A. Latar Belakang
Kelainan kongenital anorektal didapatkan 1 dari tiap 5000-10000 kelahiran,
sedangkan atresia ani didapatkan 1 % dari seluruh kelainan kongenital pada
neonatus dan dapat muncul sebagai penyakit tersering. Jumlah pasien dengan
kasus atresia ani pada laki-laki lebih banyak ditemukan dari pada pasien
perempuan.
Insiden terjadinya atresia ani berkisar dari 1500-5000 kelahiran hidup dengan
sedikit lebih banyak terjadi pada laki-laki. 20 % -75 % bayi yang menderita
atresia ani juga menderita anomali lain. Kejadian tersering pada laki-laki dan
perempuan adalah anus imperforata dengan fistula antara usus distal uretra
pada laki-laki dan vestibulum vagina pada perempuan (Alpers, 2006).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan atresia Ani?
2. Apa etiologi dari atresia ani?
3. Apa saja klasifikasi dari atresia ani?
4. Bagaimana patofisiologi dari atresia ani?
5. Bagaimana WOC dari atresia ani?
6. Apa saja tanda dan gejala atresia ani?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari atresia ani?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari atresia ani?
9. Apa saja komplikasi dari atresia ani?
10. Apa saja isi pengkajian asuhan keperawatan pada atresia ani?
11. Apa saja diagnosa asuhan keperawatan pada atresia ani?
12. Bagaimana intervensi asuhan keperawatan pada atresia ani?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi dari atresia ani
2. Mengetahui etiologi dari atresia ani
3. Mengetahui klasifikasi dari atresia ani
4. Mengetahui patofisiologi dari atresia ani
5. Mengetahui WOC dari atresia ani
6. Mengetahui tanda dan gejala dari atresia ani
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari atresia ani
8. Mengetahui penatalaksanaan dari atresia ani
9. Mengetahui komplikasi dari atresia ani
10. Mengetahui pengkajian dari asuhan keperawatan pada atresia ani
11. Mengetahui diagnosa keperawatan dari asuhan keperawatan
atresia ani
12. Mengetahui intervensi dari asuhan
BAB II
TINJAUAN TEORI
Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran
yangmemisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus
yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau
kadang berbentuk anusnamun tidak berhubungan langsung dengan rectum.
(sumber Purwanto. 2001 RSCM).
B. Etiologi
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber
mengatakankelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan
dan pembentukan anusdari tonjolan embriogenik. Pada kelainan bawaan anus
umumnya tidak ada kelainanrectum, sfingter, dan otot dasar panggul. Namun
demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin tidak memadai.
Menurut penelitian beberapa ahli masih jarang terjadi bahwa gen autosomal
resesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua yangmempunyai gen
carrier penyakit ini mempunyai peluang sekitar 25% untuk diturunkan pada
anaknya saat kehamilan. 30% anak yang mempunyai sindrom genetic,
kelainankromosom atau kelainan congenital lain juga beresiko untuk
menderita atresia ani.Sedangkan kelainan bawaan rectum terjadi karena
gangguan pemisahan kloaka menjadirectum dan sinus urogenital sehingga
biasanya disertai dengan gangguan perkembanganseptum urorektal yang
memisahkannya.
1. Faktor predisposisi
Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat
lahir seperti :
a. Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi abnormalitas pada vertebral,
anal, jantung, trachea, esofahus, ginjal dan kelenjar limfe).
b. Kelainan sistem pencernaan.
c. Kelainan sistem pekemihan.
d. Kelainan tulang belakang.
C. Klasifikasi
Secara fungsional, pasien atresia ani dapat dibagi menjadi 2 kelompok
besar yaitu:
1. Tanpa anus tetapi dengan dekompresi adequate traktus gastrointestinalis
dicapaimelalui saluran fistula eksterna.
Kelompok ini terutama melibatkan bayi perempuan dengan fistula
rectovagina ataurectofourchette yang relatif besar, dimana fistula ini
sering dengan bantuan dilatasi,maka bisa didapatkan dekompresi usus
yang adequate sementara waktu.
2. Tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalan
keluar tinja.
Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan
dekompresispontan kolon, memerlukan beberapa bentuk intervensi
bedah segera. Pasien bisadiklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub
kelompok anatomi yaitu:
a. Anomali rendah
Rectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot
puborectalis, terdapatsfingter internal dan eksternal yang
berkembang baik dengan fungsi normaldan tidak terdapat hubungan
dengan saluran genitourinarius.
b. Anomali intermediet
Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis; lesung
anal dansfingter eksternal berada pada posisi yang normal.
c. Anomali tinggi
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada.
Hal ini biasanya berhubungan dengan fistuls genitourinarius –
retrouretral (pria) ataurectovagina (perempuan). Jarak antara ujung
buntu rectum sampai kulit perineumlebih dari 1 cm.
D. Patofisiologi
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal
secarakomplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus
dari tonjolanembrionik.Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan
daerah dubur, sehingga bayilahir tanpa lubang dubur.
Kelainan Kongenital
ATRESIA ANI
Tidak ada pembukaan usus besar Hubungan abnormal rectum dan vagina
melalui anus
Kebocoran isi anus
Feses tidak bisa keluar
Feses masuk ke urtra
Feses menumpuk MK : KONSTIPASI
Mikroorganisme masuk
Tekanan intraabdominal ke saluran kemih
meningkat
MK : DEFISIT NUTRISI
Defekasi tidak
MK : DEFISIT MK : NYERI MK : RISIKO INFEKSI
terkontrol
PENGETAHUAN
MK : GANGGUAN RASA
MK : INKONTINENSIA NYAMAN
DEFEKASI
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia ani adalah kegagalan lewatnya
mekonium setelah bayi lahir, tidak ada atau stenosis kanal rectal, adanya
membran anal dan fistula eksternal pada perineum (Suriadi, 2001). Gejala
lain yang nampak diketahui adalah jika bayi tidak dapat buang air besar
sampai 24 jam setelah lahir, gangguan intestinal, pembesaran abdomen,
pembuluh darah di kulit abdomen akan terlihat menonjol (Adele,1996).
Bayi muntah – muntah pada usia 24 – 48 jam setelah lahir juga merupakan
salah satu manifestasi klinis atresia ani. Cairan muntahan akan dapat
berwarna hijau karena cairan empedu atau juga berwarna hitam kehijauan
karena cairan mekonium.
G. Pemeriksaan Penunjang
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
2. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk
mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.
3. USG terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam system
pencernaaN dan mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh
karena massa tumor.
4. CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
5. Pemeriksaan fisik rectum
Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan
selang atau jari.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Malformasi anorektal dieksplorasi melalui tindakan bedah yang
disebut diseksi posterosagital atau plastik anorektal posterosagital.
b. Colostomi sementara
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. “Buku Saku Keperawatan Pediatrik”.
Edisi ke-3. Jakarta : EGC.
Doengoes Merillynn. 1999. “Rencana Asuhan Keperawatan, Nursing care plans,
Guidelines for planing and documenting patient care”. Alih bahasa : I
Made
Kariasa, Ni Made Sumarwati. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. “Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik”. Sri
Kurnianianingsih (ed), Monica Ester (Alih Bahasa). edisi ke-4. Jakarta :
EGC.. Jakarta. jtptunimus-gdl-sriwenidew-5112-2-bab2.pdf
http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/11/askep-atresia-ani/
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-anak/askep
atresia-ani/
http://www.kapukonline.com/2010/03/askepatresiaani.html