Anda di halaman 1dari 28

Asuhan Keperawatan

Pada Klien dengan


Gangguan Sistem Integumen

Program Studi Ilmu Keperawatan


Univ. INDONUSA Esa Unggul
Dermatitis Atopik
 Peradangan kulit yang melibatkan
perangsangan berlebihan (alergi)
 Melibatkan limfosit dan sel mast
 Histamin dari sel mast menyebabkan rasa
gatal dan eritema
 Sering dijumpai pada bayi, anak terkadang
menetap sampai dewasa
Dermatitis Atopik
 Gambaran klinis
 Eritema disertai lesi krusta dan basah pada bayi,
lesi sering muncul diwajah dan bokong pada anak
yang lebih tua
 Remaja lebih sering muncul ditangan dan kaki,
dibelakang lutut dan dilipat siku
 Pruritus hebat
Dermatitis Atopik
 Penatalaksanaan
 Hindari dari iritan atau alergan
 Pemberian antihistamin untuk mengontrol rasa
gatal
 Kompres dingin untuk mengurangi peradangan
 Steroid topical dosis rendah
Dermatitis Kontak

 Peradangan kulit akut atau kronik akibat


terpapar dengan iritan atau alergen
 Lokasi dermatitis sesuai dengan tempat
terpapar/pajanan
 Respon hipersensitif tipe IV (bersifat lambat
< 24 jam dari kejadian)
Dermatitis Atopik
 Gambaran klinis
 Adanya papul, eritema & vesikel basah didaerah
kontak. Vesikel pecah dan membentuk krusta.
Pruritus mungkin sangat hebat
 Penatalaksanaan
 Identifikasi penyebab dermatitis
 Kompres dingin untuk kurangi peradangan
 Terapi anti inflamasi topikal jangka pendek
seperti steroid untuk hentikan radang
Selulitis
 Infeksi lapisan dermis atau subcutaneus oleh
bakteri
 Biasa terjadi setelah luka atau gigitan di kulit
 Biasanya disebabkan oleh streptococcus
phyogenes
 Komplikasinya bisa menyebabkan gangrene,
abses menyebar dan sepsis
Selulitis
 Gambaran klinis
 Daerah kemerahan membengkak di kulit serta
terasa hangat dikulit serta terasa hangat dan nyeri
bila dipegang
 Penatalaksanaan
 Antibiotik sistemik
Herpes Zoster
 Disebabkan oleh virus varicella
 Terjadi pada pasien dengan penurunan
imunitas seperti leukemia, lymphoma, AIDS
 Tzank’s Smear untuk mengetahui
“multinucleated giant cell”
Herpes Zoster
 Gambaran klinis
 Vesikel berbentuk unilateral sepanjang saraf kranial &
spinal melalui dermatom saraf
 Adanya nyeri, gatal, & hepersyhsia
 Dapat berkembang menjadi krusta & ulcer disuperficial
membran mukosa
 Penatalaksanaan
 Acyclovir (Zovirax) anti virus
 Kompres dingin untuk mengurangi nyeri
 Cegah infeksi tambahan
Herpes Simplex
 Disebabkan oleh virus herpes simplex
 Vesikel yang terbentuk diikuti oleh perasaan
terbakar dan gatal
 Eksudat jernih diikuti krusta
 Biasanya di daerah hidung, pipi, leher,
telinga, dan genitalia
Herpes Simplex
 Penatalaksanaan
 pemberian topikal anastesi dan nyeri
 Acylclovir (anti virus)
 Hindari dari matahari
 Tingkatkan kebersihan diri
 HIndari kontak pada daerah luka
Pressure Ulcers
 Lesi pada kulit disebabkan oleh tekanan terus
menerus menyebabkan kerusakan jaringan dasar
 Terjadi umumnya pada area tubuh yang mendapat
tekanan lebih besar dari BBpada tulang yang
menonjol
 Berkembang ketika jaringan lunak (kulit,
jar.subcutaneus, otot) ditekan antara tulang menonjol
dan permukaan keras dalam waktu yang lama
 Periode waktu sebelum terjadi kerusakan jaringan
bervariasi antara setiap klien
 Pasien yang dilemahkan dapat mengalami kerusakan
jaringan permanen dalam waktu 2 jam
Pressure Ulcers
 Malnutrisi merupakan faktor risiko utama
 Faktor yang dapat diidentifikasi dengan
pengkajian :
 Sensori persepsi
 Kelembapan
 Aktivitas
 Mobilitas
 Nutrisi
 Friksi
Patofisiologi Pressure Ulcers
Tekanan terus menerus pada jar. Lunak antara tulang meninjol dan permukaan keras

Menekan kapiler-kapiler dan menghambat pembuluh darah

Bila tekanan berakhir Bila tekanan berlanjut,


(rebound cappilary dilatation), mikrotrombin dibentuk pada kapiler
kerusakan tidak terjadi dan menyumbat aliran darah

