Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL LOKAKARYA MINI

PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN TERKAIT


KOMUNIKASI EFEKTIF SBAR DI RUANG RAWAT INAP STROKE UNIT
RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA (RSPP) JAKARTA SELATAN

Disusun Oleh :

1. Alma Risa Fitriana 21120005


2. Evi Anggraeni 21220051
3. Subagyo 21220079
4. Sumarni 21220080
5. Theresia. 21220081
6. Tri Murtinuraini 21220082

PROGRAM PROFESI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat dan rahmat
serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal lokakarya mini yang
berjudul “Praktik Profesi Manajemen Keperawatan Terkait Komunikasi Efektif
SBAR di Ruang Rawat Inap Stroke Unit Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP)
Jakarta Selatan”.

Proposal lokakarya mini ini dibuat untuk memenuhi tugas mata ajar
Manajemen Keperawatan pada Program Studi Profesi Ners – Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Pertamedika. Penulis menyadari banyak pihak yang turut membantu sejak
awal penyusunan proposal lokakarya mini ini. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Ibu Devi Trianingsih selaku koordinator mata ajar Manajemen Keperawatan


2. Ibu Hanik Rohmah selaku dosen pembimbing lokakarya mini

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini banyak sekali


kekurangannya, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi
perbaikan penulisan dan penyusunan dimasa mendatang

Jakarta, 27 April 2021

2
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................3
B. Latar Belakang.......................................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................................5
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan............................................................................6
E. Cara Pengumpulan data..........................................................................................6
F. Manfaat Pelaksanaan Praktik Keperawatan Manajemen.....................................7
BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................................8
A. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN.......................................................8
B. KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM KEPERAWATAN....................................12
C. KOMUNIKASI EFEKTIF SBAR........................................................................14
D. KONSEP RISIKO JATUH..................................................................................17
E. KONSEP HAND HYGIENE...............................................................................19
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sasaran pembangunan Kesehatan di Indonesia di antaranya adalah
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang semakin bermutu dan merata.
Untuk mencapai sasaran ini, maka ditetapkan peningkatan mutu pelayanan
rumah sakit sebagai bagian dari tujuan program pembangunan kesehatan.
Mutu pelayanan menunjukkan pada tingkat kesempatan pelayanan
Kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan setiap pasien.

Sesuai dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap


perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional
dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi. Dalam
pengembangan keperawatan dimasa depan yang menjadi prioritas utama
adalah manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan harus dapat
diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata yaitu di rumah sakit dan
komunitas sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya.

Kualitas suatu rumah sakit sebagai institusi yang menghasilkan produk


teknologi jasa kesehatan sudah tentu tergantung juga pada kualitas pelayanan
medis dan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien (Tjiptono,
2001).  Menurut Walker, Evan dan Robbson (2003), komunikasi efektif
dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang
optimal. Kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi efektif adalah
saat serah terima tugas (handover) dan komunikasi lewat telepon, ketika
perawat memberikan informasi tentang kondisi pasien kepada dokter.
Komunikasi adalah bagian dari strategi koordinasi yang berlaku dalam
pelayanan di rumah sakit khususnya pada unit keperawatan. Komunikasi

4
yang efektif dalam lingkungan perawatan kesehatan membutuhkan
pengetahuan, keterampilan dan empati. Hal ini mencakup
mengetahui kapan harus berbicara, apa yang harus dikatakan dan bagaimana
mengatakannya serta memiliki kepercayaan diri dan kemampuan
untuk memeriksa bahwa pesan telah diterima dengan benar.
Meskipun digunakan setiap hari dalam situasi klinis, keterampilan
komunikasi perlu dipelajari, dipraktekkan dan disempurnakan oleh
semua perawat sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan jelas, singkat
dan tepat dalam lingkungan yang serba cepat dan menegangkan.

Komunikasi yang tidak efektif akan menimbulkan risiko kesalahan dalam


pemberian asuhan keperawatan. Sebagai contoh kesalahan dalam pemberian
obat ke pasien, kesalahan melakukan prosedur tindakan perawatan. Untuk
mencegah terjadinya risiko kesalahan pemberian asuhan keperawatan maka
perawat harus melaksanakan salah satu dari sasaran keselamatan pasien yaitu
komunikasi efektif. Komunikasi efektif dapat dilakukan antar teman sejawat
(dokter dengan dokter/ perawat dengan perawat) dan antar profesi (perawat
dengan dokter).

Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis


untuk mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara
akurat dan efisien. Komunikasi dengan menggunakan alat terstruktur SBAR
(Situation, Background, Assesment, Recomendation) untuk mencapai
ketrampilan berfikir kritis, dan menghemat waktu (NHS, 2012). SBAR
adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi penting yang
membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap eskalasi
yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat
digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara shift atau
antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan semua
anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien

5
termasuk memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk
diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya.

Dari hasil pengamatan di ruang perawatan Stroke Unit yang dilakukan pada
tanggal 26 April sampai 29 April 2021, diperoleh data bahwa perawat dalam
melakukan serah terima pasien antara shift tidak sistematis dan belum
sepenuhnya menerapkan metode SBAR, sehingga berisiko untuk terjadinya
kesalahan dan adanya informasi mengenai pasien yang tertinggal. Hal ini
terbukti dengan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh mahasiswa
terhadap proses serah terima pasien diketahui bahwa penerapan metode
komunikasi SBAR dalam proses serah terima pasien belum optimal yaitu
sebesar 70% yang artinya hanya ada 8 perawat dari total 12 perawat yang
ada di ruang perawatan Stroke Unit yang melakukan metode komunikasi
SBAR dalam proses serah terima pasien antara shift, sehingga menimbulkan
masalah dan kendala dalam melakukan asuhan keperawatan pada shift
selanjutnya. Untuk memecahkan masalah tersebut kelompok merasa perlu
mengadakan pertemuan dalam bentuk lokakarya mini.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan pada pasien di
ruang perawatan Stroke Unit Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta.
2. Tujuan Khusus
Secara individu/kelompok mahasiswa dapat menunjukan kemampuan:
a. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang ada di ruang perawatan
Stroke Unit
b. Menentukan alternatif pemecahan masalah yang ada di ruang
perawatan Stroke Unit melalui Lokakarya Mini.
c. Melakukan implementasi alternatif pemecahan masalah yang ada di
ruang Stroke Unit

6
d. Melakukan evaluasi terhadap keefektifan alternatif penyelesaian
masalah yang telah dilaksanakan di ruang perawatan Stroke Unit
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Tempat praktek mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Stase Manajemen
Keperawatan dilaksanakan di ruang Stroke Unit Rumah Sakit Pusat Pertamina
(RSPP) Jakarta.
D. Cara Pengumpulan data
Metode pengumpulan data dalam praktik manajemen keperawatan di Ruang
Perawatan Stroke Unit dilakukan dengan cara:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data umum mengenai kondisi fisik
ruangan, struktur organisasi, visi dan misi, proses pelayanan keperawatan,
inventaris ruangan dan asuhan keperawatan pada pasien serta pelaksanaan
asuhan keperawatan dan pendokumentasian proses asuhan keperawatan.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruang, ketua tim, dan perawat
pelaksana untuk memperoleh gambaran secara umum proses pelaksanaan
operasional ruangan, serta wawancara kepada pasien dan keluarga untuk
mengumpulkan data tentang proses pelayanan keperawatan serta kepuasan
pasien dan keluarga terhadap pelayanan yang diberikan.
3. Studi dokumentasi
Kegiatan ini dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik
pasien, ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajeman ruangan,
prosedur tetap ruangan dan inventaris ruangan.

E. Manfaat Pelaksanaan Praktik Keperawatan Manajemen


1. Bagi Institusi Rumah Sakit
Sebagai masukan manajemen keperawatan dalam menentukan kebijakan dan
pengembangan strategi dalam meningkatkan mutu pelayanan khususnya
pelayanan keperawatan ruang rawat Stroke Unit Rumah Sakit Pusat
Pertamina (RSPP) Jakarta.

7
2. Perawat Ruangan
Sebagai masukan dalam menjalankan praktik profesionalisme di lahan
praktik guna meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja dan disiplin kerja yang optimal
b. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan lain dan perawat dengan klien
3. Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dan pengelolaan suatu ruang rawat di rumah
sakit mulai dari perencanaan, pengornanisasian, pengarahan,
pengontrolan dan evaluasi manajemen keperawatan.
b. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model Tim yang
diaplikasikan di ruang perawatan Stroke Unit Rumah Sakit Pusat
Pertamina (RSPP) Jakarta.
c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi, menganalisis masalah di ruang
perawatan Stroke Unit Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta dan
menyusun rencana strategi (planning of action) guna menyelesaikan
masalah.
Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan pemecahan
masalah yang dalam bentuk usulan yang mendukung pelayanan
keperawatan dan program keselamatan pasien di ruang perawatan Stroke
Unit Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta.

8
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN

1. Definisi
Manajemen sebagai suatu usaha dengan melibatkan banyak orang dalam
organisasi sebagai upaya untuk mencapai tujuan organisasi (Sudarta,
2015). Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan
integrasi sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan
dan pelayanan keperawatan. Menurut Suyanto (2009) menyatakan bahwa
lingkup manajemen keperawatan adalah manajemen pelayanan kesehatan
dan manajemen asuhan keperawatan.

1. Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan


Swanburg (2000) menyatakan bahwa prinsip-prinsip manajemen
keperawatan sebagai berikut:
a. Manajemen keperawatan adalah perencanaan
b. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif
c. Manajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan
d. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan
manajer perawat
e. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian
tujuan sosial
f. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian
g. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau tingkat
sosial, disiplin, dan bidang studi
h. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari
lembaga, dan lembaga dimana organisasi itu berfungsi

9
i. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan
j. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin
k. Manajemen keperawatan memotivasi
l. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif
m.Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian.

2. Fungsi Manajemen Keperawatan


a. Fungsi Perencanaan Kegiatan Keperawatan di Ruang Rawat Inap
Perencanaan merupakan suatu fungsi manajer yang mencakup
pemilihan kegiatan yang akan dijalankan, bagaimana menjalankan dan
kapan dimulai dan selesainya pekerjaan itu, untuk membantu
tercapainya tujuan organisasi (Wijayanti, 2012). Menjalankan fungsi
perencanaan dalam praktik keperawatan merupakan fokus dari
manajemen keperawatan, perencanaan yang baik akan menghasilkan
produk pelayanan keperawatan yang baik pula. Perencanaan
merupakan komponen yang penting, pada titik ini dapat merancang
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, sehingga dapat
menetapkan antisipasi melalui mekanisme kerja yang profesional
(Winarti et al, 2012).
b. Fungsi Pengorganisasian Keperawatan di Ruang rawat Inap
Perorganisasian merupakan suatu fungsi manajemen yang dipandang
sebagai alat yang dipakai oleh orang-orang atau anggota organisasi
untuk mencapai tujuan bersama secara efektif (Wijayanti, 2012).
c. Fungsi Pengarahan Keperawatan di Ruang Rawat Inap
Salah satu fungsi kepala ruangan berdasarkan proses manajemen yang
berkaitan dengan prosedur keperawatan menurut Marquis dan Huston
(2016) adalah pengarahan yang mencakup tanggung jawab dalam
mengelola sumber daya manusia seperti motivasi, komunikasi,
pendelegasian, dan manajemen konflik.
1) Motivasi
Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang

10
melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan, terutama dalam
berprilaku (Nursalam, 2016). Pemimpin/manajer harus menciptakan
lingkungan kerja yang dapat memenuhi, baik kebutuhan organisasi
maupun individu. Ketegangan yang memadai harus diciptakan
untuk mempertahankan produktivitas sekaligus mendorong
kepuasan kerja pegawai (Marquis & Huston, 2016).
2) Komunikasi
Komunikasi merupakan unsur penting dalam menggerakkan atau
mengarahkan bawahan. Komunikasi suatu pertukaran pikiran,
perasaan, pendapat, dan pemberian nasihat yang terjadi antara dua
orang atau lebih yang bekerjasama (Nursalam, 2016).
Dalam organisasi pelayanan keperawatan ada beberapa bentuk
kegiatan pengarahan yang didalamnya terdapat komunikasi, Asmuji
(2012) antar lain sebagai berikut:
a) Operan/Timbang Terima
Operan merupakan suatu kegiatan komunikasi yang bertujuan
mengoperasikan asuhan keperawatan kepada shift berikutnya.
Kegiatan operan ini dipimpin oleh manajer ruangan (kepala ruang)
atau penanggung jawab shift jika tidak ada kepala ruang. Pemimpin
operan bertugas dalam mengatur kegiatan operan, sekaligus juga
memberikan pengutan-pengutan yang bertujuan untuk
menggerakkan perawat bawahannya.
b) Pre-Conference
Pre-conference adalah komunikasi ketua tim/penanggung jawab
shift dengan perawat pelaksana setelah selesai operan. Kegiatan ini
dilakukan pada masing-masing tim. Kegiatan pre- conference
dipimpin oleh ketua tim/penanggung jawab shift memberikan
arahan (pembagian penanggung jawab masing-masing pasien,
menanyakan rencana harian, dan lain-lain) kepada perawat
pelaksana sebelum terjun ke pasien.

11
c) Post-Conference
Post-conference adalah komunikasi ketua tim atau penanggung
jawab shift dengan perawat pelaksana sebelum timbang terima atau
operan/mengakhiri dinas dilakukan, kegiatan ini juga dilakukan
pada masing- masing tim. Isi komunikasi dalam kegiatan ini
membahas segala hal yang telah dilaksanakan dalam asuhan
keperawatan kepada pasien, apa saja yang belum dilaksanakan dan
perlu disampaikan kepada shift berikutnya, apa saja yang perlu
dilaporkan terkait dengan kondisi pasien, kendala-kendala yang
dialami selama memberikan asuhan keperawatan, dan lain-lain.
d) Pendelegasian
Delegasi adalah pemberian otorisasi atau kekuasaan formal dan
tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan tertentu kepada orang
lain. Pelimpahan otoritas oleh atasan kepada bawahan diperlukan
agar organisasi dapat berfungsi secara efisien karena tak ada atasan
yang dapat mengawasi pribadi setiap tugas-tugas organisasi
(Winarti et al., 2012).
d. Fungsi Pengawasan Keperawatan di Ruang Rawat Inap
Fungsi pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan pelaran
untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang
telah ditetapkan (Wijayanti, 2012). Fungsi pengawasan adalah suatu
kegiatan manajemen yang di tujukan untuk mengamati dan memonitor
secara berkelanjutan yang penting, adalah apakah sesuai dengan
rencana atau tujuan untuk mengadakan pembenaran terhadap hasil
yang menyimpang dari rencana (Winarti et al., 2012).

12
F. KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM KEPERAWATAN

1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang


memungkinkan sesorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan
meningkatkan kontak dengan orang lain. Komunikasi juga suatu strategi
koordinasi dalam pengaturan pelayanan di rumah sakit. Komunikasi
terhadap berbagai informasi mengenai perkembangan pasien antar tenaga
kesehatan di rumah sakit merupakan komponen yang fundamental dalam
perawatan pasien.

Komunikasi dapat efektif apabila informasi dapat dipahami dan diterima


oleh tenaga kesehatan lain dan dapat segara dilaksanakan tanpa ada
hambatan. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi namun juga
mengacu pada perasaan dan emosi saat menyampaikan informasi.
Komunikasi merupakan komponen yang penting karena dapat
membangun hubungan antara perawat-pasien, perawat-perawat dan
perawat-dokter.

13
3. Tingkatan Komunikasi
Komunikasi terjadi pada tingkat intrapersonal, interpersonal dan publik.
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi di dalam diri
individu tanpa disadari. Tujuan dari komunikasi intrapersonal adalah
kesadaran diri yang mempengaruhi konsep diri dan perasaan dihargai.
Komunikasi interpersonal adalah interaksi antara dua orang atau lebih.
Komunikasi interpersonal yang sehat akan dapat menimbulkan terjadinya
pemecahan masalah, menimbulkan berbagai ide, dan pengambilan
keputusan bersama. Komunikasi ini dapat digunakan antara perawat-
pasien, perawat–tenaga kesehatan lainnya. Dalam keperawatan
keperawatan interpersonal sering digunakan seperti saat berkomunikasi
antara pasien dan perawat, perawat dan tenaga kesehatan lainnya saat
pelaporan kondisi pasien.

4. Bentuk Komunikasi

a. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal merupakan kata-kata yang diucapkan maupun
ditulis. Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang biasa
digunakan dalam pelayanan keperawatan rumah sakit. Komunikasi
verbal yang efektif harus mencakup komponen jelas dan ringkas,
kosa kata harus diperhatikan, memperhatikan makna denotatif dan
konotatif, kecepatan, waktu dan relevansi dan humor.
b. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah trasnmisi pesan tanpa menggunakan
kata-kata dan merupakan salah satu cara bagi seseorang untuk
mengirimkan pesan kepada orang lain. Gerakan tubuh, isyarat,
getaran suara merupakan komunikasi non verbal yang mengikuti
komunikasi verbal. Bentuk komunikasi nonverbal meliputi
metakomunikasi, penampilan sosial, intonasi, ekspresi wajah,
postur dan gaya berjalan, gerakan tubuh, dan sentuhan.

14
5. Penerapan Komunikasi Efektif

Komunikasi efektif dapat diterapkan dalam berbagai kegiatan pelayanan


keperawatan untuk meningkatkan keselamatan pasien. Kegiatan
keperawatan meliputi operan, timbang terima dan transfer pasien. Timbang
terima adalah pelaporan kondisi pasien antar tenaga kesehatan. Operan
adalah kegiatan pelaporan kondisi pasien antar shift di ruangan rumah
sakit. Transfer pasien adalah perpindahan pasien dari satu ruangan ke
ruangan lain dan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Efektif

a. Persepsi
Persepsi setiap perawat terkait komunikasi yang efektif berbeda-
beda. Persepsi perawat dapat terbentuk dari pengalaman perawat itu
sendiri dan persepsi dapat mempengaruhi kerja perawat dalam
berkomunikasi.
b. Pengetahuan
Pengetahuan perawat akan komunikasi yang efektif penting
diperhatikan. Pengetahuan perawat terkait komunikasi efektif yang
kurang akan mempengaruhi proses komunikasi.
c. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan atau keinginan sendiri untuk
melakukan suatu komunikasi yang efektif.

G. KOMUNIKASI EFEKTIF SBAR

1. Pengertian Komunikasi SBAR


Komunikasi SBAR (Situation, Background, Assassement,
Recomendation) adalah metode komunikasi yang digunakan untuk
anggota tim medis kesehatan dalam melaporkan kondisi pasien. SBAR
digunakan sebagai acuan dalam pelaporan kondisi pasien saat transfer

15
pasien. Teknik SBAR (Situation, Background, Assassement,
Recomendation) menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi antara
anggota tim kesehatan tentang kondisi pasien. SBAR merupakan
mekanisme komunikasi yang mudah diingat, merupakan cara yang mudah
untuk berkomunikasi dengan anggota tim, mengembangkan kerja anggota
tim dan meningkatkan keselamatan pasien.

7. Komponen SBAR
Komunikasi SBAR memiliki beberapa komponen. Komponen tersebut
meliputi:
S: Situation: Komponen situation ini secara spesifik perawat harus
menyebut usia pasien, jenis kelamin, diagnosis pre operasi, prosedur,
status mental, kondisi pasien apakah stabil atau tidak.
Contoh dari komponen Situasion seperti Identifikasi unit, pasien,
status penyebab dari status klinik, status diagnosa, status secara
singkat seperti kapan dimulai, tujuan dari transfer dan indikasi klinik
atau tujuan dari tes diagnosis.
B : Background: Komponen background menampilkan pokok masalah
atau apa saja yang terjadi pada diri pasien, keluhan yang mendorong
untuk dilaporkan seperti sesak nafas, nyeri dada, dan sebagainya.
Menyebutkan latar belakang apa yang menyebabkan
munculnyakeluhan pasien tersebut, diagnosis pasien, dan data klinik
yang mendukung masalah pasien.
Contoh komponen Background yaitu tanggal penerimaan, vital sign,
alergi, situasi nyeri, medikasi (dosis obat), antibiotik, IV infus, hasil
laboratorium, diit, klinik informasi lainnya meliputi jenis monitoring
yang dibutuhkan.
A: Assesment: Komponen assessment ini berisi hasil pemikiran yang
timbul dari temuan serta difokuskan pada problem yang terjadi pada
pasien yang apabila tidak diantisipasi akan menyebabkan kondisi
yang lebihburuk.

16
Contoh komponen Assessment yaitu prioritas dari fokus masalah,
karakteristik nyeri, pencegahan keamanan petugas kesehatan,
kemampuan koping dari penyakitnya, pencegahan kulit, monitoring
gastroentestinal perdarahan.
R: Recommendation: Komponen recommendation menyebutkan hal-hal
yang dibutuhkan untuk ditindak lanjuti. Apa intervensi yang harus
direkomendasikan oleh perawat.
Contoh komponen Recommendation seperti pasien harus segera
diperiksa, perintah terbaru, perintah diubah, pencegahan keselamatan
dari petugas dan pasien, transfer pasien, medikasi infus, monitoring
dan intervensi nyeri.

8. Manfaat Komunikasi SBAR


Komunikasi SBAR memiliki manfaat untuk :
a. Meningkatkan patient safety
b. Menurunkan angka malpraktik akibat komunikasi yang kurang
c. Meningkatkan kerja tim untuk menggunakan komunikasi yang efektif
d. Memberikan informasi terkait kondisi pasien secara lengkap.

9. Penerapan Komunikasi SBAR


a. Operan
Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suati
laporan yang berkaitan dengan kondisi pasien. Tujuan dilakukan
operan adalah untuk menyampaikan kondisi pasien, menyampaikan
asuhan keperawatan yang belum dilaksanakan, menyampaikan hal
yang harus ditindaklanjuti, menyusun rencana kerja.Untuk mencapai
tujuan harus diterapkan komunikasi efektif seperti SBAR.
b. Pelaporan Kondisi Pasien
Pelaporan Kondisi Pasien dilakukan oleh perawat kepada tenaga medis
lain termasuk dokter. Hal ini bertujuan untuk melaporkan setiap
kondisi pasien kepada dokter sehingga dokter dapat memberikan

17
tindakan yang sesuai dengan kondisi pasien. Pelaporan kondisi pasien
yang efektif dapat meningkatkan keselamaran pasien. Faktor yang
dapat mempengaruhi pelaporan kondisi pasien adalah komunikasi.
Komunikasi yang tidak efektif antara perawat dan dokter dapat
mempengaruhi keselamatan pasien. Berbagai jurnal yang telah diteliti
dihasilkan komunikasi efektif seperti SBAR dapat meningkatkan
komunikasi antara perawat-dokter sehingga angka keselamatan pasien
meningkat.
c. Transfer Pasien
Transfer pasien adalah perpindahan pasien dari satu ruangan ke
ruangan lain dan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk
mendapatkan perawatan lebih lanju. Transfer pasien dibagi menjadi
transfer pasien internal dan external. Transfer pasien internal adalah
transfer antar ruangan didalam rumah sakit dan transfer pasien external
adalah transfer antar rumah sakit. Transfer pasien dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang sudah memiliki kemampuan dan pengetahuan
terkait prosedur transfer. Kemampuan dan pengetahuan tenaga
kesehatan yang harus dimiliki adalah memahami proses pra transfer,
peralatan transfer, dan komunikasi saat transfer pasien. Komunikasi
yang efektif diperlukan untuk proses pelayanan kesehatan. Salah satu
proses pelayanan kesehatan adalah transfer pasien. Komunikasi SBAR
merupakan salah satu komunikasi efektif yang dapat meningkatkan
keselamatan pasien.

Masalah komunikasi SBAR saat proses transfer berpotensi untuk


mengalami masalah dan dapat berdampak pada pasien. Masalah yang
dialami seperti tidak lengkapnya laporan transfer pasien dan kurang
efektif komunikasi pelaporan informasi kondisi pasien saat transfer.
Masalah yang sering terjadi seperti komunikasi yang gagal akibat
kurangnya interaksi secara langsung dan dokumentasi yang kurang

18
jelas. Masalah yang terjadi saat transfer pasien dapat berdampak pada
keselamatan pasien.

H. KONSEP RISIKO JATUH

1. Pengertian Risiko Jatuh


Menurut Adriansyah (2015), jatuh merupakan suatu kejadian yang
menyebabkan subyek yang sadar menjadi berada di permukaan tanah
tanpa disengaja dan tidak termasuk jatuh akibat pukulan keras, kehilangan
kesadaran, atau kejang. Kejadian jatuh tersebut adalah dari penyebab
spesifik yang jenis dan konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam
keadaan sadar mengalami jatuh.

10. Minimalisir Risiko Jatuh


Menurut Ardiansyah (2015), penerapan yang dapat dilakukan untuk
meminimalisir risiko jatuh dalam pelayanan keperawatan adalah:
a. Penambahan tempat tidur yang mempunyai penghalang di samping
tempat tidur.
b. Tersedia restrain dan alat dressing yang sesuai dengan jumlah pasien.
c. Obat-obatan (perawat melihat efek samping obat yang memungkinkan
terjadinya jatuh)
d. Perawat tanggap terhadap perubahan perilaku pasien.
e. Perawat mengecek seluruh daerah yang dapat menyebabkan jatuh
misalnya sepatu atau tali sepatu yang tidak pada tempatnya.
f. Perawat mengecek penyebab sering terjadinya jatuh, misalnya terlalu
banyak furniture, daerah yang gelap, dan sedikit hidrasi (perawat
menganjutkan untuk minum 6-8 gelas perhari).
h. Mengorientasikan klien pada saat masuk rumah sakit dan jelaskan
sistem komunikasi yang ada.
i. Hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak.
j. Supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam hari.
k. Anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan.

19
l. Berikan alas kaki yang tidak licin.
m. Jaga lantai kamar mandi agar tidak licin.

11. Assessment Risiko Jatuh


Menurut Indriani (2014), prosedur assessment resiko jatuh sebagai
berikut:
a. Memonitor pasien sejak masuk.
b. Memonitor dengan ketat pada pasien yang mempunyai risiko tinggi :
memberikan tanda/alert (sesuai warna universal).
c. Libatkan pasien atau keluarga dalam upaya pencegahan risiko jatuh.
d. Laporan peristiwa pasien jatuh.

12.Penilaian Pasien Risiko Jatuh


Penilaian risiko jatuh berdasarkan skala Morse biasa digunakan untuk
menilai risiko jatuh pada pasien dewasa. Penilaian risiko jatuh dengan
skala Humpty Dumpty biasa digunakan untuk menilai risiko jatuh pada
pasien anak. Sedangkan pada penilaian risiko jatuh pada pasien geriatrik
menggunakan skala Ontario Modified Stratify – Sydney.

I. KONSEP HAND HYGIENE

1. Pengertian Hand Hygiene


Menurut Zulpahiyana (2013), hand hygiene adalah cara yang paling
efektif untuk mencegah infeksi nosokomial. Tujuan hand hygiene
untuk membuang kotoran dan organisme yang menempel ditangan
dan untuk mengurangi jumlah mikroba total pada saat itu.
Hand hygiene merupakan membersihkan tangan dengan sabun dan
air (handwash) atau handrub berbasis alkohol yang bertujuan
mengurangi atau mencegah berkembangnya mikroorganisme
ditangan (WHO, 2009).

13. Tujuan Hand Hygiene


Menurut Hidayat, et al (2011) dalam Zulpahiyana (2013), tujuan

20
hand hygiene antara lain:
a. Untuk memutus transmisi mikroba melalui tangan, diantaranya :
1) diantara area perawatan dan zona pasien
2) diantara zona pasien dan area perawatan
3) pada daerah tubuh pasien yang berisiko infeksi (contoh:
membran mukosa, kulit non-intak, alat invasif)
4) dari darah dan cairan tubuh.
b. Untuk mencegah:
1) kolonisasi patogen pada pasien (termasuk yang
multiresisten)
2) penyebaran patogen ke area perawatan
3) infeksi yang disebabkan oleh mikroba endogen
4) kolonisasi dan infeksi pada tenaga kesehatan

14. Teknik Hand Hygiene


Menurut WHO (2009) langkah-langkah hand hygiene, sebagai
berikut:
a. Teknik hand hygiene dengan mencuci tangan (handwashing)
1) Basahkan tangan dengan air
2) Berikan sabun secukupnya, dan ratakan ke seluruh
permukaan tangan
3) Gosok telapak tangan kiri dengan telapak tangan kanan
4) Telapak tangan kanan digosokkan kepunggung tangan kiri
beserta ruas-ruas jari, begitu juga sebaliknya
5) Gosok telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri
dengan jari-jari saling terkait
6) Letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan jari
saling mengunci
7) Jempol kanan digosok memutar oleh telapak tangan kiri,
begitu sebaliknya
8) Jari kiri menguncup, gosok memutar kekanan dan kekiri

21
pada telapak kanan dan sebaliknya lalu keringkan tangan.
b. Teknik hand hygiene dengan handrub menggunakan bahan
berbasis alkohol
1) Berikan alkohol secukupnya pada tangan
2) Ratakan alkohol keseluruh permukaan tangan
3) Gosok telapak tangan kiri dengan telapak tangan kanan
4) Telapak tangan kanan digosokkan kepunggung tangan kiri
beserta ruas-ruas jari, begitu juga sebaliknya
5) Gosok telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri
dengan jari-jari saling terkait
6) Letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan jari
saling mengunci
7) Jempol kanan digosok memutar oleh telapak tangan kiri,
begitu sebaliknya
8) Jari kiri menguncup, gosok memutar kekanan dan kekiri
pada telapak kanan dan sebaliknya lalu keringkan tangan.
Waktu yang diperlukan yaitu sekitar 20-30 detik.

Terdapat “5 momen” dimana tenaga kesehatan harus melakukan


hand hygiene yaitu:
- Sebelum menyentuh pasien
- Sebelum melakukan prosedur asepsis
- Setelah terpapar dengan cairan tubuh
- Setelah bersentuhan dengan pasien
- Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien

22
BAB III

PERMASALAHAN DAN RENCANA KEGIATAN

A. Analisis Situasi Ruangan


1. Struktur Organisasi
Ruang rawat Stroke Unit RSPP adalah ruang rawat inap yang
dikhususkan untuk merawat pasien stroke. Struktur organisasi yang ada
terdiri dari seorang Kepala Ruangan, Kepala tim 4 orang, Perawat
pelaksana 8 orang sedangkan untuk tenaga non keperawatan terdiri dari
seorang dokter umum ruangan, 2 orang nurse aid dan 4 orang cleaning
service.

Kepala Ruangan

Kepala Tim
Kepala Tim
Kepala Tim

PP PP PP

2. Perencanaan
Perencanaan operasional layanan keperawatan kepada pasien dilakukan
langsung oleh perawat penanggung jawab pasien dan DPJP/Dokter Ruangan.
Perencanaan tersebut dicatat dalam formulir pengkajian keperawatan dan

23
medis umum. Selain itu rencana keperawatan akan dituangkan dalam format
perencanaan keperawatan. Dalam perencanaan ini termasuk juga kebutuhan
edukasi dan discharge planning sesuai dengan hasil pengkajian.
Perancanaan operasional ruangan dibuat oleh Kepala Ruangan untuk
pelaksanaan satu tahun. Perencanaan ini meliputi perencanaan anggaran
pendapatan, anggaran biaya investasi dan anggaran biaya operasional,
penghitungan WLA, perencanaan pengembangan SDM, dll.

3. Ketenagaan dan Staffing


Dari hasil wawancara dengan Kepala Ruangan didapatkan bahwa jumlah
tenaga perawat adalah 13 orang dengan kualifikasi 0 orang dengan pendidikan
S1 Keperawatan, 1 orang sedang menempuh pendidikan S1 Keperawatan, 1
orang pendidikan Skep Ners, dan 11 orang D3 Keperawatan. Pelatihan yang
diikuti adalah pelatihan Intensive Care dan pelatihan Customer Foccus.
Berdasarkan perhitungan WLA dengan BOR tahun 2020 menurut Gillies
didapatkan kebutuhan perawat sebanyak 19 orang dengan alokasi dinas pagi 3
orang, dinas siang 3 orang dan dinas malam 3 orang.

4. Sarana dan prasarana


Ruang rawat Stroke Unit terdiri dari 1 ruangan kelas 1 dengan kapasitas total
6 empat tidur, 1 nurse station berada di tengah yang berhadapan langsung
dengan tempat tidur pasien. 1 ruang Kepala Unit, 1 ruangan konsultasi, 1
ruangan drug store, 1 ruangan linen, 2 kamar mandi untuk staff, 1 kamar
Dirty Utility, 1 ruangan Pantry, 1 ruangan. Fasilitas yang ada cukup lengkap
terdiri fasilitas komputer dan printer, fasilitas telpon, nurse call, trolley
emergency, EKG, 6 ventilator, oksimetri, monitor EKG, peralatan pengukuran
TTV, peralatan pemasangan akses vaskuler, dan trolley mobile untuk tindakan
maupun visite.

5. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan

24
Metode yang diterapkan adalah metode tim dimana asuhan keperawatan
terbagi dalam 4 tim yang terdiri dari 3 shift yaitu shift pagi 07.00-14.00, shift
siang 14.00-20.00 dan shift malam 20.00-07.00. Pola yang berlaku adalah satu
shift dengan orang yang sama dan sistem kerja berpola 3:1 artinya 3 hari kerja
1 hari libur.

Setiap shift dipimpin oleh seorang Kepala Tim yang akan membagi tanggung
jawab pasien kepada perawat pelaksana di timnya masing-masing.
Pendelegasian wewenang dalam asuhan keperawatan dilakukan oleh KaTim
atas dasar pada penilaian/asesmen yang telah dilakukan sebelumnya.
Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penata regu/perawat pelaksana
sesuai dengan program yang telah dibuat oleh DPJP/ team Medis serta dari
Katim.

Dari pengamatan yang dilakukan dari tanggal 26 April sampai 29 April 2021,
untuk serah terima pasien antara shift satu ke shift selanjutnya, hanya ada
beberapa orang perawat (8 orang dari 12 perawat) atau hanya tercapai 70%
yang menerapkan metode SBAR. Hal ini menyebabkan handover atau operan
tentang asuhan keperawatan tidak jelas dan lengkap, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan.

6. Dokumentasi
Pendokumentasian pengkajian menggunakan format yang telah tersedia dan
telah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pengisian pengkajian
keperawatan secara umum sudah lengkap. Untuk pencatatan rencana
keperawatan sudah dilakukan menggunakan Asuhan Keperawatan, sedangkan
untuk catatan implementasi dan evaluasi keperawatan dilakukan manual pada
catatan keperawatan dan catatan perkembangan pasien terintegrasi.

25
Dokumentasi pada saat implementasi keperawatan khususnya pengukuran
TTV dan monitoring balance cairan biasanya menggunakan lembaran kertas
yang akan dipindahkan ke file berkas rekam medis.

7. Pemberian obat
Pelaksanaan pemberian obat dibagi dalam dua katagori yaitu parenteral dan
enteral. Rencana pemberian obat ditulis oleh DPJP/tim medis dalam Catatan
Pengobatan. Penyediaan kebutuhan obat pasien dilakukan oleh petugas
farmasi. Implementasi pemberian obat injeksi dilakukan menggunakan stiker
dengan menuliskan identitas pasien, nama dan dosis obat serta jam pemberian
dan rutenya. Penulisan stiker dilakukan pada saat akan memberikan obat dan
ditempelkan pada syringe obat yang telah dioplos. Pemantauan dilakukan
dengan mencocokkan catatan pengobatan dengan stiker. Setelah pemberian
diparaf pada catatan pengobatan oleh perawat yang memberikan dan saksi.
Sedangkan pelaksanaan pemberian obat oral menggunakan daftar obat untuk
setiap pasien, apabila ada perubahan obat harus langsung ditulis dan tidak
boleh lupa.

8. Pelaksanaan edukasi
Edukasi adalah faktor penting dalam pemberian asuhan keperawatan. Perawat
diharuskan memberikan edukasi sesuai dengan pengkajian yang dilakukan.
Sesuai dengan standar dari Akreditasi RS bahwa seorang pasien yang dirawat
di RS minimal mendapatkan edukasi tentang penyakit, pengobatan, nutrisi
dan penanganan nyeri. Di nurse station telah tersedia beberapa leaflet dan alat
peraga untuk melakukan edukasi, sehingga pemberian edukasi di Stroke Unit
sudah berjalan dengan baik dan setiap bulannya target pemberian edukasi
kepada pasien tercapai 85%-95%. Pelaksanaan edukasi dimonitor setiap bulan
oleh kepala Ruangan untuk dilaporkan sebagai indikator mutu rawat inap.

9. Supervisi

26
Supervisi dilakukan oleh kepala Ruangan pada saat timbang terima shift atau
secara tentatif, sedangkan oleh Ketua Tim dilakukan pada saat jam kerja
shiftnya. Apabila ada hal-hal yang terkait dengan medis akan dilaporkan oleh
Ketua tim kepada Dokter Jaga Ruangan atau ke DPJP untuk ditindak lanjuti.
Selain itu supervisi pelaksanaan asuhan keperawatan oleh Kepala Ruangan
juga dilakukan terhadap pasien yang sudah pulang rawat dengan melihat
kelengkapan berkas rekam medis.

10. Mutu Pelayanan


Dalam rangka evaluasi kegiatan di ruangan dilakukan pemantauan mutu
layanan melalui pengukuran indikator mutu yang dilakukan oleh kepala
Ruang Rawat Inap yang dilaporkan setiap bulan ke Manajemen Mutu. Selain
itu untuk kepuasan pelanggan terhadap layanan yang diberikan dilakukan
melalui kuisioner pelanggan yang dilaporkan setiap 2 minggu.

J. Analisis SWOT
1. Strength (Kekuatan)
a. Stroke Unit adalah bagian dari Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP)
b. RSPP Jakarta Selatan sudah terakreditasi Manajemen Mutu :
Akreditasi KARS versi dengan predikat Paripurna
c. Dokter Spesialis mitra yang cukup serta adanya dokter ruangan.
d. Jumlah tenaga perawat sesuai dengan WLA
e. Semua perawat berpendidikan minimal D3 keperawatan
f. Sarana dan prasarana peralatan medis untuk mendukung asuhan
keperawatan lengkap
g. Sarana komputer tersambung jaringan internet dan printer tersedia
h. Ketersediaan SPO dan SAK cukup lengkap
i. Pengelolaan obat sudah dilakukan oleh petugas farmasi
2. Weakness (Kelemahan)
a. Metode pemberian asuhan keperawatan masih metode tim
b. Serah terima antara shift belum optimal menerapkan metode SBAR

27
c. Pengaturan tenaga keperawatan masih belum sesuai dengan beban
kerja (fixed)
d. Belum optimalnya dokumentasi catatan keperawatan
e. Adanya duplikasi pencatatan hasil TTV dan Balans Cairan
menggunakan kertas selembar untuk dipindahkan ke file berkas rekam
medis.
f. Pengadaan alat pengikat untuk pasien gelisah belum memadai
g. Tidak ada administrasi khusus Stroke Unit
h. Kurangnya pengawasan terhadap penerapan hand hygiene perawat
i. Perawat masih suka lupa mencuci tangan setelah dari satu pasien ke
pasien lain
3. Oportunity (Peluang)
a. Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan
b. Trend bisnis kesehatan saat ini pasien mau membayar mahal untuk
layanan kesehatan yang bermutu dan profesional
c. Dokumentasi keperawatan yang baik dan benar akan meningkatkan
mutu layanan keperawatan.
4. Threat (Ancaman)
a. Banyaknya rumah sakit pesaing yang lebih mewah
b. Semakin tingginya harapan dan tuntutan masyarakat akan kualitas
layanan
c. Semakin kritisnya masyarakat terhadap aspek legal dan etik
d. Semakin luasnya informasi di antara masyarakat melalui jaringan
media sosial

28
K. Analisis Data
Data penunjang Data Penghambat Masalah
1. Telah dilakukan pengkajian 1. Metode pemberian Belum optimalnya
keperawatan dan medis masih metode tim pelaksanaan serah
2. Sebagian asuhan keperawatan asuhan keperawatan. terima antara shift
dilakukan menggunakan 2. Serah terima antara dengan menggunakan
Formulir catatan Keperawatan shift belum optimal metode SBAR.
Pasien menerapkan metode
3. Ketersediaan SPO dan SAK SBAR.
cukup lengkap

1. Ruang rawat Stroke Unit terdiri 1. Belum tersedia alat Belum optimalnya
dari 1 ruangan kelas 1 dengan pengikat untuk pasien sarana untuk
kapasitas total 6 empat tidur, 1 gelisah meminimalisir risiko
nurse station berada di tengah jatuh
yang berhadapan langsung
dengan tempat tidur pasien
2. Sudah tersedia fasilitas
penunjang emergency
1. Sudah tersedianya sarana 1. Kurangnya Belum optimalnya
mencuci tangan pengawasan terhadap penerapan hand hygiene
2. Jumlah washtafel di Stroke penerapan hand
Unit ada 2 hygiene perawat
3. Jumlah handrub ada 6 buah 2. Perawat masih suka
lupa mencuci tangan
setelah dari satu
pasien ke pasien lain

L. Penetapan Prioritas (Skoring)


Skoring menggunakan metode CARL
No Masalah Capabilit Accesabilit Readines Laverage Total

29
y y s
1. Belum optimalnya
pelaksanaan serah
terima antara shift
dengan 5 4 4 5 400

menggunakan
metode SBAR.

2. Belum optimalnya
sarana untuk
4 4 3 3 144
meminimalisir
risiko jatuh
3. Belum optimalnya
penerapan hand 4 4 4 3 192
hygiene

Keterangan:
Capability : Kemampuan melaksanakan alternatif
Accesability : Kemudahan melaksanakan alternatif
Readiness : Kesiapan dalam melaksanakan alternatif
Laverage : Daya ungkit alternatif dalam menyelesaikan masalah
Rentang Nilai
5 : Sangat Mampu
4 : Mampu
3 : Cukup Mampu
2 : Kurang Mampu
1 : Tidak Mampu

30
M. Rencana Kegiatan (Plan of Action)
Masalah Keperawatan : Belum optimalnya pelaksanaan serah terima antara shift dengan menggunakan metode SBAR
No. Masalah Tujuan Kegiatan Metode Sasaran Waktu PIC
1. Belum Serah terima antara 1. Mengkaji kondisi dan 1. Wawancara, Perawat 1. 29 maret -1 Mahasiswa
optimalnya shift dengan situasi di Stroke Unit observasi, & diskusi Stroke april 2021 program Ners
pelaksanaan menggunakan metode 2. Melakukan diskusi pengusulan Unit 2. Senen,5 april Stikes
serah terima SBAR dan sesuai dengan kepala alternatif masalah 2021 pertamedika
antara shift dengan SPO Ruangan, Katim & 2. Presentasi masalah 3. Kamis 8 april
dengan Kriteria hasil: Perawat Pelaksana. 3. Uji coba penerapan 2021
menggunakan - Handover/operan 3. Melakukan loka implementasi 4. Senen,12 april
metode SBAR. Asuhan karya mini. rencana kegiatan. 2021
keperawatan pasien 4. Melakukan 4. Observasi dan 5. 13-15 april
jelas dan lengkap. implementasi rencana monitoring 2021
- Tidak terjadi kegiatan dengan cara: 5. Seminar hasil 6. Jum’at,
kesalahan dan ● Meningkatkan evaluasi kegiatan 16 april 2021
kealpaan dalam pengetahuan dan
memberikan menyatukan persepsi
tindakan perawat dan
keperawatan ke pemahaman tentang
pasien. metode SBAR.

31
● Sosialisasi tentang
serah terima dengan
menggunakan
metode SBAR.
● Diskusi dengan
perawat ruangan
dalam menerapkan
serah terima antara
shift dengan meode
SBAR.
5. Melakukan evaluasi
terhadap pelaksanaan
6. Menyajikan hasil
evaluasi pelaksanaan
kegiatan

32
DAFTAR PUSTAKA

Adriansyah. (2015). Manajemen transportasi dalam kajian dan teori. Jakarta:


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo
Beragama

Asmuji. (2012). Manajemen Keperawatan Konsep dan Aplikasi. Yogjakarta: AR-


Ruzz Media.

Marquis, B.L & Huston, C.J. (2016). Kepemimpinan dan Manajemen


Keperawatan Teori & Aplikasi. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2016). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Sudarta, I.W. (2015). Managemen Keperawatan Penerapan Teori Model dalam


Pelayanan Keperawatan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Suyanto. (2009). Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di


Rumah Sakit. Yogyakarta : Mitra Cendekia Press.

Swansburg, C.R. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen


Keperawatan untuk Perawat Klinis. Jakarta: EGC.

Wijayanti, I.D.S. (2012). Manajemen. Yogjakarta: Nuha Medika

Winarti et al., (2012). Manajemen dan Kepemimpinan dalam Keperawatan.


Yogyakarta: Fitamaya.

World Health Organization. (2009). Hand hygiene: Why, How & When?

Zulpahiyana. (2013). Efektivitas Simulasi Hand hygiene pada Handover


Keperawatan dalam Meningkatkan Kepatuhan Hand Hygiene Perawat.
Program Pacasarjana Manajemen Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, Yogyakarta.

33

Anda mungkin juga menyukai