disebabkan oleh reaksi terhadap pengobatan dan atau reaksi
alergi terhadap benda yang menyebabkan iritasi.

9
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PADA LUKA BAKAR
Tinjauan teoritis

A.Konsep dasar
1.Definisi luka bakar
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak seperti suhu tinggi misalkan api ,air
panas , listrik, bahan kimia dan radiasi.lula bakar ialah luka akibat kulit terpajan ke suhu tinggi
,syok listrik atau bahan kimia (corwin,2001:611).
Lula bakar adalah kerusakan jaringan pada tubuh terutama pada kulit baik kontak secara
langsung ataupun radiasi ,yang disebabkan oleh panas , listrik maupun bahan kimia .Luka bakar
yang disebabkan oleh perubahan suhu (thermal burn) merupakan kerusakan sel pada jaringan
kulit atau jaringan lainnya akibat suhu yang terlalu tinggi. Cedera termis yang berat dapat
memicu mediator–mediator inflamasi, yang kemudian dapat berkembang menjadi Systemic
Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan pada kondisi berat dapat menjadi Multi-system
Organ Dysfunction System (MODS) dan berujung kematian. [1]
Klasifikasi luka bakar dibuat berdasarkan kedalamannya dan luas permukaan yang terkena.
Berdasarkan kedalamannya, luka bakar dapat diklasifikasikan menjadi derajat 1-4.[2] Estimasi
luas luka bakar juga penting karena terkait dengan penatalaksanaan. Luas luka bakar dapat
dihitung dengan berbagai metode seperti tabel Lund-Browder dan “Rule of Nine”.
Lokasi luka bakar sering kali menentukan pendekatan tatalaksana. Lokasi pada wajah (terutama
yang dicurigai sebagai trauma inhalasi), tangan, kaki, dan genitalia dapat menjadi penanda
dibutuhkannya manajemen yang terspesialisasi.
Derajat keparahan luka bakar secara keseluruhan dipengaruhi oleh mekanisme luka bakar,
kedalaman, ekstensi, dan lokasi anatomi dari luka bakar tersebut. Konsep dan pengertian tentang
SIRS menggeser paradigma penatalaksanaan luka bakar, yaitu dari fokus pada sirkulasi makro
beralih ke perbaikan perfusi (sirkulasi minor) sebagai end point resusistasi luka bakar

10
B. Patofisiologi
Pemahaman mengenai patofisiologi dari luka bakar penting untuk penatalaksanaan yang tepat.
Secara umum, respon tubuh terhadap cedera termis dapat dibagi menjadi respon lokal dan
sistemik:
 Respon Lokal

Berdasarkan penelitian oleh Jackson pada tahun 1947, terdapat 3 zona pada luka bakar:
 Zona Koagulasi

Pada zona ini, kerusakan jaringan sudah tidak dapat diperbaiki karena protein penyusun jaringan
tersebut sudah mengalami koagulasi. Zona ini melambangkan kerusakan maksimal akibat cedera
termis.
 Zona Stasis

Jaringan pada zona ini masih dapat diselamatkan, namun sudah terdapat penurunan perfusi di
jaringan yang mengelilinginya. Perfusi di jaringan inilah yang berusaha ditingkatkan saat
resusitasi luka bakar, sekaligus mencegah kerusakan menjadi ireversibel. Perlu diwaspadai
bahwa adanya komorbiditas seperti hipotensi berkepanjangan, infeksi, maupun edema, memiliki
potensi menjadikan jaringan di zona stasis rusak secara permanen.
 Zona Hiperemia

Perfusi jaringan ditemukan tertinggi pada zona hiperemia, yang merupakan zona terluar dalam
luka bakar. Jaringan pada zona ini biasanya akan mengalami perbaikan. Namun, adanya
perburukan kondisi sistemik seperti sepsis atau hipoperfusi jangka panjang dapat mengganggu
proses perbaikan jaringan pada zona hiperemia. [3]
 Respon Sistemik

Efek sistemik muncul dipengaruhi oleh pelepasan sitokin dan mediator inflamasi terutama
setelah area luka bakar mencapai 30% dari total luas permukaan tubuh/ total body surface area
(TBSA). [5]
 Perubahan Kardiovaskular

Perubahan kardiovaskular yang terjadi adalah peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini
berakibat pada perpindahan protein dan cairan intravaskuler ke jaringan interstisial. Sebagai

11
respon peningkatan permeabilitas, akan terjadi pula vasokonstriksi perifer dan splangnikus,
sementara kontraktilitas miokard menurun. Kaskade kejadian ini dipengaruhi oleh dilepaskannya
mediator inflamasi tumour necrosis factor α (TNF α). Semua perubahan yang telah disebutkan di
atas, ditambah dengan hilangnya cairan dari zona luka, dapat berakibat hipotensi sistemik dan
hipoperfusi end organ. [5]
Secara khusus, gangguan sirkulasi yang telah disebutkan di atas dimediasi oleh 4 mekanisme,
yaitu (1) perubahan integritas membran mikrovaskular, (2) perubahan hukum Starling, (3)
gangguan perfusi/syok selular, dan (4) evaporative heat loss. [3]
 Perubahan integritas membran mikrovaskular diawali dengan cedera termis yang
mengaktivasi pelepasan mediator pro inflamasi seperti histamin. Hal ini kemudian
mengaktivasi faktor komplemen yang mempromosikan perlekatan Polymorphonuclear
(PMN) ke endotel. Endotel yang mengalami inflamasi kemudian melepaskan radikal
bebas yang kemudian diikuti peroksidasi lipid. Rangkaian kejadian ini kemudian
mengaktivasi kaskade koagulasi dan pelepasan sitokin (IL1, TNF α). Secara keseluruhan
endotel yang mengalami inflamasi kemudian mengalami perubahan bentuk menjadi
membulat. Hal ini menyebabkan jarak interstitial melebar dan permeabilitas kapiler
meningkat.

 Perpindahan cairan yang diakibatkan peningkatan permeabilitas kapiler juga diatur oleh
Hukum Starling. Berdasarkan hukum tersebut, perpindahan cairan bergantung dari
gradien tekanan hidrostatik yang berlawanan dengan tekanan osmotik dari jaringan
koloid.

 Keluarnya cairan dari intravaskuler menyebabkan hipovolemia intravaskular yang


berujung gangguan perfusi (hipoksia) pada organ yang kemudian dapat berakibat cedera
reperfusi dan syok.

 Kehilangan kulit sebagai barrier akibat cedera termis juga menyebabkan evaporative heat
loss yang memperparah keseluruhan gangguan perfusi.

 Perubahan Respiratori

12
Perubahan respiratori mediator inflamasi menyebabkan bronkokonstriksi, dan pada kasus
luka bakar yang berat dapat menyebabkan sindroma gagal napas (respiratory distress) .
[5]

 Perubahan Metabolik

Perubahan metabolik laju metabolik basal (basal metabolic rate BMR) meningkat hingga
tiga kali dari BMR normal. Hal ini, terutama jika dibarengi oleh hipoperfusi splanchnic,
mengakibatkan proses katabolisme yang hebat. [5]

 Perubahan Imunologi

Perubahan imunologi terdapat penurunan respon sistem imun yang non-spesifik, baik
melalui jalur cell-mediated maupun humoral. [5]

Jika luka bakar disebabkan oleh cedera elektrik, aliran listrik akan mengalir dalam tubuh dan
menyebabkan kerusakan di antara titik masuk (entry) dan titik keluar (exit) listrik. Di dalam
tubuh, aliran listrik akan menghasilkan panas, sebesar 0,24 x (voltase) squared x resistensi. [5]
Selanjutnya, panas yang ditimbulkan akan merusak jaringan dan menyebabkan perubahan
fisiologi tubuh seperti yang sudah dijelaskan di atas. Cedera yang disebabkan di dalam tubuh
akan bergantung dari voltase aliran listrik.

C. Etiologi luka bakar


 Etiologi luka bakar akibat cedera termis antara lain:

 Air panas (scald), khususnya pada anak. [2]

 Api (flame), merupakan 50% penyebab luka bakar pada dewasa. [5]

 Pajanan panas langsung (contact), baik oleh sumber api maupun terkena cairan yang
mudah terbakar (bensin, minyak, cairan dari pemantik api)

 Pajanan suhu tinggi dari matahari

 Selain itu, 3-4% dari luka bakar disebabkan oleh cedera elektrik, yang dapat
dikategorikan sebagai berikut:

13
 Cedera akibat listrik dari apliansi rumah tangga, umumnya voltase kecil

 Cedera akibat listrik tegangan tinggi, yaitu pada voltase >1000V.

 Cedera akibat pajanan listrik sesaat (Flash), ketika terdapat pajanan listrik voltase tinggi
namun tidak ada aliran listrik yang melewati tubuh. [5]

Luka bakar juga dapat disebabkan oleh bahan kimia yang berasal dari bahan-bahan kimia yang
digunakan di rumah tangga maupun dari pabrik. Luka bakar cedera kimia umumnya dalam
karena sifat agen kimia yang korosif, khususnya jika bersifat alkali. [5]. Luka bakar kimia sering
kali terkait dengan pekerjaan (occupational hazard).

D. Epidemiologi
Epidemiologi luka bakar menunjukkan bahwa kematian akibat luka bakar lebih tinggi di negara-
negara berkembang. Data epidemiologi tentang luka bakar di Indonesia masih terbatas. Global
Menurut data dari WHO Global Burden Disease, pada tahun 2017 diperkirakan 180.000 orang
meninggal akibat luka bakar, dan 30% pasien berusia kurang dari 20 tahun. Umumnya korban
meninggal berasal dari negara berkembang, dan 80% terjadi di rumah.

E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis luka bakar meliputi gangguan pada kulit berdasarkan kedalaman dan penyebab
luka bakar. Pada bagian derajat satu (superfisial), bagian kulit yang terkena adalah epidermis
dengan gejala kesemutan, hiperestesia (supersensitivitas), rasa nyeri mereda jika didinginkan.

F. Klasifikasi luka bakar


Derajat luka bakar dapat diklasifikasikan menjadi 3 tingkat, yakni tingkat 1, 2, dan 3. Setiap
derajat luka bakar dinilai berdasarkan tingkat keparahan dan kerusakan yang diakibatkan pada
kulit.
Berikut ini adalah derajat luka bakar berdasarkan tingkat keparahannya:
-Derajat luka bakar tingkat 1 (superficial burn)
Tingkat luka bakar yang hanya memengaruhi epidermis atau lapisan kulit luar saja. Secara
klinis, tandanya berupa kulit yang tampak merah, kering, dan terasa sakit. Contohnya, luka bakar

14
yang disebabkan oleh sinar matahari. Luka bakar tingkat satu ini tidak terlalu mengkhawatirkan
dan bisa sembuh dengan sendirinya.
-Derajat luka bakar tingkat 2 (superficial partial-thickness burn)
Derajat luka bakar ini dapat dikatakan luka bakar tingkat sedang. Luka bakar tingkat 2 ini terjadi
pada epidermis dan sebagian lapisan dermis kulit (lapisan kulit yang lebih dalam).Ketika
mengalami luka bakar tingkat 2, kulit Anda akan tampak merah, lecet, melepuh, bengkak, dan
terasa sakit. Luka bakar tingkat dua ini bisa ditangani dengan beberapa metode pengobatan tanpa
operasi atau bedah.
-Derajat luka bakar tingkat 3 (full thickness burn)
Kerusakan jaringan mengenai seluruh lapisan epidermis dan dermis, atau lebih dalam lagi.
Secara klinis, kulit yang terbakar akan tampak putih dan kasar, namun juga dapat terlihat hangus
dan mati rasa.

F.Perumusan luka bakar


Untuk menentukan luas luka bakar pada orang dewasa dapat menggunakan metode Rule of Nine.
Dasar dari perhitungan ini adalah dengan membagi tubuh ke dalam bagian-bagian anatomi, yang
setiap bagian tersebut mencerminkan luas 9% dari luas permukaan tubuh atau kelipatan dari 9%
dengan total 100%.

G.Komplikasi
Luka bakar bisa menimbulkan kondisi yang lebih serius jika tidak ditangani dengan tepat.
Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang bisa terjadi akibat luka bakar:
a.Bekas luka
Kondisi ini bisa disebabkan oleh pertumbuhan jaringan parut yang berlebihan akibat luka
bakar.
b.hipotermia
Kondisi yang berbahaya ini terjadi ketika suhu tubuh menjadi sangat rendah akibat luka
bakar.Gangguan bergerak. Hal ini bisa terjadi ketika luka bakar membuat jaringan tubuh, seperti
kulit atau otot menjadi lebih pendek dan kencang.
c.Infeksi
Infeksi kulit akibat luka bakar dapat berkembang menjadi infeksi dalam aliran darah, hingga

15
sepsis.
d.Gangguan pernapasan
Kondisi ini dapat terjadi jika penderita menghirup udara atau asap saat kebakaran.Kehilangan
banyak cairan tubuh. Kondisi ini dapat menimbulkan kurangnya cairan dalam pembuluh darah
dan menurunkan tekanan darah.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luar. Sistem ini terdiri atas kulit dan
aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar (keringat dan sebaseous), dan reseptor saraf
khusus (untuk stimuli perubahan internal atau lingkungan eksternal). Integumen merupakan kata
yang berasal dari bahasa Latin “integumentum“, yang berarti “penutup”.
kulit melakukan respirasi (bernapas), menyerap oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida. Namun, respirasi kulit sangat lemah. Kulit lebih banyak menyerap oksigen yang
diambil dari aliran darah, dan hanya sebagian kecil yang diambil langsung dari lingkungan luar
(udara).
Kulit adalah ‘selimut’ yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai
pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Kulit tersusun atas tiga lapisan,
yaitu : epidermis dan dermis.

B. Saran

Kita sebagai seorang perawat dalam pemberian asuhan keperawatan dapat digunakan
pendekatan dan serta perlu adanya partisipasi keluarga karena keluarga merupakan orang
terdekat pasien yang tahu perkembangan dan kesehatan pasien.
Dalam memberikan tindakan keperawatan tidak harus sesuai dengan apa yang ada pada
teori, akan tetapi harus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien serta menyesuaikan dengan
kebijakan dari rumah sakit

17
DAFTAR PUSTAKA

Hettiaratchy S, Dziewulski P. ABC of Burns: Pathophysiology and types of burns. BMJ.


2004:328;1427-9

Moenadjat y 2003 luka bakar luka bakar edisi 2 Jakarta balai penerbit FKUI 2003 Muttaqin
Arif 2007 asuhan keperawatan pada klien gangguan sistem integumenJakarta

18

Anda mungkin juga menyukai