Anda di halaman 1dari 17

1

2
3
PEDOMAN PELAYANAN BEDAH

BAB I

DEFINISI
A. Operasi adalah suatu tindakan pembedahan pada suatu saat organ tubuh, yang memiliki resiko
tinggi, menggunakan peralatan / instrumen steril terbagi menjadi :
1. Operasi Cito adlah suatu tindakan bedah yang dilakukan dengan tujuan live saving pada
seorang pasien yang berada dalam keadaan darurat.
2. Operasi elektif adalah suatu tindakan bedah yang dilakukan terjadwal dengan persiapan dan
dilakukan pada pasien dengan kondisi baik, bukan gawat darurat.
3. Operasi one day care surgery (ODCS) adalah tindakan pembedahan dimana pasien datang dan
pulang pada hari yang sama (tidak menginap).
B. Durasi operasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Emergensi : Prosedur yang mengancam nyawa atau tungkai dan harus dikerjakan
dalam 30 menit
2) Prioritas : Prosedur yang harus dikerjakan dalam 30 menit sampai 4 jam
3) Urgent : Prosedur yang harus dikerjakan dalam 4 jam sampai 24 jam
4) Non-urgent : Prosedur yang bisa dikerjakan setelah 24 jam.
C. Kamar Operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan pembedahan,
baik elektif maupun akut, yang membutuhkan keadaan suci hama (steril).
D. Tekhnik Aseptik - Antiseptik
Adalah tindakan yang dilakukan dengan cara menghambat atau menghancurkan tumbuhnya
organisme dalam jaringan.
E. Dokter spesialis kelompok bedah adalah dokter spesialis yang memberikan pelayanan pembedahan
sesuai dengan kewenangan klinis yang telah ditetapkan oleh keputusan direktur RS Cibitung Medika
serta memiliki STR dan SIP.
F. Perawat Asisten Bedah adalah seorang perawat yang membantu tugas dokter bedah memiliki
keterampilan dan kemapuan menjadi asisten dokter bedah, memiliki pengetahuan tentang
pembedahan dan telah mengikuti pelatihan dasar perawat bedah.
G. Implant adalah suatu peralatan medis yang dibuat untuk menggantikan struktur da funsgi suatu
bagian tubuh. Implant terbuat dari bahan biomedis seperti titanium, silicon atau bahan lain sesuai
fungsinya.Pada kasus tertentu implant mengandung perangkat electronic seperti jantung buatan.
Pada bidang orthopedic impant adalah perangkat yang ditempatkan sebagai pengganti tulang untuk
penyangga fraktur, dapat ditempatkan di dalam tubuh pasien ataupun diluar tubuh pasien.
Penggunaan implant pada tindakan operasi harus memperhatikan hal berikut ini :
a. Pemilihan implant yang digunakan harus sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
b. Perusahaan implant harus memenuhi kualifikasi sesuai dengan standar dan memiliki izin resmi
dari Kementrian Kesehatan.

4
BAB II

RUANG LINGKUP

Rumah Sakit Cibitung Medika memnerikan pelayanan pembedahan untuk memenuhi kebutuhan pasien
bedah , tersedia selama 24jam (termasuk pelayanan ke gawat daruratan). Panduan pelayanan bedah ini
bertujuan untuk mewujudkan pelayanan pembedahan yang berkualitas, optimal dan profesional, berlaku
di seluruh area pelayanan yang memberikan pelayanan pembedahan. Panduan ini berlaku untuk semua
jenis tindakan pembedahan di seluruh area pelayanan di rumah sakit cibitung medika.Panduan ini
diterapkan kepada semua dokter bedah dan asisten bedah yang akan menangani pasien dalam suatu
prosedur bedah.

Jenis pelayanan bedah yang dapat dilakukan di rumah sakit cibitung medika, yaitu:

a. Pelayanan bedah umum :

- Eksisi - Laparatomy - Kolesistectomy

- Insisi - Exspolasi -
Kolostomy

- Apendictomy - Debridement - Papiloma

- Herniotomy - Amputasi - Biopsi

- Ishimolobectomy - Hidrocelectomy - Kristectomy

- Hemoroidectomy - Vistulectomy

b. Pelayanan bedah syaraf :

- Craniotomy

- VP Shunt

- Biopsi

- Laminectomy

- Craniectomy

c. Pelayanan bedah mata :

- Katarak (Pheco /SICS)

- Pterigium

- Kalazion

d. Pelayanan bedah THT :

- Tonsilectomy

- Turbinectomy

- Eksisi

- Biopsi

- CWL

5
- Thrakeostomy

e. Pelayanan bedah orthopedic :

- Dembridmen

- Biopsi

- Wire

- Orif

- Aff Plant

- Amputasi

- Gips

f. Pelayanan urologi :

- URS

- Open Ginjal

- Sirkumsisi

- TURP

- Hidrocelectomy

- Nefrectomy

Pelayanan yang tidak bisa dilakukan di RS.Cibitung Medika :

- SWL

- Endoscopy

- Laparascopy

- Spine

- Bedah mulut

- TKR (Total Knee Replacement)

- THR (Total Hip Replacement)

- Cardioplasty

- Lobectomy

- THoractomy

BAB III

6
TATA LAKSANA

A. ALUR PELAYANAN PASIEN BEDAH


PASIEN

IGD
POLI

RANAP

ODC

ELEKTIF
RANAP

CITO

B. PELAYANAN PRA BEDAH


1. Setiap tindakan bedah harus direncanakan berdasarkan hasil asesmen dan dikomentasikan
dalam rekam medis.
2. Asesmen prabedah dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan bedah / operasi oleh dokter
spesialis bedah.
Hasil asesmen prabedah , meliputi :
a. Hasil pemeriksaaan pasien : anamnesis, pemeriksaan fisik dan data pemeriksaan
penunjang
b. Diagnosis pra operasi / prabedah
c. Rencana tindakan operasi dengan rencana waktu pelaksanaannya
d. Nama dokter bedah
3. Edukasi kepada pasien dan atau keluarga atau pihak lain yang berwenang yang memberikan
keputusan meliputi :
a. Resiko operasi
b. Manfaat tindakan operasi
c. Kemungkinan komplikasi dan dampak yang terjadi pada saat tindakan operasi
d. Pilihan operasi atau opsi non operasi yang tersedia
e. Resiko dan alternative jika dibutuhkan darah atau produk darah
4. Penandaan lokasi operasi oleh dokter bedah sesuai prosedur yang berlaku
5. Penerapan surgical safety ceklist sesuai standar WHO terdiri dari 3 fase:

7
a. Sign in dilakukan sebelum induksi anestesi
b. Time out dilakukan sebelum insisi kulit
c. Sign out dilakukan sebelum pasien keluar dari kamar operasi
C. PELAYANAN PASCA BEDAH
1. Catat semua informasi yang terkait selama operasi segera setelah opeasi selesai sebelum
pasien dipindahkan ke ruang perawatan selanjutnya. Pencatatan dilakukan pada lembar
laporan operasi. Pencatatan pada laporan operasi harus meliputi hal berikut:
a. Diagnosis pra bedah
b. Diagnosis pasca bedah
c. Nama dokter bedah / operator
d. Nama asisten bedah
e. Tindakan operasi yang dilakukan beserta uraian operasi / rincian temuan
f. Komplikasi saat operasi yang dilakukan beserta uraian operasi /rincian temuan
g. Jenis specimen yang diambil dan dikirim untuk diperiksa
h. Jumlah kehilangan darah
i. Jumlah darh yang masuk lewat transfusi
j. Nomor pendaftaran/ sticker dari alat yang dipasang (implant)
k. Tanggal , waktu, nama dan tanda tangan dokter bedah
2. Asuhan pasca beda / pasca operasi harus direncanakan dan dicatat dalam rekam medis pasien
meliputi :
a. Rencana asuhan pasca operasi oleh DPJP atau dokter yang menerima delegasi
b. Rencana asuhan keperawatan
c. Rencana asuhan lain, seperti ahli gizi, rehabilitasi medik
d. Rencana asuhan pasca bedah harus dicata di rekam mdis pasien dalam waktu 24jam
setelah operasi.

D. PENANDAAN LOKASI OPERASI (SITE MARKING)


1. Penandaan lokasi operasi harus dilakukan sebelum pasien dibawa ke kamar operasi , dapat
dilakukan di ruang perawatan , IGD, poliklinik rawat jalan atau ruang persiapan pasien di IBS.
2. Penandaan lokasi dilakukan jika melibatkan dua sisi (perbedaan kiri dan kanan), kerusakan kulit
yang samar, struktur multiple (seperti jari tangan dan jari kaki) atau macam - macam tingkatan
( tulang belakang).
3. Penandaam dibuat dengan melibatkan pasien pada saat pasien terjaga / sadar dan melibatkan
keluarga pasien.
4. Tanda lokasi operasi adalah bentuk lingkaran diatas lokasi operasi sedekat mungkin ke lokasi
sayatan.
5. Penandaan lokasi operasi dilakukan dengan spidol permanen yang tidak mudah terhapus, tetap
terlihat sampai saat akan dilakukan persiapan kulit dan drapping.
6. Petugas yang melakukan penandaan lokasi operasi adalah DPJP bedah yang akan melakukan

8
prosedur dan atau perawat bedah yang akan terlibat dalam pelaksanaan prosedur operasi.
7. Untuk operasi mata tunggal, tanda lingkaran kecil harus dilakukan di atas alis mata yang akan
dilakukan tindakan. Pengecualian adalah untuk prosedur yang direncanakan pada kedua mata.
8. Prosedur penandaan dilakukan pada semua pasien operasi.
9. Dalam kasus -kasus dimana tidak dilakukan penandaan, alasan harus dapat dijelaskan dan
dipertanggungjawabkan. Sedapat mungkin penandaan harus melibatkan pasien untuk
menghindarkan kekeliruan. Meskipun jarang, pasien boleh menolak penandaan setelah
dijelaskan maksud dan tujuannya. Penandaan harus dibuat menggunakan surgical marking pen
yang tidak hilang dicuci saat preparasi lapangan operasi. Untuk pasien dengan warna kulit
gelap, boleh digunakan warna selain hitam atau biru gelap (biru tua) agar pena terlihat jelas ,
misalnya warna merah. Pada kasus kasus seperti operasi spinal, dapat dilakukan proses dua
tahap yang meliputi penandaan preoperatif per level spinal (yang akan dioperasi) dan
interspace spesifik intraoperatif menggunakan radiographic marking.

E. CEKLIST KESELAMATAN PASIEN (SURGICAL SAFETY CHEKLIST)


Rumah sakit telah menerapkan proses time-out menggunakan surgical ceklis ( Surgical safety
checlist dari WHO terkini pada tindakan operasi termasuk tindakan medis invasif Ceklist
keselamatan pasien dilakukan pada operasi yang memasukan sekurang-kurangnya prosedur yang
menginvestigasi dan atau mengobati penyakit dan kelainanpada tubuh manusia dengan cara
menyayat, membuang, mengubah atau menyisipkan kesempatan diagnostik /terapeutik.
1. Persiapan sebelum tindakan :
a. Tanyakan kembali kepada pasien : nama / identitas pasien, no.RM atau tanggal lahir,
pastikan identitas pasien sesuai dengan yang tertulis pada gelang identitas pasien.
b. Dokter atau petugas yang akan terlibat dalam pelaksanaan tindakan melakukan
penandaan lokasi / site marking
c. Tanyakan atau libatkan pasien untuk verifikasi kebenaran lokasi operasi bila pasien dalam
keadaan sadar atau meamstikan lokasi operasi berdasarkan rekam medis dan hasil
pemeriksaan penunjang pasien (misalnya hasil rontgen, ct scan, MRI dll).
d. Tanyakan kepada pasien (bila pasien sadar), pastikan pasien telah diinformasikan
sebelumnya dan mengerti tentang rencana tindakan pembedahan yang akan dilakukan.
e. Pastikan bahwa pasien atau keluarga telah menandatangani surat persetujuan operasi /
informed consent.
f. Cek apakah peralatan, obat-obatan serta alkes sudah disiapkan dan apakah peralatan
tersebut berfungsi dengan baik.

g. Tanyakan kepada pasien apakah pasien memiliki riwayat alergi


h. Cek pemasangan akses intra vena (infuse) serta ketersediaan cairan bila dibutuhkan.
2. Time out sebelum tindakan dimulai :
a. Pastikan dokter dan perawat asisten yang akan melakukan tindakan sudah ada

9
b. Dokter dan perawat memperkenalkan diridan perannya masing-masing
c. Verifikasi ulang apakah nama pasien, rencana tindakan yang akan dilakukan serta area /
lokasi operasi sudah benar.
d. Tampilkan hasil rontgen yang diperlukan dan pastikan posisi foto tidak terbalik
e. Cek apakah instrument yang akan digunakan telah benar steril
f. Cek apakah alat bedah yang digunakan berfungsi dengan baik
3. Bila dalam proses time out belum sempurna, anggota tim operasi dapat menghentikan
prosedur itu. Semua anggota tim mempunyai tanggung jawab untuk bicara jika mereka
mempunyai informasi yang dapat mempengaruhi keselamatan pasien. Prosedur belum dapat
dimulai bila masalah belum terpecahkan.
4. Setelah tindakan selesai :
a. Cek apakah perhitungan jumlah instrument, kassa dan jarum yang terpakai telah sesuai
b. Apakah specimen / sample jaringan telah diberi label identitas pasien
c. Apakah ada permasalahan pada peralatan yang perlu dilaporkan

F. PELAYANAN PASIEN DENGAN IMPLANT


1. Implant adalah suatu peralatan medis yang dibuat untuk menggantikan struktur dan fungsi
suatu bagian biologis.
2. Dokter bedah harus merencanakan terlebih dahulu jenis implant yang dibutuhkan pasien
3. Pastikan ketersediaan implant sebelum operasi sesuai dengan kebutuhan pasien
4. Siapkan implant yang dibutuhkan sebelum operasi dalam kondisi steril, cek tanggal kadaluarsa
dari setiap implant yang akan digunakan.
5. Cek ulang ketersediaan implant pada fase time out prosedur surgical safety ceklist
6. Bila terjadi kejadian yang tidak diharapkan terkait implant atau terjadi mal fungsi implant
sesuai dengan standar / aturan pabrik, maka harus dibuatkan pelaporan secara tertulis sesuai
dengan prosedur yang berlaku
7. Beri edukasi dan intruksi yang terkait dengan implant setelah operasi dilaksanakan
8. Implant yang dipasang pada tubuh pasien, harus tercatat dalam dokumen rekam medis, bias
dengan menempel sticker implant atau dicatat langsung pada laporan operasi.
9. Implant yang dipasang pada tubuh pasien harus dapat dilakukan penelusuran jika terjadi
penarikan kembali (recall) terhadap implant / alat.
10. Pemilihan implant yang digunakan harus berdasarkan peraturan perundang-undangan telah
memiliki izin edar dari Kemenkes RI, serta termasuk dalam daftar jenis alat implant
yangdigunakan di RS Cibitung Medika ( terlampir).

G. MANAGEMENT TIM BEDAH


1. Rekomendasi standar :

10
a. Kostum bedah harus terbuat dari bahan yang ringan dan memungkinkan untuk bernafas.
Kostum tidak terbuat dari kapas karena kapas mudah terbakar dan memiliki banyak pori
yang bisa dilewati mikroorganisme.
b. Sepatu proteksi harus tertutup bagian depannya, bertumit rendah, bersol antiselip, dan
dibersihkan secara berkala.
c. Sebelum memegang kostum bedah atau memasuki tempat kostum bedah, semua
personel harus mencuci tangan dengan sabun dan aair, antiseptik dan air atau antiseptic
hand rub.
d. Kostum bedah harus diganti setiap harinya atau setiap kali terkontaminasi atau basah. Bila
kostum terdiri dari 2 bagian, atasan harus selalu dimasukan ke dalam bawahan dan ukuran
harus pas
e. Semua personel harus menutupi kepala dan rambut muka
f. Dalam kasus kasus tertentu yang beresiko terciprat (misalnya kasus trauma), tim bedah
harus mengenakan alat-alat proteksi tambahan.
g. Masker harus menutupi seluruh bagian mulut dan hidung
h. Kostum bedah harus di laundry di fasilitas laundry yang terakrditasi
i. Seluruh personel harus menerima edukasi dan pengarahan perihal kostum bedah ini

2. Beberapa prinsip penggunaan sarung tangan :


a. Sarung tangan harus menjadi barrier yang efektif terhadap material infeksius, termasuk
darah dan cairan tubuh
b. Sarung tangan harus diganti setiap habis kontak dengan pasien atau setiap sarung tangan
tersebut rusak
c. Sarung tangan tidak boleh dicuci atau di reuse
d. Untuk prosedur invasif, tenaga kesehatan harus memakai dua lapis sarung tangan, satu di
atas yang lain.

H. SEPULUH PRINSIP PELAYANAN BEDAH


a. Prinsip pertama
1) Mengidentifikasi pasien dengan pasien sendiri (atau caregiver), label dan
informedconsent (tidak hanya nama, tetapi juga tanggal lahir, alamat, dan nomer induk
pasien), bagian (sisi) tubuh yang akan dioperasi, dan mencek rekam medis pasien dan
hasil radiologi.

11
2) Identifikasi dilakukan ketika prosedur akan dijadwalkan, ketika perawatan pasien
dipindahtangankan/ditransfer, sebelum pasien memasuki kamar operasi/tindakan, dan
sebelum dilakukan induksi anestesi.
3) Menandai bagian tubuh (sisi) yang akan dioperasi.
4) Penandaan harus dilakukan oleh dokter bedah atau diwakilakn oleh orang yang pasti
hadir dalam ruang operasi saat insisi.
5) Penandaan harus dilakukan saat pasien sadar agar pasien bisa dilibatkan untuk
konfirmasi atau jika tidak memungkinkan dapat diwakilkan oleh caregiver.
6) Penandaan harus jelas dengan spidol / penanda permanen, bisa dengan memberikan
tanda lingkaran
7) Melakukan time-out atau surgical pause sesaat sebelum insisi.
Dokter bedah menyatakan dengan jelas nama pasien, jenis operasi yang akan
dilakukan, dan sisi lokasi yang akan dioperasi. Perawat dan penata atau dokter anestesi
harus mengkonfirmasi bahwa informasi yang dinyatakan benar.

b. Prinsip Kedua
1) Penata / dokter anestesi mengecek kelengkapan peralatan anestesi yang meliputi:
a) Mesin atau apparatus yang mensuplai gas,uap,anestesi lokal, atau intravena untuk
menginduksi maupun mempertahankan anestesi.
b) Alat-alat yang diperlukan untuk patensi jalan napas
c) Mesin monitor yang diperlukan untuk evaluasi kontinyu pasien
2) Pengecekan ini dilakukan setiap harinya diawal hari operasi, sebelum melakukan
setiap tindakan anestesi, dan setelah setiap adanya perbaikan atau pemeliharaan, atau
setiap pembelian alat baru.
3) Penata / dokter anestesi memastikan oksimeter denyut sudah terpasang dengan baik
pada pasien.
4) Penyediaan suplai dan pemeliharaanmesin, perlengkapan anestesi ,dan obat-obatan
anestesi adalah tanggung jawab pihak manajemen rumah sakit.

c. Prinsip Ketiga
1) Semua pasien harus dievaluasi jalan napasnya sebelum induksi anestesi, untuk menilai
potensial bahaya.
2) Penata/dokter anestesi harus memiliki strategi penanganan jalan napas dan
siapmelakukannyapadasaat-saatyangdiperlukan.
3) Apabila ditemukan kasus sulit jalan napas, harus tersedia asisten (atau orangkedua) untuk
segera membantu dan harus selalu ada rencana back up, seperti anestesi regional atau
intubasi sadar di bawah pengaruh anestesilocal.

12
4) Seluruh penata/dokter anestesi harus terus mempertahankan dan meningkatkan
kemampuannya dalam hal tatalaksana jalannapas, terutama untuk kasus-kasus sulit.
5) Setelah intubasi, penata/dokter anestesi harus selalu mencek penempatan ETT dengan
mendengarkan suara napas yang simetris dan ventilasi lambung, serta memantau
oksigenasi pasien dengan oksimeterdenyut.
6) Pasien yang akan menjalani operasi elektif harus dipuasakan dan untuk pasien yang
berisiko aspires harus diberikan obat untuk mengurangi sekresi lambung dan
meningkatkan pH.
d. PrinsipKeempat
1) Sebelum induks ianestesi, penata/dokter anestesi harus mempertimbangkan kemungkinan
kehilangan darah massif dan bila hal itu termasuk berisiko, harus dipersiapkan secara
matang. Bila risiko tidak diketahui, penata / dokter anestesi harus mengkomunikasikan
hal ini dengan dokter bedah sehubungan dengan kemungkinan terjadinya.
2) Sebelum insisi kulit, tim bedah harus mendiskusikan tentang risiko kehilangan darah masif
ini dan memastikan akses intravena yang adekuat untuk mengatasinya
3) Seorang anggota dari tim bedah sebaiknya mengkonfirmasi ketersediaan darah jika
sewaktu-waktu diperlukan selama operasi berlangsung
e. Prinsip Kelima
1) Penata / dokter anestesi harus sepenuhnya memahami farmakologi obat-obatan yang ia
berikan, termasuk toksisitasnya
2) Setiap pasien yang akan diberikan obat, sebelumnya harus diidentifikas secara jelas dan
eksplisit oleh orang yang akan memberikan obat
3) Identifikasi meliputi riwayat penggunaan obat yang jelas, informasi mengenai alergi
dan reaksi hipersensitivitas lainnya
4) Obat-obatan harus berlabel ( mencakup nama obat, konsentrasi, tanggal kadaluwarsa )
dan harus diperiksa kesesuaiannya dengan dicek ulang sebelum pemberian, terlebih yang
akan dimasukkan kedalam jarum suntik
5) Sebelum setiap pemberian obat, harus dikomunikasikan agar terjadi kesesuaian
pemahaman mengenai indikasi, kontraindikasi, dan informasi lainnya yang relevan
6) Harus dipastikan tidak ada kesalahan pemberian obat baik karena tertukar atau nama
yang mirip atau kemasan yang serupa. Obat-obatan yang berbahaya sebaiknya
dipisahkan tempat penyimpanannya dan disusun secara sistematik
7) Setiap kesalahan pemberian obat yang terjadi selama anestesi harus dilaporkan dan
dibahas
f. Prinsip Keenam
1) Antibiotik profilaksis harus diberikan secara rutin pada kasus bedah yang memiliki
kemungkinan terkontaminasi dan dipertimbangkan pada kasus bedah tanpa kontaminasi
2) Pemberian antibiotic profilaksis dalam kurun waktu 1 jam sebeluminsisi dilakukan dan
diberikan dalam dosis yang sesuai untuk patogen yang biasa mengkontaminasi prosedur

13
tersebut
3) Sebelum insisi kulit, tim bedah harus mengkonfirmas ipemberian antibiotik profilaksis
tersebut sudah dilakukan pada 1 jam sebelumnya. Untuk pemberian vancomycin, infus
harus sudah selesai / rampung sekurang- kurangnya 1jam sebelum insisi dilakukan
4) Harus ada system sterilisasi rutin untuk semua peralatan bedah dengan indikator yang
dapat diperiksa sebelum alat-alat diletakkan pada tempat- tempat steril.
5) Sebelum dilakukan induksi anestesi, perawat yang bertanggung jawab untuk menyiapkan
tempat alat-alat bedah harus mengkonfirmasi sterilitas alat-alat dengan mengevaluasi
indikator dan harus memberitahukan kepada dokter bedah dan penata/dokter anestesi
bila terjad imasalah
6) Pemberian dosis ulang antibiotik profilaksis harus dipertimbangkan bila prosedur bedah
memerlukan waktu lebih dari 4 jam atau jika ada bukti perdarahan masif intraoperatif.
Bila digunakan vancomycin, tidak diperlukan pemberian dosis ulang kecuali prosedur
bedah memerlukan waktu lebih dari 10 jam
7) Antibiotik profilaksis harus distop dalam 24 jam setelah operasi
8) Rambut tidak harus dipotong kecuali akan mengganggu tindakan operasi.
9) Bila diperlukan, pemotongan harus dilakukan dalam waktu 2jam sebelum operasi .
10) Pencukuran tidak dianjurkan karena meningkatkan risiko infeksi
11) Pasien bedah harus mendapatkan oksigen operasi sesuai kebutuhan masing-masing
12) Suhu tubuh harus dipantau dan dipertahankan normotermia selama perioperatif
13) Seluruh kulit pasien yang akan dioperasi harus dipersiapkan dengan antiseptic yang sesuai
sebelum operasi. Agenantimikroba harus dipilih berdasarkan kemampuannya menurunkan
jumlah mikroba pada kulit dengancepat dan kemanjurannya selama operasi
14) Antiseptik tangan pembedah harus menggunakan sabun antiseptik. Tangan dan lengan
harus digosok 2-5 menit. Bila tangan sudah bersih, dapat menggunakan alcohol untuk
antiseptik
15) Tim bedah harus menutup rambut dan memakai gaun steril dan sarung tangan sterile
mpermeabel ,dan masker selama operasi
16) Rokok sebaiknya distop setidak-tidaknya 30 hari sebelum operasi elektif bila
memungkinkan
17) Penutup steril setelah pembedahan harus dipertahankan di atas luka operasi 24-48 jam
18) Harus dilakukan surveilans aktif untuk infeksi oleh tenaga control infeksi terlatih informasi
yang diperoleh harus dilaporkan kepada dokter bedah dan administrasi yang bersangkutan
19) Perlu dipertahankan aliran udara bertekanan positif didalam kamar operasi
20) Kamar operasi harus dibersihkan dengan seksama setelah kasus-kasus infeks iatau operasi
yang kotor dan setiap akhir dari operasi
21) Perlu dilakukan penyuluhan mengenai kontrol dan pencegahan infeksi setidaknya setahun
sekali berdasarkan kemampuannya jumlah mikroba pada kulit dengan cepat dan
kemanjurannya selama operasi.

14
g. Prinsip Ketujuh
1) Setelah operasi selesai, dokter bedah harus melakukan eksplorasi alat secara berurutan
sebelum menutup kavitas atau lapang operasi
2) Pada awal dan akhir operasi dilakukan penghitungan lengkap (fullcount) kassa, alat-alat
tajam, instrumen (plester, klip, dan lain-lain), terutama bila operas imelibatkan kavitas
peritoneal, retroperitoneal, pelvis, dan toraks
3) Penghitungan dilakukan oleh sekurang-kurangnya 2orang perawat yang sama, atau
dengan alat penghitung otomatis (jika ada)
4) Sebelum penghitungan selesai, tidak boleh mengeluarkan alat dari dalam kamar
operasi,meskipun ada alat yang terjatuh ke lantai
5) Bila karena satu dan lain hal penghitungan terputus, mulai lagi penghitungan dari awal
6) Idealnya hasil penghitungan dicatat dan disertakan dalam status pasien, dapat juga
dilakukan penghitungan menggunakan whiteboard, tetapi hasilnya tetap harus
dicantumkan didalam status pasien
7) Kassa dipak per 5 atau 10. Pak yang ternyata ditemukan tidak sesuai harus ditandai,
dipak ulang, dipindahkan dari lapang steril, dan dipisahkan dari kassalain
8) Jarum jahit dihitung berdasarkan jumlah yang tertera pada kemasan dan harus
diverifikasi. Tidak boleh meletakkan jarum dalam keadaan bebas di atas meja, jarum
harus selalu berada pada alat pemegang jarum (needle holder) atau didalam
kemasannya, atau ditempat jarum/container
9) Semua alat harus dihitung per jenis itemnya. Demikian pula bila ada alat yangrusak
10) Bila terjadi mis kalkulasi, alat yang hilang harus dicari (misalnya dilantai,tong
sampah,kain,tubuh pasien,sekitar pasien,meja operasi, danlain-lain)
11) Bila alat yang hilang masih tidak dapat ditemukan, lakukanX-ray .Demikian pula bila
terjadi kelupaan menghitung harus dilakukan X-ray
12) Alasan tidak dilakukan penghitungan dan hasil X-ray harus disertakan di status pasien
13) Dipertimbangkan penggunaan alat-alat operasi yang bisa terdeteksi X-ray (misalnya
dengan barcode atau radio-label)
h. Prinsip Kedelapan
1. Tim bedah harus mengkonfirmasi bahwa semua specimen bedah dilabel dengan benar
dengan mencantumkan identitas pasien, nama spesimen, dan lokasi asal diambilnya
2. Hal tersebut harus dibacakan dengan jelas oleh salah seorang anggota tim bedah dan
satu orang lainnya mengkonfirmasi/menyetujui
i. Prinsip Kesembilan
1) Sebelum insisikulit, dokter bedah, perawat,dan penata/dokter anestesi harus
menginformasikan hal-hal khusus atau penting yang berbeda dari operasi biasa,seperti
risiko kehilangan darah masif, alat-alat khusus yang akan digunakan,dan
komorbiditaslainnya
2) Untuk kasus-kasus tertentu dimana pencitraan radiologi dibutuhkan, tim bedah harus

15
memastikan peralatan siap sedia
3) Sebelum pasien meninggalkan ruang bedah, dokter bedah harus menginformasikan
anggota tim lainnya mengenai alterasi yang dilakukan, masalah yang mungkin terjadi
pada periode postoperatif dan rencana penatalaksanaannya
4) Penata/dokter anestesi harus menyimpulkan keadaan klinis pasien selama operasi dan
memberitahukan instruksi untuk tatalaksana pasien selanjutnya
5) Harus dibuat laporan pembedahan /laporan operasi dengan sekurang-kurangnya
dokter bedah mencantumkan Diagnosis pasca operasi, Nama dokter bedah dan asisten
– asisten, Nama prosedur bedah, Specimen bedah untuk pemeriksaan, Catatan spesifik
komplikasi atau tidak adanya komplikasi selama operasi, Jumlah kehilangan darah,
Tanggal, waktu, dan tanda tangan dokter yang bertanggung jawab
6) Setiap jaringan/spesimen/benda yang diambil saat tindakan operasi harus diberi label
nama, nomor rekam medis. Khusus untuk spesimen yang akan dikirim untuk
pemeriksaan patologi anantomi, ditambahkan keterangan asal jaringan/ spesimen yang
diambil.
7) Rekam medis pasien harus jelas mencantumkan nama dan nomer pasien di setiap
halamannya, ditulis atau diketik lengkap dengan tanggal dan waktu, objektif atau sesuai
dengan fakta, kontemporer atau dicatat sesegera mungkin tanpa ditunda, mudah
dilacak, asli dan jika ada yang salah segera dikoreksi, setiap perubahan harus
mencantumkan tanggal dan ditandatangani dan menyertakan catatan yang
menjelaskan mengapa perubahan itu terjadi .Sebaiknya dicantumkan pula seluruh
nama anggota tim bedah
j. Prinsip Kesepuluh
Untuk surveilans tingkat rumahsakit, harus mengumpulkan data secara sistematik mengenai
angka mortalitas day-of-surgery,angka mortalitasin- hospital postoperatif, angka infeksi di
situs operasi (surgical site), dan surgical Apgarscore

BAB IV

DOKUMENTASI

Pembuatan Laporan Operasi / Tindakan Bedah :

16
1. Laporan dibuat oleh dokter bedah / operator, baik tindakan bedah dikamar operasi maupun diluar
kamar operasi.
2. Laporan harus tersedia sebelum pasien meninggalkan ruang pulih pasca anestesi / ruang tindakan.
3. Menggambarkan informasi terkait tindakan bedah meliputi :
a. Diagnosis pasca operasi / tindakan
b. Nama dokter bedah dan asisten
c. Nama prosedur bedah
d. Specimen bedah untuk pemeriksaan
e. Catatan spesifik komplikasi atau tidak adanya komplikasi selama operasi
f. Jumlah kehilangan darah
g. Tanggal, waktu, dan tanda tangan dokter yang bertanggung jawab
4. Laporan ditulis / dicatat pada lembar laporan operasi.
5. Rencana asuhan pasca operasi dapat dimulai sebelum tindakan operasi berdasarkan asesmen
kebutuhan dan kondisi pasien serta jenis operasi yang dilakukan .
6. Rencana asuhan pasca operasi juga memuat kebutuhan pasien yang segera
7. Rencana asuhan dicatat direkam medik pasien dalam waktu 24 jam dan diverifikasi DPJP untuk
memastikan kontuinitas asuhan selama waktu pemulihan
8. Rencana asuhan pasca operasi bedah oleh DPJP bila didelegasikan harus dilakukan verifikasi.
9. Rencana asuhan juga dibuat oleh perawat
10. Rencana asuhan operasi oleh PPA lainnya sesuai kebutuhan.

17

Anda mungkin juga menyukai