Nekrotik area

Infalamasi
Penatalaksanaan Pressure Ulcers
 Managemen nutrisi
 Managemen beban jaringan
 Spesial low pressure beds
 Perawatan luka ulcer
 Monitoring Healing
jika tidak sembuh dalam 2 minggu dengan
nutisi adekuat, pengurangan tekanan, daily
cleaning, dressing pertimbangkan untuk
topical antibiotik
Pressure Ulcer Degree
 Derajat I
 Derajat II
 Derajat III
 Derajat IV
Sindrom Stevens-Johnson
 Definisi
Sindrom yang yang mengenai kulit, selaput
lendir di orifisium, dan mata dengan KU
bervariasi dari ringan sampai berat, kelainan
pada k ulit berupa eritema, vesikal/bula, dapat
disertai purpura
Sindrom Stevens-Johnson
 Etiologi
 Alergi Obat (penisilin & semisintetiknya,
streptomisin, sulfonamide, tetrasiklin,
antipiretik/analgesik(e.g. derivate
salisil/pirazolon, metamizol, metapiron,
parasetamol), klorpomasin, karbamazepin, klinin,
antipirin, tegretol dan jamur
 Infeksi
 Keganasan
 Dll.
Patogenesis
Dasar patogenesis, hipersensitivitas tipe III dan IV
 Reaksi tipe III
Terbentuknya kompleks antigen-antibody mikro presipitasi

Mengkativasi sist. Komplemen C 657 (kemotaksis leukosit)

Menarik neutrofil dari sirkulasi akumulasi neutrofil

Melepaskan lisosim leukosit

Kerusakan jaringan pada organ sasaran


Patogenesis
Dasar patogenesis, hipersensitivitas tipe III dan IV

 Reaksi tipe IV
Limposit T yang tersensilitasi berkontak kembali
dengan antigen yang sama

Limfokin dikeluarkan reaksi peradangan


Sindrom Stevens-Johnson
Gejala Klinis
 KU bervariasi dari ringan sampai berat
 Pada kondisi berat kesadaran menurun,
penderita dapat soporus s/d koma
 Mulainya penyakit akut : demam tinggi,
malaise, nyri kepala, batuk pilek dan nyeri
tenggorokan
 Adanya trias kelainan: kelainan kulit, mata,
dan selaput lendir di orifisium
Sindrom Stevens-Johnson
Gejala Klinis
 Kelainan kulit
 Eritema
 Vesikel dan bulla (dapat pecah menjadi erosi yang luas dan
purpura)
 Kelainan selaput lendir
 Mukosa bibir (100%), biasanya krusta hitam yang tebal
 Lubang alat genitalia (50 %)
 Lubang hidung dan anus (8% dan 4 %)
 Di faring, traktus respiratorius bag. Atas dan esophagus
 Stomatitis
 Kelainan berupa vesikel dan bula dapat pecah erosi,
eksoriasi dan krusta kehitaman
Sindrom Stevens-Johnson
Gejala Klinis
 Kelainan mata
 80 % diantara semua kasus
 Konjungtivitis purulen
 Perdarahan
 Ulkus kornea
 Iritis
 Pemeriksaan laboratorium
 Tidak khas
 Leokositosis Infeksi
 Eusinofilia Alergi
Sindrom Stevens-Johnson
Penatalaksanaan
 Jika KU baik, lesi tidak menyeluruh prednisolon 30-40
mg/hari
 Jika KU buruk, lesi menyeluruh kortikosteroid (life
saving)
 Deksametason IV dosis permulaan 4-6 x 5 mg
 Setelah 2-3 hari dan keadaan membaik dosis diturunkan 5
mg/hari
 Diganti dengan kortikosteroid, prednisolon 20 mg lalu 10 mg
 Antibiotik siprofloxasin 2x400 mg IV, klindamisisn 2x600
mg IV, Gentamisisn 2x80 mg
 Keseimbangan cairan dan elektrolit
 Diet rendah garam dan tinggi protein
 Terapi topical untuk lesi dimulut dan dikulit
Diagnosa Keperawatan
 Kerusakan integritas kulit b.d kulit kering
 Resiko kerusakan kulit b.d terekpos alergen
 Gangguan rasa nyaman b.d penanggulangan pruritus
inadekuat
 Resiko infeksi b.d eksoriasi kulit, penurunan
pertahanan tehadap virus, jamur, organisme
staphylocoocus
 Gangguan citra tubuh b.d lesi tubuh, respon
signifikan dari orang lain terhadap penampilan diri
Referensi

Black & Mattasin. 2005. Medical Surgical Nursing, Clinical Management


For Continuity Of Care, Seventh Ed. Philadelphia: W.B Saunders
Company
Gould, B.E. 2006. PATHOPHYSIOLOGI for Health Professions. Third Ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Polaski & Tatro. 2006. Luckmann’s Core Principles and Practie of Medical
Surgical Nursing. Third Ed. Philadelphia: W.B Saunders Company
SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai