Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN

PENGEMBANGAN METODE KOMUNIKASI EFEKTIF SBAR DALAM OPERAN

DI BANGSAL SAMBA RSJD dr. ARIF ZAINUDINSURAKARTA

Oleh :

SITI MULIAWATI DEWI

070118A068

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2018
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1

DAFTAR ISI.................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................... 3
B. Tujuan........................................................................................ 4
C. Manfaat...................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori komunikasi metode SBAR : Operan. ............. 6

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pengkajian pada unit pelayanan keperawatan……………… 13


B. Identifikasi Masalah Dan Analisa Data………………………... 15
C. Diagram Fishbone………………………................................ 17
D. Alternatif Cara Penyelesaian Masalah………………………. 18
BAB IV

A. POA ............................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA20

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut hasil penelitian Catherine (2008) di Denver Health Medical Center

Kegagalan komunikasi perawat dalam melakukan operan antar shift 30% disebabkan

karena kegagalan komunikasi secara langsung seperti: 1) Komunikasi yang terlambat. 2)

Kegagalan komunikasi dengan semua anggota tim keperawatan. 3) Isi komunikasi yang

tidak jelas. Hal ini menyebabkan tujuan komunikasi yang diharapkan tidak tercapai.

Karena operan merupakan sarana komunikasi perawat dalam menyampaikan dan

menerima informasi secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan yang sudah

dilakukan dan yang belum dilakukan perawat serta perkembangan kesehatan pasien.

Tetapi operan sering dilakukan hanya laporan di nurse station tanpa melihat keadaan

pasien langsung dengan alasan kelelahan kerja perawat.

Metode komunikasi yang digunakan dalam operan sangat beragam, seperti Present

patient, Vital sign, Input/output, Treatment and diagnosis, Admission or discharge,

Legal and documentation (PVITAL), Situation, Background, Assessment, and

Recomendation (SBAR), dan Situation, History or Background, Assessment,

Recomendation, Put in writing (SHARP) (Lestari, dkk. 2014).

Berdasarkan wawancara dengan kepala Ruang dan Katim Ruang Samba di RSJD

Surakarta didapatkan masalah yang pernah terjadi antar perawat ruangan ialah mis

komunikasi. Hal ini disebabkan karena kurang efektifnya penyampaian informasi dan

pemahamanan dalam menerima infrormasi. Apabila hal ini menyangkut pasien, akan

mempengaruhi keamanan dan keselamatan pasien, sehingga ketika operan dibutuhkan

komunikasi yang efektif agar kesinambungan dalam memberikan asuhan terhadap

pasien lebih jelas dan lebih akurat sehingga pelayanan yang diberikan lebih berkualitas.
3
Berdasarkan Standar Joint Comission International (JCI) Edisi 5 Tahun 2014

(dalam Rahayu, 2016), bahwa sasaran keselamatan pasien kedua ialah tentang

komunikasi efektif salah satunya dengan metode SBAR saat operan, dengan demikian

untuk mencegah terjadinya kejadian yang tidak diharapakan. Sedangkan penggunaan

SBAR di RSJD Surakarta baru diaplikasikan saat komunikasi via telepon antar pemberi

pelayanan dengan kondisi darurat. Sehingga penulis mencoba mengembangkan metode

SBAR dalam operan perawat di Ruang Samba.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Meningkatkan mutu pelayanan dengan meningkatkan kemampuan perawat dalam

mengkomunikasikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan, mampu :


a. Mengerti dan memahami komunikasi efektif SBAR
b. Mengerti dan memahami konsep operan
c. Mengerti dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi SBAR
dalam operan
d. Tersusunnya program pelaksanaan komunikasi SBAR dalam operan

C. Manfaat

1. Mahasiswa

Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dengan menerapkan teori manajemen

keperawatan secara langsung khususnya dengan rencana harian dan rencana

bulanan perawat dan dapat mencari alternatif pemecahan masalah ketika

4
menghadapi hambatan dan kesulitan selama penerapan manajemen asuhan dan

pelayanan di ruang perawatan.

2. Rumah sakit

Sebagai bahan masukan untuk perencanaan pengembangan Sistem Pemberian

Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) dan sebagai bahan informasi untuk

melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan operansehingga dapat melakukan

perbaikan kualitas mutu pelayanan keperawatan secara bertahap.

3. Samba RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta

Sebagai informasi mengenai pelaksanaan operan sesuai standar di Ruang Samba

RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta sehingga dapat mengadakan perbaikan secara

bertahap dan terencana.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Komunikasi SBAR ( Situation, Background, Assessment, Recommendation).

a. Definisi SBAR

SBAR adalah alat komunikasi dalam melakukan identifikasi terhadap pasien

sehingga mampu meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat dan dokter,

maupun antara perawat dengan perawat. SBAR merupakan standar komunikasi

handover untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien.

(Ardoin, K. B., & Broussard, L, 2011).SBAR adalah Metode terstruktur untuk

mengkomunikasikan informasi penting yang membutuhkan perhatian segara dan

tindakan berkontribusi terhadap eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan

pasien Menurut Rofii (2013).

1) Situation : Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/dilaporkan? Menyebutkan

Nama lengkap pasien, tanggal lahir pasien, secara singkat permasalahan pasien saat

ini, kapan mulai terjadi danseberapa berat . Situasi dan keadaan seberapa berat .

Situasi dan keadaan pasien yang teramati saat itu.

2) Background: Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan dengan

situasi? Penyampaian latar belakang klinis atau keadaan yang melatar belakangi

permasalahan, meliputi catatan rekam medis pasien, diagnosa masuk RS, informasi

hal-hal penting terkait : Kulit/ ekstremitas, pasien memakai/ tidak memakai oksigen,

obatobatan terakhir, catatan alergi, cairan IV line dan hasil laboratorium terbaru.

Hasil- hasil laboratorium berikut tanggal dan jam masing-masing test dilakukan.

Hasil-hasil sebelumnya sebagai pembanding, informasi klinik lainnya yang

kemungkinan diperlukan.

6
3) Assesement : Berbagai hasil penilaian klinis perawat Penyampaian penilaian

(Assesement) terhadap situasi dan keadaan pasien yang dapat diamati saat itu,

berdasarkan pengkajian dan observasi saat itu.

4) Recomendation : Apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan? lanjut terhadap

kondisi / keadaan permasalahan kesehatan pasien saat itu. Write : Tulis rekomendasi

pemberi perintah / informasi ke dalam dokumen medik. Read Back : Baca ulang

tulisan tersebut dan eja obat- obat high alert Confirmation : tanyakan kebenaran

ucapan atau tulisan atau ada rekomendasi tambahan lain, baca ulang secara

keseluruhan isi rekomendasi.

b. Kelebihan Dokumentasi SBAR (Rodgers 2007).

1) Menyediakan cara yang efektif dan efesien untuk menyampaikan informasi dan

timbang terima

2) Menawarkan cara sederhana untuk membakukan komunikasi dengan menggunakan

elemen komunikasi SBAR

3) Menghindari kesalahan dalam proses komunikasi timbang terima pasien. 4)

Menciptakan metode yang sama dalam proses timbang terima.

c. Manfaat Dokumentasi SBAR (Rotgers, 2007)

1) Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat

2) Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya tentang

apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.

3) Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi

mengenai pasien telah dicatat (Suarli & yayan , 2010).

d. keuntungan Dokumentasi SBAR :

1) Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif

7
2) Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan

kondisi pasien.

