Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL

PROGRAM INOVASI FORM SBAR


PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG LANTAI II UTARA RSU PURI RAHARJA

OLEH :
KELOMPOK III

KADEK DIAN KARTIKA KHRISNAYANTI (1202106005)


I MADE PARAYOGA DWIPAYANA (1202106030)
NI PUTU KARINA DEWI (1202106016)
NI MADE LISTIA DEWI (1202106037)
I GEDE BAGUS SATRIA WASKITA (1202106025)
NI WAYAN SUCI DIANATARI (1202106072)
NI LUH DWIARI MAHARTHINI (1202106090)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS UDAYANA
2017
PROPOSAL PROGRAM INOVASI
DI RUANG RAWAT INAP LANTAI II UTARA RSU PURI RAHARJA

I. Latar Belakang
Komunikasi dalam praktek keperawatan profesional merupakan unsur utama

bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang

optimal dalam kegiatan keperawatan. Komunikasi adalah bagian dari strategi

koordinasi yang berlaku dalam pengaturan pelayanan di rumah sakit khususnya pada

unit keperawatan. Komunikasi terhadap berbagai informasi mengenai perkembangan

pasien antar profesi kesehatan di rumah sakit merupakan komponen yang

fundamental dalam perawatan pasien (Suhriana, 2012). Komunikasi yang efektif

dalam lingkungan perawatan kesehatan membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan

empati. Ini mencakup mengetahui kapan harus berbicara, apa yang harus dikatakan

dan bagaimana mengatakannya serta memiliki kepercayaan diri dan kemampuan

untuk memeriksa bahwa pasien telah diterima dengan benar.

Pelaksanaan komunikasi yang efektif bagi perawat, dimulai dari elemen

terkecil dalam organisasi yaitu pada tingkat "First Line Manager" (kepala ruang).

Namun demikian komitmen dan dukungan pimpinan puncak dan stakeholder lainnya

tetap menjadi kunci utama. Bertemunya persepsi yang sama antara dua komponen

tersebut dalam menentukan sasaran dan tujuan, merupakan modal utama untuk

meningkatkan kinerja dalam suatu organisasi.

Menurut Vardaman (2012) sistem komunikasi SBAR dapat berfungsi sebagai

alat untuk standarisasi komunikasi antara perawat dan dokter. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa SBAR dapat membantu dalam pengembangan skema yang

memungkinkan membuat keputusan yang cepat oleh perawat. Komunikasi SBAR


adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis untuk mengatur informasi

sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat dan efesien. Komunikasi

dengan menggunakan alat terstruktur SBAR ( Situation, Background, Assesement,

Recomendation ) untuk mencapai ketrampilan berfikir kritis dan menghemat waktu

(NHS, 2012).

Komunikasi SBAR dalam dunia kesehatan dikembangkan oleh pakar Pasien

Safety dar Kaiser Permanente Oakland California untuk membantu komunikasi

antara dokter dan perawat. Meskipun komunikasi SBAR di desain untuk komunikasi

dalam situasi beresiko tinggi antara perawat dan dokter, teknik SBAR juga dapat

digunakan untuk berbagai bentuk operan tugas, misalnya operan antara perawat. (JCI,

2010)

Menurut hasil penelitian Catherine (2008) di Denver Health Medical Center

Kegagalan komunikasi perawat dalam melakukan operan antar shif 30% disebabkan

karena kegagalan komunikasi secara langsung seperti: 1) Komunikasi yang terlambat.

2) Kegagalan komunikasi dengan semua anggota tim keperawatan. 3) Isi komunikasi

yang tidak jelas. Hal ini menyebabkan tujuan komunikasi yang diharapkan tidak

tercapai. Karena operan merupakan sarana komunikasi perawat dalam menyampaikan

dan menerima informasi secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan yang

sudah dilakukan dan yang belum dilakukan perawat serta perkembangan kesehatan

pasien. Tetapi operan sering dilakukan hanya laporan di nurse station tanpa melihat

keadaan pasien langsung dengan alasan kelelahan kerja perawat.

Kesalahan dalam komunikasi juga penyebab utama peristiwa yang dilaporkan ke

Komisi Bersama Amerika Serikat 2006 yaitu dari 25000-30000 kejadian buruk yang

dapat dicegah menyebabkan cacat permanen, 11% kejadian buruk ini adalah karena
masalah komunikasi yang berbeda 6% dan juga karena tidak memadai tingkat

keterampilannya (WHO, 2007). Sesuai dengan kasus diatas Asosiasi Rumah Sakit

Arizona dan Kesehatan (AzHHA) Komite Patient Safety mempercayai komunikasi SBAR

akan membuat dampak positif bagi profesi- profesi lain untuk mempermudah komunikasi

dan keselamatan pasien, dengan keyakinan bahwa pengembangan komunikasi

Dari hasil observasi dan wawancara di Ruang Rawat Inap Lantai II Utara
RSU Puri Raharja komunikasi dengan teknik komunikasi SBAR sudah dilaksanakan
namun belum ada pendokumentasian yang sesuai dengan standar. Maka dari itu kami
merencanakan pembuatan program inovasi yang bernama Form SBAR berupa form
untuk komunikasi SBAR yang sesuai dengan standar.

II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melalui program ini, diharapkan dapat melengkapi dokumentasi perawat dalam
teknik komunikasi SBAR sehingga kesalahan dalam komunikasi dapat
diminimalkan.
2. Tujuan khusus
Setelah dilaksanakan program inovasi, diharapkan :
a. Komunikasi dan dokumentasi keperawatan menjadi lebih lengkap dan mampu
dipertanggungjawabkan baik secara iniviu maupun kelompok
b. Menciptakan rasa caring perawat terhadap pasien
c. Meningkatkan kualitas pelayanan khususnya pelayanan keperawatan

III. Manfaat
1. Bagi Pasien :
a. Memberikan perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien
b. Memenuhi kebutuhan pasien
2. Bagi Perawat :
a. Dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor perawat.
b. Menjalin kerjasama tim
c. Menciptakan komunikasi yang efektif antar perawat dalam praktek
keperawatan profesional
3. Bagi rumah sakit :
a. Meningkatkan mutu pelayanan di ruangan

IV. Pelaksanaan
Topik : Program Inovasi Form SBAR
Tempat : Ruang Rawat Inap Lantai II Utara RSU Puri Raharja

V. Deskripsi Program
Form SBAR yang dimaksud adalah sebuah pendokumentasian keadaan pasien dengan
metode SBAR secara tertulis. selain komunikasi secara lisan juga perlu dilakukan
pendokumentasian secara tertulis sehingga legalitas laporan antara pemberi laporan dan
penerima laporan dapat dipertanggung jawabkan dengan memberikan tanda tangan dan
nama terang.

VI. Kriteria Evaluasi :


1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan dilakukan pada minggu kedua
b. Penyusunan proposal program inovasi
c. Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik
d. Konsultasi dengan pembimbing dilaksanakan selama minggu kedua dan
ketiga
2. Evaluasi Proses
Pelaksanaan program inovasi berjalan sesuai rencana
3. Evaluasi Hasil
Program inovasi dapat diterapkan di ruangan

Anda mungkin juga menyukai