Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULUAN, STRATEGI PELAKSANAAN, DAN ANALISA

PROSES INTERAKSI PADA PASIEN HALUSINASI

Di Susun Oleh :

ALRI LESTARI (2014901053)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI PROFESI NERS REGULER


LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI
A. PENGERTIAN

Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan
gangguan jiwa, Halusinasi sering diidentikkan dengan Schizofrenia.Dari seluruh klien
Schizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiibua lain yang juga disertai
dengan gejala halusinasi adalah gangguan manik depresif dan delerium.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren
:Persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap
stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang
terjadi.Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesutu yang nyata ada oleh klien.

B. RENTANG RESPON HALUSINASI

Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam
rentang respon neurobiology.Ini merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien
sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan,
penghidu, pengecapan, dan perabaan), klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu
stimulus panca indra ibualaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada. Diantara kedua respon
tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu
salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien
mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca indra tidak
akurat sesuai stimulus yang diterima.
Rentang respon  :

Respon  Adaptif                                                                    Respon  Maladptif


Pikiran logis                            Distorsi pikiran                        gangguan pikir/delusi
Persepsi akurat                        ilusi                                          Halusinasi
Emosi konsisten dengan         Reaksi emosi berlebihan          Sulit berespon emosi
Pengalaman                             atau kurang                             perilaku disorganisasi
Perilaku sesuai             Perilaku aneh/tidak biasa          isolasi sosial
Berhubungan sosial                 Menarik diri

C. JENIS –JENIS HALUSINASI

JENIS KARAKTERISTIK
HALUSINASI
Pendengaran Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
70 % berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap
antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang
terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh
untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
Penglihatan 20% Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
geometris,gambar kartun,bayangan yang rumit atau kompleks.
Bayangan bias menyenangkan atau menakutkan seperti melihat
monster.
Penghidu Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi
penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau
orang lain.
Cenesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine
Kinisthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

D. FASE HALUSINASI.
Halusinasi yang dialami oleh klien biasanya berbeda intensitas dan keparahannya.
Fase halusinasi terbagi empat:
1. Fase Pertama
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian.Klien
mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk
menghilangkan kecemasan dan stress.Cara ini menolong untuk sementara.Klien masih
mampu mengotrol kesadarannya dan mengenal pikirannya, namun intensitas persepsi
meningkat.

2. Fase Kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal,
klien berada pada tingkat “listening” pada halusinasi.Pemikiran internal menjadi menonjol,
gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien takut
apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu mengontrolnya.Klien membuat
jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang
dari orang lain.

3. Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan tak
berdaya pada halusinasinya.Halusinasi memberi kesenangan dan rasa aman sementara.

4. Fase Keempat.
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya.
Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah dan
memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan
halusinasinya klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam ibuaktu singkat, beberapa
jam atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.

E. PENGKAJIAN KLIEN DENGAN HALUSINASI


Halusinasi merupakan salah satu gejala yang ditampakkan oleh klien yang mengalami
psikotik, khususnya schizofrenia. Pengkajian klien dengan halusinasi demikian merupakan
proses identifikasi data yang melekat erat dengan pengkajian respon neurobiologi lainnya
seperti yang terdapat juga pada schizofrenia.
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon neurobiologi
seperti halusinasi antara lain:
a. Faktor Genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui kromoson
tertentu.Namun demikian kromoson yang keberapa yang menjadi factor penentu
gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen
schizoprenia adalah kromoson nomor enam, dengan kontribusi genetik tambahan
No.4,8,5 dan 22 (Buchanan dan Carpenter,2002). Istri kembar identik memiliki
kemungkinan mengalami schizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
schizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya sebesar 15 %, seorang istri
yang salah satu orang tuanya mengalami schizofrenia berpeluang 15% mengalami
schizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya schizofrenia maka peluangnya
menjadi 35 %.
b. Faktor Neurobiologi.
Ditemukan bahwa korteks pre frontal dan korteks limbiks pada klien
schizofrenia tidak pernah berkembang penuh.Ditemukan juga pada klien
schizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
Neurotransmitter dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotin.
c. Studi neurotransmitter.
Schizofrenia diduga juga disebabkan oleh ketidak seimbangan neurotransmitter
dimana dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotin.
d. Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ke-3 kehamilan dapat menjadi factor
predisposisi schizofrenia.

e. Psikologis.
Beberapa kondisi pikologis yang menjadi factor predisposisi schizofrenia
antara lainistri yang di pelihara oleh ibu yang suka cemas, terlalu melindungi,
dingin dan tak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan
istrinya.

2. Faktor presipitasi
Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :
a. Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan memproses
informasi di thalamus dan frontal otak.
b. Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu ( mekanisme gateing abnormal)
c. Gejala-gejala pemicu kondisi kesehatan lingkungan, sikap dan perilaku seperti yang
tercantum pada tabel dibawah ini ;
Kesehatan Nutrisi Kurang
Kurang tidur
Ketidak siembangan irama sirkardian
Kelelahan infeksi
Obat-obatan system syaraf pusat
Kurangnya latihan
Hambatan unutk menjangkau pelayanan kesehatan
Lingkungan Lingkungan yang memusuhi, kritis
Masalah di rumah tangga
 Kehilangan kebebasan hidup, pola aktivitas sehari-hari
Kesukaran dalam berhubungan dengan orang lain
Isoalsi social
Kurangnya dukungan social
Tekanan kerja ( kurang keterampilan dalam bekerja)
Stigmasasi
Kemiskinan
Kurangnya alat transportasi
Ketidakmampuan mendapat pekerjaan
Sikap/Perilaku Merasa tidak mampu ( harga diri rendah)
Putus asa (tidak percaya diri )
Merasa gagal ( kehilangan motivasi menggunakan keterampilan
diri
Kehilangan kendali diri (demoralisasi)
Merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala tersebut.
Merasa malang ( tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual )
Bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun
kebudayaan
Rendahnya kemampuan sosialisasi
Perilaku agresif
Perilaku kekerasan
Ketidak adekuatan pengobatan
Ketidak adekuatan penanganan gejala.

3. Mekanisme Koping.
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi adalah:
a. Register,  menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
b. Proyeksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.
c. Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami klien

4. Perilaku
Halusinasi benar-benar riil dirasakan oleh klien yang mengalaminya, seperti
mimpi saat tidur. Klien mungkin tidak punya cara untuk menentukan persepsi tersebut
nyata. Sama halnya seperti seseorang mendengarkan suara-  suara dan tidak lagi
meragukan orang yang berbicara tentang suara tersebut. Ketidakmampuannya
mempersepsikan stimulus secara riil dapat menyulitkan kehidupan klien. Karenanya
halusinasi harus menjadi prioritas  untuk segera diatasi. Untuk memfasilitasinya klien
perlu dibuat nyaman untuk menceritakan perihal haluinasinya.
Klien yang mengalami halusinasi sering kecewa karena mendapatkan respon
negatif ketika mencoba menceritakan  halusinasinya kepada orang lain.Karenanya
banyak klien enggan untuk menceritakan pengalaman –pengalaman aneh
halusinasinya. Pengalaman halusinasi menjadi masalah untuk dibicarakan dengan
orang lain. Kemampuan untuk memperbincangkan tentang halusinasi yang dialami
oleh klien sangat penting untuk memastikan dan memvalidasi pengalaman halusinasi
tersebut.Perawat harus memiliki ketulusan dan perhatian untuk dapat memfasilitasi
percakapan tentang halusinasi.
Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis
halusinasinya.Apabila Perawat mengidentifikasi adanya tanda –tanda dan perilaku
halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar
mengetahui jenis halusinasi saja.

Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi :


a. Isi Halusinasi.
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang
dikatakan suara itu, jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat
oleh klien, jika halusinasi visual, bau apa yang tercium jika halusinasi penghidu,
rasa apa yang dikecap jika halusinasi pengecapan,dan apa yang dirasakan
dipermukaan tubuh jika halusinasi perabaan.
b. Waktu dan Frekuensi.
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi
muncul, berapa kali sehari, seminggu, atau sebulan pengalaman halusinasi itu
muncul.Informasi ini sangat penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi
dan menentukan bilamana klien perlu perhatian saat mengalami halusinasi.
c. Situasi Pencetus Halusinasi.
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi muncul.
Selain itu Perawat juga bias mengobservasi apa yang dialami klien menjelang
munculnya halusinasi untuk memvalidasi pernyataan klien.
d. Respon Klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa dikaji
dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi.
Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau sudah tidak
berdaya terhadap halusinasinya.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Klien yang mengalmi halusinasi dapat kehilangan kontrol dirinya sehingga bias
membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan Hal ini terjadi jika halusinasi
sudah sampai pada fase IV, dimana klien mengalami panik dan perilakunya di kendalikan
oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan kemampuan penilaian realitas
terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri ( suicide),
membunuh orang lain (homocide) dan merusak lingkungan.
Selain masalah yang diakibatkan oleh halusinasi, klien  biasanya juga mengalami
masalah-masalahkeperawatan yang menjadi penyebab munculnya halusinasi.Masalah itu
antara lain harga diri rendah dan isolasi social (Stuart dan Laria,2001).
Akibat harga diri rendah dan kurangnya keterampilan berhubungan social , klien
menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya lebih dominan di bandingkan
stimulus eksternal.Klien selanjutnya kehilangan kemampuan membedakan stimulus
internal dengan stimulus eksternal. Ini  memicu timbulnya halusinasi.
Dari masalah tersebut diatas dapat disusun pohon maslah sebagai berikut :

EFEK             Resiko mencederai diri sendiri,Orang lain, dan lingkungan

C.P                  Perubahan persepsi sensori :                      Defisit Perawatan diri :


                       Halusinasi pendengaran                     Mandi/Kebersihan diri,berpakaian/berhias

ETIOLOGI    Kerusakan interaksi sosial :                       Intoleransi aktifitas


                        Menarik diri

                        Gangguan konsep diri :


                        Harga diri rendah
Dari pohon masalah diatas dapat dirumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi audiotorik.
2. Perubahan persepsi sensorik : Audiotorik berhubungan dengan menarik diri
3. Kerusakan interaksi sosial : Menarik diri berhubungan dengan Harga diri rendah
4. Defisit Perawatan diri: mandi/kebersihan, berpakaian/berhias berhubungan dengan
intoleransi aktifitas.

G. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan keP\perawatan untuk membantu klien mengatasi masalahnya di mulai
dengan membina hubungan saling percaya dengan klien.
2. Setelah hubungan saling percaya terbina , intervensi keperawatan selanjutnya
adalah membntu klien mengenali halusinasinya.
3. Setelah klien mengenal halusinasinya selanjutnya klien dilatih bagaimana cara
yang biasa terbukti efektif mengatasi atau mengontrol halusinasi.

Adapun cara yang efektif dalam memutuskan halusinasi adalah :


1. Menghardik halusinasi.
2. Berinteraksi dengan orang lain.
3. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian.
4. Memanfaatkan obat dengan baik.
Keluarga perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan klien yang
mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga. Hal ini penting karena
keluarga adalah sebuah system dimana klien berasal dan halusinasi sebagai salah satu
gejala psikosis dapat berlangsung lama (kronis) sehingga keluarga perlu mengetahu
caraPerawatan klien halusinasi dirumah.
Dalam mengendalikan halusinasi diberikan psikofarmaka  oleh  tim medis
sehingga Perawat juga perlu memfasilitasi klien untuk dapat menggunakan obat secara
tepat. Prinsip lima benar harus menjadi focus utama dalam pemberian obat.
H. EVALUASIKEPERAWATAN

Asuhan keperawatan klien dengan halusinasi berhasil jika :


1. Klien menunjukkan kemampuan mandiri untuk mengontrol halusinasi
2. Mampu melaksistrian program pengobatan berkelanjutan
3. Keluarga mampu menjadi sebuah sistem pendukung yang efektif dalam membantu
klien mengatasi masalahnya

I. CARA MENGONTROL HALUSINASI


Menurut Budi Anna Keliat (2009), Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol
halusinasi,Perawat dapat melati pasien dengan empat cara yang sudah terbukti dapat
mengendalikan halusinasi.keempat cara mengontrol halusinasi adalah sebagai berikut :

1. Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap halusinasi
dengan cara menolak halusinasi yang muncul.Pasien dilatih untuk mengatakan tidak
terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memedulikan halusinasinya. Jika ini dapat
dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi
yang muncul.

2. Minum obat secara teratur


Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi.Pasien juga harus
dilatih untuk minum obat secara teratursesuai dengan program terapi dokter.Pasien
gangguan jiwa yang dirawat dirumah sering mengalami putus obat sehingga pasien
mengalami kekambuhan.Jka kekambuhan terjadi,untuk mencapai kondisi seperti
semula akan membutuhkan waktu. Oleh karena itu, pasien harus dilatih minum obat
sesuai program dan berkelanjutan berikut ini intervensi yang dapat dilakukan
Perawatagar pasien patuh minum obat.
a. Jelaskan kegunaan obat.
b. Jelaskan akibat jika putus obat
c. Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat.
d. Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 5 benar (benar obat,benar pasien, benar
cara, benar waktu ,dan benar dosis).
3. Bercakap – cakap dengan orang lain
Bercakap- cakap dengan orang lain dapat membantu mengotrol halusinasi.Ketika
pasien bercakap- cakap dengan orang lain, terjadi distraksi; fokus perhatian pasien
akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain.

4. Melakukan aktivitas yang terjadwal


Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukan diri
melakukan aktivitas yang teratur.Dengan beraktifitas secara terjadwal, pasien tidak
akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali mencetuskan halusinasi.
Oleh karena itu, halusinasi dapat dikontrol dengan cara beraktifitas secara teratur dari
bangun pagi sampai tidur malam. Tahapan intervensi Perawat dalam memberikan
aktivitas yang terjadwal,yaitu
a. Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.
b. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien.
c. Melatih pasien melakukan aktivitas.
d. Menyusun jadwal aktivitas sehari-harisesuai dengan aktivitas yang telah dilatih.
Upayakan pasien mempunyai aktivitas mulai dari bangun pagi sampai tidur malam.
e. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan Penguatan terhadap prilaku
pasien yang positif
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. (2004). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Maramis, W.F, 1990. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Erlangga Universitas Press
Stuart G.W, 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI
HALUSINASI
Hari :
Pertemuan :
Sp/Dx : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran.
Ruangan :
Nama Klien :

A.    Proses Keperawatan


1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu datang ketika sendiri di kamar.

Data objektif :
a. Klien tampak tertaibua sendiri.
b. Klien tampak mengarahkan telinganya ke suatu tempat.

2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Pasien mampu :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik.
c. Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat.
d. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
e. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari.

4. Tindakan Keperawatan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi halusinasi.
c. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 : PENGKAJIAN DAN MENGENAL HALUSINASI.
SP 1 KLIEN

1. Mengidentifikasi halusinasi : isi, frekuensi, ibuaktu terjadi, situasi pencetus, perasaan,


respon
2. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi: menghardik, minum obat, bercakap- cakap,
melakukan kegiatan
3. Melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
4. Melatih klien memasukkan latihan menghardik dalam jadibual kegiatan harian klien

B.     Strategi Komunikasi.


1. Fase Orientasi.
a. Salam terapeutik :
Perawat : Assalamualaikum..!!! Selamat pagi bu… perkenalkan nama saya Alri
Lestari.Saya mahasiswa praktek dari Poltekkes Kemenkes
tanjungkarang. Hari ini saya dinas pagi dari jam 07:00 pagi sampai jam
14:00 siang. Saya akan merawat ibu selama di rumah sakit ini. Nama
ibusiapa?
Pasien : nama saya Rahmi Novania
Perawat : Senangnya ibu dipanggil apa?
Pasien : Rahmi

b. Evaluasi/validasi :
Perawat : Baiklah ibuk Rahmi, Bagaimana keadaan ibu hari ini ?
Pasien : baik buk
c.   Kontrak :
Perawat :Buk Rahmi, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang suara
yang mengganggu ibuk dan cara mengontrol suara-suara tersebut,
Apakah ibuk Rahmi bersedia?
Pasien : iya buk (sambil menganguk-anggukan kepala)
Perawat : Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit?
Pasien : baiklah buk
Perawat : Ibu mau berbincang-bincang dimana?
Pasien : Disini saja buk.
Perawat : baiklah buk kitaakan berbincang-bincang disini

2. Fase Kerja .
Perawat : Apakah ibu rahmi mendengar suara tanpa ada wujudnya?
Pasien : Iya buk..
Perawat : Saya percaya ibu mendengar suara tersebut, tetapi saya sendiri tidak
mendengar suara itu.Apa yang dikatakan oleh suara yang ibu dengar?
Apakah ibu mendengarnya terus menerus atau sewaktu- waktu?
Pasien : suara itu mengejek saya buk, saya mendengarnya kadang- kadang buk
Perawat : Kapan yang paling sering Ibu mendengar suara itu?
Pasien : siang hari setelah makan buk.
Perawat : Berapa kali dalam sehari ibu mendengarnya?
Pasien : 3- 5 kali buk
Perawat : Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?
Pasien : ya buk,saat saya sedang duduk dikamar setelah saya selesai makan
Perawat :Apa yang ibu rasakan ketika mendengar suara itu? Bagaimana
perasaan ibu ketika mendengar suara tersebut?
Pasien : saya merasa kesal mendengar suara itu
Perawat :Kemudian apa yang ibu lakukan?
Pasien : jika saya mendengar suara itu, saya langsuang menutup telinga saya
dengan bantal dan kadang saya berteriak agar suara itu diam
Perawat :Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang?
Pasien :tidak, suaranya tetap bisa saya dengar.
Perawat : Baiklah bu, apa yang alami itu namanya Halusinasi. Ada empat cara
untuk mengontrol halusinasi yang ibuk Rahmi alami yaitu menghardik,
minum obat, bercakap-cakap, dan melakukan aktifitas. Hari ini,
Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan
menghardik, apakah ibu Rahmi bersedia?
Pasien : bersedia buk (sambil menganguk-anggukkan kepala)
Perawat : Bagaimana kalau kita mulai ya. Sayaakan mempraktekan dahulu, baru
ibu mempraktekkan kembali apa yang telah saya lakukan. Begini bu,
jika suara itu muncul katakan dengan keras “ pergi..pergi saya tidak
mau dengar.. kamu suara palsu” sambil menutup kedua telinga ibu.
seperti ini ya bu. Coba sekarang ibu ulangi lagi seperti yang saya
lakukan tadi.
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya katakan “Pergi..pergi saya tidak
mau dengar.. Kamu suara palsu” (sambil menutup kedua telinganya)
Perawat :Wah bagus sekali bu, ibu sudah bisa mempraktekkan.

3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibu Rahmi setelah kita kita bercakap-cakap?
Pasien : saya merasa baikan bu
Perawat : Baiklah bu, Jika suara itu masih terdengar mengejek ibu, seperti yang
telah kita pelajari bila suara-suara itu muncul ibu bisa mengatakan “
pergi-pergi saya tidak mau dengar kamu suara palsu”

b. Tindakan Lanjut
Perawat : Ibu lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar lagi, lakukan itu
selama 3 kali sehari yaitu jam 08:00, 14:00 dan jam 20:00 atau disaat
ibu mendengar suara tersebut. cara mengisi buku kegiatan harian
adalah sesuai dengan jadwal kegiatan harian yang telah kita buat tadi ya
bu. Jika ibumelakukanya secara mandiri maka ibu menuliskan di kolom
M, jika ibu melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau
teman maka ibu buat di kolom B, Jika ibuk tidak melakukanya maka
ibu tulis di kolom T. apakah ibu mengerti?
Pasien : Iya,,saya mengerti buk.

c. Kontrak yang akan datang :


Perawat : Baik lah buk, Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang
cara yang kedua yaitu denganminum obat untuk mencegah suara-suara
itu muncul, apakah ibu bersedia?
Pasien : saya bersedia buk.
Perawat : Ibukmaunya jam berapa? Bagaimana kalau jam 09:00 ?
Pasien : baik buk
Perawat :Ibukmaunya dimana kita berbincang-bincang?
Pasien : disini saja buk.
Perawat : Baiklah buk Rahmi besok saya akan kesini jam 09:00 ya buk. Saya
permisi ya buk. Assalamualaikum wr.wb
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 2 : ENAM BENAR MINUM OBAT
Hari :
Pertemuan :
Sp/Dx : 2/ Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Dengar.
Ruangan :
Nama Klien :
A.    Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri.

Data objektif :
a. Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
b. Klien tampak kesal dan berbicara sendiri.

2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi pendengaran

3. Tujuan Tindakan Keperawatan.


Pasien mampu mengontrol halusinasi pendengaran dengan enam benar minum obat.

4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa.
c. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program.
d. Jelaskan akibat bila putus obat.
e. Jelaskan cara mendapatkan obat.
f. Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar obat, benar pasien,
benar cara, benar ibuaktu, benar dosis dan kontinuitas.
A. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Perawat : Assalamualaikum, Ibuk masih ingat dengan saya?
Pasien : Masih buk
Perawat : Bagaimana perasaan buk Rahmi hari ini?
Pasien : baik buk

b. Evaluasi/validasi.
Perawat :Apakahbuk Rahmi masih mendengar suara yang mengejek ibu?
Pasien : masih buk, saya masih mendengarnya
Perawat : Apakah ibu telah melakukan apa yang telah kita pelajari kemarin?
Pasien : sudah, saya sudah melakukannya
Perawat : Apakah dengan menghardik suara-suara yang ibu dengar berkurang?
Pasien : ya, suara sudah berkurang
Perawat : Bagus buk.Sekarang coba ibu praktekkan pada saya bagaimana ibu
melakukannya.
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya katakan “Pergi..pergi saya tidak
mau dengar.. Kamu suara palsu” (sambil menutup kedua telinganya)
Perawat : Bagus sekali buk. Coba kita lihat jadwal kegiatan hariannya ya buk
Pasien : (mengeluarkan catatan harian dan memberikan kepada Perawat)
Perawat : bagus sekali buk Rahmi. Ibuk sudah bisa melakukan kegiatan
menghardik secara mandiri ibukwalaupun masihada diingatkan oleh
keluarga.
c. Kontrak.
Perawat : Baiklah buk Rahmi, sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan
latihan cara yang kedua dari empat mengendalikan suara-suara yang
muncul yaitu cara minum obat yang benar, apakah ibuk bersedia?
Pasien : saya bersedia buk ( sambil mengannguk)
Perawat :Berapa lama ibuk mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit?
Pasien : baik buk
Perawat : ibuk mau berbincang-bincang dimana?
Pasien : disini saja buk
Perawat : Baiklah buk
2. Fase Kerja.
Perawat : Ibuk sudah dapat obat dari Perawat?
Pasien : sudah buk
Perawat : Ibuk perlu meminum obat ini secara teratur agar pikiran jadi tenang,
dan tidurnya juga menjadi nyenyak. Obatnya ada tiga macam, yang
warnanya orange namanya CPZ minum 3 kali sehari gunanya supaya
tenang dan berkurang rasa marah dan mondar mandirnya, yang
warnanya putih namanya THP minum 3 kali sehari supaya relaks dan
tidak kaku, yang warnanya merah jambu ini namanya HLP gunanya
untuk menghilangkan suara-suara yang ibuk dengar. Semuanya ini
harus ibuk minum 3 kali sehari yaitu jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7
malam. Bila nanti mulut ibuk terasa kering, untuk membantu
mengatasinya ibuk bisa menghisap es batu yang bisa diminta pada
Perawat.Bila ibuk merasa mata berkunang-kunang, ibuk sebaiknya
istirahat dan jangan beraktivitas dulu.Jangan pernah menghentikan
minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya buk.
Sampai disini, apakah buk Rahmi mengerti ?
Pasien : ya, saya mengerti (sambil menggangguk)
Perawat : Baiklah buk Rahmi, kita lanjutkan ya. Sebelum ibuk meminum obat
lihat dulu label yang menempel di bungkus obat, apakah benar nama
ibuk yang tertulis disitu. Selain itu ibuk perlu memperhatikan jenis
obatnya, berapa dosis, satu atau dua butir obat yang harus diminum,
jam berapa saja obatnya harus diminum, dan cara meminum obatnya.
ibuk harus meminum obat secara teratur dan tidak menghentikannya
tanpa konsultasi dengan dokter. Sekarang kita memasukan waktu
meminum obat kedalam jadwal ya buk. Cara mengisi jadwalnya adalah
jika ibuk minum obatnya sendiri tanpa diingatkan oleh Perawat atau
teman maka di isi dengan M artinya mandiri, jika ibu meminum
obatnya diingatkan oleh Perawat atau oleh teman maka di isi B artinya
dibantu, jika ibu tidak meminum obatnya maka di isi T artinya tidak
melakukannya. Mengerti bu?
Pasien : saya mengerti
Perawat : coba ibuk ulangi kembali cara mengisi jadwal kegiatan?
Pasien : jika saya meminum obat tanpa diingatkan maka saya isi di kolom M
artinya mandiri, jika saya minum obat diingatkan oleh keluarga/
Perawat/ teman saya buat di kolom B, jika saya tidak melakukannya
saya buat di kolom T.
Perawat : Nah bagus, ibuk sudah mengerti.
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berbincang-bincang tentang
obat?
Pasien : saya sekarang mengerti cara minum obat yang baik buk
Perawat : Sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara?
Coba ibu sebutkan?
Pasien : menghardik dan minum obat
Perawat : Wah, ibu benar sekali

b. Tindakan lanjut
Perawat : Jadwal minum obatnya sudah kita buat yaitu07:00, 13:00 dan 19:00
pada jadwal kegiatan ibuk. Nah sekarang kita masukan kedalam jadwal
minum obat yang telah kita buat tadi ya ibuk.jangan lupa lakukan
semua dengan teratur ya ibuk
Pasien : baik buk

c. Kontrak yang akan datang :


Perawat : Baik lah buk. Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk melihat
manfaat minum obat dan berlatih cara untuk mengontrol halusinasi
yang ketiga yaitu bercakap-cakap dengan orang lain. apakah buk
Rahmi bersedia?
Pasien : ya, saya bersedia buk
Perawat : Karena besok saya dinas siang dari pukul 14.00- 21.00 Wib, jadi kita
latihan sore saja ya buk. Kira- kira ibuk siang jam berapa ibuk bisa?
Pasien : jam 15.00 buk
Perawat : baiklah buk. Kita akan bertemu jam 15.00 disini ya buk. Saya permisi
dulu ya buk. Assalammualaikum wr.wb
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 3 : BERCAKAP-CAKAP.
Hari :
Pertemuan :
Sp/Dx : 3/ Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.
Ruangan :
Nama Klien :
A.    Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri.

Data objektif :
a. Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
b. Klien tampak tertawa sendiri.

2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.

3. Tujuan Tindakan Keperawatan.


Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi ke jadwal harian
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
c. Menganjurkan kepada klien agar memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan harian
klien.
B.     Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Perawat : Asalammualaikum wr. wb.. selamat pagi buk Rahmi
Pasien : Walaikum salam buk

b.      Evaluasi/validasi.
Perawat : Bagaimana perasaan buk Rahmi hari ini?
Pasien : Baik buk
Perawat : Apakah suara-suara masih muncul?
Pasien : masih buk, tapi sudah berkurang
Perawat : Apakah Ibuk telah melakukan dua cara yang telah kita pelajari untuk
menghilangkan suara-suara yang menganggu?
Pasien : sudah buk
Perawat : Coba saya lihat jadwal kegiatan harian ibuk?
Pasien :(mengeluarkan catatan harian dan memberikan kepada Perawat)
Perawat : bagus sekali buk, sekarang coba lihat obatnya. Ya bagus, ibu sudah
minum obat dengan teratur jam 07:00, 13:00 dan 19:00 dan latihan
menghardik suara-suara juga dilakukan dengan teratur.Sekarang coba
ceritakan pada saya apakah dengan dua cara tadi suara-suara yang
ibukdengarkan berkurang?
Pasien : ya, suara sudah mulai berkurang
Perawat : Coba sekarang praktekkan cara menghardik suara-suara yang telah
kita pelajari.
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya katakan “Pergi..pergi saya tidak
mau dengar.. Kamu suara palsu” (sambil menutup kedua telinganya)
Perawat : Coba ibuk jelaskan kembali pada saya cara minum obat dengan
benar.
Pasien :Sebelum saya meminum obat lihat dulu label yang menempel di
bungkus obat, apakah benar nama saya yang tertulis disitu, perhatikan
jenis obatnya, berapa dosis, satu atau dua butir obat yang harus
diminum, jam berapa saja obatnya harus diminum, dan cara meminum
obatnya.
Perawat : Bagus sekali ibuk rahmi
b. Kontrak.
Perawat : Baiklah ibu sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan belajar cara
ketiga dari empat cara mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu
bercakap-cakap dengan orang lain, Apakah buk Rahmi bersedia?
Pasien : saya bersedia buk
Perawat : Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit, Buk?
Pasien : baik buk
Perawat : ibuk mau berbincang-bincang dimana?
Pasien : Disini saja buk.
Perawat : Baiklah ibuk.

2. Fase Kerja.
Perawat : Caranya adalah jika ibu mulai mendengar suara-suara, langsung saja
ibu cari teman untuk diajak berbicara. Minta temanibuuntuk berbicara
dengan ibu.Contohnya begini ibu, tolong berbicara dengan saya, saya
mulai mendengar suara-suara. Ayo kita ngobrol dengan saya! Atau
Ibuk minta pada perawat untuk berbicara dengannya seperti “ buk
tolong berbicara dengan saya karena saya mulai mendengar suara-
suara.
Sekarang coba ibupraktekkan !
Pasien :Jika saya mendengar suara itu, saya cari teman atau perawat untuk
berbicara dengan saya. Buk, tolong bicara dengan saya karena saya
sudah mendengar suara-suara
Perawat : Bagus sekali buk Rahmi

3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :
Perawat :Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berlatih tentang cara mengontrol
suara-suara dengan bercakap-cakap.
Pasien : merasa baik buk
Perawat :Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara?
Pasien : sudah 3 cara
Perawat : Coba sebutkan
Pasien : menghardik, minum obat dan bercakap- cakap dengan teman
Perawat : Bagus sekali ibu. mari kita masukan kedalam jadwal kegiatan harian
ya Ibu

b. RTL :
Perawat : berapa kali ibukakan bercakap-cakap.
Pasien : dua kali buk
Perawat : baiklah buk dua kali saja. Jam berapa saja ibuk?
Pasien : Jam 08.00 dan 19.00
Perawat : Baiklah ibuk jam 08:00 dan 19:00. Jangan lupa ibuk lakukan cara
yang ketiga agar suara-suara yang ibuk dengarkan tidak mengganggu
ibuk lagi.

c. Kontrak yang akan datang :


Perawat : Baik lah buk, Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang
manfaat bercakap-cakap dan berlatih cara keempat untuk mengontrol
suara-suara yang ibukdengar dengan cara melakukan kegiatan aktivitas
fisik, apakah buk Rahmi bersedia?
Pasien : ya, saya bersedia (sambil mengangguk-anggukan kepala)
Perawat : besok saya masih dinas seperti sekarang. Kira kira ibuk bisa jam
berapa?
Pasien : jam 17.00 setelah saya tidur siang saja buk.
Perawat : Baiklah buk, saya akan datang besok jam 17.00 di ruangan ini ya buk.
Saya permisi dulu.Assalammualaikum wr. Wb
Pasien : Walaikumsalam wr wb
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 4 : MELAKUKAN AKTIVITAS SEHARI-HARI.
Hari :
Pertemuan :
Sp/Dx : 4/ gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.
Ruangan :
Nama Klien :
A.    Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan masih mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan mendengarnya ketika sendiri.

Data objektif :
a. Klien masih tampak berbicara sendiri.
b. Klien masih tampak mengarahkan telinga kesuatu tempat.

2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.

3. Tujuan Tindakan Keperawatan.


Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan.

4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang
mampu klien lakukan.
c. Menganjurkan klien memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan sehari-hari klien.
B.     Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Perawat : Asalamualaikum buk Rahmi, selamat pagi..Saya boleh duduk buk?
Pasien : Walaikumsalam wr.wb, boleh buk
Perawat : Ibu masih ingat dengan saya?
Pasien : Masih buk (sambil mengangguk)
b. Evaluasi validasi.
Perawat :Bagaimana perasaan buk Rahmi hari ini? Apakah masih ada
mendengar suara-suara?
Pasien : saya baik buk, suaranya sudah jarang saya dengar
Perawat :Apakahibuk telah melakukan tiga cara yang telah dipelajari untuk
menghilangkan suara-suara yang menganggu?
Pasien : ya , saya sudah melakukannya
Perawat : Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya?
Pasien : (mengambil buku kegiatan harian dan memberikannya pada perawat)
Perawat :Bagus sekali buk, ibuk minum obatnya dengan teratur, latihan
bercakap-cakap dengan teman dan perawat juga dilakukan dengan
teratur. Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan ketiga cara
tadisuara-suara yang ibu dengarkan berkurang?
Pasien : iya buk, suaranya berkurang
Perawat :Bagus sekali buk, dengan cara tersebut suara-suara itu sudah tidak
akan menganggu ibuk lagi. Coba sekarang ibuk praktekkan lagi
bagaimana cara menghardik suara-suara yang telah kita pelajari dan
jelaskan kembali pada saya 6 cara minum obat yang benar dan dengan
siapa ibu bisa bercakap-cakap?
Pasien :Jika saya mendengar suara itu lagi, saya katakan “Pergi.. pergi saya
tidak mau dengar.. Kamu suara palsu” (sambil menutup kedua
telinganya).Sebelum saya meminum obat saya lihat dulu label yang
menempel di bungkus obat, apakah benar nama saya yang tertulis
disitu, perhatikan jenis obatnya, berapa dosis, satu atau dua butir obat
yang harus diminum, jam berapa saja obatnya harus diminum, dan cara
meminum obatnya. Dan yang terakhir saya harus bercakap cakap
dengan teman atau perawat jika suara itu terdengar.
Perawat : Bagus sekali buk Rahmi !Ibu sudah bisa mempraktekkannya.
c. Kontrak.
Perawat : Baiklah ibu sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan latihan cara
yang muncul yaitu melakukan aktivitas fisik yaitu membersih kamar
tujuannya kalau ibuk sibuk maka kesempatan muncul suara-suara akan
berkurang. Apakah ibuk bersedia?
Pasien : saya bersedia
Perawat : Berapa lama waktu kita berbincang-bincang buk? Bagaimana kalau 20
menit?
Pasien :baiklah buk

2. Fase Kerja.
Perawat : Baiklah mari kita merapikan tempat tidur. Tujuan nya agar ibuk dapat
mengalihkan suara yang didengar.Dimana kamar tidur ibu?
Pasien : Disana buk, disebelah dapur.
Perawat : (di kamar) Baiklah buk sekarang kita merapikan tempat tidur ibuk ya.
Kalau kita akan merapikan tempat tidur, kita pindahkan dulu bantal,
guling dan selimutnya. Lalu kita pasang sepraynya lagi, kita mulai dari
arah atas ya sekarang bagian kaki, tarik dan masukkan, lalu bagian
pinggir dimasukkan.Sekarang ambil bantal dan letakkan dibagian atas
kepala.Selanjutnya kita lipat dan rapikan selimutnya dan letakan
dibawah kaki.
Pasien : (mempraktekkan)
Perawat :Bagus sekali ibuk. ibuk dapat melakukannya dengan baik dan rapi.

3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita membereskan tempat tidur
apakah selama kegiatan berlangsung suara-suara itu datang?
Pasien : saya senang buk dan suara itu sudah tidak terdengar lagi.
Perawat : Bagus sekali buk. Jadi selama latihan suara-suara itu tidak ada ya
buk.Ibu dapat melakukan kegiatan untuk menghilangkan suara-suara
dengan sering bekerja.Apakah ibuk bisa menjelaskan kembali langkah-
langkah merapikan tempat tidur?
Pasien : Pindahkan dulu bantal, guling dan selimutnya. Lalu pasang
sepraynya,mulai dari arah atas lalu bagian kaki, tarik dan masukkan,
lalu bagian pinggir dimasukkan. Kemudian letakkan bantal dibagian
atas kepala.Selanjutnya lipat dan rapikan selimutnya dan letakan
dibawah kaki.

b. RTL :
Perawat :Bagus sekali buk sekarang masukan kedalam jadwal kegiatan harian.
Pasien : baik buk ( sambil membuka buku jadwal harian)

c. Kontrak yang akan datang


Perawat : Ibuk kita telah melakukan keempat cara untuk menghilangkan suara-
suara yang ibuk dengar. Jadi ibuk harus melakukannya setiap hari agar
suara- suara itu tidak mengganggu ibuk lagi.Bagaimana buk?Apakah
ibu mengerti?
Pasien : ya saya mengerti
Perawat : Baiklah buk,saya akan menemui ibuk besok untuk melihat apakah
ibuk melakukan keempat kegiatan tersebut atau tidak. Saya permisi
dulu ya buk. Assalammualaikum wr wb
STRATEGI PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA KELUARGA DENGAN KLIEN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI

A. Tujuan:

1. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit maupun di
rumah

2. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.

B. Tindakan Keperawatan

Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan keperawatan


pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di rawat di rumah
sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat
pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di rumah). Keluarga yang mendukung
pasien secara konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program
pengobatan secara optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat
pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk
itu perawat harus memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga
mampu menjadi pendukung yang efektif bagi pasien  dengan halusinasi baik saat di
rumah sakit maupun di rumah.

C. Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi adalah: 

1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien

2. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang


dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara
merawat pasien halusinasi.

3. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien


dengan halusinasi langsung di hadapan pasien

4. Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan lanjutan pasien


d. SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi ien,
tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi.
a. Orientasi

Perawat :Assalammualaikum Buk!”“Saya Refi, perawat yang merawat Kakak


Ibuk. Bagaimana perasaan ibuk hari ini?

Adik pasien : Saya kurang baik, Sus. Saya khawatir melihat kondisi kakak saya.

Perawat :Apa pendapat ibuk tentang kondisi AdikIbu?

Adik : saya merasa sedih Sus melihatnya.

Perawat : Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang kakak ibuk
alami dan bantuan apa yang bisaibuk berikan.Kita mau diskusi di
mana, Buk? Bagaimana kalau di ruang wawancara?

Adik Pasien : Baiklah,Sus

Perawat :Berapa lama waktu ibuk inginkan? Bisa selama 20 menit, Buk?

Adik pasien : bisa Sus, saya ikut Suster saja.

b. Kerja

Perawat : Baiklah buk. Apa yang ibuk rasakan ketika melihat kakak ibuk?

Adik : Saya sedih Sus, saya tidak tau apa yang terjadi pada kakak saya.

Perawat : Apa yang ibuk lakukan saat melihat kakak ibuk berteriak-teriak?

Adik :Saya hanya bisa menemani dia dan menenangkannya, Sus. Tapi kakak
saya tidak mau berhenti untuk berteriak.

Perawat : Baiklah Buk. Gejala yang dialami oleh kakak itu dinamakan
halusinasi, yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak
ada bendanya.
Tanda-tandanya bicara sendiri, tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa
sebab
Jadi kalau kakak ibuk mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya
suara itu tidak ada.Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya
dengan beberapa cara. Ada beberapa cara untuk membantu kakak ibuk
agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain:
Pertama, dihadapan kakak ibuk, jangan membantah halusinasi atau
menyokongnya. Katakan saja ibuk percaya bahwa kakak ibuk tersebut
memang mendengar suara, tetapi ibuk sendiri tidak
mendengarnya.Kedua, jangan biarkan kakak ibuk melamun dan
sendiri, karena kalau melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan
ada orang mau bercakap-cakap dengannya.Buat kegiatan keluarga
seperti makan bersama, sholat bersama-sama.Tentang kegiatan, saya
telah melatih kakak ibuk untuk membuat jadwal kegiatan sehari-
hari.Tolong ibuk pantau pelaksanaannya ya dan berikan pujian jika dia
lakukan.Sampai disini apakah ibuk sudah mengerti?Apakah ada yang
ingin ibuk tanyakan?

Pasien : Saya mengerti,Sus. Dan saya tidak ada pertanyaan

Perawat : Baiklah buk, kita lanjutkannya. Ketiga, bantu kakak ibuk minum obat
secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi.Terkait
dengan obat ini, saya juga sudah melatih kakak ibuk untuk minum obat
secara teratur.Jadi adik dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3
macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan
suara-suara . Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam
7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam
minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya
menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat
perlu selalu diminum untuk mencegah kekambuhan.Terakhir, bila ada
tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi kakak
ibukdengan cara menepuk punggung kakak ibuk. Kemudian suruhlah
kakak ibuk menghardik suara tersebut.Kakak ibuk sudah saya ajarkan
cara menghardik halusinasi.Bagaimana buk?Apakah sudah paham?

Adik : paham Sus.

Perawat : Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi kakak ibuk. Sambil
menepuk punggung kakak ibuk, contoh : Buk, sedang apa kamu?Kamu
ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-suara itu datang?
Ya..Usir suara itu, Buk. Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu
”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, Buk. Sekarang coba
ibuk praktekkancara yang barusan saya ajarkan.

Adik : Jika kakak saya terlihat sedang mendengar suara-suara saya harus
katakan :Buk, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan
perawat bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, Buk. Tutup
telinga kamu dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”.
Ucapkan berulang-ulang, Buk.

Perawat :Bagus buk. Ibuk sudah bisa mempraktekkan yang saya ajarkan

c. Terminasi:

Perawat :Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berdiskusi dan latihan


memutuskan halusinasi kakak ibuk?

Adik : saya merasa senang Sus, sekarang saya sudah bisa membantukakak
saya

Perawat :Sekarang coba ibuk sebutkan kembali tiga cara merawat kakak ibuk?

Adik :Mengingatkan minum obat, tidak membiarkan sendiri (sering


bercakap- cakap), dan mengingatkan untuk menghardik suara tersebut
jika terdengar.

Perawat :Bagus sekali Buk. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan kakak
ibuk. Jam berapa kita bertemu?

Adik Pasien : jam 2 siang Sus, soalnya pagi saya harus kerja dulu.

Perawat :Baiklah, Buk. Kita bertemu lagi di ruangan ini 2 hari lagi jam 2 ya
buk. Saya permisi dulu.Assalamu’alaikum wr wb

Pasien : Walikumsalam wr wb.


e. SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan pasien
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan
halusinasi langsung dihadapan pasien.
1) Orientasi:
Perawat :Assalammualaikum. Bagaimana perasaan ibuk pagi ini?

Adik : Baik, Sus

Perawat : Apakah ibuk masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi kakak
ibuk yang sedang mengalami halusinasi?

Adik pasien : Ya, Sus. Saya masih ingat

Perawat :Bagus! Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan kakak
ibuk. Mari kita datangi kakak ibuk

2) Kerja

Perawat : (diruang Pasien) Assalamu’alaikum buk, adik ibuk sangat ingin


membantu ibuk mengendalikan suara-suara yang sering ibuk dengar.
Untuk itu pagi ini adik ibuk datang untuk mempraktekkancara
memutus suara-suara yang ibuk dengar. Ibuknanti kalau sedang dengar
suara-suara bicara atau tersenyum-senyum sendiri, maka adikibuk akan
mengingatkan seperti ini” ”Sekarang, coba ibuk peragakan cara
memutus halusinasi yang sedang ibuk alami seperti yang sudah kita
pelajari sebelumnya. Tepuk punggung kakak ibuk lalu suruh kakak
ibuk mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara
tersebut” (perawat mengobservasi apa yang dilakukan keluarga
terhadap pasien)

Adik : (mempraktekkan yang telah dipelajari)

Perawat : Bagus sekali!Bagaimana buk? Senang dibantu adiknya buk?

Pasien : ya, saya senang dibantu oleh adik saya.

Perawat :Nahadik ibukingin melihat jadwal harian ibu.

Pasien : (Pasien memperlihatkan dan dorong orang tua memberikan pujian)


Perawat : Baiklah, sekarang saya dan adik ibuk ke ruang perawat dulu

(perawatdan keluarga pasien meninggalkan pasien untuk melakukan


terminasi dengan keluarga)

3) Terminasi

Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah mempraktekkan cara memutus


halusinasi langsung dihadapan kakak ibuk?

Pasien : saya merasa senang bisa membantu kakaksaya, Sus.

Perawat : Baiklah ,Buk. Ibuk harus terus mengingat pelajaran kita hari ini ya
Buk.Ibukdapat melakukan cara itu bila kakak ibuk mengalami
halusinasi.

Adik : Baik, Sus, saya akan mengingatnya.

Perawat : Bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan
tentang jadwal kegiatan harian kakak ibukuntuk persiapan di rumah.
Jam berapa ibuk bisa datang?

Adik : sama seperti sekarang saja, Sus, jam 2 siang

Perawat :Tempatnya di sini ya, Buk. Saya permisi dulu ya pak.

Assalammualaikum wr wb

f. SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga


1) Orientasi

Perawat :Assalamualaikum Buk, karena besok kakak ibuk sudah boleh pulang,
maka sesuai janji kita sekarang ketemu untuk membicarakan jadwal
ibuk selama dirumah. Bagaimana buk selama ibuk membesuk apakah
sudah terus dilatih cara merawat kakak ibuk?

Adik :Baik Sus, saya sering mengingatkan kakak saya untuk terus
menjalankan kegiatan tersebut.

Perawat : Nah sekarang kita bicarakan jadwal kakak ibuk di rumah? Mari kita
duduk di ruang perawat!

Adik : Baik, Sus


Perawat : (diruang Perawat) Ini jadwal kegiatan kakak ibuk di rumah sakit.
Jadwal ini dapat dilanjutkan di rumah.Coba ibuk lihat mungkinkah
dilakukan di rumah. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan
mengingatkan? Buk, jadwal yang telah dibuat selamakakak ibuk di
rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal aktivitas maupun
jadwal minum obatnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh kakak ibuk selama di rumah.Misalnya kalau kakak
ibuk terus menerus mendengar suara-suara yang mengganggu dan tidak
memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan
perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi
perawat di Puskesmas terdekat dari rumahibuk.Selanjutnya perawat
tersebut yang akanmembantu memantau perkembangan kakak ibuk
selama di rumah

Adik :Baiklah, Sus. Saya dan keluarga saya akan berusaha untuk memantau
kondisi kakak saya dan mengingatkan untuk terus melaksanakan
kegiatan yang ia dapat selama di rumah sakit.

2) Terminasi

Perawat : Bagaimana Adik? Ada yang ingin ditanyakan?

Adik : tidak buk, saya tidak ada petanyaan, saya sudah paham.

Perawat : Coba ibuk sebutkan cara-cara merawat kakak ibuk di rumah!

Adik : Mengingatkan minum obat, tidak membiarkannya sendiri, dan


mengingatkan dia untuk menghardik suara yang didengar jika
mengganggu.

Perawat : Bagus. Ini jadwalnya untuk dibawa pulang.Selanjutnya silakan ibuk


menyelesaikan administrasi yang dibutuhkan. Kami akan siapkan
kakak ibuk untuk pulang
ANALISA PROSES INTERAKSI

A.Pengertian

Analisa proses interaksi (API) (the interactional process analysis) merupakan alat kerja yang dipakai perawat (mahasiswa) untuk memahami interaksi
yang terjadi antara perawat dan klien.

B.Tujuan API

1. Meningkatkan kemampuan mendengar

2. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi

3. Memberi dasar belajar artinya berupa alat untuk mengkaji kemampuan perawat (mahasiswa) dalam berinteraksi dengan klien, dan data bagi CI /
supervisor / pembimbing untuk memberi arahan

4.  Meningkatkan kepekaan perawat terhadap kebutuhan klien, serta mempermudah perkembangan dan perubahan pendekatan perawat

5. Membantu perawat merencanakan tindakan keperawatan

C.Analisa Proses Interaksi (API)

1.Pencatatan dan pelaporan merupakan alat komunikasi antar tim keperawatan dan tim kesehatan

2.Aspek yang penting dicatat dan dilaporkan dalam keperawatan jiwa adalah pola perilaku dan hubungan interpersonal perawat-klien.
Ada 5 macam catatan :

 Catatan perkembangan (proses keperawatan)


 Catatan hubungan perawat-klien
 Catatan resum
 Catatan hubungan P-K adalah interaksi yang terjadi selama perawat berhubung individual klien, kelompok klien, pada terapi modalitas
keperawatan.
 Catatan hubungan P-K secara verbal dapat berupa :
 Video tape; tape recording

1.Catatan secara garis besar

2.Catatan interaksi

 Analisa proses interaksi merupakan alat kerja yang dipakai perawat (mahasiswa) untuk memahami interaksi yang terjadi antara perawat dan klien.
 Semua pasien dapat dilakukan API.

D.Komponen API

1. Komunikasi verbal dan non-verbal perawat dan klien


2. Analisa dan identifikasi perasaan perawat serta kemungkinan komunikasi yang dapat dilakukan perawat
3. Analisa dan identifikasi persepsi perawat terhadap emosi dan komunikasi klien
4. Analisa makna dan rasional dari komunikasi
5. Kesan atau evaluasi terhadap efektivitas dari komunikasi berdasarkan data 1 sampai dengan 4
6. Rencana lanjutan tindakan keperawatan
ANALISA PROSES INTERAKSI

Inisial klien                                          :                                  Nama mahasiswa:

Status interaksi perawat-klien                :                    Tanggal    :          

Lingkungan                                          :                                  Jam                  :

Deskripsi klien                                     :                                  Ruang             :

Tujuan (berorientasi pada klien)          :

Analisa
Komunikasi Non Analisa berpusat
Komunikasi Verbal berpusat pada Rasional
Verbal pada klien
perawat

P ………………… P P ……………. ………


…………………
K
K ……………….. …………………

K K K
………………….. ………................ …………………

P ……………….. P ……………..

P ………………. P ……………….. P ………… ………..

K ………………. K ………………

Dst …………….

Keterangan :
1. Inisial klien : tulis inisial bukan nama lengkap
2.  Status interaksi : pertemuan ke berapa dan fase berhubungan
3. ingkungan :
 Tempat interaksi
 Situasi tempat interaksi
 Posisi mahasiwa dan klien
4. Deskripsi klien : penampilan umum klien.
5. Tujuan :
 Tujuan yang akan dicapai dalam interaksi selama 20-30 menit
 Tujuan ini berpusat pada klien
 Tujuan terkait dengan proses keperawatan klien
6. Komunikasi verbal : ucapan verbal perawat dan klien
7. Komunikasi non verbal : non verbal klien dan perawat pada saat bicara atau saat mendengar
8. Analisa berpusat pada perawat :

Pusatkan analisa proses yang berhubungan dengan komponen sebagai berikut :

a. Perasaan sendiri
Perawat waspada tentang respon perasaan sendiri & menunjukkan peningkatan kemampuan untuk menjelaskan riwayat / latar belakang dan
analisa, apa dan mengapa perasaan itu muncul.

b. Tingkah laku non verbal


Cari / kenali, diskusikan dan analisa tingkah laku non verbal diri sendiri

c. Isi pembicaraan yang muncul dan terselubung


Cari / kenali, bedakan dan diskusikan teknik komunikasi yang digunakan

d. Tujuan interaksi
 Perawat berperan sebagai apa ?dan pasien sebagai apa ?
 Apa anggapan perawat tentang kejadian yang telah terjadi ?
 Bagaimana seharusnya mereka berinteraksi ?
 Bagaimana proses ?
9.Analisa berpusat pada klien :

Pusatkan analisa proses interaksi pada komponen sebagai berikut :

a. Tingkah laku non verbal


Cari / kenali, diskusikan dan analisa tingkah laku non verbal klien

b. Isi pembicaraan yang muncul dan terselubung (latent)


Cari / kenali, bedakan dan diskusikan

c. Perasaan klien
Temukan / cari arti tingkah laku klien, identifikasi dan diskusikan keadaan perasaan klien, bagaimana perasaan klien dipengaruhi oleh perawat

d. Kebutuhan klien
Cari kebutuhan klien dengan menggunakan data dari interkasi yang baru terjadi, interaksi sebelumnya, riwayat klien dari teori.

10.Alasan teori (rasional)

Sintesa dan terapan teori pada proses interpersonal : berikan alasan teoritis intervensi anda atau intervensi lain dan tunjukkan peningkatan
kemampuan dalam mendiskusikan tingkah laku klien dalam rangka teori psikodinamika, teori adaptasi, setiap teori-teori lain yang dikenal.
ANALISA PROSES INTERAKSI

Initial klien : Ny. R


Pertemuan ke- : 1 Halusinasi
Status interaksi : Pertemuan ke-1 identifikasi dan mengontrol Halusinasi
Lingkungan : Ruang Makan, berhadapan dan kondusif
Deksripsi klien : Klien tampak dalam kondisi tenang, Ada Kontak mata, dan klien sudah berbicara dengan tenang.
Tujuan :
- Klien mampu menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat dan mengenali masalah yang dialami
- Dapat mengidentifikasi kondisi status mental dari klien
- Mengajari kembali mengendalikan halusinasi yang dialami dengan latihan menghardik
Nama Mahasiswa : Alri Lestari
Tanggal : 29 Agustus 2020
Jam : 12.00 WIB
Tempat : Ruang Makan Ruang Kutilang RSJD Provinsi Lampung

Analisa Berfokus Pada Analisa Berfokus Pada


Komunikasi verbal Komunikasi Non Verbal Rasional
Perawat Pasien
P : “Selamat siang bu, saya P : Memandang pasien dan Perawat dalam kondisi Klien tampak tenang Klien mampu
perawat Alri yang kemarin tersenyum tenang dalam memulai sehingga proses interaksi berinteraksi dengan
telah mengobrol dengan K : Duduk dan diam pembicaraan atau interaksi. lancar dan kooperatif perawat
Ibu.” memulai interaksi.
K : Ekspresi datar
K : “Iya sus, selamat P : Menjawab salam dari
siang.” perawat
P : ” Bagaimana perasaan P : kontak mata baik, Perawat berusaha Klien bersedia dengan baik Mengeksplorasi perasaan
Ibu hari ini? Bagaimana perhatian penuh ke klien mengeksplorasi apa yang mengungkapkan perasaannya klien penting untuk
tidur Ibu semalam? K : menatap perawat dirasakan klien hari ini di kepada perawat. evaluasi keadaan klien dan
” badan agak condong ke ruang rawat kutilang menemukan masalah yang
K : ”Perasaan saya hari ini depan, mata tampak sayu dialami klien hari ini
biasa saja. Tidur saya
semalam tidak nyenyak.” K :menjawab dengan
tenang
P : fokus pada
pembicaraan klien.
P: “Masih ingat dengan P : Fokus, kontak mata Perawat menggali daya Klien tampat mengingat dan Mengevaluasi dan
janji dari obrolan kita baik ingat pasien tentang kontrak menjawab kontrak pertemuan memvalidasi kontrak yang
kemarin Bu? Bisa Ibu K : Mendengar dengan pertemuan yang telah yang dilakukan dengan telah dilakukan.
sebutkan apa saja Ibu?” seksama dilakukan kemarin. perawat kemarin.

K: “Iya, masih ingat sus


hari ini akan membantu K : Fokus pada
saya mengidentifikasi dan pembicaraan
cara mengontrol P : Mendengarkan dengan
halusinasi” Seksama
P: “Kita akan mengobrol P : fokus, kontak mata Perawat memulai Klien menunjukkan Kontrak dan kesediaan
tentang mengidentifikasi baik ke pasien pembicaraan dengan klien kesediaannya untuk klien sangat penting agar
dan mengontrol halusinasi K : mendengar dengan disertai dengan kontrak berkomunikasi dengan klien terfokus dan siap
dengan latihan seksama waktu dan tempat terlebih perawat menerima ilmu cara
menghardik. Kita akan dahulu mengontrol halusinasi
mengobrol selama 15
menit di ruangan ini ya K : ekspresi wajah datar
mas. Tujuan dari diskusi P : mendengarkan dengan
ini supaya Ibu paham seksama
dengan Halusinasi dan
dapat mengontrol
Halusinasi dengan cara
menghardi”

K: “Iya Sus.”

P: “Apakah Ibu tahu apa P: kontak mata baik, Perawat senang karena Klien menjawab dan Menggali Pengetahuan
itu Halusinasi?” tersenyum pada klien pasien dapat mengungkapkan definisi awal pasien tentang
badan condong ke arah mengungkapkan halusinasi. halusinasi sehingga
pasien pengetahuannya. memudahkan mencapai
K: tersenyum dan kontak tujuan perawat.
mata baik.
K: “Sepemahaman saya K: menjawab dengan tegas
halusinasi itu mendengar dan intonasi suara baik
atau melihat sesuatu yang P: fokus dengan
tidak nyata.” pembicaraan klien
P: “Halusinasi itu artinya P: kontak mata baik, Perawat mencoba Klien tampak bersemangat Memberikan arti dan
tidak nyata. Jadi halusinasi perhatian penuh pada klien menjelaskan kepada pasien dalam merespon penjelasan penjelasan tentang
adalah gangguan persepsi K: mendengar dengan tentang halusinasi dan fokus pada topik masalah yang sedang di
sensori (halusinasi seksama dan pembicaraan hadapi pasien.
pendengaran) yang memperhatikan
diperoleh seseorang tanpa pembicaraan dengan
ada stimulus eksternal perawat
sehingga hanya orang
tersebut yang merasa
adanya stimulus.

K: “Oh begitu ya Sus.”


P: “apakah Ibu P : Fokus pada klien Perawat berusaha menggali Klien tampak terbuka dan Kesediaan klien menjawab
sekarang mendengar suara K : Kontak mata baik isi halusinasi mau mengungkapkan pertanyaan dari perawat
tersebut?” isi halusinasi tentang isi halusinasi
K: tidak Sus.
K : Berbicara menghadap
P: “saat suara itu muncul isi perawat, menjawab dengan
suara itu apa Bu?” tegas dan intonasi suara
K: “suara itu bilang bahwa agak tinggi.
saya keturunan sunan P : Badan condong ke
kalijaga dan menyuruh depan, ekspresi wajah
untuk mengambil pusaka” tenang, sikap terbuka

P:”kapan suara itu muncul P : Fokus pada klien Badan Perawat berusaha menggali Klien tampak terbuka dan Agar mengetahui seberapa
dan sehari berapa kali condong ke depan, ekspresi waktu dan frekuensi mau menyebutkan waktu dan besar klien dipengaruhi
Bu?” wajah tenang, sikap terbuka terjadinya halusinasi frekuensi halusinasi oleh halusinasi.
K : Kontak mata baik,
K: “suara itu muncul pada Berbicara menghadap
saat pagi dan malam hari, perawat, wajah agak,
suara itu sering sekali tegang.
muncul
P: “pada saat Ibu lagi P : Fokus pada klien Perawat berusaha menggali Klien tampak terbuka dan Agar mengetahui situasi
ngapain suara itu muncul Badan condong ke situasi dan kondisi yang mau menyebutkan situasi dan yang menjadi pemicu
dan suara itu menghilang depan, ekspresi wajah menimbulkan halusinasi kondisi saat terjadinya adanya halusinasi
saat Ibu lagi ngapain” tenang, sikap terbuka halusinasi

K: “suara itu muncul saat K : Kontak mata


saya sendirian dan suara baik, Berbicara
akan hilang jika saya menghadap perawat
mondar mandir dan juga suara lembut dan
ada teman mengobrol” jelas
P: “bagaimana respon Ibu P : Fokus pada klien, Badan Perawat berusaha menggali Klien berbicara menghadap Menilai respon klien
terhadap suara tersebut? condong ke depan, ekspresi respon terhadap halusinasi perawat dan berusaha jujur terhadap halusinasi apakah
Apa mengikuti perintah wajah tenang, sikap terbuka dalam mengungkapkan adaftif atau maladaptive
suara tersebut atau respon terhadap halusinasi.
menolak” K : Kontak mata baik,
Berbicara menghadap
K: “saya berusaha perawat sambil membena-
melawan suara tersebut hi posisi duduk,
dengan cara mondar mempraktikan cara mondar
mandir sehingga saat mandir.
malam saya tidak bisa
tidur”.
P: “Menurut Ibu apakah P: kontak mata baik, Perawat berusaha menggali Klien tampak kurang puas Agar memudahkan kita
mondar mandir cara yang perhatian penuh pada penilaian klien terhadap terhadap sikap yang dalam mencapai tujuan
efektif untuk melawan klien, fokus dengan sikap yang dilakukan dalam dilakukan dalam melawan untuk mengajarkan
halusinasi?” pembicaraan klien melawan halusinasi halusinasi menghardik

K: “tidak efektif Sus” K: mendengar dengan


seksama, Menjawab
dengan nada yang normal.
P: “Baiklah Bu, dari P: kontak mata baik, badan Perawat menjelaskan Klien memperhatikan dan Memberikan modelling
perbincangan kita tadi saya condong kedepan, dan dengan penuh perhatian dan sangat fokus dalam kepada pasien untuk
akan memberitahukan Bu perhatian penuh pada gambaran serta perbincangan mengontrol Halusinasi
cara untuk mengontrol klien. Memperagakan cara memperagakan cara dengan menghardik.
Halusinasi dengan cara menghardik menghardik.
menghardik. Yang pertama K: mendengar dengan
yakinkan pada diri sendiri seksama penjelasan
bahwa suara ini tidak perawat, memandang
nyata, kemudian fokuskan perawat dengan fokus
pikiran sambil menutup
mata dan telinga,
kemudian katakan pergi
kamu suara palsu kamu
tidak nyata, saya tidak
dengar dan saya khoirul
bukan titisan sunan
kalijaga”

K: “Baik Sus,
terimakasih saya sudah
diberitahu.”

P: “Nah setelah saya P: kontak mata baik, Perawat berharap pasien Klien mulai bersemangat saat Klien melakukan
jelaskan tadi, coba Ibu perhatian penuh pada klien dapat menjelaskan dan menjelaskan dan remodelling untuk
ulangi bagaimana caranya K: mendengar dan memperagakan kembali memperagakan kembali cara Mengontrol halusinasi
Bu. Kemudian Ibu memandang perawat, cara mengontrol halusinasi mengontrol halusinasi dengan dengan menghardik
praktekkan cara mempraktekkan tarik dengan menghardik menghardik
menghardik .” napas dalam.

K: “fokuskan pikiran
sambil menutup mata dan
telinga, kemudian katakan
pergi kamu suara palsu
kamu tidak nyata, saya
tidak dengar dan saya
khoirul bukan titisan sunan
kalijaga”
P: “Ya benar sekali Mas, P: kontak mata baik, Perawat berharap Klien mulai bersemangat Penguatan terhadap
mas bisa menyebutkan dan perhatian penuh pada klien pemberian penjelasan dapat terhadap topik pembicaraan penjelasan penting untuk
mempraktikan dengan K: mendengar dengan menambah pemahaman klin meningkatkan pemahaman
benar.” seksama penjelasan terhadap penjelasan klien.
perawat sebelumnya

P: “Mas bisa melakukan P: kontak mata baik, Perawat berharap Klien mulai bersemangat Agar pasien terjadwal
cara menghardik, kita perhatian penuh pada klien pasien dapat melakukan untuk mengontrol halusinasi untuk latihan menghardik
masukkan ke dalam jadwal K: mendengar dengan menghardik. dengan menghardik
kegiatan, dilakukan dua seksama penjelasan
kali dalam sehari ya mas”. perawat

K:“ Ya akan saya


masukkan dalam jadwal
kegiatan saya.”
P: “Bagaimana perasaan P: badan condong sedikit Perawat berharap klien Klien tampak tenang dan Evaluasi pemahaman
bapak setelah berbincang- ke depan, kontak mata dapat mengungkapkan senang terhadap interaksi. informasi yang diberikan
bincang tadi? Bisa mas baik, perhatian penuh pada perasaannya setelah Klien menunjukkan jawaban berguna untuk mengetahui
sebutkan dan jelaskan klien memperoleh informasi dan yang benar terhadap apa yang apakah klien mampu
kembali apa itu K: tampak tenang, bisa berharap memahami apa dibicarakan melakukan kegiatan secara
Halusinasi? Apakah mas memperagakan cara yang di ucapkan perawat Klien mampu mempraktikan afektif, kognitif,
masih ingat dan sebutkan menghardik. cara menghardik spikomotorik
kita tadi latihan apa? Bisa
mas praktikan

K:” halusinasi adalah suara


tidak nyata, mengontrol
Halusinasi dengan cara
menghardik. Yang pertama
yakinkan pada diri sendiri
bahwa suara ini tidak
nyata, kemudian fokuskan
pikiran sambil menutup
mata dan telinga,
kemudian katakan pergi
kamu suara palsu kamu
tidak nyata, saya tidak
dengar dan saya khoirul
bukan titisan sunan
kalijaga”
P: “Ya bagus sekali mas P: kontak mata baik, Perawat mengakhiri kontrak Klien tampak memahami apa Penguatan dapat berguna
bisa menjelaskan dan tersenyum pada klien dan membuat kontrak baru yang disampaikan perawat untuk meningkatkan
mempraktekkan K: sedikit tersenyum dan dengan klien percaya diri klien.
menghardik.” kontak mata baik

K: “Ya terimakasih.”
P: “mas bisa melakukan P: kontak mata baik, Perawat membuat jadwal Klien tampak memahami dan Klien bersedia melakukan
latihan menghardik 2x tersenyum pada klien untuk kegiatan latihan menyetujui latihan latihan mengontrol
dalam sehari. K: sedikit tersenyum dan menghardik dalam menghardik. halusinasi dengan
kontak mata baik, mengontrol halusinasi. menghardik
K: “Ya mas, akan saya menganggukkan kepala
lakukan
P “Baik pak, kita akan P:tersenyum, berjabat Perawat mengakhiri Klien berespon untuk Klien bersedia melakukan
berdiskusi kembali besok tangan, berdiri sambil interaksi dengan baik mengakhiri interaksi dengan pertemuan kembali.
pukul 09.00 WIB dengan mempersilahkan klien baik Salam penutup dapat
topik mengontrol melanjutkan kegiatan berfungsi untuk
halusinasi dengan minum mengakhiri pertemuan
obat, selama 15 menit K: menerima jabat tangan, dengan baik.
diruangan ini ya mas. Saya berdiri.
permisi dulu, sampai
bertemu lagi

K: “Siap mas, sampai


ketemu besok”

Anda mungkin juga menyukai