B. Konsep Operan
1. Pengertian Operan
Menurut Patton (2007) mengatakan bahwa operan dikenal sebagai “penyerahan” atau
“pemindahan perawatan pasien” yang merupakan proses aktif dengan mentransfer
informasi pasien yang spesifik dari satu perawat ke perawat lain untuk tujuan
menjamin kelangsungan dan kemanan perawatan pasien.
Menurut Patterson (2010) mengatakan bahwa operan adalah proses penyerahan
kewenangan dan tanggung jawab utama untuk memberikan perawatan klinis pada
pasien dari satu departemen keperawatan ke keperawatan selanjutnya.
Menurut Nursalam (2014) operan pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien.
2. Tujuan
Menurut Nursalam (2014), tujuan operan sebagai berikut :
a. Menyampaikan masalah, kondisi dan keadaan klien (data fokus).
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
pada klien.
c. Menyampaikan hal-hal yangpentingyang perlu ditindak lanjuti oleh dinasberikutn
ya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
3. Manfaat Operan
Menurut Nursalam (2014), manfaat operan dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Bagi Perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b. Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar  perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
2. Bagi Klien
Klien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
3. Bagi Rumah Sakit

8
Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif.

4. Metode Operan
Menurut Kassesan dalam Lailiyyati (2013), metode operan dibagi menjadi 2 sebagai
berikut:
a. Operan dengan Metode Tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dalam Lailiyyati (2013),
mengatakan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
1) Operan hanya dilakukan di meja perawat atau nurse station.
2) Operan menggunakan komunikasi satu arah sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
3) Pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum.
4) Tidak terdapat kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga sehingga
proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up
to date.
b. Operan dengan Metode Bedside Handover
Menurut Kassean dalam Lailiyyati (2013), handover yang dilakukan sekarang
sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover yang dilakukan di
samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien
secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara umum materi yang
disampaikan dalam proses operan jaga baik secara tradisional maupun bedside
handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa kelebihan
diantaranya:
1. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi
penyakitnya secara up to date.
2. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan
perawat.
3. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien
secara khusus.

Menurut Joint Commission for Transforming Healthcare (2014), menyusun


pedoman implementasi untuk operan sebagai berikut:
a) Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya pertanyaan
dari penerima informasi tentang informasi pasien.

9
b) Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi,
pelayanan, kondisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantisipasi.
c) Proses verifikasi harus ada tentang penerimaan informasi oleh perawat penerima
dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang atau mengklarifikasi.
d) Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk perawatan
dan terapi sebelumnya.
e) Handover tidak dapat disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan kegagalan
informasi atau terlupa.

5.  Alur Operan

Alur dan format pedoman operan di ruang MPKP menurut (Achmad, dkk., 2012) adalah
sebagai berikut:

Nurse Station:
1.      Operan dipimpin kepala ruangan
2.      Ketua Tim melaporkan secara verbal dan tertulis  kondisi pasiennya berdasarkan
dokumentasi keperawatan.
3.      Ketua Tim/Penanggung  jawab sif  dan perawat pelaksana dalam tim mencatat
hariannya
4.      Proses klasifikasi informasi.

Bedside
1.      Kepala ruangan memimpin ronde ke tempat tidur  pasien
2.      Validasi data pasien.

Nurse Station
1.      Kepala ruangan merangkum informasi operan, memberikan umpan balik dan
saran tidak lanjut.
2.      Menutup operan (doa dan bersalaman).

Nurse Station
Ketua Tim/Penanggung Jawab mulai kegiatan pre-conference bersama anggota
tim/perawat pelaksana.

6. Prosedur Operan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
a.  Persiapan
1) Kedua kelompok/tim sudah dalam keadaan siap.

10
2) Kelompok/tim yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
b. Pelaksanaan
Operan dilaksanakan oleh perawat primer kepada perawat primer yang
mengganti jaga pada shift berikutnya :
1) Operan dilaksanakan setiap pergantian shift.
2) Di nursestation perawat berdiskusi untuk melaksanakan operan
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan
serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat untuk kemudian diserah terimakan kepada perawat jaga
berikutnya.
4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat operan adalah :
a) Identitas klien dan diagnose medis.
b) Masalah keperawatan yang masih ada.
c) Data fokus (Keluhan subyektif dan obyektif).
d) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan .
e) Intervensi kolaboratif dan dependensi.
f) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya.
5) Perawat yang melakukan operan dapat melakukan klarifikasi Tanya jawab
terhadap hal hal yang di operkan dan berhak menanyakan mengenai hal hal yang
kurang jelas.
6) Penyampaian saat operan secara jelas dan singkat.
7) Lama operan untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi
khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
8) Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap klien dan melakukanvalidasi
data
9) Pelaporan untuk operan ditulis secara langsung pada buku laporan ruangan oleh
perawat primer
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi SBAR dalam operan

Menurut penelitian yang dilakukan (Reziki, dkk. 2017) Ada hubungan yang

signifikan antara sikap dan motivasi dengan penerapan komunikasi SBAR pada saat

11
overan dinas di ruang rawat inap. Diharapkan kepada perawat sebagai tenaga

pelaksana pemberian asuhan keperawatan kepada pasien untuk dapat melakukan

segala tindakan keperawatan sesuai dengan standar operasional prosedure yang telah

ditetapkan, termasuk pelaksanaan komunikasi SBARpada saat operan dinas demi

menjaga keamanan pasien dengan pemberian informasi tentang keadaan dan kondisi

pasien dengan jelas kepada tenaga pemberian asuhan keperawatan lain yang akan

menangani pasien yang bersangkutan.

D. Metode SBAR dalam Operan

NO KOMPONEN OBSERVASI
1 Situation (kondisi terkini yang terjadi pada
pasien)
1 Perawat menyebutkan nama dan tgl lahir pasien
2 Perawat menyebutkan diagnosa medis pasien
3 Perawat menyampaikan keluhan pasien
2 Background (Info penting yang berhubungan
dengan kondisi pasien terkini)
5 Perawat menjelaskan tanda-tanda vital pasien
6 Perawat menjelaskan kondisi klinik lain yang mendukung seperti hasil Lab,
Rontgen dll
7 Perawat menyebutkan pemasangan alat invasif(infus, dan alat bantu lain
seperti kateter dll),serta pemberian obat dan cairan infuse.
3 Assessment (hasil pengkajian dari kondisi
pasien terkini)
8 Perawat menjelaskan hasil analisis sesuai hasil pengkajian
4 Recommendation/Rekomendasi
9 Perawat menjelaskan intervensi/tindakan yangsudah dilakukan dan tindakan
yang perludilanjutkan
(Rahayu, dkk. 2016)

BAB III

12
ANALISA MASALAH

A. PENGKAJIAN FUNGSI PENGARAHAN DAN PENGAWASAN

a. Komunikasi

Kajian Data :

1. Strategi komunikasi
a) Wawancara

Berdasarkan wawancara dengan kapala ruang dan katua tim Samba yang

dilakukan pada tanggal 4 Maret 2019 didapatkan hasil strategi komunikasi

dilakukan secara langsung yang terdiri dari operan, pre conference, post

conference. Kegiatan tersebut sudah memiliki SOP tetapi kadang

dilakukan. Dilakukan tetapi tidak secara formal atau mengikuti SOP.

Masalah yang ada sebelumnya ialah adanya mis komunikasi antar perawat.

b) Observasi

Berdasarkan hasil pengamatan 7 hari selama pengkajian didapatkan hasil

bahwa strategi komunikasi di ruang Samba sudah dilakukan tetapi tidak

dilakukan secara formal dan kadang dilakukan. Sehingga perlu

dikembangkan metode SBAR untuk operan agar efektif dan mencegah

terjadinya mis komunikasi antar perawat jaga. Selain itu penggunaan

komunikasi SBAR hanya dilakukan pada kondisi pasien yang

membutuhkan penanganan segera dan melalui via telepon.

2. Model Komunikasi

a) Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap kepala ruang dan

ketua tim di Ruang Samba di dapatkan hasil bahwa untuk model

komunikasi di Ruang Samba di lakukan secara lansung bisa disaat

13
pertemuan pre conference, post conference dan saat operan, bisa juga

melalui media sosial. Sedangkan untuk metode SBAR hanya digunakan

untuk pelaporan kejadian insidentil saja kepada dokter penanggungjawab.

Penggunaan metode SBAR sebelumnya belum pernah dilakukan untuk

operan shift. Sehingga perlu dikembangkan metode SBAR untuk operan

agar efektif dan mencegah terjadinya mis komunikasi antar perawat jaga.

Masalah : belum optimal dan efektif pelaksanaan operan sesuai dengan

SOP sehingga penulis ingin mencoba mengembangkan metode SBAR

untuk operan

14
B. Analisis SWOT

Strength Weakness Opportunity Threat


Aspek yang di kaji
(Kelebihan) (Kekurangan) (Peluang) (Ancaman)
Penerapan 1. Sudah terdapat Belum Pengetahuan Terjadinya
komunikasi SBAR SOP komunikasi 1. optimalnya perawat tentang mis
saat operan jaga dan SBAR dalam penerapan komunikasi komunikasi
komunikasi SBAR komunikasi antar komunikasi SBAR sudah
dengan tenaga tenaga kesehatan SBAR dalam memadai karena
kesehatan kegiatan komunikasi
operan dan SBAR
komunikasi diterapkan pada
antar tenaga kejadian
kesehatan incidental
2. Penerapan 2. Kurangnya melalui via
komunikasi SBAR motivasi dan telpon
sudah diterapkan kesadaran
melalui via telpon pelaksanaan
operan
dengan
metode SBAR

15
C. IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA

No Data fokus Masalah


1  Data subyektif Ketidakefektifan
pelaksanaan operan
Strategi komunikasi di Ruang Samba,
Wawancara

Berdasarkan wawancara dengan kapala ruang dan katua tim Samba didapatkan hasil strategi

komunikasi dilakukan secara langsung yang terdiri dari operan, pre conference, post conference.

Kegiatan tersebut sudah memiliki SOP tetapi kadang dilakukan. Dilakukan tetapi tidak secara formal

atau mengikuti SOP. Masalah yang ada sebelumnya ialah adanya mis komunikasi antar perawat.

Model Komunikasi

Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap kepala ruang dan ketua tim di Ruang Samba

di dapatkan hasil bahwa untuk model komunikasi di Ruang Sambadi lakukan secara lansung bisa

disaat pertemuan pre conference, post conference dan saat operan, bisa juga melalui media sosial.

Sedangkan untuk metode SBAR hanya digunakan untuk pelaporan kejadian insidentil saja kepada

dokter penanggungjawab dan dilakukan melalui via telpon. Penggunaan metode SBAR sebelumnya

2
belum pernah dilakukan untuk operan shift. Sehingga perlu dikembangkan metode SBAR untuk

operan agar efektif dan mencegah terjadinya mis komunikasi antar perawat jaga.

 Data Objektif :
Observasi
Berdasarkan hasil pengamatan 7 hari selama pengkajian didapatkan hasil bahwa strategi komunikasi
di ruang Samba sudah dilakukan tetapi tidak dilakukan secara formal dan kadang dilakukan. Sehingga
perlu dikembangkan metode SBAR untuk operan agar efektif dan mencegah terjadinya mis
komunikasi antar perawat jaga.

3
4
D. Prioritas Masalah

Prioritas Masalah Jumlah


T R Prioritas
No Masalah Importancy IxTxR

P S RI PC DU Pc

1. Belum optimalnya
penerapan dan
pelaksanaan
aktivitas terjadwal

Keterangan :

1. Importancy (I) atau pentingnya masalah


Prevalency (P) : Masalah lebih banyak serius
Secerity (S) : Akibat yang ditimbulkan apabila tidak ditangani.
Rate of Increase (RI) : Angka kenaikan
Public concern (PC) : Perhatian masyarakat
Degree of Unmeetneeds(DU) : Tingkat keinginan yang tidak terpenuhi
Politic Climate (PC) : Politic Climate
2. Technology (T) : Tehnologi yang tersedia
3. Resource (R) : Sumber daya yang tersedia (manusia,dana,alat,dll)

5
E. DIAGRAM FISHBONE

1. Ketidakefektifan pelaksanaan operan di Ruang Samba

MAN
Kurangnya motivasi dan kesadaran pelaksanaan operan dengan metode SBAR di Ruang Samba Sam

Ketidakefektifan pelaksanaan operan di Ruang Samba

METODE
MATERIAL
Operan sudah dilakukan namun tidakefektif dan tidak resmi dan dilakukan kadang-kadang .
sudah tersedia SOP operan

6
F. ALTERNATIF CARA PENYELESAIAN MASALAH

Penyebab Masalah Rencana Penyelesaian Masalah

Ketidakefektifan pelaksanaan operan di Ruang Samba, a. Mendiskusikan penggunaan komunkasi SBAR dalam operan.
b. Melakukan sosialisasi pentingnya komunkasi SBAR dalam
operan.
c. Sosialisasi keikutsertaan KARU dan KATIM saat
dilaksanakannya komunkasi SBAR dalam operan.
d. Melakukan/Action role model pelaksanaan komunkasi
SBAR dalam operan.

7
BAB IV

PLAN OF ACTION (POA)

No Rencana Tindakan Metode Sasaran Bahan dan Alat Waktu Tempat Pelaksana

1 Mendiskusikan penggunaan Diskusi KARU, SOP operan Ruang Samba Siti


KATIM, PA
komunkasi SBAR dalam Muliawati
operan. Dewi

2 Melakukan sosialisasi Diskusi dan KARU, Materi operan Ruang Samba Siti
sosialisasi KATIM, PA
pentingnya komunkasi Muliawati
SBAR dalam operan. Dewi

3 Sosialisasi keikutsertaan Diskusi dan KARU, Materi Uraian Ruang Samba Siti
sosialisasi KATIM, PA Tugas
KARU dan KATIM saat Muliawati
dilaksanakannya komunkasi Dewi
SBAR dalam operan.
4. Melakukan/Action role Action KARU, Action Ruang Samba Siti
KATIM, PA
model pelaksanaan Muliawati
komunkasi SBAR dalam Dewi
operan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Catherine. (2008). Denver Health Medical Center

Lestari, Dilla Fitri Ayu, Suryani Maria dan Meikawati Wulandari. 2014.

Pengaruh Operandengan Metode SBAR Terhadap Pendokumentasian Implementasi

dan Evaluasi Asuhan  Keperawatan  di  Ruang  Flamboyan II RSUD Kota Salatiga

.Salatiga. Jurnal IlmuKeperawatan dan Kebidanan (JIKK).

Nursalam,(2002).Manajemen Keperawatan:Aplikasi Dalam Praktik KeperawatanProfes
ional. Salemba Medika. Jakarta.
Patterson, E. 2010. Patient Handoff: Standardized and Reliable Measurement Tools
Remain Elusive [Serial Online]. Diakses melalui web
http://medicine.osu.edu/hrs/research/Documents/02-patterson.pdf
Patton, K. 2007. Handoff Communication: Safe Transitions in Patient Care [Serial
Online]. Diakses melalui web
http://www.usahealthsystem.com/workfiles/com_docs/gme/2011%20Workfiles/Handoff
%20CommunicationSafe%20Transitions%20in%20Patient%20Care.pdf
Rahayu, dkk. 2016. Gambaran Penerapan Handover Antar Shift Oleh Perawat dengan

Menggunakan Metoda SBAR di Gedung Kemuning RSUP Dr. Hasan Sadikin

Bandung. Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 1, Juni 2016 ISSN 1410-234X

  Rofii, Muhamad. (2013). Komunikasi efektif dengan SBAR. Disampaikan dalam

pelatihan di RSUD Tugurejo Semarang tanggal 21 November 2013.

Suarli dan Bahtiar, Yanyan. 2010 Manajemen Keperawatan dengan pendekatan praktis.

Jakarta. Erlangga.

Fitrianola Rezkiki, Ghita Sri Utam. 2017.Faktor Yang Berhubungan Dengan Penerapan

Komunikasi Sbar Di Ruang Rawat Inap. Jurnal Human Care. Volume 1 No.2 Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai