OLEH :
FAHRIZAL MUHARRAM
201920461011099
Krisis Bunuh diri : jeritan minta tolong ataupun catatan bunuh diri
Penjabaran gagasan: Konsep mati, cara bunuh diri, waktu, tempat dan akibat
Motivasi : motivasi yang sering kali ditemukan: kehilangan rasa aman dan
kepastian status, kekecewaan dlm hubunganya dg orang lain ataupun tujuan.
K. Peran Perawat dalam Perilaku Mencederai Diri
Pengkajian
1. Lingkungan dan upaya bunuh diri : perawat perlu mengkaji peristiwa
yang menghina atau menyakitkan, upaya persiapan, ungkapan verbal,
catatan, lukisan, memberikan benda yang berharga, obat, penggunaan
kekerasan, racun.
2. Gejala : perawat mencatat adanya keputusasaan, celaan terhadap diri
sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, alam perasaan depresi,
agitasi gelisah, insomnia menetap, berat badan menurun, bicara
lamban, keletihan, withdrawl.
3. Penyakit psikiatrik : upaya bunuh diri sebelumnya, kelainan, afektif,
zat adiktif, depresi remaja, gangguan mental lansia
4. Riwayat psikososial: bercerai, putus hubungan, kehilangan pekerjaan,
stress multiple (pindah, kehilangan,putus hubungan, masalah sekolah,
krisis disiplin), penyakit kronik.
5. Faktor kepribadian: impulsive, agresif, bermusuhan, kognisi negative
dan kaku, putus asa, harga diri rendah, antisocial
6. Riwayat keluarga : riwayat bunuh diri, gangguan afektif, alkoholisme.
Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi mutilasi diri/kekerasan pada diri sendiri sehubungan
dengan takut terhadap penolakan, alam perasaan yang tertekan, reaksi
kemarahan, ketidakmampuan mengungkapkan perasaan secara verbal,
ancaman harga diri karena malu, kehilangan pekerjaan dan sebagainya.
- Sasaran jangka pendek : klien akan mencari bantuan staf bila ada
perasaan ingin mencederai diri.
- Saran jangka panjang : klien tidak akan mencederai diri
Intervensi dan Rasional
- Observasi perilaku kliem lebih sering melalui aktivitas dan interaksi
rutin, hindari kesan pengamatan dan kecurigaan pada klien (observasi
ketat dibutuhkan supaya intervensi dapat terjadi jika dibutuhkan untuk
memastikan keamanan klien).
- Tetapkan kontrak verbal dengan klien bahwa ia akan meminta bantuan
jika keinginan untuk bunuh diri dirasakan (mendiskusikan perasaan
ingin bunuh diri dengan orang yang dipercaya memberikan derajat
keringanan untuk klien, sikap penerimaan klien sebagai individu dapat
dirasakan)
- Jika mutilasi diri terjadi, rawat luka klien dengan tidak mengusik
penyebabnya jangan berikan reinforcement positif untuk perilaku
tersebut (kurangnya perhatian untuk perilaku maladaptive dalat
menurunkan pengulangan mutilasi).
- Dorong klien untuk bicara tentang perasaan yang dimilikinya sebelum
perilaku ini terjadi (agar memecahkan masalah dan memahami faktor
pencetus).
- Bertindak sebagai model dalam mengekspresikan kemarahan yang
tepat (perilaku bunuh diri dipandang sebagai marah yang diarahkan
pada diri sendiri)
- Singkirkan semua benda yang berbahaya dari lingkungan klien
(keamanan klien merupakan prioritas keperawatan)
- Arahkan kembali perilakku mutilasi dengan penyaluran fisik (latihan
fisik merupakan cara yang aman untuk menyalurkan ketegangan yang
terpendam)
- Komitmen semua staf untuk memberikan spirit kepada klien(bukti
control terhadap situasi dan memberikan kemanan fisik serta semangat
hidup)
- Berikan obat-obatan sesuai hasil kolaborasi, pantau keefektifan, dan
efek samping (obat penenang seperti ansiolotik/ antipsikotik dapat
memberikan efek menenangkan pada klien dan mencegah perilaku
agresif)
- Gunakan restrain mekanis bila keadaan memaksa sesuai prosedur
tetap (bila klien menolak obat-obatan dan situasi darurat, restrain
diperlukan pada jam-jam tertentu)
- Observasi klien dalam restrain tiap 15 menit/ sesuai prosedur tetap
dengan mempertimbangan keamanan, sirkulasi darah, kebutuhan dasar
(keamanan klien merupakan prioritas keperawatan)
Intervensi Klien Bunuh Diri
1. Listening, Kontrak, Kolaborasi dengan Keluarga
Klien bisa ditolong dengan terapi dan bisa hidup lebih baik, jika ia
mau berbicara dan mendengar dalam upaya memecahkan persoalan,
serta tidak ada alasan melalui kesulitan sendirian tanpa bantuan orang
lain. Selain itu, bila mendapati ada orang yang hendak melakukan
bunuh diri, sebaiknya dengarkan apa yang dia keluhkan. Berikan
dukungan agar dia tabah dan tetap berpandangan bahwa hidup ini
bermanfaat, buat lingkungan tempat dia tinggal aman dengan cara
menjauhkan alat-alat yang bisa digunakan untuk bunuh diri. “Kalau
perlu buatlah semacam ‘kontrak’ pada dia untuk tidak melakukan
bunuh diri, meski tingkat keberhasilan ini sangat kecil. “Kesulitan
utama yang dihadapi apabila orang yang akan melakukan bunuh diri
itu tidak menunjukkan gejala-gejala tersebut. Pada tingkat permukaan
dia tampak mengerti dan memahami arti hidup, serta terkesan tidak
akan melakukan bunuh diri, tetapi tiba-tiba dia sudah mati bunuh diri.
Lingkungan sosial, termasuk keluarga, juga menjadi sarana yang baik
untuk membantu mengurangi atau menghilangkan keinginan orang
untuk bunuh diri.
2. Pahami Persoalan dari “Kacamata” Mereka
Menghadapi orang yang berniat bunuh diri atau gagal melakukan
bunuh diri, perlu sikap menerima, sabar dan empati. Perawat berupaya
agar tidak bersikap memvonis, memojokkan, apalagi menghakimi
mereka yang punya niat bunuh diri atau gagal melakukan bunuh diri.
“Kalau mereka merasa dipojokkan kemungkinan bunuh diri akan
semakin cepat”. Yang paling penting disini adalah mencoba
menampung segala keluhannya dan menjadi pendengar yang baik.
Hindari argumentasi dan nasihat-nasihat. Jangan harap kata-kata anda
bisa menjadi senjata ajaib untuk menyadarkannya. Pada dasarnya
dalam diri orang yang ingin bunuh diri tersimpan sikap mendua atau
ambivalen. Sebagian dari dirinya ingin tetap hidup, tapi sebagian lagi
ingin segera mati untuk mengakhiri penderitaannya. Karena sedang
menderita itulah, sebenarnya ia sangat membutuhkan orang lain. Ia
butuh ventilasi untuk mengalirkan masalah dan perasaannya. Namun,
orang yang berniat bunuh diri biasanya takut untuk mencoba mencari
pertolongan. Ia takut usaha itu justru akan menambah beban
penderitaannya karena bisa saja ia akan dibilang bodoh, sinting,
berdosa, atau diberi cap negatif lainnya.
3. Pentingnya Partisipasi Masyarakat
Gangguan kejiwaan sebenarnya bisa sembuh hanya perlu terus
dievaluasi karena bisa sewaktu-waktu kambuh. Masih banyak stigma
atau penilaian negatif di masyarakat kepada klien gangguan kejiwaan.
Namun, bila dibandingkan dulu, stigma sekarang sudah menurun.
Bahkan stigma membuat pihak keluarga klien juga tidak memahami
karakter anggota keluarganya yang menderita gangguan jiwa.
Keluarga jadi bersikap apatis dan sering mengelak bila diajak
konsultasi ke psikiater.Padahal, dukungan keluarga sangat penting
untuk upaya penyembuhan klien gangguan kejiwaan. Keluarga perlu
didukung masyarakat sekitarnya agar klien gangguan jiwa dianggap
sama dengan penyakit-penyakit fisik lain seperti Decomp,
DM,hepatitis, dan sebagainya. Yang membutuhkan perawatan dan
tenaga ahli serta dianggap sebagai cobaan yang bisa menimpa siapa
saja.
4. Express Feeling
Perlu ada dukungan dari lingkungan. Istilah ngetopnya sharing atau
curhat, sehingga membantu meringankan beban yang menerpa. Salah
satu solusi yang ditawarkan selain mengontrol emosi, lebih
mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Express feeling sangat
penting agar masalah yang menekan semakin ringan.
5. Lakukan Implementasi khusus
- Semua ancaman bunuh diri secara verbal dan non verbal harus
ditanggap serius oleh perawat, Laporkan sesegera mungkin dan
lakukan tindakan pengamatan
- Jauhkan semua benda yang berbahaya dari lingkungan klien.
- Jika klien beresiko tinggi untuk bunuh diri, observasi secara ketat
meskipun di tempat tidur/kamar mandi.
- Observasi dengan cermat saat klien makan obat, periksa mulut,
pastikan bahwa obat telah ditelan, berikan obat dalam bentuk cair
bila memungkinkan.
- Jelaskan semua tindakan pengamanan kepada klien, komunikasikan
perhatian dan kepedulian perawat
- Waspadai bila klien terlihat tenang sebab mungkin saja ia telah
selesai merencanakan bunuh diri.
L. Evaluasi dan Pengelolaan
1. Bila mengevaluasi pasien yang cenderung bunuh diri, jangan
tinggalkan mereka sendiri, singkirkan semua benda yang potensial
berbahaya.
2. Bila megevaluasi pasien yang baru saja mencoba bunuh diri, nilailah
apakah usaha itu telah direncanakan atau impulsif saja sambil
menentukan derajat letalitasnya, kemungkinan pasien pulih kembali.
3. Pengelolaan bergantung sebagian besar pada diagnosis. Pasien dengan
depresi berat dapat diobati sebagai pasien berobat jalan bila
keluarganya dapat mengawasi mereka dengan seksama dan terapi
dapat dimulai dengan segera. Bila tidak, perawatan inap di rumah
sakit diperlukan.
4. Gagasan bunuh diri dari pasien alkoholik biasanya akan membaik
dalam beberapa hari dengan abstinensi. Kebanyakan tidak ada terapi
spesifik yang perlu diberikan. Bila depresi tetap bertahan setelah
gejala abstinensi mereda, dugaan besar adalah gangguan depresi berat.
Semua pasien yang cenderung bunuh diri yang mengalami intoksikasi
alkohol atau obat harus dinilai ulang saat mereka lepas pengaruh
alkoholnya.
5. Gagasan bunuh diri pada pasien skizofrenik harus diperhatikan secara
serius karena mereka cenderung mempergunakan cara yang keras dan
aneh dengan derajat letalitas tinggi.
6. Pasien dengan gangguan kepribadian akan mengambil manfaat dari
bantuan dan konfrotasi empatik, dan perlu dilanjutkan pendekatan
secara rasional, bertanggung jawab pada masalah yang mencetuskan
dan menyebabkan krisis tersebut. Keikutsertaan keluarga atau teman
dan manipulasi lingkungan dapat membantu untuk menyelesaikan
krisis yang membawa pasien untuk bunuh diri.
7. Perawatan inap di rumah sakit jangka panjang dianjurkan bagi kasus
dengan kecenderungan mutilasi diri, namun perawatan inap jangka
pendek tidak akan mempengaruhi perilaku yang berulang ini.
Parasuisida juga mungkin akan mendapatkan manfaat yang baik dari
rehabilitasi jangka panjang, dan stabilisasi jangka pendek juga
diperlukan dari waktu ke waktu, tetapi terapi jangka pendek tidak
akan dapat mempengaruhi secara berarti perjalanan gangguan ini.
M. Terapi obat
Pasien dalam krisis karena kematian orang terdekat atau peristiwa
lain dengan perjalanan waktu yang terbatas akan berfungsi lebih baik
setelah menerima sedasi ringan seperlunya, terutama bila sebelum itu
tidurnya terganggu. Benzodiazepin merupakan obat terpilih dan ramuan
yang khas ialah Lorazepam (Ativan) 1 mg 1-3x sehari untuk 2 minggu.
Iritabilitas pasien mungkin meningkat dengan penggunaan teratur
Benzodiazepin dan iritabilitas ini merupakan satu resiko untuk bunuh diri,
maka Benzodiazepin harus digunakan secara hati-hati pada pasien yang
bersikap keras dan bermusuhan. Hanya sejumlah kecil dari medikasi itu
harus disediakan, dan pasien harus diikuti dalam beberapa hari.
Antidepresiva merupakan terapi yang pasti bagi semua pasien yang
menampilkan diri dengan gagasan bunuh diri, tetapi tidak biasanya untuk
mulai memberikan antidepresiva di UGD. Bila diberi resep, harus
diadakan perjanjian untuk pemeriksaan lanjutan, sebaiknya keesokan
harinya.
Rujukan-Silang :
Putus alkohol, depresi, hospitalisasi, mutilasi-diri.
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada Pasien Risiko Bunuh
Diri
SP 1 Pasien
Fase Orientasi:
“Assalamualaikum... Selamat pagi Mas,
perkenalkan nama saya Rendi, saya perawat yang dinas pagi di ruangan
Perkutut. Hari ini saya akan merawat Mas mulai pagi tadi hingga pukul 13:30
WIB.
“Nama Mas siapa, senangnya dipanggil mas atau pak?”
“Bagaimana perasaan Mas saat ini?, mungkin bisa diceritakan mas bagaimana
ceritanya mas bisa sampai dibawa ke rumah sakit ini?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang percobaan bunuh diri
yang mas lakukan di rumah kemarin, harapannya mas dapat merasa lega dan
tenang yaa...”
“Baik mas... mau berapa lama kita mengobrol mas, bagaimana kalau 20 menit?”
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang mas? Bagaimana kalau
di ruang tamu atau di taman saja?”
“baik… saya rasa di taman bagus udaranya segar mas. Mari kita ke sana”
Fase Kerja:
“baik mas… tadi mas bercerita bahwa di rumah mas mencoba memotong nadi
tangan di kamar tidur ya.. kira-kira ada masalah apa mas?”
“ooh begitu… baik… saya bisa merasakan apa yang sedang mas alami pasti
sakit memang yaa mengalami kegagalan pada apa yang dicita-citakan, tapi saya
yakin mas akan menemukan penyelesaian masalah yang lebih baik lagi yaa”
“kemarin mas sudah mencoba memotong nadi dengan pisau, hari ini mohon
maaf semua benda tajam dan berbahaya saya simpan dulu yaaa sementara…
atau mungkin saat ini pisaunya masih mas bawa? Saya periksa sebentar yaa”
“bagus kalau sudah dibuang pisaunya yaaa”
“sebenarnya apakah tujuan mas melakukan itu?”
“bagaimana perasaan mas setelah melakukan itu? Apakah cita-cita mas tercapai
karena mas mencoba bunuh diri dan masuk rumah sakit?
“baik mas… kita akan belajar mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri ya,
agar kejadian seperti kemarin tidak terulang kembali”
“mas sebelumnya pernah pacaran tidak? …. Wah sudah 4 kali yaaa…”
“berarti saya bisa katakan mas sudah pengalaman yaaa… itu yang resmi
pacaran 4 kali, kalau yang hanya jalan bareng berapa kali mas?”
“waaah berarti mas ini idaman wanita yaaa… sebenarnya banyak yang suka
yaa”
“kira-kira apa yang disukai cewek-cewek yang ada di diri mas yang mungkin
tidak dimiliki cowok lain?”
“waaah banyak juga yaaa…. Keren sekali mas….
“Boleh ditulis ya mas.. jadi setelah ini tugas mas membuat daftar tentang hal-hal
apa yang disukai cewek-cewek yang suka dengan mas yaaa… boleh lebih dari 5
yaaa”
“setiap kali muncul dorongan untuk bunuh diri, masnya coba baca dan ingat-ingat
kembali daftar tersebut
Fase Terminasi:
“Baik mas… bagaimana perasaannya saat ini setelah berbincang-bincang
dengan saya?”
“jadi tugas mas tadi adalah….? Coba disebutkan? Lalu dipraktikkan ya?”
Bagus sekali… nanti mulai siang sampai malam dipraktikkan yaaa , dan ini saya
masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian yaaa… mau berapa kali dipraktikkan
mas dalam sehari?
Baaik… jadi mulai nanti sore bisa dipraktikkan ya mas….”
Besok kita ngobrol lagi yaaa… besok saya ajarkan kembali kelanjutan cara
menghindari dorongan bunuh diri ya…tempatnya di taman lagi? “
“jam berapa mas?... baik besok bertemu kembali ya”
“assalamualaikum….
SP 2 Pasien
Fase Orientasi:
“Assalamualaikum... Selamat pagi Mas, Sudah sarapan belum tadi?”
“Bagaimana perasaannya saat ini? Tampak lebih segar ya setelah mandi?”
“Jadwal kegiatan menghindari dorongan bunuh diri dengan hal positif yang mas
miliki kemarin sudah dipraktikkan atau belum? ..... baguuus sekali mas
“Setelah mempraktikkan, bagaimana mas, masihkah ada keinginan untuk
mengakhiri hidup?”
“Alhamdulillah... kalau begitu yaaa...”
“untuk hari ini sesuai janji kita kemarin, kita akan berbincang-bincang tentang
cara lain menghilangkan dorongan bunuh diri dengan cara yang kedua ya... yaitu
dengan membuat daftar lagi tetapi tentang orang lain”
“Baik mas... mau berapa lama kita mengobrol mas, bagaimana kalau 15 menit?”
“ayo kita menuju taman ya....”
Fase Kerja:
“Jadi mas sudah mempraktikkan cara pertama yaa… berikutnya kita akan
membuat daftar tentang orang-orang disekitar masnya…”
“Mas di rumah tinggal dengan siapa? Kalau di rumah apa hal yang paling
menyenangkan yang pernah dilakukan ayah ibu dan adik mas?”
“waaah pasti bahagia sekali yaaa kalau diberi kejutan dan kado saat ulang
tahun?, mas harus bersyukur itu… saya saja jarang lho mas dapat kado saat
ulang tahun apalagi mendapat kejutan”
“Selain itu ada tidak kenangan berlibur bersama keluarga?”
“Waaah pasti susah dilupakan ya kenangan indahnya mas”
“Coba mas bayangkan jika mas meninggal, ayah ibu dan adik mas kira-kira
bagaimana perasaannya?”
“Iya benar mas.. pasti sedih dan merasa kehilangan buah hati yaaa… apalagi
nanti adiknya mas pasti kangen yaaa… kemarin adiknya kesini membawa
makanan kesukaan mas lho… itu buktinya nyata bahwa adik mas sangat sayang
sekali dengan mas ya”
“Setelah ini, mas coba tuliskan 5 kenangan lucu dan 5 kebaikan anggota
keluarga mas yaaa…”
“boleh lebih dari 5 yaaa”
“bagus sekali mas…”
Fase Terminasi:
“Baik mas… semoga pertemuan kita hari ini bermanfaat ya… kira-kira
bagaimana perasaannya saat ini setelah berbincang-bincang dengan saya?”
“jadi tugas mas tadi adalah….? Coba disebutkan? Lalu dipraktikkan lagi ya?”
Bagus sekali… nanti mulai pagi ini dipraktikkan yaaa ,
“daftar yang kemarin dan yang hari ini saya masukkan ke dalam jadwal kegiatan
harian yaaa… mau berapa kali dipraktikkan mas dalam sehari? Boleeh… bagus
sekali mas
Baaik…
Besok kita ngobrol lagi yaaa… besok saya ingin tahu tentang hal lain lagi…
tempatnya di taman lagi atau di ruang baca? “
“jam berapa mas?... baik besok bertemu kembali ya”
“assalamualaikum….
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Strategi Pelaksanaan Resiko Bunuh Diri. Diunduh pada tanggal 18
Maret 2015 dari alamat web:
http://ahlinyajiwa.blogspot.com/2013/02/strategi-pelaksanaan-resiko-
bunuh-diri.html
Captain, C. (2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy, Volume
6(3).
Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP & SP) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC.
Stuart, G. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama