Disusun Oleh :
KELOMPOK I
DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya (Damaiyanti, 2020). Klien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain (Keliat, 2011). Isolasi sosial juga merupakan kesepian
yang dialami individu dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang
lain sebagai pernyataan negatif atau mengancam (NANDA-1 dalam
Damaiyanti, 2012).
Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi
akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku
maladaptif dan menggangu fungsi seseorang dalam hubungan sosial
(DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Isolasi sosial adalah gangguan dalam
berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang
mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain
dan lingkungan. Isolasi sosial merupakan upaya mengindari komunikasi
dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan (Rusdi,
2013).
B. Etiologi
Terjadinya faktor ini ( Masalah Isolasi Sosial) dipengaruhi oleh :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan social
berkembang sesusi proses tumbuk kembang mulai dari usiah bayi
samapi dewasa lanjut untuk mengembangkan hubungan social
possitif, diharapkan setiap tahapan perkembangan dapat dilalui
dengan sukses. System keluarga yang terganggu dapat menunjang
perkembangan respon social yang maladaftif.
b. Faktor Biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaftif
c. Faktor Sosial-Kultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan
berhubungan atau interaksi dengan orang lain, hal ini diakibatkan
oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain.
Tidak mempunyai anggota masyarakat yang kurang produktif
seperti lanjut usia, orang cacat dan penderitaan penyakit kronis.
Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan
system nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas.
d. Faktor dalam Keluarga
e. Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang
kedalam gangguan sosialisasi, bila keluarga hanya
menginformasikan hal-hal yang negative maka anak akan
mempunyai harga diri yang rendah.
2. Faktor Presipitasi
a. Stres Sosiokultural
Stres dapat ditimbulkan oleh karena menurunya stabilitasi unit
keluarga (perceraian) dan berpisah dari orang yang berarti.
b. Stres Psikologi
Ansietas berat yang berkepanjangan dapar terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan seseorang untuk mengatasinya.
Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan
orang lain untuk memenuhi kebutuhan, ketergantungan dapat
menimbulkan ansietas tingkat tinggi.
C. Manifestasi Klinis
1. Gejala subjektif :
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman dengan orang lain
c. Respon Verbal kurang dan sangat singkat
d. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
e. Klien merasa bosan dan lamabta menghabosi waktu
f. Klien tidak mampu berkosentrasi dan membuat keputusan
g. Klien merasa tidak berguna
h. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
i. Klien merasa ditolak
2. Gejala objektif :
a. Klien banyak diam dan tidak mau berbicara
b. Tidak mengikuti kegiatan
c. Banyak berdiam diri dikamar
d. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain
terdekat
e. Klien tampak senih, ekspresi datar dan dangakl
f. Kontak mata kurang
g. Kurang spontan
h. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
i. Eskpresi wajah kurang berseri
j. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
k. Mengisolasi diri
l. Tidsk atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
m. Masukan makanan dan minuman terganggu
n. Retensi urin dan feses
o. Aktivitas menurun
p. Kurang energy
q. Rendah diri
r. Postur tubuh kurang misalnya sikap fetys/janin (Khususnya pada
posisi tidur)
D. Patofisiologi
Menurut Stuart and Sundeen (1998) Salah satu gangguan berhubungan
sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi social yang
disebsbksn oleh perasaan tidak berharga, yang biasa dialami klien dengan
latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketefangan, kekecewaan,
dan kecemasaan.
Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam
mengembangkan hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi
regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya
perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri.
Klien semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masalalu
serta tingkah laku primitiv antara lain pembicaran yang akutistic dan
tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat
lanjuat menjadi halusinasi (Ermawati Dalami dkk, 2009 : hal. 10).
E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksaan Medis (Dalami, et.all, 2009)
Isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tak
tergolongkan maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan
adalah :
b. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan
bagian pentng dalam proses terapeutik, upaya dalampsikoterapi ini
meliputi: memberikan rasa aman dan tenang, menciptkanan
lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima klien apa
adanya, memotivasi klien untuk dapat mengungkapkan
perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur
kepada klien.
c. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi
seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja
dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat, dan
meningkatkan harga diri seseorang.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Terapi Modalitas Keperawatan yang dilakukan adalah : Terapi
Aktivitas kelompok (TAK)
a. Pengertian
TAK merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. (Keliat, 2004 : hal.1).
b. Tujuan
Membantu anggotanya berhubungan orang lain serta mengubah
perilaku yang destruktif dan maladaftif (Keliat, 2004 : hal.3).
c. Terapi aktivitas kelompok yang digunakan untuk pasien dengan
isolasi sosial adalah TAK
Sosialisasi dimana klien dibantu untuk melakukan sosialisasi
dengan individu yang ada disekitar klien. Sosialisasi pula dapat
dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok dan massa
(Keliat, 2004 : hal.14).
F. Komplikasi
Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan
tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat
lanjut menjadi resiko gangguan sensori persepsi: halusinasi, mencederai
diri sendiri, orang lain serta lingkungan dan penurunan aktifitas sehingga
dapat menyebabkan defisit perawatan diri (Dalami, 2009).
G. Perencanaan Pulang
a. Makan
Pada pasien isolasi sosial mampu menyiapkan dan membersihkan alat
makan
b. BAB / BAK
Pada pasien isolasi sosial mampu mengguanakan dan membersihkan
WC kurang
c. Mandi
Pada pasien isolasi sosial biasanya tidak memiliki minat dalam
perawatan diri (mandi)
d. Berpakaian/berhias
Pada pasien isolasi sosial biasanya tidak berhias dan berpakaian
seadanya
e. Istirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien isolasi sosial biasanya
terganggu
f. Penggunaan obat
Pada pasien isolasi sosial dapat menjalakankan program pengobatan
dengsn benar
BINA HUBUNGAN SALING PERCAYA
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien :-
2. Diagnose keperawatan : Isolasi Sosial
3. Tujuan khusus : klien dapat membina hubungan saling percaya
4. Tindakan kepeawatan : klin dapat membina hubungan saling percaya
2. Kerja
perkenalkan nama saya Aprilia handayani biasa di panggil April, saya
mahasiswa akademi keperawatan Justitia, umur saya 20th. saya disini dinas
dari jam 08:00 – 14:00 untuk membantu merawat bapak. Kalau boleh tau
nama bapak siapa ? biasa di panggil apa pak ? umurnya berapa pak?
Bapak boleh saya ajak bapak untuk berbincang-bincang ? kalau saya boleh
tau, bapak ingat siapa yang bawa pak A ke RS ? selama di RS apa yang
bapak lakukan ?
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang ? baik bapak
jika bapak membutuhkan bantuan, bapak bisa panggil saya atau teman
saya ya pak. Nanti kita akan berbincang-bincang Kembali boleh ya pak ?
kita bisa menceritakan tentang keluarga ataupun teman bapak? Jam berapa
bapak mau ? bagaimana kalau jam 1 setelah makan siang pak ? bapak A
mau dimana tempatnya ?
4. Evaluasi
S:
- waalaikumsallam
- Baik
- Tn. A
- A
- 40 Tahun
- Boleh
- Keluarga (ponakan)
- Baring-baring
- Lebih baik suster
- Boleh
- Terserah suster
- Iya
- Disini
O:
- Klien banyak diam
- Menunduk dan tidak menatap lawan bicara
- Kontak mata kurang
A: SP BHSP berhasil
P: lanjut ke pengkajian
RUANG PERAWATAN : ANGGUR TANGGAL DIRAWAT : 16-08-
2022
I. IDENTITAS KLIEN
Nama inisial: Tn. A
Umur : 40th
No RM :083945
V. STATUS PSIKOSOSIAL
a. Genogram
Ket :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: pasien
: tinggal serumah
Penjelasan : Klien mengatakan 2 orang bersaudara ,orang tua dan adik klien sudah
meninggal. Semenjak orangtua klien meninggal klien tinggal sendiri namun setelah
klien sakit klien di ambil oleh saudara orangtuanya, Komunikasi dalam keluarga baik
dan pengambil keputusan dalam keluarganya adalah om klien
b. Konsep diri
1. Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya kecuali
matanya
2. Identitas diri
Klien seorang anak sulung, klien hidup seorang diri semenjak
orangtuanya meninggal, klien berusia 40 tahun dan belum menikah
3. Peran diri
Sebelum sakit klien melakukan perannya sebagai tukang serabutan
untuk menghidupi dirinya sendiri. Namun setelah sakit klien tidak
mampu lagi bekerja
4. Ideal diri
Klien berharap agar bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik
dan berharap ada yang bisa menerima klien apa adanya
5. Harga diri
Klien merasa malu dengan kondisinya sekarang karna hanya
seorang serabutan, klien juga malu karna di usianya sekarang
belum juga menikah
Masalah keperawatan : Harga diri rendah
c. Hubungan sosial
1. Orang yang berarti bagi klien yaitu keluarga
2. Klien tidak pernah ikut serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
disekitarnya
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien orangnya
tertutup, lebih suka menyendiri, kurang berkomunikasi, dan kurang
bergaul
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
d. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan : klien mengatakan beragama islam,klien juga
mengatakan jarang melakukan sholat 5 waktu.
Ibadah
2. Kegiatan ibadah : Klien mengatakan sebelum sakit jarang sholat
DATA MEDIK
1. Diagnos medik : Skizofrenia
2. Therapi medik : Stelosi 5mg, merlopam, arkine 2mg
KLASIFIKASI DATA
Data subjektif :
Data objektif
POHON MASALAH
(effect) halusinasi
Ruangan : Anggur
No. RM : 083945
No DATA MASALAH
1. DS: Isolasi Sosial
- Klien mengatakan lebih suka
untuk menyendiri
- Klien mengatakan merasa malu
dengan keadaannya sekarang
DO:
- Klien cenderung dalam kamar
- kurang komunikasi
- klien orangnya tertutup
- kurang bergaul
- Afek tumpul
- Proses piker bloking
- Klien Nampak lesu
2. DS: Harga Diri Rendah
- Klien mengatakan pernah di
tinggal oleh kekasihnya
- Klien mengatakan malu dengan
pekerjaannya
- Klien malu di usianya sekarang
belum juga menikah
DO:
- Klien tampak kontak matanya
kurang
- Klien hanya berinteraksi bila ada
stimulus yang kuat
4 DO : Defisit Perawatan Diri
- Klien berpenampilan tidak rapih,
- klien tidak pernah mengganti
pakaian selama dirawat di RS
- Rambut klien acak-acakan
Ruangan : Anggur
No RM : 083945
No MASALAH KEPERAWATAN
1. ISOLASI SOSIAL
2. HALUSINASI
3. HARGA DIRI RENDAH
4. DEFISIT PERAWATAN DIRI
5. GANGGUAN INTERAKSI SOSIAL
6. GANGGUAN PROSES PIKIR
7. KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ruangan : Anggur
No. RM : 083945
N DIAGNOSA KEPERAWATAN
O
1. Isolasi sosial
2. Halusinasi
3. Harga diri rendah
4. Defisit Perawatan Diri
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Kondisi Pasien :
DS:
DO:
Tujuan :
1. Pasien mampu membina hubungan saling percaya
2. Pasien mampu menyadari penyebab isolasi sosial,
3. Pasien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian jika berinteraksi dengan orang
lain.
4. Pasien mampu melakukan interaksi dengan orang lain secara bertahap
Tindakan Keperawatan :
Strategi Pelaksanaan
Fase Orientasi :
“ assalamualaikum pak, masih ingat saya pak ? nama saya Aprilia handayani,
bagaimana perasaan bapak hari ini ? sesuai janji saya kemarin kita akan
berbincang-bincang tentang siapa yang serumah, siapa yang dekat, siapa yang
tidak dekat, dan melatih cara berkenalan.
Fase Kerja :
siapa saja yang tinggal serumah dengan bapak ? baik pak ,terus menurut
bapak Siapa yang paling dekat dengan bapak ? oh omnya ya, menurut bapak
apa keuntungan kalau kita punya teman pak ? Bapak, dengan bapak punya
teman bapak bisa saling berbagi apa yang bapak rasakan. bapak juga bisa
menceritakan apa yang bapak alami dengan begitu temannya bapak bisa kasi
saran yang baik dan jalan keluar dari masalah yang bapak hadapi.Coba bapak
sebutkan kembalikeuntungan dari mempunyai teman, bagus pak, sekarang
kalau kerugian tidak mempunyai teman apa yah pak ? jadi banyak juga
ruginya yah pak kalau tidak punya teman pak. Bagaimana kalau sekarang kita
belajar berkenalan dengan orang lain ?
Begini yah pak, untuk berkenalan dengan orang lain itu kita sebutkan dulu
nama kita kemudian nama panggilan yang kita sukai asal kita dan umur.
Contohnya : perkenalkan nama saya Aprilia handayani, senang di panggil
April, asal saya dari palu, umur saya 20th. Selanjutnya bapak menanyakan
nama orang yang berkenalan dengan bapak contohnya : nama bapak siapa ?
senang di panggil siapa pak ? umur bapak berapa ?
Evaluasi ;
S:
- Waalaikumsallam
- Baik
- Tinggal serumah dengan keluarga
- Om saya
- Ada teman bercerita
- Tidak ada teman cerita
- Iya
- Nama saya A , dipanggil A , umur 40th
- Baik
- Tidak punya teman cerita
- Nama saya A , dipanggil A , umur 40th
- Satu
O:
- Klien Kooperatif
- Kontak mata kurang
- Banyak menunduk
- Klien Nampak berjabat tangan
- Klien mulai tersenyum
A:
Sp I berhasil dengan kriteria hasil : klien mampu mengetahui keuntungan
dan kerugian dari mempunyai teman , klien mampu untuk berkenalan
dengan orang lain
P:
- Perawat : Lanjut ke SP 2 Isos ( melatih cara berkenalan secara
bertahap dengan 1 orang)
- Pasien : Motivasi klien agar mau berkomunikasi dengan orang lain
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Kondisi Pasien :
DS:
DO:
Tujuan : Pasien mampu melakukan interaksi dengan orang lain secara bertahap
(dengan 1 orang)
Strategi Pelaksanaan
Fase Orientasi :
Fase Kerja :
“bapak ini teman perawat saya, baiklah pak silahkan bapak berkenalan dengan
teman saya seperi yang kita sudah pelajari , bagus sekali bapak sekarang
bapak sudah bisa melakukannya.
Fase Terminasi :
Evaluasi :
S:
- Waalaikumsallam
- Baik
- Sudah
- Disini
- Nama A , dipanggil A , umur 40th , suster Namanya siapa? Dipanggil
apa?
- Baik
- Iya
- Iya
O:
- Klien kooperatif
- Kontak mata bagus
- Klien tersenyum
- Klien Nampak malu
- Klien mau berkenalan
- Klien berjabat tangan
A:
SP II isolasi sosial berhasil dengan kriteria hasil : Klien mampu untuk
berkenalan dengan 1 orang
P:
- Lanjut intervensi SP III melatih klien berinteraksi secara bertahap
( berkenalan dengan 2 orang)
Kondisi Pasien :
DS:
DO:
- Klien kooperatif
- Kontak mata bagus
- Klien tersenyum
- Klien Nampak malu
- Klien Nampak duduk di luar kamar
Tujuan : Pasien mampu melakukan interaksi dengan orang lain secara bertahap
(dengan 2 orang)
Tindakan Keperawatan :
Strategi Pelaksanaan
Fase Orientasi :
Fase Kerja :
“ pak ini teman saya yang akan berkenalan dengan bapak. Baiklah
sekarang bapak dapat berkenalan dengan kedua teman saya seperti yang telah
bapak lakukan sebelumnya”
Evaluasi :
S:
- Waalaikumsallam
- Baik
- Kadang
- Iya
- Baik
- Disini saja
- Nama saya A , dipanggil A , umur 40th , suster ini Namanya siapa? Biasa
dipanggil apa? Kalau pa mantri Namanya siapa? Dipanggil apa?
- Iya
- Baik
- Sama sama
O:
- Kooperatif
- Kontak mata bagus
- Klien berkenalan dengan orang lain
- Klien berjabat tangan
- KLien tersenyum
A:
SP II berhasil dengan KH :
- Kien mampu untuk berkenalan dengan 2 orang atau lebih
P : Motivasi klien agar selalu berinteraksi dengan orang lain