Disusun Oleh :
TAHUN 2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat dan rahmat
serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal lokakarya mini yang
berjudul “Praktik Profesi Manajemen Keperawatan Terkait Komunikasi Efektif
SBAR di Ruang Rawat Inap Stroke Unit Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP)
Jakarta Selatan”.
Proposal lokakarya mini ini dibuat untuk memenuhi tugas mata ajar
Manajemen Keperawatan pada Program Studi Profesi Ners – Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Pertamedika. Penulis menyadari banyak pihak yang turut membantu sejak
awal penyusunan proposal lokakarya mini ini. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
2
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................3
B. Latar Belakang.......................................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................................5
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan............................................................................6
E. Cara Pengumpulan data..........................................................................................6
F. Manfaat Pelaksanaan Praktik Keperawatan Manajemen.....................................7
BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................................8
A. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN.......................................................8
B. KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM KEPERAWATAN....................................12
C. KOMUNIKASI EFEKTIF SBAR........................................................................14
D. KONSEP RISIKO JATUH..................................................................................17
E. KONSEP HAND HYGIENE...............................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sasaran pembangunan Kesehatan di Indonesia di antaranya adalah
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang semakin bermutu dan merata.
Untuk mencapai sasaran ini, maka ditetapkan peningkatan mutu pelayanan
rumah sakit sebagai bagian dari tujuan program pembangunan kesehatan.
Mutu pelayanan menunjukkan pada tingkat kesempatan pelayanan
Kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan setiap pasien.
4
yang efektif dalam lingkungan perawatan kesehatan membutuhkan
pengetahuan, keterampilan dan empati. Hal ini mencakup
mengetahui kapan harus berbicara, apa yang harus dikatakan dan bagaimana
mengatakannya serta memiliki kepercayaan diri dan kemampuan
untuk memeriksa bahwa pesan telah diterima dengan benar.
Meskipun digunakan setiap hari dalam situasi klinis, keterampilan
komunikasi perlu dipelajari, dipraktekkan dan disempurnakan oleh
semua perawat sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan jelas, singkat
dan tepat dalam lingkungan yang serba cepat dan menegangkan.
5
termasuk memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk
diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya.
Dari hasil pengamatan di ruang perawatan Stroke Unit yang dilakukan pada
tanggal 26 April sampai 29 April 2021, diperoleh data bahwa perawat dalam
melakukan serah terima pasien antara shift tidak sistematis dan belum
sepenuhnya menerapkan metode SBAR, sehingga berisiko untuk terjadinya
kesalahan dan adanya informasi mengenai pasien yang tertinggal. Hal ini
terbukti dengan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh mahasiswa
terhadap proses serah terima pasien diketahui bahwa penerapan metode
komunikasi SBAR dalam proses serah terima pasien belum optimal yaitu
sebesar 70% yang artinya hanya ada 8 perawat dari total 12 perawat yang
ada di ruang perawatan Stroke Unit yang melakukan metode komunikasi
SBAR dalam proses serah terima pasien antara shift, sehingga menimbulkan
masalah dan kendala dalam melakukan asuhan keperawatan pada shift
selanjutnya. Untuk memecahkan masalah tersebut kelompok merasa perlu
mengadakan pertemuan dalam bentuk lokakarya mini.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan pada pasien di
ruang perawatan Stroke Unit Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta.
2. Tujuan Khusus
Secara individu/kelompok mahasiswa dapat menunjukan kemampuan:
a. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang ada di ruang perawatan
Stroke Unit
b. Menentukan alternatif pemecahan masalah yang ada di ruang
perawatan Stroke Unit melalui Lokakarya Mini.
c. Melakukan implementasi alternatif pemecahan masalah yang ada di
ruang Stroke Unit
6
d. Melakukan evaluasi terhadap keefektifan alternatif penyelesaian
masalah yang telah dilaksanakan di ruang perawatan Stroke Unit
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Tempat praktek mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Stase Manajemen
Keperawatan dilaksanakan di ruang Stroke Unit Rumah Sakit Pusat Pertamina
(RSPP) Jakarta.
D. Cara Pengumpulan data
Metode pengumpulan data dalam praktik manajemen keperawatan di Ruang
Perawatan Stroke Unit dilakukan dengan cara:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data umum mengenai kondisi fisik
ruangan, struktur organisasi, visi dan misi, proses pelayanan keperawatan,
inventaris ruangan dan asuhan keperawatan pada pasien serta pelaksanaan
asuhan keperawatan dan pendokumentasian proses asuhan keperawatan.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruang, ketua tim, dan perawat
pelaksana untuk memperoleh gambaran secara umum proses pelaksanaan
operasional ruangan, serta wawancara kepada pasien dan keluarga untuk
mengumpulkan data tentang proses pelayanan keperawatan serta kepuasan
pasien dan keluarga terhadap pelayanan yang diberikan.
3. Studi dokumentasi
Kegiatan ini dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik
pasien, ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajeman ruangan,
prosedur tetap ruangan dan inventaris ruangan.
7
2. Perawat Ruangan
Sebagai masukan dalam menjalankan praktik profesionalisme di lahan
praktik guna meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja dan disiplin kerja yang optimal
b. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan lain dan perawat dengan klien
3. Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dan pengelolaan suatu ruang rawat di rumah
sakit mulai dari perencanaan, pengornanisasian, pengarahan,
pengontrolan dan evaluasi manajemen keperawatan.
b. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model Tim yang
diaplikasikan di ruang perawatan Stroke Unit Rumah Sakit Pusat
Pertamina (RSPP) Jakarta.
c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi, menganalisis masalah di ruang
perawatan Stroke Unit Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta dan
menyusun rencana strategi (planning of action) guna menyelesaikan
masalah.
Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan pemecahan
masalah yang dalam bentuk usulan yang mendukung pelayanan
keperawatan dan program keselamatan pasien di ruang perawatan Stroke
Unit Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta.
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Manajemen sebagai suatu usaha dengan melibatkan banyak orang dalam
organisasi sebagai upaya untuk mencapai tujuan organisasi (Sudarta,
2015). Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan
integrasi sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan
dan pelayanan keperawatan. Menurut Suyanto (2009) menyatakan bahwa
lingkup manajemen keperawatan adalah manajemen pelayanan kesehatan
dan manajemen asuhan keperawatan.
9
i. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan
j. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin
k. Manajemen keperawatan memotivasi
l. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif
m.Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian.
10
melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan, terutama dalam
berprilaku (Nursalam, 2016). Pemimpin/manajer harus menciptakan
lingkungan kerja yang dapat memenuhi, baik kebutuhan organisasi
maupun individu. Ketegangan yang memadai harus diciptakan
untuk mempertahankan produktivitas sekaligus mendorong
kepuasan kerja pegawai (Marquis & Huston, 2016).
2) Komunikasi
Komunikasi merupakan unsur penting dalam menggerakkan atau
mengarahkan bawahan. Komunikasi suatu pertukaran pikiran,
perasaan, pendapat, dan pemberian nasihat yang terjadi antara dua
orang atau lebih yang bekerjasama (Nursalam, 2016).
Dalam organisasi pelayanan keperawatan ada beberapa bentuk
kegiatan pengarahan yang didalamnya terdapat komunikasi, Asmuji
(2012) antar lain sebagai berikut:
a) Operan/Timbang Terima
Operan merupakan suatu kegiatan komunikasi yang bertujuan
mengoperasikan asuhan keperawatan kepada shift berikutnya.
Kegiatan operan ini dipimpin oleh manajer ruangan (kepala ruang)
atau penanggung jawab shift jika tidak ada kepala ruang. Pemimpin
operan bertugas dalam mengatur kegiatan operan, sekaligus juga
memberikan pengutan-pengutan yang bertujuan untuk
menggerakkan perawat bawahannya.
b) Pre-Conference
Pre-conference adalah komunikasi ketua tim/penanggung jawab
shift dengan perawat pelaksana setelah selesai operan. Kegiatan ini
dilakukan pada masing-masing tim. Kegiatan pre- conference
dipimpin oleh ketua tim/penanggung jawab shift memberikan
arahan (pembagian penanggung jawab masing-masing pasien,
menanyakan rencana harian, dan lain-lain) kepada perawat
pelaksana sebelum terjun ke pasien.
11
c) Post-Conference
Post-conference adalah komunikasi ketua tim atau penanggung
jawab shift dengan perawat pelaksana sebelum timbang terima atau
operan/mengakhiri dinas dilakukan, kegiatan ini juga dilakukan
pada masing- masing tim. Isi komunikasi dalam kegiatan ini
membahas segala hal yang telah dilaksanakan dalam asuhan
keperawatan kepada pasien, apa saja yang belum dilaksanakan dan
perlu disampaikan kepada shift berikutnya, apa saja yang perlu
dilaporkan terkait dengan kondisi pasien, kendala-kendala yang
dialami selama memberikan asuhan keperawatan, dan lain-lain.
d) Pendelegasian
Delegasi adalah pemberian otorisasi atau kekuasaan formal dan
tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan tertentu kepada orang
lain. Pelimpahan otoritas oleh atasan kepada bawahan diperlukan
agar organisasi dapat berfungsi secara efisien karena tak ada atasan
yang dapat mengawasi pribadi setiap tugas-tugas organisasi
(Winarti et al., 2012).
d. Fungsi Pengawasan Keperawatan di Ruang Rawat Inap
Fungsi pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan pelaran
untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang
telah ditetapkan (Wijayanti, 2012). Fungsi pengawasan adalah suatu
kegiatan manajemen yang di tujukan untuk mengamati dan memonitor
secara berkelanjutan yang penting, adalah apakah sesuai dengan
rencana atau tujuan untuk mengadakan pembenaran terhadap hasil
yang menyimpang dari rencana (Winarti et al., 2012).
12
F. KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM KEPERAWATAN
1. Pengertian Komunikasi
13
3. Tingkatan Komunikasi
Komunikasi terjadi pada tingkat intrapersonal, interpersonal dan publik.
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi di dalam diri
individu tanpa disadari. Tujuan dari komunikasi intrapersonal adalah
kesadaran diri yang mempengaruhi konsep diri dan perasaan dihargai.
Komunikasi interpersonal adalah interaksi antara dua orang atau lebih.
Komunikasi interpersonal yang sehat akan dapat menimbulkan terjadinya
pemecahan masalah, menimbulkan berbagai ide, dan pengambilan
keputusan bersama. Komunikasi ini dapat digunakan antara perawat-
pasien, perawat–tenaga kesehatan lainnya. Dalam keperawatan
keperawatan interpersonal sering digunakan seperti saat berkomunikasi
antara pasien dan perawat, perawat dan tenaga kesehatan lainnya saat
pelaporan kondisi pasien.
4. Bentuk Komunikasi
a. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal merupakan kata-kata yang diucapkan maupun
ditulis. Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang biasa
digunakan dalam pelayanan keperawatan rumah sakit. Komunikasi
verbal yang efektif harus mencakup komponen jelas dan ringkas,
kosa kata harus diperhatikan, memperhatikan makna denotatif dan
konotatif, kecepatan, waktu dan relevansi dan humor.
b. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah trasnmisi pesan tanpa menggunakan
kata-kata dan merupakan salah satu cara bagi seseorang untuk
mengirimkan pesan kepada orang lain. Gerakan tubuh, isyarat,
getaran suara merupakan komunikasi non verbal yang mengikuti
komunikasi verbal. Bentuk komunikasi nonverbal meliputi
metakomunikasi, penampilan sosial, intonasi, ekspresi wajah,
postur dan gaya berjalan, gerakan tubuh, dan sentuhan.
14
5. Penerapan Komunikasi Efektif
a. Persepsi
Persepsi setiap perawat terkait komunikasi yang efektif berbeda-
beda. Persepsi perawat dapat terbentuk dari pengalaman perawat itu
sendiri dan persepsi dapat mempengaruhi kerja perawat dalam
berkomunikasi.
b. Pengetahuan
Pengetahuan perawat akan komunikasi yang efektif penting
diperhatikan. Pengetahuan perawat terkait komunikasi efektif yang
kurang akan mempengaruhi proses komunikasi.
c. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan atau keinginan sendiri untuk
melakukan suatu komunikasi yang efektif.
15
pasien. Teknik SBAR (Situation, Background, Assassement,
Recomendation) menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi antara
anggota tim kesehatan tentang kondisi pasien. SBAR merupakan
mekanisme komunikasi yang mudah diingat, merupakan cara yang mudah
untuk berkomunikasi dengan anggota tim, mengembangkan kerja anggota
tim dan meningkatkan keselamatan pasien.
7. Komponen SBAR
Komunikasi SBAR memiliki beberapa komponen. Komponen tersebut
meliputi:
S: Situation: Komponen situation ini secara spesifik perawat harus
menyebut usia pasien, jenis kelamin, diagnosis pre operasi, prosedur,
status mental, kondisi pasien apakah stabil atau tidak.
Contoh dari komponen Situasion seperti Identifikasi unit, pasien,
status penyebab dari status klinik, status diagnosa, status secara
singkat seperti kapan dimulai, tujuan dari transfer dan indikasi klinik
atau tujuan dari tes diagnosis.
B : Background: Komponen background menampilkan pokok masalah
atau apa saja yang terjadi pada diri pasien, keluhan yang mendorong
untuk dilaporkan seperti sesak nafas, nyeri dada, dan sebagainya.
Menyebutkan latar belakang apa yang menyebabkan
munculnyakeluhan pasien tersebut, diagnosis pasien, dan data klinik
yang mendukung masalah pasien.
Contoh komponen Background yaitu tanggal penerimaan, vital sign,
alergi, situasi nyeri, medikasi (dosis obat), antibiotik, IV infus, hasil
laboratorium, diit, klinik informasi lainnya meliputi jenis monitoring
yang dibutuhkan.
A: Assesment: Komponen assessment ini berisi hasil pemikiran yang
timbul dari temuan serta difokuskan pada problem yang terjadi pada
pasien yang apabila tidak diantisipasi akan menyebabkan kondisi
yang lebihburuk.
16
Contoh komponen Assessment yaitu prioritas dari fokus masalah,
karakteristik nyeri, pencegahan keamanan petugas kesehatan,
kemampuan koping dari penyakitnya, pencegahan kulit, monitoring
gastroentestinal perdarahan.
R: Recommendation: Komponen recommendation menyebutkan hal-hal
yang dibutuhkan untuk ditindak lanjuti. Apa intervensi yang harus
direkomendasikan oleh perawat.
Contoh komponen Recommendation seperti pasien harus segera
diperiksa, perintah terbaru, perintah diubah, pencegahan keselamatan
dari petugas dan pasien, transfer pasien, medikasi infus, monitoring
dan intervensi nyeri.
17
tindakan yang sesuai dengan kondisi pasien. Pelaporan kondisi pasien
yang efektif dapat meningkatkan keselamaran pasien. Faktor yang
dapat mempengaruhi pelaporan kondisi pasien adalah komunikasi.
Komunikasi yang tidak efektif antara perawat dan dokter dapat
mempengaruhi keselamatan pasien. Berbagai jurnal yang telah diteliti
dihasilkan komunikasi efektif seperti SBAR dapat meningkatkan
komunikasi antara perawat-dokter sehingga angka keselamatan pasien
meningkat.
c. Transfer Pasien
Transfer pasien adalah perpindahan pasien dari satu ruangan ke
ruangan lain dan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk
mendapatkan perawatan lebih lanju. Transfer pasien dibagi menjadi
transfer pasien internal dan external. Transfer pasien internal adalah
transfer antar ruangan didalam rumah sakit dan transfer pasien external
adalah transfer antar rumah sakit. Transfer pasien dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang sudah memiliki kemampuan dan pengetahuan
terkait prosedur transfer. Kemampuan dan pengetahuan tenaga
kesehatan yang harus dimiliki adalah memahami proses pra transfer,
peralatan transfer, dan komunikasi saat transfer pasien. Komunikasi
yang efektif diperlukan untuk proses pelayanan kesehatan. Salah satu
proses pelayanan kesehatan adalah transfer pasien. Komunikasi SBAR
merupakan salah satu komunikasi efektif yang dapat meningkatkan
keselamatan pasien.
18
jelas. Masalah yang terjadi saat transfer pasien dapat berdampak pada
keselamatan pasien.
19
l. Berikan alas kaki yang tidak licin.
m. Jaga lantai kamar mandi agar tidak licin.
20
hand hygiene antara lain:
a. Untuk memutus transmisi mikroba melalui tangan, diantaranya :
1) diantara area perawatan dan zona pasien
2) diantara zona pasien dan area perawatan
3) pada daerah tubuh pasien yang berisiko infeksi (contoh:
membran mukosa, kulit non-intak, alat invasif)
4) dari darah dan cairan tubuh.
b. Untuk mencegah:
1) kolonisasi patogen pada pasien (termasuk yang
multiresisten)
2) penyebaran patogen ke area perawatan
3) infeksi yang disebabkan oleh mikroba endogen
4) kolonisasi dan infeksi pada tenaga kesehatan
21
pada telapak kanan dan sebaliknya lalu keringkan tangan.
b. Teknik hand hygiene dengan handrub menggunakan bahan
berbasis alkohol
1) Berikan alkohol secukupnya pada tangan
2) Ratakan alkohol keseluruh permukaan tangan
3) Gosok telapak tangan kiri dengan telapak tangan kanan
4) Telapak tangan kanan digosokkan kepunggung tangan kiri
beserta ruas-ruas jari, begitu juga sebaliknya
5) Gosok telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri
dengan jari-jari saling terkait
6) Letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan jari
saling mengunci
7) Jempol kanan digosok memutar oleh telapak tangan kiri,
begitu sebaliknya
8) Jari kiri menguncup, gosok memutar kekanan dan kekiri
pada telapak kanan dan sebaliknya lalu keringkan tangan.
Waktu yang diperlukan yaitu sekitar 20-30 detik.
22
BAB III
Kepala Ruangan
Kepala Tim
Kepala Tim
Kepala Tim
PP PP PP
2. Perencanaan
Perencanaan operasional layanan keperawatan kepada pasien dilakukan
langsung oleh perawat penanggung jawab pasien dan DPJP/Dokter Ruangan.
Perencanaan tersebut dicatat dalam formulir pengkajian keperawatan dan
23
medis umum. Selain itu rencana keperawatan akan dituangkan dalam format
perencanaan keperawatan. Dalam perencanaan ini termasuk juga kebutuhan
edukasi dan discharge planning sesuai dengan hasil pengkajian.
Perancanaan operasional ruangan dibuat oleh Kepala Ruangan untuk
pelaksanaan satu tahun. Perencanaan ini meliputi perencanaan anggaran
pendapatan, anggaran biaya investasi dan anggaran biaya operasional,
penghitungan WLA, perencanaan pengembangan SDM, dll.
24
Metode yang diterapkan adalah metode tim dimana asuhan keperawatan
terbagi dalam 4 tim yang terdiri dari 3 shift yaitu shift pagi 07.00-14.00, shift
siang 14.00-20.00 dan shift malam 20.00-07.00. Pola yang berlaku adalah satu
shift dengan orang yang sama dan sistem kerja berpola 3:1 artinya 3 hari kerja
1 hari libur.
Setiap shift dipimpin oleh seorang Kepala Tim yang akan membagi tanggung
jawab pasien kepada perawat pelaksana di timnya masing-masing.
Pendelegasian wewenang dalam asuhan keperawatan dilakukan oleh KaTim
atas dasar pada penilaian/asesmen yang telah dilakukan sebelumnya.
Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penata regu/perawat pelaksana
sesuai dengan program yang telah dibuat oleh DPJP/ team Medis serta dari
Katim.
Dari pengamatan yang dilakukan dari tanggal 26 April sampai 29 April 2021,
untuk serah terima pasien antara shift satu ke shift selanjutnya, hanya ada
beberapa orang perawat (8 orang dari 12 perawat) atau hanya tercapai 70%
yang menerapkan metode SBAR. Hal ini menyebabkan handover atau operan
tentang asuhan keperawatan tidak jelas dan lengkap, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan.
6. Dokumentasi
Pendokumentasian pengkajian menggunakan format yang telah tersedia dan
telah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pengisian pengkajian
keperawatan secara umum sudah lengkap. Untuk pencatatan rencana
keperawatan sudah dilakukan menggunakan Asuhan Keperawatan, sedangkan
untuk catatan implementasi dan evaluasi keperawatan dilakukan manual pada
catatan keperawatan dan catatan perkembangan pasien terintegrasi.
25
Dokumentasi pada saat implementasi keperawatan khususnya pengukuran
TTV dan monitoring balance cairan biasanya menggunakan lembaran kertas
yang akan dipindahkan ke file berkas rekam medis.
7. Pemberian obat
Pelaksanaan pemberian obat dibagi dalam dua katagori yaitu parenteral dan
enteral. Rencana pemberian obat ditulis oleh DPJP/tim medis dalam Catatan
Pengobatan. Penyediaan kebutuhan obat pasien dilakukan oleh petugas
farmasi. Implementasi pemberian obat injeksi dilakukan menggunakan stiker
dengan menuliskan identitas pasien, nama dan dosis obat serta jam pemberian
dan rutenya. Penulisan stiker dilakukan pada saat akan memberikan obat dan
ditempelkan pada syringe obat yang telah dioplos. Pemantauan dilakukan
dengan mencocokkan catatan pengobatan dengan stiker. Setelah pemberian
diparaf pada catatan pengobatan oleh perawat yang memberikan dan saksi.
Sedangkan pelaksanaan pemberian obat oral menggunakan daftar obat untuk
setiap pasien, apabila ada perubahan obat harus langsung ditulis dan tidak
boleh lupa.
8. Pelaksanaan edukasi
Edukasi adalah faktor penting dalam pemberian asuhan keperawatan. Perawat
diharuskan memberikan edukasi sesuai dengan pengkajian yang dilakukan.
Sesuai dengan standar dari Akreditasi RS bahwa seorang pasien yang dirawat
di RS minimal mendapatkan edukasi tentang penyakit, pengobatan, nutrisi
dan penanganan nyeri. Di nurse station telah tersedia beberapa leaflet dan alat
peraga untuk melakukan edukasi, sehingga pemberian edukasi di Stroke Unit
sudah berjalan dengan baik dan setiap bulannya target pemberian edukasi
kepada pasien tercapai 85%-95%. Pelaksanaan edukasi dimonitor setiap bulan
oleh kepala Ruangan untuk dilaporkan sebagai indikator mutu rawat inap.
9. Supervisi
26
Supervisi dilakukan oleh kepala Ruangan pada saat timbang terima shift atau
secara tentatif, sedangkan oleh Ketua Tim dilakukan pada saat jam kerja
shiftnya. Apabila ada hal-hal yang terkait dengan medis akan dilaporkan oleh
Ketua tim kepada Dokter Jaga Ruangan atau ke DPJP untuk ditindak lanjuti.
Selain itu supervisi pelaksanaan asuhan keperawatan oleh Kepala Ruangan
juga dilakukan terhadap pasien yang sudah pulang rawat dengan melihat
kelengkapan berkas rekam medis.
J. Analisis SWOT
1. Strength (Kekuatan)
a. Stroke Unit adalah bagian dari Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP)
b. RSPP Jakarta Selatan sudah terakreditasi Manajemen Mutu :
Akreditasi KARS versi dengan predikat Paripurna
c. Dokter Spesialis mitra yang cukup serta adanya dokter ruangan.
d. Jumlah tenaga perawat sesuai dengan WLA
e. Semua perawat berpendidikan minimal D3 keperawatan
f. Sarana dan prasarana peralatan medis untuk mendukung asuhan
keperawatan lengkap
g. Sarana komputer tersambung jaringan internet dan printer tersedia
h. Ketersediaan SPO dan SAK cukup lengkap
i. Pengelolaan obat sudah dilakukan oleh petugas farmasi
2. Weakness (Kelemahan)
a. Metode pemberian asuhan keperawatan masih metode tim
b. Serah terima antara shift belum optimal menerapkan metode SBAR
27
c. Pengaturan tenaga keperawatan masih belum sesuai dengan beban
kerja (fixed)
d. Belum optimalnya dokumentasi catatan keperawatan
e. Adanya duplikasi pencatatan hasil TTV dan Balans Cairan
menggunakan kertas selembar untuk dipindahkan ke file berkas rekam
medis.
f. Pengadaan alat pengikat untuk pasien gelisah belum memadai
g. Tidak ada administrasi khusus Stroke Unit
h. Kurangnya pengawasan terhadap penerapan hand hygiene perawat
i. Perawat masih suka lupa mencuci tangan setelah dari satu pasien ke
pasien lain
3. Oportunity (Peluang)
a. Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan
b. Trend bisnis kesehatan saat ini pasien mau membayar mahal untuk
layanan kesehatan yang bermutu dan profesional
c. Dokumentasi keperawatan yang baik dan benar akan meningkatkan
mutu layanan keperawatan.
4. Threat (Ancaman)
a. Banyaknya rumah sakit pesaing yang lebih mewah
b. Semakin tingginya harapan dan tuntutan masyarakat akan kualitas
layanan
c. Semakin kritisnya masyarakat terhadap aspek legal dan etik
d. Semakin luasnya informasi di antara masyarakat melalui jaringan
media sosial
28
K. Analisis Data
Data penunjang Data Penghambat Masalah
1. Telah dilakukan pengkajian 1. Metode pemberian Belum optimalnya
keperawatan dan medis masih metode tim pelaksanaan serah
2. Sebagian asuhan keperawatan asuhan keperawatan. terima antara shift
dilakukan menggunakan 2. Serah terima antara dengan menggunakan
Formulir catatan Keperawatan shift belum optimal metode SBAR.
Pasien menerapkan metode
3. Ketersediaan SPO dan SAK SBAR.
cukup lengkap
1. Ruang rawat Stroke Unit terdiri 1. Belum tersedia alat Belum optimalnya
dari 1 ruangan kelas 1 dengan pengikat untuk pasien sarana untuk
kapasitas total 6 empat tidur, 1 gelisah meminimalisir risiko
nurse station berada di tengah jatuh
yang berhadapan langsung
dengan tempat tidur pasien
2. Sudah tersedia fasilitas
penunjang emergency
1. Sudah tersedianya sarana 1. Kurangnya Belum optimalnya
mencuci tangan pengawasan terhadap penerapan hand hygiene
2. Jumlah washtafel di Stroke penerapan hand
Unit ada 2 hygiene perawat
3. Jumlah handrub ada 6 buah 2. Perawat masih suka
lupa mencuci tangan
setelah dari satu
pasien ke pasien lain
29
y y s
1. Belum optimalnya
pelaksanaan serah
terima antara shift
dengan 5 4 4 5 400
menggunakan
metode SBAR.
2. Belum optimalnya
sarana untuk
4 4 3 3 144
meminimalisir
risiko jatuh
3. Belum optimalnya
penerapan hand 4 4 4 3 192
hygiene
Keterangan:
Capability : Kemampuan melaksanakan alternatif
Accesability : Kemudahan melaksanakan alternatif
Readiness : Kesiapan dalam melaksanakan alternatif
Laverage : Daya ungkit alternatif dalam menyelesaikan masalah
Rentang Nilai
5 : Sangat Mampu
4 : Mampu
3 : Cukup Mampu
2 : Kurang Mampu
1 : Tidak Mampu
30
M. Rencana Kegiatan (Plan of Action)
Masalah Keperawatan : Belum optimalnya pelaksanaan serah terima antara shift dengan menggunakan metode SBAR
No. Masalah Tujuan Kegiatan Metode Sasaran Waktu PIC
1. Belum Serah terima antara 1. Mengkaji kondisi dan 1. Wawancara, Perawat 1. 29 maret -1 Mahasiswa
optimalnya shift dengan situasi di Stroke Unit observasi, & diskusi Stroke april 2021 program Ners
pelaksanaan menggunakan metode 2. Melakukan diskusi pengusulan Unit 2. Senen,5 april Stikes
serah terima SBAR dan sesuai dengan kepala alternatif masalah 2021 pertamedika
antara shift dengan SPO Ruangan, Katim & 2. Presentasi masalah 3. Kamis 8 april
dengan Kriteria hasil: Perawat Pelaksana. 3. Uji coba penerapan 2021
menggunakan - Handover/operan 3. Melakukan loka implementasi 4. Senen,12 april
metode SBAR. Asuhan karya mini. rencana kegiatan. 2021
keperawatan pasien 4. Melakukan 4. Observasi dan 5. 13-15 april
jelas dan lengkap. implementasi rencana monitoring 2021
- Tidak terjadi kegiatan dengan cara: 5. Seminar hasil 6. Jum’at,
kesalahan dan ● Meningkatkan evaluasi kegiatan 16 april 2021
kealpaan dalam pengetahuan dan
memberikan menyatukan persepsi
tindakan perawat dan
keperawatan ke pemahaman tentang
pasien. metode SBAR.
31
● Sosialisasi tentang
serah terima dengan
menggunakan
metode SBAR.
● Diskusi dengan
perawat ruangan
dalam menerapkan
serah terima antara
shift dengan meode
SBAR.
5. Melakukan evaluasi
terhadap pelaksanaan
6. Menyajikan hasil
evaluasi pelaksanaan
kegiatan
32
DAFTAR PUSTAKA
World Health Organization. (2009). Hand hygiene: Why, How & When?
33