Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Integrasi

Integrasi berasal dari bahasa Latin dan bahasa Inggris, dalam bahasa latin
integrasi berasal dari kata Integer, Integra, Integrum yang memiliki arti utuh,
seluruhnya. Sedangkan dalam bahasa Inggris berasal dari kata Integration,
yang memiliki arti kesempurnaan atau keseluruhan. Sehingga dapat
didefinisikan integrasi merupakan penyatuan unsur-unsur dari sesuatu yang
berbeda atau beraneka ragam sehingga menjadi satu kesatuan dan
pengendalian terhadap konflik atau penyimpangan dari penyatuan unsur-
unsur tersebut. Proses integrasi akan terjadi jika perubahan itu membawa
unsur-unsur yang cocok dengan penambahan unsur-unsur baru di dalam
proses perubahan itu menyatu di dalam kerangka kepentingan struktur yang
ada. Pada proses integrasi juga akan ada proses saling menarik, saling
tergantung, dan saling menyesuaikan (adaptasi).
Sistem terintegrasi (integrated system) merupakan sebuah rangkaian
proses untuk menghubungkan beberapa sistem-sistem komputerisasi dan
software aplikasi baik secara fisik maupun secara fungsional. Sistem
terintegrasi akan menggabungkan komponen sub-sub sistem ke dalam satu
sistem dan menjamin fungsi-fungsi dari sub sistem tersebut sebagai satu
kesatuan sistem.

B. Konsep Dari Sistem Integrasi

Konsep integrasi sistem adalah suatu konsep sistem yang dapat saling
berhubungan satu dengan  yang lain dengan berbagai cara yang sesuai dengan
keperluan. Hal ini sangat bermanfaat bila suatu data dalam file suatu sistem
diperlukan juga oleh sistem yang lainnya atau output sustu sistem menjadi
input sistem lainnya.

3
Keuntungan dari integrasi sistem ini adalah membaiknya suatu arus
informasi dalam sebuah organisasi. Suatu pelaporan biasanya memang
memerlukan waktu, namun demikian akan semakin banyak informasi yang
relevan dalam kegiatan manajerial yang dapat diperoleh bila diperlukan.
Keuntungan ini merupakan alasan yang kuat untuk mengutamakan
(mengunggulkan) sistem informsi terintegrasi karena tujuan utama dari sistem
informasi adalah memberikan informasi yang benar pada saat yang tepat.
Integrasi juga memungkinkan penambahan suatu fitur dari aplikasi yang
sudah ada, tanpa harus merombak total struktur aplikasi yang lama. Hal ini
akan lebih hemat dari sisi cost dan lebih cepat dari sisi development
dibandingkan harus membuat suatu aplikasi utuh yang baru.
Peningkatan kemampuan dalam berkompetisi adalah salah satu manfaat
dari sistem Integrasi. Manfaat-manfaat lain yang dapat dirasakan adalah
layanan yang konsisten, penurunan biaya transaksi, dan kemudahan
teknologi  informasi dalam beradaptasi terhadap perubahan bisnis.
Dalam sistem terdapat input (masukan), proses, output (hasil/keluaran),
dan umpan balik. Pendekatan sistem merupakan satu cara yang memandang
keperawatan secara menyeluruh dan sistematik, tidak parsial atau fragmentis.
Keperawatan sebagai suatu sistem merupakan satu kesatuan yang utuh
dengan bagian-bagiannya yang berinteraksi satu sama lain. Keperawatan
dapat diartikan sebagai keseluruhan karya insani yang terbentuk dari bagian-
bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam usaha mencapai tujuan
akhir.
Keperawatan dapat digambarkan sebagai kesatuan subsistem dan
membentuk satu sistem yang utuh. Sitem keperawatan ini memperoleh input
dari suprasistem (masyarakat atau lingkungan) dan memberikan output bagi
suprasistem tersebut. Subsistem yang membentuk sistem keperawatan adalah
tujuan, klien, manajemen, struktur dan jadwal waktu, asuhan keperawatan,
tenaga perawat dan tim kesehatan lain, teknologi, fasilitas, kendali mutu,
penelitian, serta biaya perawatan.

4
Interaksi fungsional antarsubsistem keperawatan disebut sebagai proses
keperawatan. Proses keperawatan dapat terjadi dimana saja, tidak terbatas
lingkungan rumah sakit dan pusat kesehatan lainnya. Melalui proses
keperawatan diperoleh hasil (output) keperawatan. Hasil keperawatan adalah
asuhan keperawatan yang sudah diberikan kepada klien berdasarkan tujuan
keperawatan yang telah ditetapkan. Tujuan keperawatan masing-masing
tingkatan perawatan ditetapkan berdasarkan kebutuhan dan bermuara pada
tujuan kesehatan nasional.
Salah satu subsistem yang membentuk sistem keperawatan adalah
manajemen keperawatan, yang mana merupakan suatu bentuk koordinasi dan
integrasi sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen
untuk mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan
keperawatan (Huber, 2000). Proses manajemen dibagi menjadi lima tahap
yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan
pengendalian (Marquis dan Huston, 2010). Manajemen keperawatan
memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana serta mengelola
kegiatan keperawatan. Suyanto (2009) menyatakan bahwa lingkup
manajemen keperawatan adalah manajemen pelayanan kesehatan dan
manajemen asuhan keperawatan. Manajemen pelayanan keperawatan adalah
pelayanan di rumah sakit yang dikelola oleh bidang perawatan melalui tiga
tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak (kepala bidang keperawatan),
manajemen menegah (kepala unit pelayanan atau supervisor), dan manajemen
bawah (kepala ruang perawatan). Manajemen keperawatan adalah proses
kerja setiap perawat untuk memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap
pasien. Tugas manager keperawatan adalah merencanakan, mengatur,
mengarahkan dan mengawasi keuangan yang ada, peralatan dan sumber daya
manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif dan ekonomis kepada
pasien (Gillies, 2000).
Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan untuk memberikan perawatan
kepada pasien menurut Swanburg (2000) sebagai berikut: 1. Manajemen
keperawatan adalah perencanaan 2. Manajemen keperawatan adalah

5
penggunaan waktu yang efektif 3. Manajemen keperawatan adalah pembuatan
keputusan 4. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan
manajer perawat 5. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan
pencapaian tujuan sosial 6. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian
7. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau tingkat
sosial, disiplin, dan bidang studi 8. Manajemen keperawatan bagian aktif dari
divisi keperawatan, dari lembaga, dan lembaga dimana organisasi itu
berfungsi 9. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan 10.
Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin 11. Manajemen
keperawatan memotivasi 12. Manajemen keperawatan merupakan
komunikasi efektif 13. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau
pengevaluasian.
Fungsi-Fungsi Manajemen Keperawatan memerlukan peran orang yang
terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing sehingga
diperlukan fungsi-fungsi yang jelas mengenai manajemen (Suarli dan Bahtiar,
2009). Fungsi manajemen pertama sekali diidentifikasi oleh Henri Fayol
(1925) yaitu perencaanaan, organisasi, perintah, koordinasi, dan
pengendalian. Luther Gulick (1937) memperluas fungsi manajemen fayol
menjadi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), personalia
(staffing), pengarahan (directing), pengkoordinasian (coordinating), pelaporan
(reporting), dan pembiayaan (budgeting) yang disingkat menjadi
POSDCORB. Akhirnya, fungsi manajemen ini merujuk pada fungsi sebagai
proses manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
ketenagaan, pengarahan, pengawasan (Marquis dan Huston, 2010). Fungsi
manajemen menurut G.R. Terry adalah planning, organizing, actuating, dan
controlling, sedangkan menurut S.P. Siagian fungsi manajemen terdiri dari
planning, organizing, motivating, dan controlling (Suarli dan Bahtiar, 2009).
Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap Perencanaan
merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan adalah koordinasi dan
integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses manajemen
untuk mencapai asuhan keperawatan dan tujuan layanan keperawatan (Huber,

6
2000). Perencanaan adalah usaha sadar dan pengambilan keputusan yang
diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa
yang akan datang oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Siagian, 1992). Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa
perencanaan adalah suatu keputusan dimasa yang akan datang tentang apa,
siapa, kapan, dimana, berapa, dan bagaimana yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan tertentu yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan
keputusan. Perencanaan memberikan informasi untuk mengkoordinasikan
pekerjaan secara akurat dan efektif (Swanburg, 2000). Perencanaan yang
adekuat dan efektif akan mendorong pengelolaan sumber yang ada dimana
kepala ruangan harus mengidentifikasi tujuan jangka panjang dan tujuan
jangka pendek serta melakukan perubahan (Marquis dan Huston, 2010).
Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh
kepala ruang. Swanburg (2000) menyatakan bahwa dalam keperawatan,
perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima
pelayanan keperawatan yang mereka inginkan. Perencanaan di ruang rawat
inap melibatkan seluruh personil mulai dari perawat pelaksana, ketua tim dan
kepala ruang.

C. Metode Membangun Sistem Integrasi


Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan dalam membangun sistem
terintegrasi, yaitu :
Vertical Integration, merupakan proses mengintegrasikan sub-sub sistem
berdasarkan fungsionalitas dengan menghubungkan sub-sub sistem yang
sudah ada tersebut supaya bisa berinteraksi dengan sistem terpusat dengan
tetap berpijak pada arsitektur sub sistem yang lama. Metode ini memiliki
keuntungan yaitu dapat dilakukan dengan cepat dan hanya melibatkan
beberapa entitas development yang terkait dalam proses pembuatan sistem
lama. Kelemahannya, metode ini tidak memungkinkan untuk
mengimplementasikan fungsi-fungsi baru atau proses bisnis baru ke dalam
sub-sistem yang sudah ada – karena effort lebih tinggi ada di

7
proses“mempelajari” arsitektur sistem lama dan menjadikannya acuan untuk
membuat sistem terintegrasi. Untuk menghadirkan ekspansi fungsionalitas
atau proses bisnis baru adalah harus membuat sub-sistem baru.
Star Integration, atau lebih dikenal sebagai spaghetti integration, adalah
proses mengintegrasikan sistem dengan cara menghubungkan satu sub sistem
ke semua sub-sub sistem lainnya. Sebuah fungsi bisnis yang
diimplementasikan dalam sebuah sub sistem akan di-broadcast ke semua sub-
sub sistem lain yang dependen terhadap fungsi bisnis tersebut supaya dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya. Untuk integrasi sistem dengan ruang
lingkup kecil atau menengah dan dengan pemisahan fungsi bisnis yang jelas
dan spesifik, metode integrasi ini layak untuk dipertimbangkan. Namun jika
fungsi bisnis banyak terlibat di beberapa sub sistem secara dependen, pada
akhir proses integrasi sistem akan terlihat sedikit “kekacauan” dalam diagram
– proses interkoneksi antar sub sistem akan tampak seperti spaghetti. Efeknya,
biaya perawatan dan ekspansi sistem di masa yang akan datang akan
memerlukan effort yang sangat berat untuk mempelajari skema integrasi
sistem berikut dependency-nya.
Horizontal Integration, atau ada yang mengistilahkan dengan Enterprise
Service Bus (ESB), merupakan sebuah metode yang mengintegrasikan sistem
dengan cara membuat suatu layer khusus yang berfungsi sebagaiinterpreter,
dimana semua sub-sub sistem yang sudah ada akan berkomunikasi ke layer
tersebut. Model ini lebih menawarkan fleksibilitas dan menghemat biaya
integrasi, karena yang perlu difokuskan dalam implementasi proses
pengintegrasian hanya layer interpreter tersebut.  Untuk menangani ekspansi
proses bisnis juga hanya perlu diimplementasikan dilayer interpreter itu juga,
dan sub sistem baru yang akan menanganiinterface dari proses bisnis ekstensi
tersebut akan berkomunikasi langsung ke layer dan layer akan menyediakan
keperluan-keperluan data/interface untuk sub sistem lain yang
memerlukannya. Metode Enterprise Service Bus (ESB) ini seperti yang
dilansir dari Wikipedia juga memiliki banyak kelebihan jika diadopsi dalam
merancang arsitektur sistem terintegrasi, yaitu antara lain :

8
1. Lebih cepat dalam melakukan penyesuaian dengan sistem yang telah ada
2. Meningkatkan fleksibilitas, mudah untuk diperbaharui mengikuti
perubahan keperluan sistem (system requirements)
3. Membuat standar sistem sehingga bisa diaplikasikan di sub sistem mana
pun
4. Porsi pekerjaan software development lebih banyak
di “konfigurasi” daripada “menulis code” untuk integrasi
5. Dapat diterapkan mulai ruang lingkup kecil hingga di level enterprise

D. Komponen-Komponen Sistem Integritas


Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) adalah sistem informasi
yang berhubungan dengan sistem-sistem informasi lain baik secara nasional
maupun internasional dalam rangka kerjasama yang saling mneguntungkan.
SIKNAS bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan merupakan
bagian dari sistem kesehatan.  Oleh karena itu, SIK di tingkat pusat
merupakan bagian dari sistem kesehatan nasional, di tingkat provinsi
merupakan bagian dari sistem kesehatan provinsi, dan di tingkat kabupaten
atau kota merupakan bagian dari sistem kesehatan kabupaten atau kota.
SIKNAS di bagun dari himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi
kesehtan provinsi dan sistem informasi kesehatan provinsi di bangun dari
himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi kesehatan kabupaten atau
kota.

9
Jaringan SIKNAS adalah sebuah koneksi/jaringan virtual sistem informasi
kesehatan elektronik yang dikelola oleh Kementrian Kesehatan dan hanya
bisa diakses bila telah dihubungkan.  Jaringan SIKNAS merupakan
infrastruktur jaringan komunikasi data terintegrasi dengan menggunakan
Wide Area Network (WAN), jaringan telekomunikasi yang mencakup area
yang luas serta digunakan untuk mengirim data jarak jauh antara Local Area
Network (LAN) yang berbeda, dan arsitektur jaringan lokal komputer lainnya. 
Pengembangan jaringan komputer (SIKNAS) online ditetapkan melalui
keputusan Mentri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007. Dengan
Tujuan pengembangan SIKNAS online adalah untuk menjembatani
permasalahan kekurangan data dari kabupaten/kota ke depkes pusat dan
memungkinkan aliran data kesehatan dari kabupaten/kota ke pusdatin karena
dampak adanya kebijakan desentralisasi bidang kesehatan di seluruh
Indonesia.
ALUR SIKNAS

Gambar 1. Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional

10
Pada Model ini terdapat 7 komponen yang saling terhubug dan saling
terkait yaitu:
1. Sumber Data Manual
Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang masih
dilakukan secara manual atau secara komputerisasi offline. Model SIK
Nasional yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi masih tetap dapat menampung SIK Manual untuk fasilitas
kesehatan yang masih mempunyai keterbatasan infrastruktur (antara lain,
pasokan listrik dan peralatan komputer serta jaringan internet). Fasilitas
pelayanan kesehatan yang masih memakai sistem manual akan
melakukan pencatatan, penyimpanan dan pelaporan berbasis kertas.
Laporan dikirimkan dalam bentuk hardcopy (kertas) berupa data
rekapan/agregat ke dinas kesehatan kabupaten/ kota. Fasilitas pelayanan
kesehatan dengan komputerisasi offline, laporan dikirim dalam bentuk
softcopy berupa data individual ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Bagi
petugas kesehatan yang termasuk dalam jejaring puskesmas yang belum
komputerisasi, laporan dikirim dalam bentuk data rekapan/agregat sesuai
jadwal yang telah ditentukan. Sedangkan bagi yang sudah komputerisasi
offline, laporan dikirim dalam bentuk softcopy untuk dilakukan
penggabungan data di puskesmas.
2. Sumber Data Komputerisasi
Pada sumber data komputerisasi pengumpulan data dari sumber data
yang sudah dilakukan secara komputerisasi online. Pada fasilitas
pelayanan kesehatan dengan komputerisasi online, data individual
langsung dikirim ke Bank Data Kesehatan Nasional dalam format yang
telah ditentukan. Selain itu juga akan dikembangkan program mobile
health (mHealth) yang dapat langsung terhubung ke sistem informasi
puskesmas (aplikasi SIKDA Generik).
3. Sisitem Informasi Dinas Kesehatan
Merupakan sistem informasi kesehatan yang dikelola oleh dinas
kesehatan baik kabupaten/kota dan provinsi. Laporan yang masuk ke dinas

11
kesehatan kabupaten/kota dari semua fasilitas kesehatan (kecuali milik
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat) dapat berupa laporan softcopy
dan laporan hardcopy. Laporan hardcopy dientri ke dalam aplikasi SIKDA
generik. Laporan softcopy diimpor ke dalam aplikasi SIKDA Generik,
selanjutnya semua bentuk laporan diunggah ke Bank Data Kesehatan
Nasional. Dinas kesehatan provinsi melakukan hal yang sama dengan
dinas kesehatan kabupaten/kota untuk laporan dari fasilitas kesehatan
milik provinsi.
4. Sistem Informsi Pemangku Kepentingan
Sistem informasi yang dikelola oleh pemangku kepentingan terkait
kesehatan. Mekanisme pertukaran data terkait kesehatan dengan
pemangku kepentingan di semua tingkatan dilakukan dengan mekanisme
yang disepakati.
5. Bank Data Kesehatan Nasional
Bank Data Kesehatan Nasional selanjutnya akan mencakup semua data
kesehatan dari sumber data (fasilitas kesehatan), oleh karena itu unit-unit
program tidak perlu lagi melakukan pengumpulan data langsung ke
sumber data.
6. Pengguna Data oleh Kementrian Kesehatan
Data kesehatan yang sudah diterima di Bank Data Kesehatan Nasional
dapat dimanfaatkan oleh semua unit-unit program di Kementerian
Kesehatan dan UPT-nya serta dinas kesehatan dan UPTP/D-nya.
7. Pengguna Data .
Semua pemangku kepentingan yang tidak/belum memiliki sistem
informasi sendiri serta masyarakat yang membutuhkan informasi
kesehatan dapat mengakses informasi yang diperlukan dari Bank Data
Kesehatan Nasional melalui website Kementerian Kesehatan.
Namun sebesar apapun rencana pasti ada juga kelemahan dan kemerosotan
yang terjadi. Pelaksanaan SIKNAS di era desentralisasi dipandang bukan
menjadi lebih baik tetapi malah berantakan.  Hal ini dikarenakan belum
adanya infrastruktur yang memadai di daerah  dan juga pencatatan dan

12
pelaporan yang ada (produk sentralisasi) banya overlaps sehingga dirasaka
sebagai beba oleh daerah.
Kemudian bergulirnya waktu sampai dengan saat ini telah banyak rumah
sakit dan klinik klinik yang menggunakan sistem informasi kesehatan sesuai
yang dibutuhkan di pelayanan kesehatan tersebut walaupun tidak menyeluruh
seperti di Negara Jepang contohnya. Berkembangnya tekhnologi informasi
saat ini seharusnya bisa dimanfaatkan dalam pembentukan sistem informasi
kesehatan yang menyeluruh. Terkendala dengan penjangkauan kepada
masyarakat Indonesia yang berada di pelosok yang sulit untuk didata dan sulit
untuk menerima informasi baru dari luar yang mereka anggap asing. Masih
tabu dan kentalnya budata beberapa kelompok masyarakat di Indonesia
membuat sistem informasi belum menyeluruh.

13

Anda mungkin juga menyukai