Anda di halaman 1dari 33

PANDUAN SKILLS LAB

ILMU DASAR KEPERAWATAN I (IDK I)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2013/ 2014

Jl. Dr. Soebandi No. 99 Jember, Telp/Fax. (0331) 483536


E_mail : jstikesdr.soebandi@yahoo.com
TIM PENYUSUN:

Ns. Firdha Novitasari, S. Kep, MM


Andi Eka Pranata, SSt, M. Kes
Ns. Dony Setiawan HP, S.Kep, MM
Ns. Khofi Hadidi, S.Kep
Ns. Zidni NY, S.Kep., MM
Ns. Mahmud Ady Y, S.Kep., MM
Ns. Ahmad Efrizal, S.Kep
Ns. Laili Fatkuriyah, S.Kep
Ns. Sutrisno, S. Kep, M. Kes
Sutrisno, SST, MM
Arief Judi Susilo, S. Kp
LEMBAR PENGESAHAN

Mata Kuliah: Ilmu Dasar Keperawatan I (IDK I)

Bobot SKS: 7 SKS (5 T, 2 L)

Penempatan: Semester I

Jember, 8 Oktober 2013

Penyusun,

TIM FASILITATOR

Menyetujui,

Wakil Ketua I Stikes dr. Soebandi Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Andi Eka Pranata, M.Kes Ns. Mahmud Ady Yuwanto, S.Kep, MM

NIK. 19860922 201201 1 019 NIK. 19851008 202012 1 020

Mengetahui,
Ketua Stikes dr. Soebandi

COURSE STUDY GUIDE (CSG)


Drs. Said Mardijanto, S.Kep, Ns, MM
NIK. 1950302 201108 1 007
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur yang setinggi-tingginya kepada Allah SWT, buku
panduan laboratorium (skills lab) bisa tersusun dengan baik guna menjadikan panduan dalam
proses pembelajaran Ilmu Dasar Keperawatan I (IDK I) di semester I khususnya aktivitas di
laboratorium. Panduan skills lab ini memuat tata etika di laboratorium dan langkah-langkah
dalam melaksanakan kegiatan laboratorium terkait dengan kompetensi yang ingin dicapai,
sehingga akan memudahkan tutor dan mahasiswa untuk menjalani proses laboratory activity.
Di dalam panduan ini sudah tersusun secara sistematis kajian singkat teori dan kajian
aktivitas terkait dengan kompetensi yang ingin dicapai. Kami mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Drs. Said Mardijanto, S.Kep, Ns, MM selaku Ketua Stikes dr. Soebandi Jember yang
mensupport terbitnya panduan skills lab;
2. Andi Eka Pranata, M.Kes selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik dan Kurikulum yang
telah mendampingi selama penyusunan panduan skills lab;
3. Para pakar dalam keperawatan yang telah memberikan masukan kepada tim penyusun
untuk penyempurnaan.
Kami berharap panduan ini mampu membantu tutor dalam menjalankan tugasnya,
sehingga kami akan terus meningkatkan kualitas dari panduan ini berdasarkan kritik dan
saran yang kontributif..

Jember, November 2013

Penyusun
I. PEMERIKSAAN TTV

PENGUKURAN SUHU DI AXILLA / KETIAK

DEFINISI Suatu tindakan untuk mengukur suhu tubuh dengan


menggunakan thermometer aksila

PERSIAPAN Menerangkan prosedur yang akan dikerjakan


PASIEN

1. Termometer bersih dalam tempatnya


PERSIAPAN 2. Tiga botol berisi :
ALAT - botol berisi larutan sabun
- botol berisi larutan lisol 5 % didalamnya diberi alas kain kassa
- botol berisi air bersih, didalamnya diberi alas kain kassa
3. Potongan tissue dalam tempatnya
4. Bengkok
5. Buku catatan
1. Membawa alat-alat kedekat pasien
CARA KERJA 2. Mencuci tangan
3. Mengeringkan ketiak pasien dengan sapu tangan / handuk pasien
4. Memeriksa termometer apakah air raksa sudah turun sampai
reservoir (jika belum turunkan dulu)
5. Menjepit termometer ditengah-tengah ketiak, lengan pasien dilipat
di dada, tangan pasien memegang bahu di sebelahnya sementara
tangan lain menahan siku, sehingga ketiak tertutup rapat.
6. Mengangkat termometer setelah 5 – 10 menit, dibersihkan dengan
tissue dari atas kearah reservoir.
7. Membaca dan mencatat hasil
8. Membersihkan termometer sesuai dengan prosedur
9. Menurunkan air raksa sampai reservoir
10. Mengembalikan ketempat semula
11. Mencuci tangan
1. Pasien harus tenang dan berada di tempat tidur
HAL-HAL YANG 2. Ketiak harus kering dan tertutup rapat
HARUS 3. Tidak boleh ada penghalang antara ketiak dan termometer
4. Sebelum diguakan, periksa air raksa, apakah sudah turun / belum
DIPERHATIKAN
5. Saat menurunkan air raksa harus hati – hati agar tidak terjatuh
atau pecah.
Kozier, E., Erb, G. 2000. Techniques in Clinical Nursing A
REFERENSI Comprehensive Approach. California : Addison Wesley
Company.
Perry,AG., et al. 2005. Buku Saku dan Keterampilan Prosedur Dasar.
Edisi 5. Jakarta : EGC.
PENGUKURAN SUHU DI MULUT

DEFINISI Suatu tindakan untuk mengukur suhu tubuh dengan


menggunakan thermometer oral

PERSIAPAN Menerangkan prosedur yang akan dikerjakan


PASIEN

1. Termometer bersih dalam tempatnya


PERSIAPAN 2. Tiga botol berisi :
ALAT - botol berisi larutan sabun
- botol berisi larutan lisol 5 % didalamnya diberi alas kain
kassa
- botol berisi air bersih, didalamnya diberi alas kain kassa
3. Potongan tissue dalam tempatnya
4. Bengkok
5. Buku catatan
1. Mendekatkan alat kedekat pasien
CARA KERJA 2. Mencuci tangan
3. Menyuruh pasien membuka mulut
4. Meletakkan ujung termometer di bawah lidah pasien dari sudut
mulut
5. Menyuruh pasien mengatupkan mulut rapat-rapat dan bernafas
malalui hidung
6. Mengangkat termometer setelah 3 – 5 menit di lap dengan tisue
dari atas ke arah reservoir
7. Membaca dan mencatat hasilnya
8. Membersihkan termometer sesuai prosedur
9. Mencuci tangan
1. Tidak boleh dilakukan pada pasien tidak sadar atau gelisah
HAL-HAL YANG 2. Sepuluh menit sebelum pengukuran suhu, pasien tidak boleh
HARUS minum atau makan yang panas / dingin (es)
3. Selama termometer dimulut, pasien dilarang bicara
DIPERHATIKAN
4. Berbahaya bila pecah dimulut, pecahannya dapat melukai
selaput lendir mulut dan air raksanya dapat tertelan
6. Tidak boleh dilakukan pada pasien anak-anak / bayi
Kozier, E., Erb, G. 2000. Techniques in Clinical Nursing A
REFERENSI Comprehensive Approach. California : Addison Wesley
Company.
Perry,AG., et al. 2005. Buku Saku dan Keterampilan Prosedur
Dasar. Edisi 5. Jakarta : EGC.

