Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK PROFESI NERS


STASE KEPERAWATAN JIWA

NAMA PRESEPTEE : MISTIKA NUR FAJRINA


NIM : P07220420020
MATERI : HALUSINASI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan
gangguan jiwa, Halusinasi sering diidentikkan dengan Schizofrenia. Dari seluruh klien
Schizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiibua lain yang juga disertai
dengan gejala halusinasi adalah gangguan manik depresif dan delerium.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren :Persepsi
palsu. Berbeda dengan ilusi dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus,
salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus
internal dipersepsikan sebagai sesutu yang nyata ada oleh klien.

A. RENTANG RESPON HALUSINASI

Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam rentang
respon neurobiology. Ini merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat
persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan
informasi yang diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan,
dan perabaan), klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra ibualaupun
sebenarnya stimulus itu tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang
karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang
diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi yang
dilakukannya terhadap stimulus panca indra tidak akurat sesuai stimulus yang diterima.
Rentang respon  :

Respon  Adaptif                                                                    Respon  Maladptif


Pikiran logis                            Distorsi pikiran                        gangguan pikir/delusi
Persepsi akurat                        ilusi                                          Halusinasi
Emosi konsisten dengan         Reaksi emosi berlebihan          Sulit berespon emosi
Pengalaman                             atau kurang                             perilaku disorganisasi
Perilaku sesuai             Perilaku aneh/tidak biasa          isolasi sosial
Berhubungan sosial                 Menarik diri

B. JENIS –JENIS HALUSINASI

JENIS KARAKTERISTIK
HALUSINASI
Pendengaran Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
70 % berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap
antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang
terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh
untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
Penglihatan 20% Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
geometris,gambar kartun,bayangan yang rumit atau kompleks.
Bayangan bias menyenangkan atau menakutkan seperti melihat
monster.
Penghidu Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi
penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau
orang lain.
Cenesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine
Kinisthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

C. FASE HALUSINASI.

Halusinasi yang dialami oleh klien biasanya berbeda intensitas dan keparahannya. Fase
halusinasi terbagi empat:
1. Fase Pertama
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian. Klien
mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk
menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk sementara. Klien masih mampu
mengotrol kesadarannya dan mengenal pikirannya, namun intensitas persepsi meningkat.

2. Fase Kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, klien
berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol, gambaran
suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien takut apabila orang lain
mendengar dan klien merasa tak mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan
halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain.

3. Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan tak
berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi kesenangan dan rasa aman sementara.

4. Fase Keempat.
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya.
Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah dan
memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan
halusinasinya klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam ibuaktu singkat, beberapa jam
atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.

D. PENGKAJIAN KLIEN DENGAN HALUSINASI


Halusinasi merupakan salah satu gejala yang ditampakkan oleh klien yang mengalami
psikotik, khususnya schizofrenia. Pengkajian klien dengan halusinasi demikian merupakan
proses identifikasi data yang melekat erat dengan pengkajian respon neurobiologi lainnya seperti
yang terdapat juga pada schizofrenia.
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon neurobiologi
seperti halusinasi antara lain:
a. Faktor Genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui kromoson tertentu.
Namun demikian kromoson yang keberapa yang menjadi factor penentu gangguan ini sampai
sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen schizoprenia adalah kromoson nomor
enam, dengan kontribusi genetik tambahan No.4,8,5 dan 22 (Buchanan dan Carpenter,2002).
Istri kembar identik memiliki kemungkinan mengalami schizofrenia sebesar 50% jika salah
satunya mengalami schizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya sebesar 15 %, seorang istri
yang salah satu orang tuanya mengalami schizofrenia berpeluang 15% mengalami schizofrenia,
sementara bila kedua orang tuanya schizofrenia maka peluangnya menjadi 35 %.

b. Faktor Neurobiologi.
Ditemukan bahwa korteks pre frontal dan korteks limbiks pada klien schizofrenia tidak
pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien schizofrenia terjadi penurunan volume
dan fungsi otak yang abnormal. Neurotransmitter dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan
kadar serotin.

c. Studi neurotransmitter.
Schizofrenia diduga juga disebabkan oleh ketidak seimbangan neurotransmitter dimana
dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotin.

d. Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ke-3 kehamilan dapat menjadi factor predisposisi
schizofrenia.
e. Psikologis.
Beberapa kondisi pikologis yang menjadi factor predisposisi schizofrenia antara lain istri
yang di pelihara oleh ibu yang suka cemas, terlalu melindungi, dingin dan tak berperasaan,
sementara ayah yang mengambil jarak dengan istrinya.

2. Faktor presipitasi
Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :
a. Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan memproses
informasi di thalamus dan frontal otak.
b. Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu ( mekanisme gateing abnormal)
c. Gejala-gejala pemicu kondisi kesehatan lingkungan, sikap dan perilaku seperti yang
tercantum pada tabel dibawah ini ;

Kesehatan Nutrisi Kurang


Kurang tidur
Ketidak siembangan irama sirkardian
Kelelahan infeksi
Obat-obatan system syaraf pusat
Kurangnya latihan
Hambatan unutk menjangkau pelayanan kesehatan
Lingkungan Lingkungan yang memusuhi, kritis
Masalah di rumah tangga
 Kehilangan kebebasan hidup, pola aktivitas sehari-hari
Kesukaran dalam berhubungan dengan orang lain
Isoalsi social
Kurangnya dukungan social
Tekanan kerja ( kurang keterampilan dalam bekerja)
Stigmasasi
Kemiskinan
Kurangnya alat transportasi
Ketidakmampuan mendapat pekerjaan
Sikap/Perilaku Merasa tidak mampu ( harga diri rendah)
Putus asa (tidak percaya diri )
Merasa gagal ( kehilangan motivasi menggunakan keterampilan
diri
Kehilangan kendali diri (demoralisasi)
Merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala tersebut.
Merasa malang ( tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual )
Bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun
kebudayaan
Rendahnya kemampuan sosialisasi
Perilaku agresif
Perilaku kekerasan
Ketidak adekuatan pengobatan
Ketidak adekuatan penanganan gejala.

3. Mekanisme Koping.
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi adalah:
a. Register,  menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
b. Proyeksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.
c. Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami klien

4. Perilaku
Halusinasi benar-benar riil dirasakan oleh klien yang mengalaminya, seperti mimpi saat
tidur. Klien mungkin tidak punya cara untuk menentukan persepsi tersebut nyata. Sama halnya
seperti seseorang mendengarkan suara-  suara dan tidak lagi meragukan orang yang berbicara
tentang suara tersebut. Ketidakmampuannya mempersepsikan stimulus secara riil dapat
menyulitkan kehidupan klien. Karenanya halusinasi harus menjadi prioritas  untuk segera diatasi.
Untuk memfasilitasinya klien perlu dibuat nyaman untuk menceritakan perihal haluinasinya.
Klien yang mengalami halusinasi sering kecewa karena mendapatkan respon negatif
ketika mencoba menceritakan  halusinasinya kepada orang lain.Karenanya banyak klien enggan
untuk menceritakan pengalaman –pengalaman aneh halusinasinya. Pengalaman halusinasi
menjadi masalah untuk dibicarakan dengan orang lain. Kemampuan untuk memperbincangkan
tentang halusinasi yang dialami oleh klien sangat penting untuk memastikan dan memvalidasi
pengalaman halusinasi tersebut. Perawat harus memiliki ketulusan dan perhatian untuk dapat
memfasilitasi percakapan tentang halusinasi.
Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis halusinasinya.
Apabila Perawat mengidentifikasi adanya tanda –tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian
selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasi saja.

Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi :


a. Isi Halusinasi.
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan suara
itu, jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat oleh klien, jika halusinasi
visual, bau apa yang tercium jika halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap jika halusinasi
pengecapan,dan apa yang dirasakan dipermukaan tubuh jika halusinasi perabaan.

b. Waktu dan Frekuensi.


Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi muncul,
berapa kali sehari, seminggu, atau sebulan pengalaman halusinasi itu muncul. Informasi ini
sangat penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi dan menentukan bilamana klien perlu
perhatian saat mengalami halusinasi.

c. Situasi Pencetus Halusinasi.


Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi muncul. Selain
itu Perawat juga bias mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi
untuk memvalidasi pernyataan klien.

d. Respon Klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa dikaji dengan
apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah klien masih bisa
mengontrol stimulus halusinasinya atau sudah tidak berdaya terhadap halusinasinya.

1. Diagnosa Keperawatan
Perubahan persepsi sensori b/d halusinai

2. Rencana Keperawatan
NO SLKI SIKI
SDKI
.

1. Definisi Dalam rencana keperawatan a. Observasi


Perubahan presepsi yang akan dilakukan pada 1) Monitor perilaku yang
stimulasi baik internal klien dengan gangguan mengindikasi halusinasi
maupun eksternal yang
disertai dengan respon persepsi sensori halusinasi 2) Monitor sesuai aktivitas
yang berkurang,
memiliki tujuan yaitu klien sehari-hari
berlebihan atau
terdistrosi mampu mengelola dan 3) Monitor isi, frekuensi,
meningkatkan respon, perilaku waktu halusinasi
pada perubahan persepsi b. Teraupetik
terhadap stimulus (SLKI, 1) Ciptakan lingkungan yang
2019) dan kriteria hasil: aman
a. Perilaku halusinasi 2) Diskusikan respons
klien: menurun (1) terhadap munculnya
– meningkat (5) halusinasi
b. Verbalisasi panca 3) Hindarkan perdebatan
indera klien tentang halusinasi
merasakan sesuatu: 4) Bantu klien membuat
menurun (1) – jadwal aktivitas
meningkat (5) c. Edukasi
c. Distorsi sensori 1) Berikan informasi tentang
klien: menurun (1) halusinasi
– meningkat (5) 2) Anjurkan memonitor
d. Perilaku melamun: sendiri terjadinya halusinasi
menurun (1) – 3) Anjurkan bercakap-cakap
meningkat (5) dengan orang lain yang
e. Perilaku mondar- dipercaya
mandir klien: 4) Ajarkan klien mengontrol
menurun (1) – halusinasi
meningkat (5) 5) Jelaskan tentang aktivitas
f. Konsentrasi klien terjadwal
terhadap sesuatu: 6) Anjurkan melakukan
meningkat (1) – aktivitas terjadwal
menurun (5) 7) Berikan dukungan dan
g. Orientasi terhadap umpan balik korektif
lingkungan: terhadap halusinasi
meningkat (1) – d. Kolaborasi
menurun (5) 1) Kolaborasi pemberian obat
antipsikotik dan anti
ansietas
2) Libatkan keluarga dalam
mengontrol halusinasi klien
3) Libatkan keluarga dalam
membuat aktivitas terjadwal

3. Implementasi
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
disusun. Semua pelaksanaan yang akan dilakukan pada klien dengan gangguan persepsi
sensori halusinasi ditujukan untuk mencapai hasil maksimal.
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menciptakan lingkungan yang aman
c. Memonitor isi, frekuensi, waktu halusinasi yang dialaminya
d. Mendiskusikan respon klien terhadap halusinasi
e. Mengajarkan klien mengontrol halusinasi
f. Menganjurkan klien mengontrol halusinasi dengan menerapkan aktifitas terjadwal
g. Menjelaskan tentang aktivitas terjadwal
h. Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
i. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
j. Membantu klien membuat jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang
telah dilatih
k. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan dan memberikan penguatan terhadap
perilaku pasien yang positif
l. Menjelaskan klien menggunakan obat secara teratur
m. Melibatkan keluarga dalam mengontrol halusinasi klien
n. Melibatkan keluarga dalam membuat aktivitas terjadwal klien
o. Melibatkan keluarga dalam memantau pelaksanaan aktivitas terjadwal

4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah suatu proses dalam keperawatan untuk menilai hasil dari
implementasi keperawatan. Menurut Keliat (2011) evaluasi keperawatan diperoleh
dengan cara wawancara ataupun melihat respon subjektif atau objektif klien.
a. Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada klien
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien mampu mempertahankan lingkungan yang aman
3) Klien mampu mengenal isi, halusinasinya
4) Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan melakukan aktivitas terjadwal
dengan baik
5) Klien mampu menerapkan aktivitas terjadwal yang sudah disusun dengan baik
6) Klien mampu menggunakan obat secara rutin
b. Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada keluarga
1) Keluarga klien mampu mengontrol halusinasi klien
2) Keluarga klien mampu membantu membuat jadwal aktivitas klien
3) Keluarga klien mampu memantau dan memberi penguatan terhadap perilaku
positif

E. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan keP\perawatan untuk membantu klien mengatasi masalahnya di mulai
dengan membina hubungan saling percaya dengan klien.
2. Setelah hubungan saling percaya terbina , intervensi keperawatan selanjutnya adalah
membntu klien mengenali halusinasinya.
3. Setelah klien mengenal halusinasinya selanjutnya klien dilatih bagaimana cara yang
biasa terbukti efektif mengatasi atau mengontrol halusinasi.

Adapun cara yang efektif dalam memutuskan halusinasi adalah :


1. Menghardik halusinasi.
2. Berinteraksi dengan orang lain.
3. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian.
4. Memanfaatkan obat dengan baik.

Keluarga perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan klien yang mengalami
halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga. Hal ini penting karena keluarga adalah sebuah
system dimana klien berasal dan halusinasi sebagai salah satu gejala psikosis dapat berlangsung
lama (kronis) sehingga keluarga perlu mengetahu cara Perawatan klien halusinasi dirumah.
Dalam mengendalikan halusinasi diberikan psikofarmaka  oleh  tim medis sehingga
Perawat juga perlu memfasilitasi klien untuk dapat menggunakan obat secara tepat. Prinsip lima
benar harus menjadi focus utama dalam pemberian obat.

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)


TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI
HALUSINASI
Hari :
Pertemuan :
Sp/Dx : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran.
Ruangan :
Nama Klien :

A.    Proses Keperawatan


1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu datang ketika sendiri di kamar.

Data objektif :
a. Klien tampak tertaibua sendiri.
b. Klien tampak mengarahkan telinganya ke suatu tempat.

2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Pasien mampu :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik.
c. Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat.
d. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
e. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari.

4. Tindakan Keperawatan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi halusinasi.
c. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 : PENGKAJIAN DAN MENGENAL HALUSINASI.
SP 1 KLIEN
1. Mengidentifikasi halusinasi : isi, frekuensi, ibuaktu terjadi, situasi pencetus, perasaan,
respon
2. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi: menghardik, minum obat, bercakap- cakap,
melakukan kegiatan
3. Melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
4. Melatih klien memasukkan latihan menghardik dalam jadibual kegiatan harian klien

B.     Strategi Komunikasi.


1. Fase Orientasi.
a. Salam terapeutik :
Perawat : Assalamualaikum..!!! Selamat pagi bu… perkenalkan nama saya Refiazka
Yusalia . Saya mahasiswa praktek dari Poltekkes Kemenkes Padang. Hari ini saya dinas pagi dari
jam 07:00 pagi sampai jam 14:00 siang. Saya akan merawat ibu selama di rumah sakit ini. Nama
ibu siapa?
Pasien : nama saya Rahmi Novania
Perawat : Senangnya ibu dipanggil apa?
Pasien : Rahmi

b. Evaluasi/validasi :
Perawat : Baiklah ibuk Rahmi, Bagaimana keadaan ibu hari ini ?
Pasien : baik buk

c.   Kontrak :
Perawat :Buk Rahmi, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang suara yang
mengganggu ibuk dan cara mengontrol suara-suara tersebut, Apakah ibuk Rahmi
bersedia?
Pasien : iya buk (sambil menganguk-anggukan kepala)
Perawat : Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
Pasien : baiklah buk
Perawat : Ibu mau berbincang-bincang dimana?
Pasien : Disini saja buk.
Perawat : baiklah buk kita akan berbincang-bincang disini
2. Fase Kerja .
Perawat : Apakah ibu rahmi mendengar suara tanpa ada wujudnya?
Pasien : Iya buk..
Perawat : Saya percaya ibu mendengar suara tersebut, tetapi saya sendiri tidak mendengar
suara itu. Apa yang dikatakan oleh suara yang ibu dengar? Apakah ibu
mendengarnya terus menerus atau sewaktu- waktu?
Pasien : suara itu mengejek saya buk, saya mendengarnya kadang- kadang buk
Perawat : Kapan yang paling sering Ibu mendengar suara itu?
Pasien : siang hari setelah makan buk.
Perawat : Berapa kali dalam sehari ibu mendengarnya?
Pasien : 3- 5 kali buk
Perawat : Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?
Pasien : ya buk,saat saya sedang duduk dikamar setelah saya selesai makan
Perawat : Apa yang ibu rasakan ketika mendengar suara itu? Bagaimana perasaan ibu
ketika mendengar suara tersebut?
Pasien : saya merasa kesal mendengar suara itu
Perawat : Kemudian apa yang ibu lakukan?
Pasien : jika saya mendengar suara itu, saya langsuang menutup telinga saya dengan
bantal dan kadang saya berteriak agar suara itu diam
Perawat : Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang?
Pasien : tidak, suaranya tetap bisa saya dengar.
Perawat : Baiklah bu, apa yang alami itu namanya Halusinasi. Ada empat cara untuk
mengontrol halusinasi yang ibuk Rahmi alami yaitu menghardik, minum obat,
bercakap-cakap, dan melakukan aktifitas. Hari ini, Bagaimana kalau kita latih
cara yang pertama dahulu, yaitu dengan menghardik, apakah ibu Rahmi
bersedia?
Pasien : bersedia buk (sambil menganguk-anggukkan kepala)
Perawat : Bagaimana kalau kita mulai ya. Saya akan mempraktekan dahulu, baru ibu
mempraktekkan kembali apa yang telah saya lakukan. Begini bu, jika suara itu
muncul katakan dengan keras “ pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara
palsu” sambil menutup kedua telinga ibu. seperti ini ya bu. Coba sekarang ibu
ulangi lagi seperti yang saya lakukan tadi.
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya katakan “Pergi.. pergi saya tidak mau
dengar.. Kamu suara palsu” (sambil menutup kedua telinganya)
Perawat : Wah bagus sekali bu, ibu sudah bisa mempraktekkan.
3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibu Rahmi setelah kita kita bercakap-cakap?
Pasien : saya merasa baikan bu
Perawat : Baiklah bu, Jika suara itu masih terdengar mengejek ibu, seperti yang telah kita
pelajari bila suara-suara itu muncul ibu bisa mengatakan “ pergi-pergi saya tidak
mau dengar kamu suara palsu”

b. Tindakan Lanjut
Perawat : Ibu lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar lagi, lakukan itu selama 3 kali
sehari yaitu jam 08:00, 14:00 dan jam 20:00 atau disaat ibu mendengar suara
tersebut. cara mengisi buku kegiatan harian adalah sesuai dengan jadwal
kegiatan harian yang telah kita buat tadi ya bu. Jika ibu melakukanya secara
mandiri maka ibu menuliskan di kolom M, jika ibu melakukannya dibantu atau
diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu buat di kolom B, Jika ibuk tidak
melakukanya maka ibu tulis di kolom T. apakah ibu mengerti?
Pasien : Iya,,saya mengerti buk.

c. Kontrak yang akan datang :


Perawat : Baik lah buk, Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara
yang kedua yaitu dengan minum obat untuk mencegah suara-suara itu muncul,
apakah ibu bersedia?
Pasien : saya bersedia buk.
Perawat : Ibuk maunya jam berapa? Bagaimana kalau jam 09:00 ?
Pasien : baik buk
Perawat :Ibuk maunya dimana kita berbincang-bincang?
Pasien : disini saja buk.
Perawat : Baiklah buk Rahmi besok saya akan kesini jam 09:00 ya buk. Saya permisi ya
buk. Assalamualaikum wr.wb

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 2 : ENAM BENAR MINUM OBAT


Hari :
Pertemuan :
Sp/Dx : 2/ Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Dengar.
Ruangan :
Nama Klien :
A.    Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri.

Data objektif :
a. Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
b. Klien tampak kesal dan berbicara sendiri.

2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Pasien mampu mengontrol halusinasi pendengaran dengan enam benar minum obat.

4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa.
c. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program.
d. Jelaskan akibat bila putus obat.
e. Jelaskan cara mendapatkan obat.
f. Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar obat, benar pasien,
benar cara, benar ibuaktu, benar dosis dan kontinuitas.

A. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Perawat : Assalamualaikum, Ibuk masih ingat dengan saya?
Pasien : Masih buk
Perawat : Bagaimana perasaan buk Rahmi hari ini?
Pasien : baik buk

b. Evaluasi/validasi.
Perawat :Apakah buk Rahmi masih mendengar suara yang mengejek ibu?
Pasien : masih buk, saya masih mendengarnya
Perawat : Apakah ibu telah melakukan apa yang telah kita pelajari kemarin?
Pasien : sudah, saya sudah melakukannya
Perawat : Apakah dengan menghardik suara-suara yang ibu dengar berkurang?
Pasien : ya, suara sudah berkurang
Perawat : Bagus buk. Sekarang coba ibu praktekkan pada saya bagaimana ibu
melakukannya.
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya katakan “Pergi.. pergi saya tidak mau
dengar.. Kamu suara palsu” (sambil menutup kedua telinganya)
Perawat : Bagus sekali buk. Coba kita lihat jadwal kegiatan hariannya ya buk
Pasien : (mengeluarkan catatan harian dan memberikan kepada Perawat)
Perawat : bagus sekali buk Rahmi. Ibuk sudah bisa melakukan kegiatan menghardik
secara mandiri ibuk walaupun masih ada diingatkan oleh keluarga.

c. Kontrak.
Perawat : Baiklah buk Rahmi, sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan latihan cara yang
kedua dari empat mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu cara minum obat
yang benar, apakah ibuk bersedia?
Pasien : saya bersedia buk ( sambil mengannguk)
Pearaibuat :Berapa lama ibuk mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
Pasien : baik buk
Perawat : ibuk mau berbincang-bincang dimana?
Pasien : disini saja buk
Perawat Baiklah buk

2. Fase Kerja.
Perawat : Ibuk sudah dapat obat dari Perawat?
Pasien : sudah buk
Perawat : Ibuk perlu meminum obat ini secara teratur agar pikiran jadi tenang, dan
tidurnya juga menjadi nyenyak. Obatnya ada tiga macam, yang warnanya orange
namanya CPZ minum 3 kali sehari gunanya supaya tenang dan berkurang rasa
marah dan mondar mandirnya, yang warnanya putih namanya THP minum 3 kali
sehari supaya relaks dan tidak kaku, yang warnanya merah jambu ini namanya
HLP gunanya untuk menghilangkan suara-suara yang ibuk dengar. Semuanya ini
harus ibuk minum 3 kali sehari yaitu jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam.
Bila nanti mulut ibuk terasa kering, untuk membantu mengatasinya ibuk bisa
menghisap es batu yang bisa diminta pada Perawat. Bila ibuk merasa mata
berkunang-kunang, ibuk sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu. Jangan
pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya buk.
Sampai disini, apakah buk Rahmi mengerti ?
Pasien : ya, saya mengerti (sambil menggangguk)
Perawat : Baiklah buk Rahmi, kita lanjutkan ya. Sebelum ibuk meminum obat lihat dulu
label yang menempel di bungkus obat, apakah benar nama ibuk yang tertulis
disitu. Selain itu ibuk perlu memperhatikan jenis obatnya, berapa dosis, satu atau
dua butir obat yang harus diminum, jam berapa saja obatnya harus diminum, dan
cara meminum obatnya. ibuk harus meminum obat secara teratur dan tidak
menghentikannya tanpa konsultasi dengan dokter. Sekarang kita memasukan
waktu meminum obat kedalam jadwal ya buk. Cara mengisi jadwalnya adalah jika
ibuk minum obatnya sendiri tanpa diingatkan oleh Perawat atau teman maka di isi
dengan M artinya mandiri, jika ibu meminum obatnya diingatkan oleh Perawat
atau oleh teman maka di isi B artinya dibantu, jika ibu tidak meminum obatnya
maka di isi T artinya tidak melakukannya. Mengerti bu?
Pasien : saya mengerti
Perawat : coba ibuk ulangi kembali cara mengisi jadwal kegiatan?
Pasien : jika saya meminum obat tanpa diingatkan maka saya isi di kolom M artinya
mandiri, jika saya minum obat diingatkan oleh keluarga/ Perawat/ teman saya buat di kolom B,
jika saya tidak melakukannya saya buat di kolom T.
Perawat : Nah bagus, ibuk sudah mengerti.
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berbincang-bincang tentang obat?
Pasien : saya sekarang mengerti cara minum obat yang baik buk
Perawat : Sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara? Coba ibu
sebutkan?
Pasien : menghardik dan minum obat
Perawat : Wah, ibu benar sekali
b. Tindakan lanjut
Perawat : Jadwal minum obatnya sudah kita buat yaitu 07:00, 13:00 dan 19:00 pada jadwal
kegiatan ibuk. Nah sekarang kita masukan kedalam jadwal minum obat yang telah
kita buat tadi ya ibuk. jangan lupa lakukan semua dengan teratur ya ibuk
Pasien : baik buk

c. Kontrak yang akan datang :


Perawat : Baik lah buk. Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk melihat manfaat
minum obat dan berlatih cara untuk mengontrol halusinasi yang ketiga yaitu
bercakap-cakap dengan orang lain. apakah buk Rahmi bersedia?
Pasien : ya, saya bersedia buk
Perawat : Karena besok saya dinas siang dari pukul 14.00- 21.00 Wib, jadi kita latihan
sore saja ya buk. Kira- kira ibuk siang jam berapa ibuk bisa?
Pasien : jam 15.00 buk
Perawat : baiklah buk. Kita akan bertemu jam 15.00 disini ya buk. Saya permisi dulu ya
buk. Assalammualaikum wr.wb

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 3 : BERCAKAP-CAKAP.


Hari :
Pertemuan :
Sp/Dx : 3/ Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.
Ruangan :
Nama Klien :
A.    Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri.

Data objektif :
a. Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
b. Klien tampak tertawa sendiri.

2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.

3. Tujuan Tindakan Keperawatan.


       Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi ke jadwal harian
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain.
c. Menganjurkan kepada klien agar memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan harian
klien.

B.     Strategi Komunikasi.


1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Perawat : Asalammualaikum wr. wb.. selamat pagi buk Rahmi
Pasien : Walaikum salam buk

b.      Evaluasi/validasi.
Perawat : Bagaimana perasaan buk Rahmi hari ini?
Pasien : Baik buk
Perawat : Apakah suara-suara masih muncul?
Pasien : masih buk, tapi sudah berkurang
Perawat : Apakah Ibuk telah melakukan dua cara yang telah kita pelajari untuk
menghilangkan suara-suara yang menganggu?
Pasien : sudah buk
Perawat : Coba saya lihat jadwal kegiatan harian ibuk?
Pasien : (mengeluarkan catatan harian dan memberikan kepada Perawat)
Perawat : bagus sekali buk, sekarang coba lihat obatnya. Ya bagus, ibu sudah minum
obat dengan teratur jam 07:00, 13:00 dan 19:00 dan latihan menghardik suara-
suara juga dilakukan dengan teratur. Sekarang coba ceritakan pada saya apakah
dengan dua cara tadi suara-suara yang ibuk dengarkan berkurang?
Pasien : ya, suara sudah mulai berkurang
Perawat : Coba sekarang praktekkan cara menghardik suara-suara yang telah kita pelajari.
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya katakan “Pergi.. pergi saya tidak mau
dengar.. Kamu suara palsu” (sambil menutup kedua telinganya)
Perawat : Coba ibuk jelaskan kembali pada saya cara minum obat dengan benar.
Pasien :Sebelum saya meminum obat lihat dulu label yang menempel di bungkus obat,
apakah benar nama saya yang tertulis disitu, perhatikan jenis obatnya, berapa
dosis, satu atau dua butir obat yang harus diminum, jam berapa saja obatnya
harus diminum, dan cara meminum obatnya.
Perawat : Bagus sekali ibuk rahmi
b. Kontrak.
Perawat : Baiklah ibuk sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan belajar cara ketiga dari
empat cara mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu bercakap-cakap
dengan orang lain, Apakah buk Rahmi bersedia?
Pasien : saya bersedia buk
Perawat : Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit, Buk?
Pasien : baik buk
Perawat : ibuk mau berbincang-bincang dimana?
Pasien : Disini saja buk.
Perawat : Baiklah ibuk.

2. Fase Kerja.
Perawat : Caranya adalah jika ibu mulai mendengar suara-suara, langsung saja ibu cari
teman untuk diajak berbicara. Minta teman ibu untuk berbicara dengan ibu.
Contohnya begini ibu, tolong berbicara dengan saya, saya mulai mendengar
suara-suara. Ayo kita ngobrol dengan saya! Atau Ibuk minta pada perawat
untuk berbicara dengannya seperti “ buk tolong berbicara dengan saya karena
saya mulai mendengar suara-suara.
Sekarang coba ibu praktekkan !
Pasien :Jika saya mendengar suara itu, saya cari teman atau perawat untuk berbicara
dengan saya. Buk, tolong bicara dengan saya karena saya sudah mendengar
suara-suara
Perawat : Bagus sekali buk Rahmi

3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berlatih tentang cara mengontrol suara-
suara dengan bercakap-cakap.
Pasien : merasa baik buk
Perawat :Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara?
Pasien : sudah 3 cara
Perawat : Coba sebutkan
Pasien : menghardik, minum obat dan bercakap- cakap dengan teman
Perawat : Bagus sekali ibuk. mari kita masukan kedalam jadwal kegiatan harian ya Ibu

b. RTL :
Perawat : berapa kali ibuk akan bercakap-cakap.
Pasien : dua kali buk
Perawat : baiklah buk dua kali saja. Jam berapa saja ibuk?
Pasien : Jam 08.00 dan 19.00
Perawat : Baiklah ibuk jam 08:00 dan 19:00. Jangan lupa ibuk lakukan cara yang ketiga
agar suara-suara yang ibuk dengarkan tidak mengganggu ibuk lagi.

c. Kontrak yang akan datang :


Perawat : Baik lah buk, Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang manfaat
bercakap-cakap dan berlatih cara keempat untuk mengontrol suara-suara yang
ibuk dengar dengan cara melakukan kegiatan aktivitas fisik, apakah buk Rahmi
bersedia?
Pasien : ya, saya bersedia (sambil mengangguk-anggukan kepala)
Perawat : besok saya masih dinas seperti sekarang. Kira kira ibuk bisa jam berapa?
Pasien : jam 17.00 setelah saya tidur siang saja buk.
Perawat : Baiklah buk, saya akan datang besok jam 17.00 di ruangan ini ya buk. Saya
permisi dulu. Assalammualaikum wr. Wb
Pasien : Walaikumsalam wr wb

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 4 : MELAKUKAN AKTIVITAS SEHARI-HARI.


Hari :
Pertemuan :
Sp/Dx : 4/ gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.
Ruangan :
Nama Klien :
A.    Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan masih mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan mendengarnya ketika sendiri.

Data objektif :
a. Klien masih tampak berbicara sendiri.
b. Klien masih tampak mengarahkan telinga kesuatu tempat.

2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.

3. Tujuan Tindakan Keperawatan.


Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan.

4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang mampu
klien lakukan.
c. Menganjurkan klien memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan sehari-hari klien.

B.     Strategi Komunikasi.


1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Perawat : Asalamualaikum buk Rahmi, selamat pagi.. Saya boleh duduk buk?
Pasien : Walaikumsalam wr.wb, boleh buk
Perawat : Ibu masih ingat dengan saya?
Pasien : Masih buk (sambil mengangguk)

b. Evaluasi validasi.
Perawat :Bagaimana perasaan buk Rahmi hari ini? Apakah masih ada mendengar suara-
suara?
Pasien : saya baik buk, suaranya sudah jarang saya dengar
Perawat :Apakah ibuk telah melakukan tiga cara yang telah dipelajari untuk
menghilangkan suara-suara yang menganggu?
Pasien : ya , saya sudah melakukannya
Perawat : Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya?
Pasien : (mengambil buku kegiatan harian dan memberikannya pada perawat)
Perawat :Bagus sekali buk, ibuk minum obatnya dengan teratur, latihan
bercakap-cakap dengan teman dan perawat juga dilakukan dengan teratur.
Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan ketiga cara tadi suara-suara
yang ibu dengarkan berkurang?
Pasien : iya buk, suaranya berkurang
Perawat :Bagus sekali buk, dengan cara tersebut suara-suara itu sudah tidak akan
menganggu ibuk lagi. Coba sekarang ibuk praktekkan lagi bagaimana cara
menghardik suara-suara yang telah kita pelajari dan jelaskan kembali pada saya
6 cara minum obat yang benar dan dengan siapa ibu bisa bercakap-cakap?
Pasien : Jika saya mendengar suara itu lagi, saya katakan “Pergi.. pergi saya tidak mau
dengar.. Kamu suara palsu” (sambil menutup kedua telinganya). Sebelum saya
meminum obat saya lihat dulu label yang menempel di bungkus obat, apakah
benar nama saya yang tertulis disitu, perhatikan jenis obatnya, berapa dosis, satu
atau dua butir obat yang harus diminum, jam berapa saja obatnya harus
diminum, dan cara meminum obatnya. Dan yang terakhir saya harus bercakap
cakap dengan teman atau perawat jika suara itu terdengar.

Perawat : Bagus sekali buk Rahmi ! Ibu sudah bisa mempraktekkannya.

c. Kontrak.
Perawat : Baiklah ibu sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan latihan cara yang
muncul yaitu melakukan aktivitas fisik yaitu membersih kamar tujuannya kalau
ibuk sibuk maka kesempatan muncul suara-suara akan berkurang. Apakah ibuk
bersedia?
Pasien : saya bersedia
Perawat : Berapa lama waktu kita berbincang-bincang buk? Bagaimana kalau 20 menit?
Pasien :baiklah buk

2. Fase Kerja.
Perawat : Baiklah mari kita merapikan tempat tidur. Tujuan nya agar ibuk dapat
mengalihkan suara yang didengar. Dimana kamar tidur ibu?
Pasien : Disana buk, disebelah dapur.
Perawat : (di kamar) Baiklah buk sekarang kita merapikan tempat tidur ibuk ya. Kalau
kita akan merapikan tempat tidur, kita pindahkan dulu bantal, guling dan
selimutnya. Lalu kita pasang sepraynya lagi, kita mulai dari arah atas ya
sekarang bagian kaki, tarik dan masukkan, lalu bagian pinggir dimasukkan.
Sekarang ambil bantal dan letakkan dibagian atas kepala. Selanjutnya kita lipat
dan rapikan selimutnya dan letakan dibawah kaki.
Pasien : (mempraktekkan)
Perawat :Bagus sekali ibuk. ibuk dapat melakukannya dengan baik dan rapi.

3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita membereskan tempat tidur apakah selama
kegiatan berlangsung suara-suara itu datang?
Pasien : saya senang buk dan suara itu sudah tidak terdengar lagi.
Perawat : Bagus sekali buk. Jadi selama latihan suara-suara itu tidak ada ya buk. Ibu
dapat melakukan kegiatan untuk menghilangkan suara-suara dengan sering
bekerja. Apakah ibuk bisa menjelaskan kembali langkah-langkah merapikan
tempat tidur?
Pasien : Pindahkan dulu bantal, guling dan selimutnya. Lalu pasang sepraynya,mulai dari
arah atas lalu bagian kaki, tarik dan masukkan, lalu bagian pinggir dimasukkan.
Kemudian letakkan bantal dibagian atas kepala. Selanjutnya lipat dan rapikan
selimutnya dan letakan dibawah kaki.

b. RTL :
Perawat :Bagus sekali buk sekarang masukan kedalam jadwal kegiatan harian.
Pasien : baik buk ( sambil membuka buku jadwal harian)

c. Kontrak yang akan datang


Perawat : Ibuk kita telah melakukan keempat cara untuk menghilangkan suara-suara yang
ibuk dengar. Jadi ibuk harus melakukannya setiap hari agar suara- suara itu tidak
mengganggu ibuk lagi. Bagaimana buk? Apakah ibu mengerti?
Pasien : ya saya mengerti
Perawat : Baiklah buk,saya akan menemui ibuk besok untuk melihat apakah ibuk
melakukan keempat kegiatan tersebut atau tidak. Saya permisi dulu ya buk.
Assalammualaikum wr wb

d. SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang


dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi.

a. Orientasi

Perawat :Assalammualaikum Buk!”“Saya Refi, perawat yang merawat Kakak Ibuk.


Bagaimana perasaan ibuk hari ini?
Adik pasien : Saya kurang baik, Sus. Saya khawatir melihat kondisi kakak saya.
Perawat :Apa pendapat ibuk tentang kondisi Adik Ibu?
Adik : saya merasa sedih Sus melihatnya.
Perawat : Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang kakak ibuk alami dan
bantuan apa yang bisa ibuk berikan.Kita mau diskusi di mana, Buk? Bagaimana
kalau di ruang wawancara?
Adik Pasien : Baiklah,Sus
Perawat :Berapa lama waktu ibuk inginkan? Bisa selama 20 menit, Buk?
Adik pasien : bisa Sus, saya ikut Suster saja.

b. Kerja

Perawat : Baiklah buk. Apa yang ibuk rasakan ketika melihat kakak ibuk?
Adik : Saya sedih Sus, saya tidak tau apa yang terjadi pada kakak saya.
Perawat : Apa yang ibuk lakukan saat melihat kakak ibuk berteriak-teriak?
Adik :Saya hanya bisa menemani dia dan menenangkannya, Sus. Tapi kakak saya
tidak mau berhenti untuk berteriak.
Perawat : Baiklah Buk. Gejala yang dialami oleh kakak itu dinamakan halusinasi, yaitu
mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
Tanda-tandanya bicara sendiri, tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab
Jadi kalau kakak ibuk mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu
tidak ada. Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara.
Ada beberapa cara untuk membantu kakak ibuk agar bisa mengendalikan
halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan kakak ibuk, jangan
membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja ibuk percaya bahwa
kakak ibuk tersebut memang mendengar suara, tetapi ibuk sendiri tidak
mendengarnya. Kedua, jangan biarkan kakak ibuk melamun dan sendiri, karena
kalau melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-
cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat
bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah melatih kakak ibuk untuk membuat
jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong ibuk pantau pelaksanaannya ya dan berikan
pujian jika dia lakukan. Sampai disini apakah ibuk sudah mengerti? Apakah ada
yang ingin ibuk tanyakan?
Pasien : Saya mengerti,Sus. Dan saya tidak ada pertanyaan
Perawat : Baiklah buk, kita lanjutkannya. Ketiga, bantu kakak ibuk minum obat secara
teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya
juga sudah melatih kakak ibuk untuk minum obat secara teratur. Jadi adik dapat
mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ
gunanya untuk menghilangkan suara-suara . Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi,
jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks,
jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya
menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu
diminum untuk mencegah kekambuhan. Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi
mulai muncul, putus halusinasi kakak ibuk dengan cara menepuk punggung kakak
ibuk. Kemudian suruhlah kakak ibuk menghardik suara tersebut. Kakak ibuk
sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi. Bagaimana buk? Apakah sudah
paham?
Adik : paham Sus.
Perawat : Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi kakak ibuk. Sambil menepuk
punggung kakak ibuk, contoh : Buk, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang
diajarkan perawat bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, Buk. Tutup
telinga kamu dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”. Ucapkan
berulang-ulang, Buk. Sekarang coba ibuk praktekkan cara yang barusan saya
ajarkan.
Adik : Jika kakak saya terlihat sedang mendengar suara-suara saya harus katakan :Buk,
sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-suara itu
datang? Ya..Usir suara itu, Buk. Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu
”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, Buk.
Perawat :Bagus buk. Ibuk sudah bisa mempraktekkan yang saya ajarkan

c. Terminasi:

Perawat :Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan
halusinasi kakak ibuk?
Adik : saya merasa senang Sus, sekarang saya sudah bisa membantu kakak saya
Perawat :Sekarang coba ibuk sebutkan kembali tiga cara merawat kakak ibuk?
Adik :Mengingatkan minum obat, tidak membiarkan sendiri (sering bercakap- cakap),
dan mengingatkan untuk menghardik suara tersebut jika terdengar.
Perawat :Bagus sekali Buk. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan kakak ibuk. Jam
berapa kita bertemu?
Adik Pasien : jam 2 siang Sus, soalnya pagi saya harus kerja dulu.
Perawat :Baiklah, Buk. Kita bertemu lagi di ruangan ini 2 hari lagi jam 2 ya buk. Saya
permisi dulu .Assalamu’alaikum wr wb
Pasien : Walikumsalam wr wb.

SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan pasien


Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan
halusinasi langsung dihadapan pasien.
1) Orientasi:
Perawat :Assalammualaikum. Bagaimana perasaan ibuk pagi ini?

Adik : Baik, Sus


Perawat : Apakah ibuk masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi kakak ibuk yang
sedang mengalami halusinasi?
Adik pasien : Ya, Sus. Saya masih ingat
Perawat :Bagus! Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan kakak ibuk. Mari
kita datangi kakak ibuk
2) Kerja

Perawat : (diruang Pasien) Assalamu’alaikum buk, adik ibuk sangat ingin membantu ibuk
mengendalikan suara-suara yang sering ibuk dengar. Untuk itu pagi ini adik ibuk
datang untuk mempraktekkan cara memutus suara-suara yang ibuk dengar. Ibuk
nanti kalau sedang dengar suara-suara bicara atau tersenyum-senyum sendiri,
maka adik ibuk akan mengingatkan seperti ini” ”Sekarang, coba ibuk peragakan
cara memutus halusinasi yang sedang ibuk alami seperti yang sudah kita pelajari
sebelumnya. Tepuk punggung kakak ibuk lalu suruh kakak ibuk mengusir suara
dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut” (perawat mengobservasi
apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien)
Adik : (mempraktekkan yang telah dipelajari)
Perawat : Bagus sekali!Bagaimana buk? Senang dibantu adiknya buk?
Pasien : ya, saya senang dibantu oleh adik saya.
Perawat :Nah adik ibuk ingin melihat jadwal harian ibu.
Pasien : (Pasien memperlihatkan dan dorong orang tua memberikan pujian)
Perawat : Baiklah, sekarang saya dan adik ibuk ke ruang perawat dulu
(perawat dan keluarga pasien meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi
dengan keluarga)
3) Terminasi

Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi


langsung dihadapan kakak ibuk?
Pasien : saya merasa senang bisa membantu kakak saya, Sus.
Perawat : Baiklah ,Buk. Ibuk harus terus mengingat pelajaran kita hari ini ya Buk.Ibuk
dapat melakukan cara itu bila kakak ibuk mengalami halusinasi.
Adik : Baik, Sus, saya akan mengingatnya.
Perawat : Bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang
jadwal kegiatan harian kakak ibuk untuk persiapan di rumah. Jam berapa ibuk
bisa datang?
Adik : sama seperti sekarang saja, Sus, jam 2 siang
Perawat :Tempatnya di sini ya, Buk. Saya permisi dulu ya pak.
Assalammualaikum wr wb

SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga


1) Orientasi

Perawat :Assalamualaikum Buk, karena besok kakak ibuk sudah boleh pulang, maka
sesuai janji kita sekarang ketemu untuk membicarakan jadwal ibuk selama
dirumah. Bagaimana buk selama ibuk membesuk apakah sudah terus dilatih cara
merawat kakak ibuk?
Adik :Baik Sus, saya sering mengingatkan kakak saya untuk terus menjalankan
kegiatan tersebut.
Perawat : Nah sekarang kita bicarakan jadwal kakak ibuk di rumah? Mari kita duduk di
ruang perawat!
Adik : Baik, Sus
Perawat : (diruang Perawat) Ini jadwal kegiatan kakak ibuk di rumah sakit. Jadwal ini
dapat dilanjutkan di rumah. Coba ibuk lihat mungkinkah dilakukan di rumah.
Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan mengingatkan? Buk, jadwal yang
telah dibuat selama kakak ibuk di rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik
jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh kakak ibuk selama di rumah. Misalnya kalau kakak ibuk terus menerus
mendengar suara-suara yang mengganggu dan tidak memperlihatkan perbaikan,
menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain.
Jika hal ini terjadi segera hubungi perawat di Puskesmas terdekat dari rumah ibuk.
Selanjutnya perawat tersebut yang akan membantu memantau perkembangan
kakak ibuk selama di rumah
Adik :Baiklah, Sus. Saya dan keluarga saya akan berusaha untuk memantau kondisi
kakak saya dan mengingatkan untuk terus melaksanakan kegiatan yang ia dapat
selama di rumah sakit.
2) Terminasi

Perawat : Bagaimana Adik? Ada yang ingin ditanyakan?


Adik : tidak buk, saya tidak ada petanyaan, saya sudah paham.
Perawat : Coba ibuk sebutkan cara-cara merawat kakak ibuk di rumah!
Adik : Mengingatkan minum obat, tidak membiarkannya sendiri, dan mengingatkan dia
untuk menghardik suara yang didengar jika mengganggu.
Perawat : Bagus. Ini jadwalnya untuk dibawa pulang. Selanjutnya silakan ibuk
menyelesaikan administrasi yang dibutuhkan. Kami akan siapkan kakak ibuk
untuk pulang
Sumber:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2581/4/Chapter%202.pdf
http://repository.poltekkeskaltim.ac.id/317/1/1%20HAL%20SAMPUL%20DEPAN
%20%2817%20files%20merged%29.pdf
http://repository.unair.ac.id/97655/4/4.%20BAB%20I%20%20%20PENDAHULUAN%20.pdf

Anda mungkin juga menyukai