Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan kesehatan merupakan suatu lapangan khusus di bidang kesehatan, dimana keterampilan
hubungan antar manusia serta keterampilan organisasi diterapkan dalam hubungan yang serasi dengan
keterampilan anggota profesi kesehatan lain, demi memelihara kesehatan masyarakat.Oleh karena itu,
perawatan kesehatan masyarakat ditujukan kepada individu dan kelompok melalui upaya peningkatan
kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi, dan pelayanan keperawatan
berkelanjutan sebagai upaya pendekatan yang komprehensif. Selain itu masyarakat/ komunitas juga
dipandang sebagai target pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mencapai kesehatan komunitas,
peningkatan kesehatan yang betujuan untuk, mencapai kesehatan komunitas.
Dalam pelaksanaannya, keperawatan kesehatan masyarakat (nursing process community) diupayakan
dekat dengan masyarakat melalui pendekatan komunikasi yang baik sebagai strategi pelayanan
kesehatan. Sehingga dengan pendekatan komunikasi yang efektif dan efisien ini, seorang perawat
komunitas mampu memberikan rangsangan dan memotivasi masyarakat di wilayah binaannya dengan
mengunakan alat komunikasi yang sederhana.
Riset menunjukkan bahwa komunikasi yang buruk paling sering sebagai sumber konplik dan
menghambat suksesnya kinerja kelompok. tidak ada kelompok yang dapat bertahan tanpa dibarengi
dengan komunikasi.karena komunikasi berfungsi untuk mengendalikan, memotivasi, mengungkapkan
emosi dan informasi – informasi baru.
B. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian, fungsi, proses dalam komunikasi teurapeutik.
2. Mahasiswa mampu mengaplikasikan komunikasi terapeutik di komunitas/ masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip dan Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Perawatan Komunitas


Wahid IQbal Mubarak (2009:23) mengemukakan bahwa tempat pelaksanaan kegiatan perawatan
komunitas adalah: Puskesmas, rumah, sekolah, perusahaan-perusahaan, dan panti-panti. Selanjutnya
yang menjadi sasaran dari pelayan perawatan komunitas adalah: individu, keluarga, kelompok khusus,
dan masyarakat. Berangkat dari sasaran pelaksanaan keperawatan komunitas yang telah dikemukakan
di atas, dikethui bahwa sasaran (objek) dari pelaksanaan perawatan komunitas terdiri dari 4 (empat)
yaitu: (1), individu, (2), keluarga, (3), kelompok khusus, dan (4), masyarakat. Dengan demikian,
teknik komunikasi yang diterapkan harus menggunakan pendekatan yang sesuai.
Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial
yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian
sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam
perilaku “caring” atau kasih saying/ cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin
hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan
profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra
rumah sakit (Achir Yani), tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan
pertolongan terhadap sesama manusia.
Dalam profesi keperawatan, komunikasi sangat penting antara perawat dengan perawat, dan perawat
dengan klien, khususnya komunikasi antar perawat dengan klien dimana dalam komunikasi itu
perawat dapat menemukan beberapa solusi dari permasalahan yang sedang dialami klien, dan
komunikasi ini dinamakan dengan komunikasi terapeutik. Akan tetapi dalam pelaksanaan komunikasi
terapeutik ini ada fase-fase, tehnik-tehnik, dan faktor-faktor, serta proses komunikasi terapeutik
tersebut dalam perawatan sehingga pelayanan/asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik serta
memberikan tingkat kepuasan pada klien.
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada
masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan (Spradley, 1985; Logan and Dawkin,
1987).
Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa dari praktik kesehatan
masyarakat yang dilaku¬kan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat. Praktik
keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menye¬luruh dengan tidak membatasi pelayanan yang
diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan melibatkan masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah
suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan
untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.
Tiga unsur komunikasi yaitu:
1. Pengirim pesan atau sering juga disebut sebagai sender, komunikator.
Pengirim pesan harus dapat menuliskan atau menyandikan pesan dengan baik dan jelas. Dan Juga
membuat encoding yang ditujukan kepada seseorang atau beberapa orang, dan memilih media, serta
meminta kejelasan kepada penerima apakah pesan telah diterima.
2. Penerima pesan atau sering disebut sebagai reciever atau komunikan.
Penerima pesan harus mendengarkan atau berkonsentrasi agar pesan dapat diterima dengan benar, dan
memberikan umpan balik yang disebut dengan decoding kepada pengirim pesan bahwa pesan telah
diterima dengan benar.
3. Media atau saluran yang digunakan sebagai alat untuk mengirimkan pesan.
Proses komunikasi harus merupakan komunikasi dua arah. Yakni, pengirim menuliskan dan
mengirimkan pesan melalui media yang dipilihnya, dan penerima pesan menuliskan kembali pesan
yang dia telah terima, serta menyampaikan bahwa pesan telah diterima dengan baik dan benar. Pesan
ada yang informatif yaitu pesan yang disampaikan berupa informasi dan pesan yang persuasif yaitu
pesan yang disampaikan untuk mempengaruhi orang lain agar tertarik pada ide dari pesan yang
disampaikan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi sehubungkan dengan pesan yang
disampaikan yaitu :
1. Bila pesan sering diulang, panjang maka pesan akan berlalu begitu saja.
2. Apabila pesan / ide yang dikemukakan/ditawarkan dengan gaya persuasif orang akan tertarik akan
ide tersebut.
3. Bila pesan/ide tidak disampaikan kepada orang maka mereka tidak akan memegangnya dan
menanyakannya.
Dalam proses komunikasi dapat terjadi adanya gangguan (noise) yang disebabkan oleh berita yang
disampaikan tidak jelas, sehingga penerima berita mengartikannya tidak secara menyeluruh, atau
gangguan lain yag mempengaruhi media komunikasi.
Komunikasi yang efektif dapat terjadi apabila pesan yang dikirim oleh komunikator/ sender dapat
diterima dengan baik (menyenangkan, aktual/nyata) oleh komunikan/ reciever. Kemudian penerima
pesan menyampaikan kembali bahwa pesan telah diterima dengan baik dan benar. Artinya ada
komunikasi dua arah atau komunikasi yang timbal balik.
Lima aspek yang harus dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif adalah clarity,
accuracy, contex, flow dan culture.
Strategi dalam membangun komunikasi efektif : ketahui mitra bicara (audience), ketahui tujuan,
perhatikan konteks, pelajari kultur, dan pahami bahasa.
Dalam komunikasi lisan, informasi disampaikan secara lisan/verbal melalui kata-kata. Penyampaikan
informasi seperti ini dinamakan berbicara. Komunikasi lisan akan menjadi lebih efektif apabila diikuti
dengan tinggi rendah, lemah lembut, dan perubahan nada suara yang disesuaikan. Dengan demikian
kata-kata adalah isi sebuah pesan, sedangkan bahasa tubuh, nada suara adalah konteks dimana pesan
itu melekat.
Komunikasi non verbal menunjukkan adanya lima fungsi yaitu: Repetition, Contradiction,
Substitution, Complemneting, dan Accenting.
Perbedaan budaya dalam komunikasi dapat berakibat lebih buruk dibandingkan dengan perbedaan
dalam bahasa dalarn komunikasi, bahasa mempunyai peran yang sangat penting, walaupun kadang-
kadang keliru dalam mengartikannya sebagai akibat seluk beluk bahasa yang tidak dimengerti.
Didalam bahasa, ada kata-kata denotasi / harafiah, dan ada kata_kata konotasi, dan dengan
menggunakan logat bahasa tertentu dapat menimbulkan perbedaan pengertian.
Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas harus rnempertimbangkan beberapa
prinsip, yaitu kemanfaatan dimana semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan
manfaat yang besar bagi komunitas, pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dilakukan
bekerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta melakukan
kerjasama lintas program dan lintas sektoral, asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji
dan intervensi, klien dan, lingkungannya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai
tujuan utama peningkatan kesehatan, pelayanan keperawatan komunitas juga harus memperhatikan
prinsip keadilan dimana tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari
komunitas itu. sendiri, prinsip yang lanilla yaitu otonomi dimana klien atau komunitas diberi
kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan
masalah kesehatan yang ada.

B. Proses Komunikasi
Sebelum komunikasi berlangsung dalam komunitas diperlukan tujuan yang dinyatakan sebagai pesan
yang harus disampaikan.Pesan itu disampaikan dari sumber ke penerima diubah kedalam bentuk
simbolik dan diteruskan melalui sejumlah media kepenerima.
Menurut Stepen p. Robbin (2007 : 393) komunikasi terdiri atas tujuh bagian yaitu :
1. Sumber komunikasi
2. Pengkodean.
3. Pesan
4. Saluran
5. Dekoding
6. Penerima
7. Umpan balik
Sumber mengawali pesan dengan mengkodekan pikiran. Pesan adalah produk fisik aktual dari sumber
yang melakukan pengkodean. Bila kita berbicara, pembicaraan itu adalah pesan. Bila kita menulis,
tulisan itulah pesan. Ketika kita melakukan gerakan isyarat, gerakan tangan dan ekspresi wajah kita
itu merupakan pesan. Saluran adalah, medium tempat pesan diantarkan. Dekoding adalah
penterjemahan symbol-simbol kedalam bentuk yang dapat dimengerti oleh penerima. Penerima adalah
objek yang menjadi tujuan penyampain pesan, selanjtnya umpan balik adalah pengecekan mengenai
seberapa sucses kita menyampaikan pesan seperti yang dimaksudkan semula.

C. Sikap perawat dalam komunikasi


Sikap menurut Egan (1995) dikutif Kozier dan Erb (1983) merupakan apa yang harus dilakukan
dalam komunikasi terapeutik, yaitu :
1. Berhadapan
2. Mempertahankan kontak mata.
3. Membungkuk kearah pasien
4. Mempertahankan sikap terbuka.
5. Tetap relaks
6. Gerakan mata dalam memberikan perhatian.
7. Ekspresi muka
8. Sentuhan kasih sayang dan perhatian.
Ada sikap lain yang juga membantu dalam komunikasi terapeutik diantaranya
1. Sikap kesejatian, yaitu sikap yang sesungguhnya dari pengirim pesan (gambaran diri)
2. Sikap empati, yaitu sikap yang dapat menempatkan diri dalam posisi orang lain.
3. Sikap hormat, yaitu sikap menghargai dan peduli pada orang lain.
4. Sikap konkret, yaitu sikap dalam menggunakan sesuatu yang nyata seperti menunjukkan hal yang
nyata.

Teknik komunikasi :
1. Mendengarkan
2. Pertanyaan terbuka
3. Mengulang
4. Klarifikasi
5. Refleksi
6. Memfokuskan
7. Membagi persepsi
8. Identifikasi "tema"
9. Diam
10. Imforming
11. Saran
(Stuart dan Sunden , 1995)

Komunikasi terapeutik dilakukan secara bertahap, yaitu :


1. Pra interaksi berupa pengumpulan data, membuat rencana.
2. Perkenalan / orientasi : salam, senyum , validasi dan saling berkenalan, menjelaskan semua
tindakan.
3. Kerja, menanyakan keluhan, memulai kegiatan.
4. Terminasi, menyimpulkan hasil wawancara, evaluasi, rencana tindak lanjut, mengakhiri wawancara
dengan baik.
(Stuart dan Sunden, 1995)

Faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik :


1. Pendidikan, semakin tinggi pendidikan semakin mudah menerima informasi.
2. Lama bekerja, semakin lama bekerja semakin banyak pengalaman dalam berkomunikasi.
3. Pengetahuan, semakin banyak pengetahuan yang didapat dari proses belajar, semakin banyak
keterampilan yang didapat dalam berkomunikasi.
4. Sikap, apa yang diperlihatkan dari sikap akan berpengaruh terhadap komunikasi yang dilakukan.
5. Kondosi psikologis, dibutuhkan kondisi psikologis yang baik untuk menjadikan komunikasi
bersifat terapeutik.
Selain faktor di atas ada faktor lain, yaitu :
1. Faktor internal yang meliputi usia klien, kondisi klien, stress hospitalisasi.
2. Faktor eksternal diantaranya sistem sosial (Kariyoso,1994 :2), saluran berupa suara, sikap tubuh.
Lingkungan merupakan faktor ekstenal lain yang juga mempengaruhi keberhasilan komunikasi
terapeutik.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang perawat serta salah satu upaya yang
dilakukan oleh perawat untuk mendukung proses keperawatan yang diberikan kepada klien. Untuk
dapat melakukannya dengan baik dan efektif diperlukan strategi yang tepat dalam berkomunikasi
sehingga efek terapeutik yang menjadi tujuan dalam komunikasi terapeutik dapat tercapai.
Peranan komunikasi dalam pembangunan dan dalam proses keperawatan sangatlah penting.
Komunikasi yang digunakan dalam proses keperawatan adalah komunikasi terapeutik. Komunikasi
terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien. Hubungan perawat klien yang
terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman dengan menggunakan berbagai
tekhnik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah positif seoptimal mungkin. Untuk
melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif perawat harus mempunyai keterampilan yang
cukup dan memahami tentang dirinya.

B.Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami bahwa pentingnya komunikasi
dalam kehidupan kita sehari – hari terutama dalam proses pembangunan dan dalam proses
keperawatan dan diharapkan juga bagi pembaca agar dapat menggunakan bahasa yang sesuai dalam
pergaulan sehari – hari, khususnya bagi pembaca yang berprofesi sebagai seorang perawat atau tenaga
medis lainnya agar dapat berkomunikasi yang baik dengan pasien guna untuk menjalin kersama
dengan pasien dalam melakukan proses keperawatan yang bertujuan untuk kesehatan pasien serta
berkomunikasi dengan baik terhadap rekan kerja dan siapapun yang terdapat di tempat kita bekerja.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar. 1977 Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek. Bandung : penerbit Armico
Suryani (2005), Komunikasi Terapeutik; teori &praktik. Jakarta: EGC
Widjaja, A.W.2000. Ilmu Komunikasi. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta
Aziz Alimul Hidayat, A, 2007,Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai