Oleh :
070118A068
FAKULTAS KEPERAWATAN
2018
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1
DAFTAR ISI.................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 3
B. Tujuan........................................................................................ 4
C. Manfaat...................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. POA ............................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA20
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegagalan komunikasi perawat dalam melakukan operan antar shift 30% disebabkan
Kegagalan komunikasi dengan semua anggota tim keperawatan. 3) Isi komunikasi yang
tidak jelas. Hal ini menyebabkan tujuan komunikasi yang diharapkan tidak tercapai.
menerima informasi secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan yang sudah
dilakukan dan yang belum dilakukan perawat serta perkembangan kesehatan pasien.
Tetapi operan sering dilakukan hanya laporan di nurse station tanpa melihat keadaan
Metode komunikasi yang digunakan dalam operan sangat beragam, seperti Present
Berdasarkan wawancara dengan kepala Ruang dan Katim Ruang Samba di RSJD
Surakarta didapatkan masalah yang pernah terjadi antar perawat ruangan ialah mis
komunikasi. Hal ini disebabkan karena kurang efektifnya penyampaian informasi dan
pemahamanan dalam menerima infrormasi. Apabila hal ini menyangkut pasien, akan
pasien lebih jelas dan lebih akurat sehingga pelayanan yang diberikan lebih berkualitas.
3
Berdasarkan Standar Joint Comission International (JCI) Edisi 5 Tahun 2014
(dalam Rahayu, 2016), bahwa sasaran keselamatan pasien kedua ialah tentang
komunikasi efektif salah satunya dengan metode SBAR saat operan, dengan demikian
SBAR di RSJD Surakarta baru diaplikasikan saat komunikasi via telepon antar pemberi
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat
1. Mahasiswa
4
menghadapi hambatan dan kesulitan selama penerapan manajemen asuhan dan
2. Rumah sakit
RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta sehingga dapat mengadakan perbaikan secara
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
a. Definisi SBAR
Nama lengkap pasien, tanggal lahir pasien, secara singkat permasalahan pasien saat
ini, kapan mulai terjadi danseberapa berat . Situasi dan keadaan seberapa berat .
situasi? Penyampaian latar belakang klinis atau keadaan yang melatar belakangi
permasalahan, meliputi catatan rekam medis pasien, diagnosa masuk RS, informasi
hal-hal penting terkait : Kulit/ ekstremitas, pasien memakai/ tidak memakai oksigen,
obatobatan terakhir, catatan alergi, cairan IV line dan hasil laboratorium terbaru.
Hasil- hasil laboratorium berikut tanggal dan jam masing-masing test dilakukan.
kemungkinan diperlukan.
6
3) Assesement : Berbagai hasil penilaian klinis perawat Penyampaian penilaian
(Assesement) terhadap situasi dan keadaan pasien yang dapat diamati saat itu,
4) Recomendation : Apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan? lanjut terhadap
kondisi / keadaan permasalahan kesehatan pasien saat itu. Write : Tulis rekomendasi
pemberi perintah / informasi ke dalam dokumen medik. Read Back : Baca ulang
tulisan tersebut dan eja obat- obat high alert Confirmation : tanyakan kebenaran
ucapan atau tulisan atau ada rekomendasi tambahan lain, baca ulang secara
1) Menyediakan cara yang efektif dan efesien untuk menyampaikan informasi dan
timbang terima
7
2) Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan
kondisi pasien.
B. Konsep Operan
1. Pengertian Operan
Menurut Patton (2007) mengatakan bahwa operan dikenal sebagai “penyerahan” atau
“pemindahan perawatan pasien” yang merupakan proses aktif dengan mentransfer
informasi pasien yang spesifik dari satu perawat ke perawat lain untuk tujuan
menjamin kelangsungan dan kemanan perawatan pasien.
Menurut Patterson (2010) mengatakan bahwa operan adalah proses penyerahan
kewenangan dan tanggung jawab utama untuk memberikan perawatan klinis pada
pasien dari satu departemen keperawatan ke keperawatan selanjutnya.
Menurut Nursalam (2014) operan pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien.
2. Tujuan
Menurut Nursalam (2014), tujuan operan sebagai berikut :
a. Menyampaikan masalah, kondisi dan keadaan klien (data fokus).
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
pada klien.
c. Menyampaikan hal-hal yangpentingyang perlu ditindak lanjuti oleh dinasberikutn
ya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
3. Manfaat Operan
Menurut Nursalam (2014), manfaat operan dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Bagi Perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b. Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
2. Bagi Klien
Klien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
3. Bagi Rumah Sakit
8
Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif.
4. Metode Operan
Menurut Kassesan dalam Lailiyyati (2013), metode operan dibagi menjadi 2 sebagai
berikut:
a. Operan dengan Metode Tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dalam Lailiyyati (2013),
mengatakan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
1) Operan hanya dilakukan di meja perawat atau nurse station.
2) Operan menggunakan komunikasi satu arah sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
3) Pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum.
4) Tidak terdapat kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga sehingga
proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up
to date.
b. Operan dengan Metode Bedside Handover
Menurut Kassean dalam Lailiyyati (2013), handover yang dilakukan sekarang
sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover yang dilakukan di
samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien
secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara umum materi yang
disampaikan dalam proses operan jaga baik secara tradisional maupun bedside
handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa kelebihan
diantaranya:
1. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi
penyakitnya secara up to date.
2. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan
perawat.
3. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien
secara khusus.
9
b) Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi,
pelayanan, kondisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantisipasi.
c) Proses verifikasi harus ada tentang penerimaan informasi oleh perawat penerima
dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang atau mengklarifikasi.
d) Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk perawatan
dan terapi sebelumnya.
e) Handover tidak dapat disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan kegagalan
informasi atau terlupa.
5. Alur Operan
Alur dan format pedoman operan di ruang MPKP menurut (Achmad, dkk., 2012) adalah
sebagai berikut:
Nurse Station:
1. Operan dipimpin kepala ruangan
2. Ketua Tim melaporkan secara verbal dan tertulis kondisi pasiennya berdasarkan
dokumentasi keperawatan.
3. Ketua Tim/Penanggung jawab sif dan perawat pelaksana dalam tim mencatat
hariannya
4. Proses klasifikasi informasi.
Bedside
1. Kepala ruangan memimpin ronde ke tempat tidur pasien
2. Validasi data pasien.
Nurse Station
1. Kepala ruangan merangkum informasi operan, memberikan umpan balik dan
saran tidak lanjut.
2. Menutup operan (doa dan bersalaman).
Nurse Station
Ketua Tim/Penanggung Jawab mulai kegiatan pre-conference bersama anggota
tim/perawat pelaksana.
6. Prosedur Operan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
a. Persiapan
1) Kedua kelompok/tim sudah dalam keadaan siap.
10
2) Kelompok/tim yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
b. Pelaksanaan
Operan dilaksanakan oleh perawat primer kepada perawat primer yang
mengganti jaga pada shift berikutnya :
1) Operan dilaksanakan setiap pergantian shift.
2) Di nursestation perawat berdiskusi untuk melaksanakan operan
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan
serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat untuk kemudian diserah terimakan kepada perawat jaga
berikutnya.
4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat operan adalah :
a) Identitas klien dan diagnose medis.
b) Masalah keperawatan yang masih ada.
c) Data fokus (Keluhan subyektif dan obyektif).
d) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan .
e) Intervensi kolaboratif dan dependensi.
f) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya.
5) Perawat yang melakukan operan dapat melakukan klarifikasi Tanya jawab
terhadap hal hal yang di operkan dan berhak menanyakan mengenai hal hal yang
kurang jelas.
6) Penyampaian saat operan secara jelas dan singkat.
7) Lama operan untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi
khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
8) Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap klien dan melakukanvalidasi
data
9) Pelaporan untuk operan ditulis secara langsung pada buku laporan ruangan oleh
perawat primer
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi SBAR dalam operan
Menurut penelitian yang dilakukan (Reziki, dkk. 2017) Ada hubungan yang
signifikan antara sikap dan motivasi dengan penerapan komunikasi SBAR pada saat
11
overan dinas di ruang rawat inap. Diharapkan kepada perawat sebagai tenaga
segala tindakan keperawatan sesuai dengan standar operasional prosedure yang telah
menjaga keamanan pasien dengan pemberian informasi tentang keadaan dan kondisi
pasien dengan jelas kepada tenaga pemberian asuhan keperawatan lain yang akan
NO KOMPONEN OBSERVASI
1 Situation (kondisi terkini yang terjadi pada
pasien)
1 Perawat menyebutkan nama dan tgl lahir pasien
2 Perawat menyebutkan diagnosa medis pasien
3 Perawat menyampaikan keluhan pasien
2 Background (Info penting yang berhubungan
dengan kondisi pasien terkini)
5 Perawat menjelaskan tanda-tanda vital pasien
6 Perawat menjelaskan kondisi klinik lain yang mendukung seperti hasil Lab,
Rontgen dll
7 Perawat menyebutkan pemasangan alat invasif(infus, dan alat bantu lain
seperti kateter dll),serta pemberian obat dan cairan infuse.
3 Assessment (hasil pengkajian dari kondisi
pasien terkini)
8 Perawat menjelaskan hasil analisis sesuai hasil pengkajian
4 Recommendation/Rekomendasi
9 Perawat menjelaskan intervensi/tindakan yangsudah dilakukan dan tindakan
yang perludilanjutkan
(Rahayu, dkk. 2016)
BAB III
12
ANALISA MASALAH
a. Komunikasi
Kajian Data :
1. Strategi komunikasi
a) Wawancara
Berdasarkan wawancara dengan kapala ruang dan katua tim Samba yang
dilakukan secara langsung yang terdiri dari operan, pre conference, post
Masalah yang ada sebelumnya ialah adanya mis komunikasi antar perawat.
b) Observasi
2. Model Komunikasi
a) Wawancara
13
pertemuan pre conference, post conference dan saat operan, bisa juga
agar efektif dan mencegah terjadinya mis komunikasi antar perawat jaga.
untuk operan
14
B. Analisis SWOT
15
C. IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA
Berdasarkan wawancara dengan kapala ruang dan katua tim Samba didapatkan hasil strategi
komunikasi dilakukan secara langsung yang terdiri dari operan, pre conference, post conference.
Kegiatan tersebut sudah memiliki SOP tetapi kadang dilakukan. Dilakukan tetapi tidak secara formal
atau mengikuti SOP. Masalah yang ada sebelumnya ialah adanya mis komunikasi antar perawat.
Model Komunikasi
Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap kepala ruang dan ketua tim di Ruang Samba
di dapatkan hasil bahwa untuk model komunikasi di Ruang Sambadi lakukan secara lansung bisa
disaat pertemuan pre conference, post conference dan saat operan, bisa juga melalui media sosial.
Sedangkan untuk metode SBAR hanya digunakan untuk pelaporan kejadian insidentil saja kepada
dokter penanggungjawab dan dilakukan melalui via telpon. Penggunaan metode SBAR sebelumnya
2
belum pernah dilakukan untuk operan shift. Sehingga perlu dikembangkan metode SBAR untuk
operan agar efektif dan mencegah terjadinya mis komunikasi antar perawat jaga.
Data Objektif :
Observasi
Berdasarkan hasil pengamatan 7 hari selama pengkajian didapatkan hasil bahwa strategi komunikasi
di ruang Samba sudah dilakukan tetapi tidak dilakukan secara formal dan kadang dilakukan. Sehingga
perlu dikembangkan metode SBAR untuk operan agar efektif dan mencegah terjadinya mis
komunikasi antar perawat jaga.
3
4
D. Prioritas Masalah
P S RI PC DU Pc
1. Belum optimalnya
penerapan dan
pelaksanaan
aktivitas terjadwal
Keterangan :
5
E. DIAGRAM FISHBONE
MAN
Kurangnya motivasi dan kesadaran pelaksanaan operan dengan metode SBAR di Ruang Samba Sam
METODE
MATERIAL
Operan sudah dilakukan namun tidakefektif dan tidak resmi dan dilakukan kadang-kadang .
sudah tersedia SOP operan
6
F. ALTERNATIF CARA PENYELESAIAN MASALAH
Ketidakefektifan pelaksanaan operan di Ruang Samba, a. Mendiskusikan penggunaan komunkasi SBAR dalam operan.
b. Melakukan sosialisasi pentingnya komunkasi SBAR dalam
operan.
c. Sosialisasi keikutsertaan KARU dan KATIM saat
dilaksanakannya komunkasi SBAR dalam operan.
d. Melakukan/Action role model pelaksanaan komunkasi
SBAR dalam operan.
7
BAB IV
No Rencana Tindakan Metode Sasaran Bahan dan Alat Waktu Tempat Pelaksana
2 Melakukan sosialisasi Diskusi dan KARU, Materi operan Ruang Samba Siti
sosialisasi KATIM, PA
pentingnya komunkasi Muliawati
SBAR dalam operan. Dewi
3 Sosialisasi keikutsertaan Diskusi dan KARU, Materi Uraian Ruang Samba Siti
sosialisasi KATIM, PA Tugas
KARU dan KATIM saat Muliawati
dilaksanakannya komunkasi Dewi
SBAR dalam operan.
4. Melakukan/Action role Action KARU, Action Ruang Samba Siti
KATIM, PA
model pelaksanaan Muliawati
komunkasi SBAR dalam Dewi
operan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, Dilla Fitri Ayu, Suryani Maria dan Meikawati Wulandari. 2014.
Nursalam,(2002).Manajemen Keperawatan:Aplikasi Dalam Praktik KeperawatanProfes
ional. Salemba Medika. Jakarta.
Patterson, E. 2010. Patient Handoff: Standardized and Reliable Measurement Tools
Remain Elusive [Serial Online]. Diakses melalui web
http://medicine.osu.edu/hrs/research/Documents/02-patterson.pdf
Patton, K. 2007. Handoff Communication: Safe Transitions in Patient Care [Serial
Online]. Diakses melalui web
http://www.usahealthsystem.com/workfiles/com_docs/gme/2011%20Workfiles/Handoff
%20CommunicationSafe%20Transitions%20in%20Patient%20Care.pdf
Rahayu, dkk. 2016. Gambaran Penerapan Handover Antar Shift Oleh Perawat dengan
Bandung. Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 1, Juni 2016 ISSN 1410-234X
Suarli dan Bahtiar, Yanyan. 2010 Manajemen Keperawatan dengan pendekatan praktis.
Jakarta. Erlangga.
Fitrianola Rezkiki, Ghita Sri Utam. 2017.Faktor Yang Berhubungan Dengan Penerapan
Komunikasi Sbar Di Ruang Rawat Inap. Jurnal Human Care. Volume 1 No.2 Tahun 2017