PENGUKURAN SUHU DI ANUS


DEFINISI Suatu tindakan untuk mengukur suhu tubuh dengan
menggunakan thermometer anal

PERSIAPAN Menerangkan prosedur yang akan dikerjakan


PASIEN

1. Termometer bersih dalam tempatnya


PERSIAPAN 2. Tiga botol berisi :
ALAT - botol berisi larutan sabun
- botol berisi larutan lisol 5 % didalamnya diberi alas kain
kassa
- botol berisi air bersih, didalamnya diberi alas kain kassa
3. Potongan tissue dalam tempatnya
4. Bengkok
5. Buku catatan
6. Vaselin
1. Membawa alat-alat ke dekat pasien
CARA KERJA 2. Mencuci tangan
3. Membebaskan pasien yang menutupi bokong
4. Memiringkan pasien
5. Menekukkan kaki pasien sebelah atas ke arah perut
6. Mengoleskan vaselin pada ujung termometer
7. Menyingkap belahan pantat bagian atas dengan tangan kiri
sehingga anus terlihat
8. Memasukkan termometer kedalam anus kira-kira 3 cm
9. Mengangkat termometer setelah 2 – 3 menit, di lap dengan
tissue dari atas kearah reservoir
10. Membaca dan mencatat hasil
11. Merapikan pasien
12. Membersihkan termometer sesuai prosedur
13. Mengembalikan ketempat semula
14. Mencuci tangan
1. Tidak boleh dilakukan pada pasien dengan penyakit kelamin
HAL-HAL YANG dan luka pada anus
HARUS 2. Selama pengukuran pasien harus dijaga :
- Menghindari bahaya pecahnyareservoir
DIPERHATIKAN
- Mempertahankan posisi reservoir selama waktu
pengambilan
Suhu

Kozier, E., Erb, G. 2000. Techniques in Clinical Nursing A


REFERENSI Comprehensive Approach. California : Addison Wesley
Company.
Perry,AG., et al. 2005. Buku Saku dan Keterampilan Prosedur
Dasar. Edisi 5. Jakarta : EGC.

MENGHITUNG DENYUT NADI


DEFINISI Suatu tindakan untuk menghitung denyut nadi

PERSIAPAN Menerangkan prosedur yang akan dikerjakan


PASIEN

PERSIAPAN a. Arloji tangan dengan penunjuk detik


ALAT b. Buku catatan

1. Mencuci tangan
CARA KERJA 2. Mempersilahka pasien berbaring / duduk dengan tenang di
tempat tidur
3. Memegang pergelangan tangan pasien dengan jari telunjuk, jari
tengah dan jari manis untuk meraba nadi
4. Tangan yang lain memegang alat penghitung nadi
5. Menghitung nadi selama setengah menit hasilnya di kalikan
dua (perhatikan isi, irama dan tekanan nadi)
6. Mencatat hasilnya
7. Mencuci tangan
1. Pasien harus tenang
HAL-HAL YANG 2. Dihitung setelah nadi teraba dengan baik
HARUS 3. Pada keadaan tertentu seperti pada penyakit jantung dan
keadaan pasien payah harus dihitung satu menit penuh
DIPERHATIKAN
4. Bila menggunakan Polsteller, harus dipegang tegak lurus,
tabung berisi serbuk bagian atas
Bila ada kelainan harus dilaporkan kepada perawat yang
bertanggung jawab / dokte

Kozier, E., Erb, G. 2000. Techniques in Clinical Nursing A


REFERENSI Comprehensive Approach. California : Addison Wesley
Company.
Perry,AG., et al. 2005. Buku Saku dan Keterampilan Prosedur
Dasar. Edisi 5. Jakarta : EGC.

MENGHITUNG PERNAFASAN
DEFINISI Suatu tindakan untuk menghitung irama pernafasan

PERSIAPAN Menerangkan prosedur yang akan dikerjakan


PASIEN

PERSIAPAN a. Arloji tangan dengan penunjuk detik


ALAT b. Buku catatan

1. Menghitung pernafasan dengan melihat turun naik dada sambil


CARA KERJA memegang pergelangan tangan pasien
2. Menghitung dalam satu menit dan hasilnya di catat
1. Penghitungan pernafasan dilakukan bersamaan dengan
HAL-HAL YANG pengukuran suhu
HARUS 2. Waktu menghitung pernafasan, jangan sampai diketahui pasien
3. Satu kali pernafasan ialah satu kali mengeluarkan napas dan
DIPERHATIKAN
satu kali menarik nafas.
Kozier, E., Erb, G. 2000. Techniques in Clinical Nursing A
REFERENSI Comprehensive Approach. California : Addison Wesley
Company.
Perry,AG., et al. 2005. Buku Saku dan Keterampilan Prosedur
Dasar. Edisi 5. Jakarta : EGC.

MENGUKUR TEKANAN DARAH

DEFINISI Suatu tindakan untuk mengukur besarnya tekanan darah

PERSIAPAN Menerangkan prosedur yang akan dikerjakan


PASIEN

PERSIAPAN 1. Tensimeter
ALAT 2.
Stetoscop
3.
Buku catatan
1.
Lengan baju dibuka / digulung
CARA KERJA 2.
Manset termometer dipasang pada lengan atas dengan pipa
karetnya berada disisi luar lengan
3. Manset dipasang tidak terlalu kuat atau terlalu longgar
4. Pompa tensimeter dipasang
5. Denyut arteri brachialis diraba, lalu stetoscop ditempatkan pada
daerah tersebut
6. Sekrup balon karet ditutup, pengunci air raksa dibuka,
selanjutnya balon dipompa sampai denyut arteri tidak
terdengan lagi dan air raksa di pipa gelas naik
7. Sekrup balon dibuka perlahan-lahan sehingga air raksa turun
perlahan-lahan, sambil memperhatikan turunnya air raksa,
dengarkan bunyi denyutan pertama.
8. Skala permukaan air raksa pada waktu terdengar denyutan
pertama disebut tekanan systole
9. Dengarkan terus sampai denyutan berakhir, skala permukaan
air raksa pada waktu denyutan berakhir disebut tekanan
dyastole
10. Pencatatan hasil dilakukan dengan cara sbb : Systole diatas,
dan Diastole dibawah, misalnya 120/180 dengan satuan mmHg
1. Memasang manset harus tepat diatas permukaan dinding arteria
brachialis
HAL-HAL YANG 2. Menempelkan stetoscop jangan terlalu keras dan
penggunaannya harus betul-betul tepat
HARUS
3. Sebelum menutup tensi meter masukkan dulu air rakra ke
DIPERHATIKAN dalam reservoirnya, manset dan balon disusun pada tempatnya
untuk mencegah pecahnya tabung air raksa.
4. Pada anak-anak digunakan manset khusus
5. Bilamana menggunakan tensi meter elektronik (batery)
penggunaannya sesuaikan dengan petunjuk yang ada secara
tepat dan benar
Kozier, E., Erb, G. 2000. Techniques in Clinical Nursing A
REFERENSI Comprehensive Approach. California : Addison Wesley
Company.
Perry,AG., et al. 2005. Buku Saku dan Keterampilan Prosedur
Dasar. Edisi 5. Jakarta : EGC.

II. PEMERIKSAAN FISIK THORAK

PEMERIKSAAN THORAK PULMO

DEFINISI Suatu tindakan untuk memeriksa kondisi pulmo


1. Berikan salam, panggil klien dengan nama panggilannya
PERSIAPAN 2. Jelaskan tujuan tindakan
PASIEN 3. Beri kesempatan klien untuk bertanya
4. Berikan privasi pada klien
PERSIAPAN ALAT Stetoskop
1. Inspeksi
CARA KERJA a. Kaji bentuk dada. Bentuk dada normal pada dewasa
ditentukan berdasarkan diameter anteroposterior dalam
proporsi terhadap diameter lateral (1 : 2). Bentuk dada yang
biasa didapatkan :
 Bentuk dada thoraks phtisis (panjang dan gepeng)
 Bentuk dada thoraks en betau (thoraks dada burung)
 Bentuk dada emfisematous (barrel chest)
 Bentuk dada thoraks pektus ekskavatus
b. Kaji jenis pernafasan yang digunakan klien
 Pernafasan dada
 Pernafasan perut
 Pernafasan dada dan perut
c. Kaji adanya retraksi
 Retraksi suprasternal
 Retraksi intercosta
 Retraksi supraclavikular
d. Kaji kesimetrisan pergerakan dinding dada
e. Kaji pola nafas
 Eupnea
 Hiperapnea
 Hiperventilasi
 Apnea
 Pernafasan biott
 Pernafasan Cheyne Stokes
 Pernafasan Kussmaul
 Hipoventilasi
 Takipnea
 Bradipnea
 Dispnea
 Ortopnea
f. Kaji gerakan nafas
 Regular
 Irregular
2. Palpasi
a. Kaji kelainan dinding thorax. Catat adanya lesi, nyeri,
bengkak, benjolan, dll.
b. Palpasi ekskrusi pernafasan thorax anterior.
 Letakkan kedua tangan pada dada klien sepanjang tepi
costae, sehingga kedua ibu jari perawat terletak di garis
tengah di atas sternum
 Ketika klien mengambil nafas dalam, kedua ibu jari
tangan harus bergerak secara simetris dan terpisah satu
sama lain minimal 5 cm. ekspansi yang berkurang pada
satu sisi menunjukkan adanya lesi pada sisi tersebut
c. Palpasi ekskrusi thorax posterior
 Letakkan kedua tangan dengan lembut pada dinding
dada dengan jari-jari lurus menempel pada kedua sisi
dada sepanjang proc. Spinalis costae 10. Ibu jari kanan
dan kiri harus bertemu di tengah dan harus agak
terangkat dari dinding dada sehingga dapat bergerak
bebas sesuai irama pernafasan.
d. Palpasi taktil fremitus
 Letakkan sisi ulnar tangan perawat pada thorak klien.
 Minta klien mengucapkan kata “tujuh – tujuh”,
“Sembilan – Sembilan”
 Bandingkan vibrasi pada saat klien berbicara
 Lakukan pemeriksaan ke arah inferior thorax
3. Perkusi
a. Lakukan perkusi thorax.
 Perkusi thorax dimulai dari thorax posterior. Klien
duduk dengan kepala fleksi ke depan dan tanga
disilangkan ke atas pangkuan.
 Perkusi kedua bagian atas bahu, hindari perkusi pada
scapula.
 Lakukan pemeriksaan ke arah inferior thorax
b. Lakukan pemeriksaan ekskrusi diafragma
 Klien dalam posisi duduk.
 Minta klien mengambil nafas dalam dan kemudian
menahannya. Lakukan perkusi pada dinding dada
sepanjang garis midscapular. Catat titik dimana terjadi
perubahan bunyi dari resonan menjadi redup. Titik
dapat ditandai.
 Minta klien menghembuskan nafas dan menahannya.
Lakukan teknik perkusi yang sama. Tandai titik dimana
terjadi perubahan bunyi dari resonan menjadi redup.
 Ukur jarak kedua titik. Ekskrusi maksimal diafragma
umumnya 5 – 7 cm.
4. Auskultasi
a. Letakkan diafragma stetoskop dengan kuat menekan dinding
dada ketika klien bernafas melalui mulut secara perlahan
dan dalam.
b. Bagian dada yang berhubungan diauskultasi dengan
sistematis dari dari apeks ke bagian dasar dan sepanjang
garis midaksila untuk menilai segmen-segmen paru.
c. Urutan auskultasi sama dengan urutan perkusi.
d. Penting untuk mendengarkan dua kali inspirasi dan ekspirasi
penuh pada kedua lokasi anatomi untuk memastikan
interpretasi valid dari bunyi yang didengar.
e. Nafas dalam berulang dapat menimbulkan gejala
hiperventilasi. Gejala ini dapat dihindari dengan meminta
klien istirahat dan bernafas dengan normal satu atau dua kali
selama pemeriksaan.
f. Temuan bunyi nafas normal :
 Bunyi vesikuler; terdengar di hampir seluruh lapang
paru
 Bunyi bronkovesikuler; terdengar di ICS 1 dan ICS 2
thorax anterior serta diantara scapula
 Bunyi bronchial; terdengar di atas manubrium sterni
 Bunyi trakeal; di atas trakea pada leher.
g. Bunyi nafas tambahan :
 Ronchi
 Wheezing
 Krekel
 Rales
 Friction rub
 Bronkofoni
 Egofoni
Kozier, E., Erb, G. 2000. Techniques in Clinical Nursing A
REFERENSI Comprehensive Approach. California : Addison Wesley Company.

Perry,AG., et al. 2005. Buku Saku dan Keterampilan Prosedur Dasar.


Edisi 5. Jakarta : EGC.

PEMERIKSAAN THORAX COR

DEFINISI Suatu tindakan untuk memeriksa kondisi jantung


1. Berikan salam, panggil klien dengan nama panggilannya
PERSIAPAN 2. Jelaskan tujuan tindakan
PASIEN 3. Beri kesempatan klien untuk bertanya
4. Berikan privasi pada klien

PERSIAPAN ALAT a. Stetoskop


b. Timer
1. Inspeksi
CARA KERJA a. Posisikan klien terlentang dengan sudut 45⁰
b. Inspeksi kesimetrisan prekordium. Umumnya prekordium
simetris. Temuan abnormal :
 Prekordium cekung
 Prekordium cembung
c. Inspeksi denyut apeks jantung (ictus cordis). Ictus cordis
umumnya tampak pada ICS 5 midclavicula sinistra. Sifat
ictus cordis:
 Ictus cordis merupakan tonjolan kecil bersifat local.
Pada kondisi pembesaran ventrikel kiri, ictus cordis
akan meluas.
 Ictus cordis hanya terjadi saat systole. Sehingga saat
memeriksa iktus , lakukan juga palpasi pada A. carotis
communis
d. Amati adanya denyutan nadi pada dada
 Denyutan nadi di ICS 2 dextra mengindikasikan adanya
aneurisma aorta descenden
 Denyutan nadi di ICS 2 sinistra mengindikasikan
adanya dilatasi A. pulmonalis dan aneurisma aorta
ascenden
2. Palpasi
a. Palpasi letak apek denyut jantung
 Cari ICS 5 di sebelah kiri sternum. Gerakkan jari ke
arah samping kiri di sepanjang garis midclavicula
untuk menemukan ictus cordis.
 Ictus cordis juga dapat dipalpasi dengan menggunakan
telapak tangan. Letakkan telapak tangan di bawah
papilla mammae. Pada klien wanita, angkat mammae
supaya dapat mempalpasi di daerah yang tepat.
b. Palpasi pulsasi ventrikel kanan. Letakkan tangan di atas
precordium di lateral sternum sebelah kiri. Adanya pulsasi
ventrikel kanan adalah kondisi abnormal.
c. Palpasi A. pulmonalis. Apabila A. pulmonalis mengalami
dilatasi dan dapat teraba, denyutnya akan teraba pada ICS 2
sinistra selama ekspirasi.
d. Palpasi adanya thrill (getaran). Minta klien duduk dengan
tubuh sedikit membungkuk ke depan selama ekspirasi.
Letakkan telapak tangan di basis jantung. Rasakan adanya
getaran di apeks jantung.
3. Perkusi. Lakukan perkusi untuk mengetui batas-batas jantung.
a. Batas kiri jantung
 Lakukan perkusi dari arah lateral ke arah medial
 Perubahan dari bunyi resonan ke redup relative
ditetapkan sebagai batas jantung kiri
 Batas normal :
o Atas : ICS 2 di linea parasternalis sinistra
o Bawah : ICS 5 di linea midclavicularis sinistra
b. Batas kanan jantung
 Lakukan perkusi dari arah lateral ke arah medial
 Perubahan dari bunyi resonan ke redup relative
ditetapkan sebagai batas jantung kanan
 Letak normal :
o Batas bawah kanan jantung adalah di sekitar ruang
ICS 3 – ICS 4 dextra, di linea parasternalis kanan
o Batas atas kanan jantung adalah di ICS 2 dextra
linea parasternalis kanan
4. Auskultasi
a. Mulai auskultasi jantung pada daerah mitral di ICS 5 linea
midclavicula sinistra dengan menggunakan bell stetoskop
b. Selanjutnya gunakan diafragma untuk auskultasi di region
yang sama untuk mengetahui adanya murmur sistolik
c. Auskultasi secara sistematik mulai dari daerah aorta (ICS 2
kanan), daerah pulmonary (ICS 2 kiri) dan daerah tricuspid
(ICS 5). Gunakan bell dan diafragma stetoskop secara
bergantian di masing-masing daerah auskultasi. Lokasi
auskultasi digambarkan sebagai berikut :

d. Minta klien berubah posisi miring kiri dan duduk dan


lakukan auskultasi pada daerah yang sama
 Kaji adanya pitting edema dengan melakukan
penekanan ringan menggunakan ujung jari di area
sacrum atau anterior dari tendon Achilles
Kozier, E., Erb, G. 2000. Techniques in Clinical Nursing A
REFERENSI Comprehensive Approach. California : Addison Wesley Company.

Perry,AG., et al. 2005. Buku Saku dan Keterampilan Prosedur Dasar.


Edisi 5. Jakarta : EGC.

III. PEMERIKSAAN INTERGUMEN

PEMERIKSAAN KULIT

DEFINISI Suatu tindakan untuk memeriksa dan menilai kulit dari segi warna,
sianosis, ikterus, ekszema, pucat,purpura, eritema, makula, papula,
vesikula, pustula, ulkus, turgor kulit, kelembaban kulit, tekstur kulit,
dan edema

PERSIAPAN 1. Berikan salam, panggil klien dengan nama panggilannya


PASIEN 2. Jelaskan tujuan tindakan
3. Beri kesempatan klien untuk bertanya
4. Berikan privasi pada klien
PERSIAPAN a. handscoen
ALAT

1. Cuci tangan
CARA 2. Gunakan handscoen
KERJA 3. Inspeksi
a. Periksa seluruh permukaan kulit dibawah cahaya yang baik.
Inspeksi setiap area dari kulit.
b. Perhatikan adanya hal berikut:
 Lesi (perhatikan warna, ukuran, lokasi, susunan,
bentuk, tipe, dan distribusi)
 Warna kulit (coklat, biru, merah, kuning, pucat)
 Identifikasi luka pada kulit (tipe primer dan tipe
sekunder)
 Identifikasi kelainan-kelainan pada kulit (Naevus
Pigmentosus, Hiperpigmentasi, Vitiligo/Hipopigmentasi,
Haemangioma, Angioma / toh, Strie)
4. Palpasi
a. Periksa suhu/temperatur kulit
b. Kaji tekstur kulit halus/ kasar
c. Kaji kelembapan kulit (dideskripsikan dengan kering,
berminyak, berkeringat, atau lembab)
d. Kaji turgor/kelenturan
e. Kaji adanya keriput pada kulit
Kaji adanya oedema dan tentukan derajat odema tersebut
5. Cuci tangan lepaskan handscoen
Kozier, E., Erb, G. 2000. Techniques in Clinical Nursing A
REFERENSI Comprehensive Approach. California : Addison Wesley Company.
Perry,AG., et al. 2005. Buku Saku dan Keterampilan Prosedur Dasar.
Edisi 5. Jakarta : EGC.

PEMERIKSAAN KUKU

DEFINISI Suatu tindakan untuk memeriksa dan menilai kondisi kuku dari segi
warna, bentuk, dan keadaan kuku

PERSIAPAN 1. Berikan salam, panggil klien dengan nama panggilannya


PASIEN 2. Jelaskan tujuan tindakan
3. Beri kesempatan klien untuk bertanya
4. Berikan privasi pada klien
PERSIAPAN a. handscoen
ALAT

1. Cuci tangan
CARA 2. Gunakan handscoen
KERJA 3. Inspeksi dan palpasi kuku bagian tangan dan kaki perhatikan:
a. Warna (sianosis, pucat)
b. Bentuk (jari tubuh (clubbing))
c. Textur (lentur, keras)
d. Kebersihan
e. Periksa adanya lesi (paronkia, onikolisi)
4. Cuci tangan lepaskan handscoen
Kozier, E., Erb, G. 2000. Techniques in Clinical Nursing A
REFERENSI Comprehensive Approach. California : Addison Wesley Company.
Perry,AG., et al. 2005. Buku Saku dan Keterampilan Prosedur Dasar.
Edisi 5. Jakarta : EGC.

PEMERIKSAAN KEPALA DAN LEHER

DEFINISI Suatu tindakan untuk memeriksa kepala dan leher

1. Berikan salam, panggil klien dengan nama panggilannya


PERSIAPAN 2. Jelaskan tujuan tindakan
3. Beri kesempatan klien untuk bertanya
PASIEN 4. Berikan privasi pada klien

a. Tongue spatel
PERSIAPAN b. Penlight
ALAT c. Garpu tala
d. Optalmoskop
e. Otoskop
f. Kertas penyaring
g. Snellen chart
h. Kartu isihara
i. Stetoskop
j. Dua Penggaris
1. Pemeriksaan Kepala
CARA a. Kaji posisi kepala dan gambaran wajah klien. Kepala
KERJA normalnya tegak dan stabil
b. Kaji bentuk kepala untuk mengetahui adanya :
 Hidrosefalus
 Mikrosefalus
 Kraniosinostosis
 Skafosefali
 Akrosefali
 Plegiosefali
 Frontal bossing
c. Lakukan palpasi untuk mengetahui adanya jejas, massa, dan
nyeri tekan
d. Kaji ekspresi wajah klien. Perhatikan kesimetrisan wajah
2. Pemeriksaan Rambut
f. Inspeksi dan palpasi rambut rambut untuk untuk mengetahui :
 Warna rambut
 Kuantitas rambut ; tipis atau lebat
 Penyebaran rambut; jarang atau alopesia total
 Tekstur rambut; halus atau kasar
 Kebersihan rambut dan kulit kepala; bau, ketombe, kutu
rambut
3. Pemeriksaan Mata
a. Kaji posisi dan kesejajaran mata dalam kaitannya antara satu
dengan yang lain. Temuan dapat berupa :
 Mata sejajar
 Eksoftalmus
 Penonjolan mata abnormal akibat tumor atau inflamasi
orbital.
b. Inspeksi kesimetrisan alis, ukuran, ekstensi, tekstur rambut,
kesejajaran dan gerakan.
c. Kaji kelopak mata untuk posisi, warna, kondisi, dan
kemampuan untuk membuka, menutup dan berkedip.
 Kondisi kelopak mata :
o Ptosis
o Ektropion
o Entropion
 Kaji kelopak mata atas. Minta klien menutup mata.
Naikkan alis klien dengan ibu jari dan regangkan kulit
kelopak mata atas. Normalnya halus dan berwarna sama
dengan kulit. Temuan abnormal :
o Kemerahan
o Edema pada kelopak mata
 Lakukan hal yang sama pada kelopak mata bagian
bawah.
d. Kaji apparatus lakrimalis dengan melakukan tes schirmer.
 Pakailah sepotong kertas penyaring berukuran 5x5 cm.
lipatlah kertas menjadi beberapa mm dan letakkan
dalam sakus konjungtiva pada kelopak mata bawah.
 Setelah 5 menit kelenjar lakrimalis normal akan
mengeluarkan air mata yang cukup untuk membbasahi
potongankertas penyaring sepanjang 15 mm atau lebih.
e. Kaji konjungtiva
 Minta klien melihat ke atas dan tekan kelopak mata
bawah dengan hati-hati untuk melihat warna
konjungtiva. Konjuntiva pucat menandakan adanya
anemia dan konjungtiva berwarna merah menandakan
adanya inflamasi.
f. Kaji warna sclera. Normalnya sclera berwarna putih porselen.
Kaji adanya :
 Kemerahan
 ikterus
g. Kaji kejernihan kornea. Normalnya kornea berwarna jernih
h. Kaji ukuran, bentuk, akomodasi dan reflek pupil terhadap
cahaya.
 Temuan yang mungkin didapat :
o Pupil keruh
o Pin point
 Kaji reflek cahaya. Pengkajian dilakukan di ruang
redup. Minta klien melihat lurus ke depan. Pegang
penlight dengan jarak ± 15 cm dari mata. Arahkan
penlight dari sisi lateral ke medial pupil.. Temuan yang
didapat :
o Miosis
o Midriasis
o Isokor
o Anisokor
 Lakukan tes reflek konsensual. Sinari salah satu mata
dengan penlight. Pupil pada mata yang diberi rangsang
cahaya langsung akan berkontraksi, diikuti pupil pada
mata yang lainnya. Lakukan pemeriksaan pada mata
lainnya.
 Lakukan uji akomodasi. Minta klien melihat benda yang
jauh kemudian melihat benda yang dipegang perawat
(pensil atau jari) pada jarak ± 10 cm dari batang hidung
klien. Normalnya pupil konvergen dan berakomodasi
dengan berkonstriksi saat melihat benda dekat.
i. Kaji pergerakan bola mata. Klien diminta duduk atau berdiri
pada jarak 2 kaki dari perawat. Perawat mengangkat jari pada
jarak 15 – 30 cm di depan mata klien. Gerakkan jari sesuai pola
pergerakan otot bola mata.
M. oblique inferior /N.III M. Rektus superior / N. III

M. Rektus medialis / N. III


M. Rektus lateral / N. IV

Klien
M. oblique menahan
superior / N. IV kepala
tetap pada posisi menghadap perawat
M. Rektus inferior / N. III
dan mengikuti gerakan jari hanya dengan mata.
Kemungkinan yang ditemukan :
 Strabismus
 Nistagmus
j. Kaji tajam penglihatan/visus. Klien diminta berdiri pada jarak 6
meter dari kartu snellen. Minta klien membaca huruf-huruf
yang ada pada kartu snellen dengan menggunakan salah satu
mata dan mata yang lain ditutup. Lakukan pemeriksaan pada
mata yang lain.
k. Lapang penglihatan. Minta klien duduk atau berdiri pada jarak
60 cm (2 kaki) mengahadap perawat dengan posisi mata pasien
sejajar dengan mata pasien. Klien menutup satu mata dan
menghadap ke arah mata perawat yang berlawanan. Perawat
melakukan hal yang sama sehingga lapang pandang tumpang
tindih dengan lapang pandang klien. Perawat menggerakkan jari
dengan jarak yang sama dari perawat – klien, jari digerakkan
dari arah luar lapang pandang dibawa masuk ke area lapang
pandang. Klien diminta memberitahu perawat jika jari sudah
terlihat.
l. Kaji kondisi buta warna. Minta klien membaca angka-angka
yang terdapat dalam kartu isihara.

4. Pemeriksaan Telinga
a. Kaji bentuk anatomi telinga; bentuk dan penempatan dan
struktur telinga luar.
b. Kaji riwayat tinnitus, vertigo dan nyeri
c. Lakukan palpasi pada antrum mastoid. Tarik daun telinga ke
arah depan dengan salah satu tangan, jari telunjuk pada tangan
yang lain menekan tragus.
 Nyeri tekan pada tulang mastoideus mengindikasikan
otitis media akut
 Nyeri tekan pada antrum mastoideus mengindikasikan
mastoiditis
d. Kaji adanya lesi, kebersihan dan kondisi kulit telinga.
e. Lakukan pemeriksaan pendengaran (Tes Rinne, Tes Weber, Tes
Swabach)
 Tes Rinne. Getarkan garpu tala 512 Hz. Letakkan garpu
tala di belakang Os. Mastoideus. Minta pasien
merasakan getaran garpu tala. Setelah klien tidak
merasakan getaran pada Os. Mastoideus minta klien
memberitahu perawat dan pindahkan garpu tala ke
depan kanalis eksterna. Normalnya getaran garpu tala
akan terdengar lagi (hasil tes positif)
 Tes Weber. Getarkan garpu tala 512 Hz dan letakkan di
tengah Os. Frontalis. Tanyakan pada klien apakah klien
merasakan getaran yang lebih kuat pada salah satu
telinga.
 Tes Swabach. Getarkan garpu tala 512 Hz dan letakkan
pada Os. Mastoideus klien. Minta klien memberitahu
jika sudah tidak merasakan garpu tala. Kemudian
pindahkan garpu tala ke Os. Mastoideus perawat dan
rasakan apakah perawat masih dapat merasakan getaran
tersebut.
5. Pemeriksaan Hidung
a. Inspeksi bentuk, ukuran, warna dan deformitas pada hidung.
b. Kaji kepatenan lubang hidung. Letakkan jari di salah satu sisi
hidung dan sumbat lubang hidung yang lain. Klien diminta
untuk bernafas dengan mulut tertutup. Lakukan pemeriksaan
yang sama pada lubang hidung yang lain.
c. Inspeksi septum dan turbinate. Minta klien menengadahkan
kepala. Inspeksi kesejajaran septum, adanya perforasi atau
perdarahan.
d. Lakukan palpasi sinus. Palpasi sinus frontal dengan menekan
menggunakan ibu jari pada daerah di atas dan di bawah alis.
e. Lakukan transluminasi sinus. Lakukan pemeriksaan di ruang
gelap. Sinarkan cahaya terang yang kecil.
 Transluminasi sinus maksilaris. Tempatkan cahaya
lateral pada hidung, di bawah aspek medialis mata. Pada
saat klien membuka mulut, kaji apakah palatum sudah
terluminasi atau belum.
 Transluminasi sinus frontalis. Tempatkan cahaya pada
aspek medial lingkaran supraorbital. Cahaya merah
redup harus ditransluminasikan tepat di bawah alis.
6. Pemeriksaan Mulut
a. Kaji kondisi warna, tekstur, hidrasi, kontur dan adanya lesi pada
bibir
b. Kaji bau mulut dan halitosis
c. Inspeksi gigi untuk melihat warna, posisi dan kesejajaran gigi.
Kaji adanya karies gigi.
d. Inspeksi mukosa dan gusi. Minta klien sedikit membuka dan dan
merilekskan mulut. Retraksikan bibir bawah klien menjauh dari
gigi. Lakukan hal yang sama pada bibir bagian atas. Kaji warna,
hidrasi, tekstur dan adanya lesi.
e. Kaji mukosa bukal dengan meminta klien membuka mulut dan
meretraksikan mulut dengan menggunakan tongue spatel atau jari
tangan yang sudah memakai handskun
f. Kaji kesimetrisan palatum saat klien mengucapkan kata “ah”
g. Kaji kesimetrisan lidah, uvula dan tonsil
7. Pemeriksaan Leher
a. Kaji bentuk dan warna kulit leher
b. Kaji kesimetrisan bilateral otot leher.
 Fungsi M. sternocleidomastoideus. Minta klien
mmefleksikan leher dengan dagu ke arah dada.
Gerakkan kepala klien kea rah samping sehingga telinga
bergerak ke arah bahu.
 Fungsi M. trapezius. Hiperekstensikan kepala klien ke
arah belakang.
Normalnya leher dapat bergerak bebas tanpa ada rasa
ketidaknyamanan atau rasa pusing.

c. Palpasi nodus limfe. Kaji adanya edema, eritema atau guratan


merah.
 Minta klien rileks dan sedikit memfleksikan leher.
Lakukan palpasi secara berurutan pada :
o Nodus oksipital di bagian dasar tengkorak
o Nodus posaaurikular di Os. mastoideus
o Nodus preakular tepat di depan telinga
o Nodus retrofaring di sudut mandibula
o Nodus submaksilaris dan nodus submental di garis
tengah sudut di belakang sudut mandibula
 Minta klien membungkukkan kepala ke depan dan
merilekskan bahu. Lakukan palpasi pada :
o Nodus servikal di sekitar M. sternocleidomastoideus
d. Lakukan palpasi kelenjar tiroid.
 Lakukan palpasi tiroid dari arah anterior. Ibu jari
meraba lobus lateral tiroid pada kedua sisi trakea.
 Lakukan palpasi tiroid dari arah posterior. Jari-jari
terletak medial terhadap M. sternocleidomastoideus
dan minta klien untuk menelan. Tundukkan kepala
klien ke depan untuk mengurangi ketegangan M.
sternocleidomastoideus
e. Lakukan palpasi trakea untuk mengetahui adanya deviasi
trakea. Palpasi takik suprasternal, susurkan ibu jari dan telunjuk
di setiap sisi leher.
f. Kaji A. carotis. Klien berada dalam posisi berbaring terlentang
dengan posisi kepala ditinggikan 30⁰.
 Inspeksi adanya pulsasi arteri.
 Palpasi A. carotis. Minta klien memiringkan kepala ke
salah satu sisi. Susurkan jari telunjuk dan jari tengah di
sekitar medial M. sternocleidomastoideus.
 Lakukan auskultasi pada A. carotis
g. Lakukan palpasi V. jugularis. Klien berada pada posisi
semifowler. Minta pasien menoleh ke salah satu sisi.
Regangkan V. jugularis dengan menggunakan jari telunjuk dan
jari tengah di atas M. sternocleidomastoideus. Lepaskan
regangan dan catat adanya disetensi V. jugularis.
h. Ukur tekanan V.jugularis
 Posisikan klien semifowler
 Inspeksi adanya pulsasi vena
 Ukur jarak vertical antara sudut Louis dan tingkat
tertinggi titik pulsasi vena yang dapat terlihat
 Buat garis dari tepi bawah penggaris biasa dengan
ujung area pulsasi di V. jugularis. Kemudian ambil
penggaris sentimeter dan buat tegak lurus dengan
penggaris pertama setinggi sudut sternum. Ukur dalam
cm jarak antara penggaris kedua dengan sudut sterna.
 Ulangi pengukuran di sisi yang lain
Kozier, E., Erb, G. 2000. Techniques in Clinical Nursing A
REFERENSI Comprehensive Approach. California : Addison Wesley Company.
Perry,AG., et al. 2005. Buku Saku dan Keterampilan Prosedur Dasar.
Edisi 5. Jakarta : EGC.

IV. PEMERIKSAAN ABDOMEN

PEMERIKSAAN ABDOMEN

DEFINISI Suatu tindakan untuk memeriksa kondisi abdomen


1. Berikan salam, panggil klien dengan nama panggilannya
PERSIAPAN 2. Jelaskan tujuan tindakan
PASIEN 3. Beri kesempatan klien untuk bertanya
4. Berikan privasi pada klien
a. stetoskop
PERSIAPAN ALAT b. pita ukur
c. penggaris
1. Inspeksi
CARA KERJA a. Kaji kontur, kesimetrisan dan gerakan permukaan abdomen.
Perhatikan adanya massa, penonjolan atau distensi. Jika terjadi
distensi abdomen maka perawat mengukur lingkar abdomen
dengan menggunakan pita ukur. Kontur abdomen :
 Flat
 Rounded
 Scapoid
 Protuberant
b. Inspeksi kulit abdomen untuk mengkaji warna kulit, scar, pola
vena, lesi dan striae.
c. Kaji lokasi dan kebersihan umbilicus
d. Inspeksi adanya gerakan peristaltic atau pulsasi aorta
abdominalis.
2. Auskultasi
a. Lakukan auskultasi bising usus pada keempat kuadran abdomen
selama 5 menit sebelum memastikan tidak ada bising usus
dengan menggunakan diafragma stetoskop. Normal bising usus
adalah 5 – 35x/menit.
b. Auskultasi bunyi vaskuler di abdomen dengan menggunakan
bell stetoskop. Normalnya bunyi vaskuler (bruit) tidak
terdengar. Bruit pada area abdomen mengindikasikan aneurisma
3. Perkusi
a. Lakukan perkusi pada seluruh kuadran abdomen. Umumnya
perkusi abdomen didominasi oleh suara timpani karena adanya
udara pada lambung dan usus
b. Lakukan perkusi untuk menentukan batas-batas hepar.
 Mulai lakukan perkusi pada Krista iliaca dextra ke arah atas
sepanjang linea midclavicula dextra. Catat adanya
perubahan suara perkusi dari timpani ke redup yang
umumnya berada di tepi costal dextra.Perluasan melebihi
costal dextra harus segera dilaporkan. Tandai titik batas
bawah hepar.
 Untuk menentukan batas atas hepar lakukan perkusi ke arah
bawah dari clavicula sepanang rongga intercostae sepanjang
linea midclavicula dextra. Catat dan tandai adanya
perubahan suara dari resonan ke redup. Tepi atas hepar
umumnya ditemukan pada ICS 5, ICS 6 atau ICS 7.
 Ukur jarak antara tepi atas dan tepi bawah hepar dengan
penggaris. Umumnya jarak antara tepi atas dan tepi bawah
hepar adalah 6 – 12 cm.
c. Nyeri tekan renal. Minta klien duduk atau berdiri. Perkusi
bagian posterior sudut costovertebrae pada garis scapulae. Jika
terjadi peradangan pada renal, klien akan merasakan nyeri tekan
selama perkusi.
d. Perkusi Lien
Lakukan perkusi di sepanjang garis aksilla anterior. Pembesaran
limfa dimanifestasikan dengan adanya perubahan bunyi dari
timpani ke pekak pada ICS 9 dan ICS 11 garis aksila anterior
ketika pasien menarik nafas dalam.
4. Palpasi
a. Lakukan palpasi sistemik dari setiap kuadran untuk mengkaji
adanya resistensi muskuler, distensi, nyeri tekan atau massa
superficial. Observasi ekspresi wajah klien ketika melakukan
palpasi.
b. Ballottement; tekankan ujung jari dengan gerak menusuk yang
cepat ke arah abdomen.
c. Pemeriksaan asites; minta asisten untuk menekan garis tengah
abdomen dengan menggunakan sisi ulnar dari telapak tangan.
Letakkan dua tangan anda di sisi kanan dan kiri abdomen.
Ketuklah salah satu sisi abdomen. Jika terdapat cairan bebas,
maka getaran akan terasa pada sisi abdomen hyang berlawanan.
d. Palpasi hepar.
 Sokong pinggang klien dengan tangan kiri
 Minta klien menarik nafas.
 Tekankan ujung jari-jari tangan kanan ke arah dalam atas di
bawah batas costae kanan.
 Tanda Murphy pada peradangan vesica felea. Letakkan
tangan kiri pada costae kanan dengan posisi ibu jari di
bawah batas bawah costae. Minta pasien menarik nafas dan
jepit vesica felea dengan menggunakan ibu jari dan costae.
Pasien akan menyatakan nyeri jika terdapat radang.
e. Palpasi lien.
Sokong margo costae kiri dengan tangan kiri dan masukkanlah
perlahan-lahan jari tangan kanan ke dalam daerah subcostae
ketika pasien menarik nafas secara perlahan dan dalam. Jika
merasa tidak pasti tentang pembesaran limpa, posisikan pasien
ke lateral kanan untuk mendorong organ ke arah superior
anterior.
f. Palpasi ginjal.
Lakukan palpasi bimanual. Letakkan salah satu tangan di
belakang pinggang dan satu lagi di depan. Biasanya pada pasien
kurus ginjal kanan akan lebih mudah teraba.
g. Palpasi titik Mc Burney
 Lakukan palpasi pada daerah pertengahan antara umbilicus
dengan spina illiaka antedrior superior kanan. Nyeri tekan
menunjukkan tanda apendisitis.
Kozier, E., Erb, G. 2000. Techniques in Clinical Nursing A
REFERENSI Comprehensive Approach. California : Addison Wesley Company.

Perry,AG., et al. 2005. Buku Saku dan Keterampilan Prosedur Dasar.


Edisi 5. Jakarta : EGC.

V. PEMERIKSAAN GENETALIA

PEMERIKSAAN GENETALIA PRIA

DEFINISI Suatu tindakan untuk memeriksa kondisi organ reproduksi pria


TUJUAN 1. Mengetahui adanya kelainan genetal
2. Mengetahui adanya BPH
1. Berikan salam, panggil klien dengan nama panggilannya
PERSIAPAN 2. Jelaskan tujuan tindakan
PASIEN
3. Beri kesempatan klien untuk bertanya
4. Berikan privasi pada klien
5. Posisikan pasien telentang
a. Sarung tangan
PERSIAPAN ALAT b. Jelly
c. Sabun dan air bersih
d. Handuk kering
e. Larutan anti septik
f. senter
g. phantom genetalia pria
A. PEMERIKSAAN PENIS
CARA KERJA
1. Pakai sarung tangan
2. Inspeksi
a. Lakukan inspeksi penis, perhatikan apakah ada kelainan sbb :
 Edema, biasanya terjadi pada pasien dengan edema anasarka
karena berbagai sebab. Inflamasi atau obstruksi vena-vena
sekitar penis dapat menyebabkan edema lokal
 Kontusio
 Fraktur corpus
Fraktur dan kontusio memberikan tanda pembengkakan,
namun sulit dibedakan bila tidak dilakukan pembedahan
 Ulkus penis
Dapat berupa syphilitic chancre, chancroid,
lymphogranuloma venereum, herpes progenitalis, dan behcet
syndrome
b. Mintalah penderita membuka preputium, perhatikan apakah
terdapat phimosis, paraphimosis, hipospadia, epispadia.
.
3. Palpasi
a. Palpasi sepanjang korpus penis, pada bagian ventral, sepanjang
corpus spongiosum dari penoskrotal junction menuju meatus,
pada bagian middorsal, diatas septum interkorporeal, pada
bagian lateral, diatas kedua korpus kavernosum, rasakan adanya
nodul dan plak.
b. Tekan glans penis anteroposterior menggunakan ibu jari dan
telunjuk untuk membuka dan memeriksa urethra terminal..
c. Tampunglah menggunakan wadah specimen apabila terdapat
discharge yang keluar dari urethra untuk pemeriksaan
laboratorium.

B. PEMERIKSAAN SKROTUM
a. Inspeksi.
 Regangkan kulit skrotum diantara jari-jari untuk menilai
dinding skrotum
 Regangkan kulit skrotum diantara jari-jari untuk menilai
dinding skrotum
 Inspeksi skrotum, perhatikan apakah terdapat edema,
kista, hematoma, laserasi, dan ulkus..
b. Palpasi
 Lakukan transiluminasi untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya hernia skrotalis, dan untuk menilai
isi skrotum.
 Bandingkan kedua testis secara simultan dengan palpasi
keduanya menggunakan ibu jari dan telunjuk. Bedakan
ukuran, bentuk, konsistensi dan sensitivitas terhadap
tekanan
 Lokalisasi epididimis dengan palpasi testis secara
perlahan, temukan bagian bergerigi dan nodul lembut
dimulai dari pole atas testis menerus ke pole bawah,
umumnya epididimis berada dibelakang testis.
Bandingkan kedua epididimis berdasarkan komponen
kepala, badan dan ekornya. Nilailah apakah terdapat
tumor dan nyeri tekan
 Bandingkan kedua funiculus spermaticus secara simultan
dengan palpasi pada leher skrotum. Vas deferens normal
teraba seperti tali cambuk yang keras dan dapat
dibedakan dengan struktur lainnya seperti saraf, arteri,
dan serat m.kremaster. Nilailah apakah funikulus positif,
adakah massa dan nyeri tekan.
 Untuk semua kasus, lakukanlah pemeriksaan limfonodi
inguinal dan femoral untuk menilai pembesaran nnll.
 Setelah pemeriksaan selesai, lepas handscoen, bantu
pasien mengembalikan posisinya

Kozier, E., Erb, G. 2000. Techniques in Clinical Nursing A


REFERENSI Comprehensive Approach. California : Addison Wesley Company.

Perry,AG., et al. 2005. Buku Saku dan Keterampilan Prosedur Dasar.


Edisi 5. Jakarta : EGC.

PEMERIKSAAN GENETALIA WANITA

DEFINISI Suatu tindakan untuk memeriksa kondisi organ reproduksi wanita


TUJUAN 1. Mengetahui adanya kelainan genetal
2. Mengindentifikasi ciri-ciri normal alat kelamin wanita
1. Berikan salam, panggil klien dengan nama panggilannya
PERSIAPAN 2. Jelaskan tujuan tindakan
PASIEN 3. Beri kesempatan klien untuk bertanya
4. Berikan privasi pada klien
5. Posisikan pasien telentang
a. Sarung tangan
PERSIAPAN ALAT b. Bengkok
c. Air hangat
d. Cucing
e. Jelly
f. Kapas sublimat atau desinfektan
g. Pinset
h. Tempat membersihkan ( cebok ) yang berisi larutan desinfektan
i. Perlak pengalas
j. Phantom payudara
k. Lampu
l. Meja ginekologi k/p
m. Selimut
n. Spekulum vagina steril
o. Air hangat steril untuk melumasi vagina
p. Phantom genetalia wanita
A. PEMERIKSAAN PAYUDARA
CARA KERJA
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Inspeksi
a. Pemeriksaan payudara dimulai dengan meihat. Pasien
menanggalkan pakaian sampai panggul dan duduk dengan
nyaman menghadap pemeriksa,  dengan kedua lengan di angkat
sampai ke atas kepala.
b. Mulai inspeksi ukuran, bentuk, dan kesimetrisan payudara.
Payudara normalnya melingkar, agak simetris, dan dapat
dideskripsikan kecil, sedang, dan besar
c. Inspeksi warna, lesi, vaskularisasi, dan edema pada kulit
payudara.
d. Inspeksi warna areola.areola wanita hamil umumnya berwarna
lebih gelap
e.  Inspeksi adanya penonjolan atau retraksi pada payudara dan
puting susu akibat adanya skar atau lesi
f. nspeksi adanya rabas, ulkus, pergerakan, atau pembengkakan
pada puting susu. mengamati posisi kedua puting susu yang
normalnya mempunyai arah yang sama
g. Inspeksi ketiak dan klavikula untuk mengetahui adanya
pembengkakan atau tanda kemerah-merahan.
h. Tekan panggul kedalam untuk menegangkan otot sekitar dada
(otot pektoralis mayor). Adanya tambahan lapisan kulit dan
kulit abnormal dapat menimbulkan retraksi atau lekukan pada
kulit.
.
4. Palpasi
a.  Lakukan palpasi di sekeliling puting susu untuk mengetahui
adanya rabas. Bila ditemukan rabas, identifikasi sumber,
jumlah, warna, konsistensi rabas tersebut, dan kaji adanya nyeri
tekan..
b. Palpasi daerah klavikula dan ketiak terutama pada area nodus
limfe
c. Lakukan palpasi setiap payudara dengan teknik bimanual
terutama untuk payudara yang berukuran besar. Caranya yaitu
tekankan telapak tangan / tiga jari tengah kepermukaan
payudara pada kuadran samping atas. Lakukan palpasi dinding
dada dengan gerakan memutar dari tepi menuju areola dan
searah jarum jam
d.  Lakukan palpasi payudara sebelahnya.
e. Jila diperlukan, lakukan pula pengkajian dengan posisi pasien
telentang dan diganjal bantal / selimut dibawah bahunya
f. Puting susu di tekan untuk mengeluarkan cairan 
Prosedur pelaksanaan.

B. PEMERIKSAAN KELAMIN
1. Pasang perlak pengalas
2. Anjurkan pasien membuka celana, bantu mengatur posisi litotomi,
dan selimuti bagian yang tidak diamati
3. Lakukan tindakan perawatan kebersihan vulva dengan tangan kiri
membuka vulva memakai kapas sublimat dan tangan kanan
menyiram vulva dengan larutan desinfektan
4. Kemudian ambil kapas sublimat dengan pinset, lalu bersihkan vulva
dari atas ke bawah. Kapas yang telah kotor di buang ke bengkok.
Hal ini dilakukan hingga bersih.
5. Setelah selesai, ambil pispot dan atur posisi pasien
6. Pengkajian genetalia eksterna
i. Mulai dengan mengamati rambut pubes, perhatiakan distribusi
dan jumlahnya, dan bandingkan sesuai usia perkembangan
pasien
j.  Amati kulit dan area pubis, perhatikan adanya lesi, eritema,
fisura, leukoplakia, dan ekskoriasi
k. Buka labia mayora dan amati bagian dalam labia mayora, labia
minora, klitoris, dan meatus uretra. Perhatikan setiap ada
pembengkakan, ulkus, rabas, atau nodular
.
7. Pengkajian genetalia Interna (tingkat mahir)
a.  Atur posisi pasien secara tepat dan pakai sarung tangan steril
b. Palpasi daerah klavikula dan ketiak terutama pada area nodus
limfe
c. Lakukan palpasi setiap payudara dengan teknik bimanual
terutama untuk payudara yang berukuran besar. Caranya yaitu
tekankan telapak tangan / tiga jari tengah kepermukaan
payudara pada kuadran samping atas. Lakukan palpasi dinding
dada dengan gerakan memutar dari tepi menuju areola dan
searah jarum jam
d.  Lakukan palpasi payudara sebelahnya.
e. Lumasi jari telunjuk anda dengan air steril, masukkan kedalam
vagina, dan identifikasi kelunakan serta permukaan serviks.
Tindakan ini bermanfaat untuk  mempergunakan dan memilih
spekulum yang tepat. Keluarkan jari bila sudah selesai
f. Siapkan spekulum dengan ukuran dan bentuk yang sesuai dan
lumasi dengan air hangat terutama bila akan mengambil
spesimen
g. Letakkan dua jari pada pintu vgina dan tekankan kebawah
kearah perianal
h. Yakinkan bahwa tidak ada rambut pubis pada pintu vagina, dan
masukkan spekulum dengan sudut 45° dan hati-hati dengan
menggunakan tangan yang satunya sehingga tidak menjepit
rambut pubis atau labia
i. Bila spekulum sudah berada di vagina, keluarkan dua jari anda,
dan putar spekulum kearah posisi horizontal dan pertahankan
penekanan pada sisi bawah / posterior
j. Buka bilah spekulum, letakkan pada serviks, dan kunci bilah
sehingga tetap membuka
k. Bila serviks sudah terlihat, atur lampu untuk memperjelas
penglihatan dan amati ukuran, laserasi, erosi, nodular, masa,
rabas, dan warna serviks. Normalnya bentuk serviks melingkar
atau oval pada nulipara, sedangkan pada para membentuk celah
l.  Bila diperlukan spesimen sitologi, ambil dengan cara usapan
menggunakan aplikator dari kapas
m. Bila sudah selesai, kendurkan sekrup spekulum, tutup spekulum,
dan tarik keluar secara perlahan-lahan
n.  Lakukan palpasi secara bimanual bila diperlukan dengan cara
memakai sarung tangan steril, melumasi jari telunjuk dan jari
tengah, kemudian memasukkan jari tersebut kelubang vagina
dengan penekanan kearah posterior, dan meraba dinding untuk
mengetahui adanya nyeri tekan dan nodular
o.  Palpasi serviks dengan dua jari anda dan perhatikan posisi,
ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas, dan nyeri tekan.
Normalnya serviks dapat digerakkan tanpa terasa nyeri
p.  Palpasi uterus dengan jari-jari tangan yang ada dalam vagina
menghadap ke atas. Tangan yang ada diluar letakkan di
abdomen dan tekankan ke bawah. Palpasi uterus untuk
mengetahui ukuran, bentuk, konsistensi, dan mobilitasnya
q. Palpasi ovarium dengan cara menggeser dua jari yang ada dalam
vagina ke forniks lateral kanan. Tangan yang ada di abdomen
tekankan ke bawah ke arah kuadrankanan bawah. Palpasi
ovarium kanan untuk mengetahui ukuran, mobilitas, bentuk,
konsistensi, dan nyeri tekan ( normalnya tidak teraba ). Ulangi
untuk ovarium sebelahnya
r. Rapikan alat
s. Buka sarung tangan
t. Cuci tangan
Kozier, E., Erb, G. 2000. Techniques in Clinical Nursing A
REFERENSI Comprehensive Approach. California : Addison Wesley Company.

Perry,AG., et al. 2005. Buku Saku dan Keterampilan Prosedur Dasar.


Edisi 5. Jakarta : EGC.
PEMERIKSAAN ANUS

DEFINISI Suatu tindakan untuk memeriksa kondisi organ reproduksi wanita


TUJUAN 1. Mengetahui adanya kelainan pada anus
2. Mendeteksi adanya BPH
1. Berikan salam, panggil klien dengan nama panggilannya
PERSIAPAN 2. Jelaskan tujuan tindakan
PASIEN 3. Beri kesempatan klien untuk bertanya
4. Berikan privasi pada klien
5. Posisikan pasien sesuai kebutuhan
6. Mintalah pasien mengosongkan kandung kemih (pemeriksaan
colok dubur)
a. Sarung tangan
PERSIAPAN ALAT b. Bengkok
c. jelly
d. Jelly
e. Handuk bersih dan kering
f. senter
g. termometer
h. larutan anti septik
i. phantom
A. COLOK DUBUR (RECTAL TOUCHE)
CARA KERJA
1. Cuci tangan
2. Posisikan klien sesuai kebutuhan
 Left lateral prone position
Letak miring memudahkan pemeriksaan inspeksi dan palpasi anal
kanal dan rektum. Tetapi posisi ini kurang sesuai untuk
pemeriksaan peritoneum.
 Litothomy position
Posisi litotomi biasanya dilakukan pada pemeriksaan rutin yang
tidak memerlukan pemeriksaan anus secara detail. Dianjurkan
dalam pemeriksaan prostate dan vesika seminalis karena
memudahkan akses pada cavum peritoneal.
 Knee-chest position
Posisi ini biasanya tidak/kurang menyenangkan bagi pasien
 Standing elbow-knee position (posisi yang jarang digunakan)
3. Persilahkan pasien untuk berbaring dengan salah satu posisi diatas.
4. Minta pasien untuk menurunkan pakaian dalam (celana), hingga
regio analis terlihat jelas
5. Pakai sarung tangan
6. Mengguanakn jelly secukupnya

7. Inspeksi regio analis, perhatikan apakah ada kelainan


8. Penderita diminta mengedan, letakkan ujung jari telunjuk kanan
pada anal orificium dan tekanlah dengan lembut sampai sfingter
relaksasi. Kemudian fleksikan ujung jari dan masukkan jari
perlahan-lahan sampai sebagian besar jari berada di dalam canalis
analis.
9. Palpasi daerah canalis analis, nilailah adakah kelainan
10. Pada laki-laki : gunakan prostat di sebelah ventral sebagai titik
acuan.
Pada wanita : gunakan serviks uteri di sebelah ventral sebagai titik
acuan.
11. Menilai tonus sfingter ani.
12. Menilai struktur dalam rektum yang lebih dalam
13. Menilai ampula rekti kolaps atau tidak
14. Pemeriksaan khusus
 Prostat : Nilailah ketiga lobus prostate, fisura mediana,
permukaan prostate (halus atau bernodul), konsistensi (elastis,
keras, lembut, fluktuan), bentuk (bulat, datar), ukuran (normal,
hyperplasia, atropi), sensitivitas dan mobilitas
 Vesikula seminalis : Normalnya tidak teraba, apabila terdapat
kelainan akan teraba pada superior prostate di sekitar garis
tengah. Nilailah distensi, sensitivitas, ukuran, konsistensi,
indurasi dan nodul.
 Uterus dan adneksa : Periksa dan nilai kavum Douglas pada
forniks posterior vagina.
15. Setelah selesai, keluarkan jari telunjuk dari rectum, perhatikan
apakah pada sarung tangan terdapat bekas feses, darah, dan lendir.
16. Cuci tangan yang masih memakai sarung tangan dengan air mengalir
B. Pemeriksaan Anus
1. Inspeksi
a. Anjurkan pasien untuk membuka celana.
b. Perhatikan bentuk glutea klien. Perhatikan bentuk (simetris),
rabas, jejas, kemarahan, dan kebersihan.
c. Buka anus klien dengan tangan kiri. Gunakan ibu jari dan jari
telunjuk untuk membuka anus.
d. Perhatikan area anus. Inspeksi adanya kemerahan, jejas, rabas,
benda asing, hemoroid dan kebersihan anus.
e. Pada bayi baru lahir masukkan termometer pada anus untuk
mengkaji adanya atresia ani.
f. Rapikan alat
g. Buka sarung tangan
h. Cuci tangan

Kozier, E., Erb, G. 2000. Techniques in Clinical Nursing A


REFERENSI Comprehensive Approach. California : Addison Wesley Company.

Perry,AG., et al. 2005. Buku Saku dan Keterampilan Prosedur Dasar.


Edisi 5. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai