Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DEFISIT PERAWATAN DIRI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen pengampu : Antonius Ngadiran, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun oleh :

Elisa Novita Kristina Simanungkalit

1440119016

PRODI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG

Jl.KH.Wahid Hasyim /Kopo No. 161 Bandung – 40234

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena telah mem

berikan nafas kehidupan, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah

ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawat

an Jiwa. Akhirnya kami sampaikan terimakasih atas perhatiannya terhadap makala

h ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan khusus

nya bagi pembaca.

Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sang

at saya harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tu

gas yang lain dan pada waktu mendatang.

Bandung, 14 Januari 2022

Kelompok 2
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Kasus (Masalah Utama)


Defisit Perawatan Diri meliputi kebersihan diri (mandi), berdandan,
makan dan minum, BAB dan BAK

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Menurut Nurjannah (2004, dalam Dermawan, 2013) Defisit
perawatan diri adalah gangguan kemampuan seseorang untuk melakukan
aktifitas perawatan diri seperti mandi, berhias/ berdandan, makan dan
toileting.
Defisit perwatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan / menyelesaikan aktivitas
sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara
teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas dan
penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri merupakan salah satumasalah yang timbul
pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering
mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala
perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga
maupun masyarakat (Yusuf, 2015).

2. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan, Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis, Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri
c. Kemampuan realitas turun, Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial, Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.

3. Faktor Presipitasi
Adapun yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri
adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,
cemas, lelah/ lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes
(2000, dalam Dermawan, 2013), faktor-faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah
a. Body image, Gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan
fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik sosial, Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan
diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene
pada dirinya.
c. Status sosial ekonomi, Personal hygiene memerlukan alat dan bahan
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang
semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan, Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada
pasien menderita diabetes melitus ia harus menjaga kebersihan
kakinya.
e. Budaya, Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak
boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang, Ada kebiasaan orang yang menggunakan
produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun,
sampo dan lain-lain.
g. Kondisi fisik atau psikis, Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan
untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013) tanda dan gejala
klien dengan defisit perawatan diri adalah :
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor.
2) Rambut dan kulit kotor.
3) Kuku panjang dan kotor.
4) Gigi kotor disertai mulut bau.
5) Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif.
2) Menarik diri, isolasi diri.
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang.
2) Kegiatan kurang.
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
4) Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembarang tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu

5. Dampak/ Akibat yang Terjadi


Menurut Dermawan (2013) dampak yang sering timbul pada
masalah personal hygiene ialah :
a. Dampak fisik, Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang
karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik,
gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,
gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan
gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial, Masalah sosial yang berhubungan dengan
personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan
dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan
gangguan interaksi sosial.

C. Data yang Perlu Dikaji


1. Wawancara
a. Identitas, Biasanya identitas terdiri dari: nama klien, umur, jenis
kelamin, alamat, agama, pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk,
nomor rekam medik, keluarga yang dapat dihubungi.
b. Alasan Masuk, Alasan apa yang menyebabkan pasien atau keluarga
datang, atau dirawat dirumah sakit. Biasanya masalah yang di alami
pasien yaitu senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan
orang lain, terlihat murung, penampilan acak-acakan, tidak peduli
dengan diri sendiri dan mulai mengganggu orang lain
c. Faktor Predisposisi, Pada pasien yang mengalami defisit perawatan
diri ditemukan adanya faktor herediter mengalami gangguan jiwa,
adanya penyakit fisik dan mental yang diderita pasien sehingga
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri.
Ditemukan adanya faktor perkembangan dimana keluarga terlalu
melindungi dan memanjakan pasien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu, menurunnya kemampuan realitas sehingga menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri serta
didapatkan kurangnya dukungan dan situasi lingkungan yang
mempengaruhi kemampuan dalam perawatan diri.
d. Psikososial : Genogram, Biasanya menggambarkan pasien dengan
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
e. Konsep diri
1) Citra tubuh, Biasanya persepsi pasien tentang tubuhnya, bagian
tubuh yang disukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang
disukai dan tidak disukai.
2) Identitas diri, Biasanya dikaji status dan posisi pasien sebelum
pasien dirawat, kepuasan pasien terhadap status dan posisinya,
kepuasan pasien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang
dimiliki sesuai dengan jenis kelamin dan posisinnya.
3) Peran diri, Biasanya meliputi tugas atau peran pasien dalam
keluarga/pekerjaan/ kelompok/ masyarakat, kemampuan pasien
dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi
saat pasien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan pasien akibat
perubahan tersebut.
4) Ideal diri, Biasanya berisi harapan pasien terhadap kedaan tubuh
yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaanatau
sekolah, harapan pasien terhadap lingkungan sekitar, serta harapan
pasien terhadap penyakitnya
5) Harga diri, Biasanya mengkaji tentang hubungan pasien dengan
orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada pasien berubungan
dengan orang lain, fungsi peran tidak sesuai harapan, penilaian
pasien terhadap pandangan atau penghargaan orang lain.
6) Hubungan sosial, Biasanya hubungan pasien dengan orang lain
sangat terganggu karena penampilan pasien yang kotor sehingga
orang sekitar menghindari pasien. Adanya hambatan dalam
behubungan dengan orang lain, minat berinteraksi dengan orang
lain.
f. Spiritual, Nilai dan keyakinan, Biasanya nilai dan keyakinan terhadap
agama pasien terganggu karna tidak menghirauan lagi dirinya.
Kegiatan ibadah, Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan
ketika pasien menglami gangguan jiwa
g. Kebutuhan pasien pulang
1) Makan, Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien
terganggu serta pasien tidak memiliki kemampuan menyiapkan
dan membersihkan alat makan.
2) Berpakaian, Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, tidak
bisa menggunakan pakaian yang sesuai dan tidak bisa berdandan.
3) Mandi, Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak
gosok gigi, tidak mencuci rambut, tidak menggunting kuku, tubuh
pasien tampak kusam dan badan pasien mengeluarkan aroma bau.
4) BAB/BAK, Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya
seperti di tempat tidur dan pasien tidak bisa membersihkan WC
setelah BAB/BAK.
5) Istirahat, Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak melakukan
aktivitas apapun setelah bangun tidur.
6) Penggunaan obat, Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien
minum obat tidak teratur.
7) Aktivitas dalam rumah, Biasanya pasien tidak mampu melakukan
semua aktivitas di dalam maupun diluar rumah karena pasien
selalu merasa malas. .

2. Pengkajian
a. Pemeriksaan Fisik, Biasanya pada pemeriksaan fisik dilakukan
pemeriksaan tanda- tanda vital (TTV), pemeriksaan secara
keseluruhan tubuh yaitu pemeriksaan head to toe yang biasanya
penampilan klien yang kotor dan acak-acakan.
b. Status Mental
1) Penampilan, Biasanya penampilan pasien sangat tidak rapi, tidak
tahu cara berpakaian, penggunaan pakaian tidak sesuai.
2) Cara bicara/ pembicaraan, Biasanya cara bicara pasien lambat,
gagap, sering terhenti/ bloking, apatis serta tidak mampu memulai
pembicaraan.
3) Aktivitas motorik, Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan
kompulsif.
4) Alam perasaan, Biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa,
merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa dihina.
5) Afek, Biasanya afek pasien tampak datar, tumpul, emosi pasien
berubah-ubah, kesepian, apatis, depresi/sedih dan cemas.
6) Interaksi selama wawancara, Biasanya respon pasien saat
wawancara tidak kooperatif, mudah tersinggung, kontak kurang
serta curiga yang menunjukan sikap atau peran tidak percaya
kepada pewawancara atau orang lain.
7) Persepsi, Biasanya pasien berhalusinasi tentang ketakutan
terhadap hal-hal kebersihan diri baik halusinasi, penglihatan serta
halusinasi perabaan yang membuat pasien tidak mau
membersihkan diri dan pasien mengalami depersonalisasi.
8) Proses pikir, Biasanya bentuk pikir pasien otistik, dereistik,
sirkumtansial, kadang tangensial, kehilangan asosiasi,
pembicaraan meloncat dari topik satu ke topik lainnya dan kadang
pembicaraan berhenti tiba-tiba.
c. Mekanisme Koping
1) Adaptif, Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan oranglain,
tidak bisa menyelesikan masalah yang ada, pasien tidak mampu
berolahraga karena pasien selalu malas.
2) Maladaptif, Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang
berlebihan, pasien tidak mau bekerja sama sekali, selalu
menghindari orang lain.
3) Masalah psikososial dan lingkungan, Biasanya pasien mengalami
masalah psikososial seperti berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungan. Biasanya disebabkan oleh kurangnya dukungan dari
keluarga, pendidikan yang kurang, masalah dengan sosial
ekonomi dan pelayanan kesehatan.
4) Pengetahuan, Biasanya pasien defisit perawatan diri terkadang
mengalami gangguan kognitif sehingga tidak mampu mengambil
keputusan.
d. Sumber Koping, merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping
dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas
dengan menggunakan sumber koping yang ada di lingkungannya.
Sumber koping tersebut dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan
masalah. Dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu
seorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan
mengadopsi strategi koping yang efektif.

3. Pemeriksaan Diagnostic : -

D. Analisa Data
No. Data Masalah
1. Data subyektif : Defisit
a. Pasien merasa lemas atau badan terasa lemah Perawatan
b. Pasien mengatakan malam untuk beraktivitas Diri
c. Pasien mengatakan tidak berdaya
Data obyektif
a. Rambut kotor, acak-acakan / kusut (tidak rapi)
b. Badan dan pakaian kotor juga bau
c. Terdapat bau mulut
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawat

E. Diagnosa Keperawatan
Pohon Masalah:
Akibat / Effect : Isolasi Sosial
^
I
Masalah Utama / Core Problem : Defisit Perawatan Diri
^
I
Penyebab / Causa :Harga Diri Rendah Kronis

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan defisit


perawatan diri menurut Fitria (2012), adalah :
1. Defisit perawatan diri
2. Harga diri rendah
3. Isolasi sosial
F. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. Defisit Pasien mampu Setelah 2 - 4 kali SP 1 Pasien :
Perawatan Diri menjaga pertemuan, klien mampu Pengkajian dan melatih cara menjaga kebersihan
kebersihan diri menjaga kebersihan diri diri (mandi, cuci rambut, sikat gigi, potong kuku)
sesuai dengan dengan cara: 1. Identifikasi masalah perawatan diri : kebersihan
strategi a. Membersihkan diri diri, berdandan, makan/minum, BAB/BAK
pelaksanaan dengan cara mandi 2. Jelaskan pentingnya kebersihan diri
tindakan b. Mampu berhias dan 3. Jelaskan alat dan cara kebersihan diri
keperawatan berdandan 4. Latih cara menjaga kebersihan diri : mandi dan
sehingga klien c. Mampu melakukan ganti pakaian, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku
merasa nyaman makan dan minum 5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
dan rapi dengan baik mandi dan sikat gigi (2 kali per hari), cuci rambut (2
d. Mampu melakukan kali per minggu), potong kuku (1 kali per minggu)
BAB / BAK dengan
baik SP 2 Pasien :
Melatih cara berdandan setelah kebersihan diri :
sisiran, rias muka untuk perempuan, cukuran
untuk pria
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian
2. Jelaskan cara dan alat untuk berdandan
3. Latih cara berdandan setelah kebersihan diri :
sisiran dan cukuran untuk pria
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan
diri dan berdandan

SP 3 Pasien :
Melatih cara makan dan minum dengan baik
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan.
Beri pujian
2. Jelaskan cara makan dan minum serta jelaskan
penggunaan alat makan dan minum
3. Latih cara makan dan minum yang baik
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
kebersihan diri : berdandan dan makan/minum yang
baik
SP 4 Pasien :
Melatih BAB dan BAK yang baik
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan,
makan/minum. Beri pujian
2. Jelaskan cara BAB/BAK yang baik
3. Latih cara BAB/BAK yang baik
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan
diri : berdandan, makan/minum, BAB/BAK
2. Defisit Keluarga diharap a. Keluarga mengerti SP 1 Keluarga :
Perawatan Diri kan dapat merawa cara merawat pasien 1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat
t pasien defisit pe yang mengalami pasien
rawatan diri di ru defisit perawatan diri 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses
mah dan menjadi b. Keluarga mampu terjadinya defisit perawatan diri
sistem pendukung mendampingi dan 3. Jelaskan cara merawat defisit perawatan diri
yang efektif bagi membantu pasien 4. Latih cara merawat diri : kebersihan diri
pasien dalam melakukan 5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
aktivitas perawatan berikan pujian
diri
c. Keluarga memberi SP 2 Keluarga :
pujian ketika pasien 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau
mampu melakukan melatih pasien kebersihan diri beri pujian
perawatan diri 2. Bimbing keluarga dalam membantu pasien
berdandan
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
berikan pujian

SP 3 Keluarga :
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau
melatih pasien kebersihan diri beri pujian
2. Bimbing keluarga dalam membantu pasien dalam
aktivitas makan dan minum
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
berikan pujian
SP 4 Keluarga :
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau
melatih pasien kebersihan diri. Beri pujian
2. Bimbing keluarga dalam membantu pasien dalam
aktivitas BAB dan BAK
3. Jelaskan tanda kambuh dan rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ernawati, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Jiwa. Jakarta : Trans Info Media

Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyan Publishing

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran EGC

Judit dan Nancy.2015. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta : Nuha Medika

Sue Moorhead, Marion Johnson, dkk. 2016. Nursing Outcome Clsasification


(NOC). Singapore : Elsevier Global Rights

Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai