OLEH :
KELOMPOK III
I. Latar Belakang
Komunikasi dalam praktek keperawatan profesional merupakan unsur utama
bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang
koordinasi yang berlaku dalam pengaturan pelayanan di rumah sakit khususnya pada
empati. Ini mencakup mengetahui kapan harus berbicara, apa yang harus dikatakan
terkecil dalam organisasi yaitu pada tingkat "First Line Manager" (kepala ruang).
Namun demikian komitmen dan dukungan pimpinan puncak dan stakeholder lainnya
tetap menjadi kunci utama. Bertemunya persepsi yang sama antara dua komponen
tersebut dalam menentukan sasaran dan tujuan, merupakan modal utama untuk
alat untuk standarisasi komunikasi antara perawat dan dokter. Hasil penelitian
sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat dan efesien. Komunikasi
(NHS, 2012).
antara dokter dan perawat. Meskipun komunikasi SBAR di desain untuk komunikasi
dalam situasi beresiko tinggi antara perawat dan dokter, teknik SBAR juga dapat
digunakan untuk berbagai bentuk operan tugas, misalnya operan antara perawat. (JCI,
2010)
Kegagalan komunikasi perawat dalam melakukan operan antar shif 30% disebabkan
yang tidak jelas. Hal ini menyebabkan tujuan komunikasi yang diharapkan tidak
dan menerima informasi secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan yang
sudah dilakukan dan yang belum dilakukan perawat serta perkembangan kesehatan
pasien. Tetapi operan sering dilakukan hanya laporan di nurse station tanpa melihat
Komisi Bersama Amerika Serikat 2006 yaitu dari 25000-30000 kejadian buruk yang
dapat dicegah menyebabkan cacat permanen, 11% kejadian buruk ini adalah karena
masalah komunikasi yang berbeda 6% dan juga karena tidak memadai tingkat
keterampilannya (WHO, 2007). Sesuai dengan kasus diatas Asosiasi Rumah Sakit
Arizona dan Kesehatan (AzHHA) Komite Patient Safety mempercayai komunikasi SBAR
akan membuat dampak positif bagi profesi- profesi lain untuk mempermudah komunikasi
Dari hasil observasi dan wawancara di Ruang Rawat Inap Lantai II Utara
RSU Puri Raharja komunikasi dengan teknik komunikasi SBAR sudah dilaksanakan
namun belum ada pendokumentasian yang sesuai dengan standar. Maka dari itu kami
merencanakan pembuatan program inovasi yang bernama Form SBAR berupa form
untuk komunikasi SBAR yang sesuai dengan standar.
II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melalui program ini, diharapkan dapat melengkapi dokumentasi perawat dalam
teknik komunikasi SBAR sehingga kesalahan dalam komunikasi dapat
diminimalkan.
2. Tujuan khusus
Setelah dilaksanakan program inovasi, diharapkan :
a. Komunikasi dan dokumentasi keperawatan menjadi lebih lengkap dan mampu
dipertanggungjawabkan baik secara iniviu maupun kelompok
b. Menciptakan rasa caring perawat terhadap pasien
c. Meningkatkan kualitas pelayanan khususnya pelayanan keperawatan
III. Manfaat
1. Bagi Pasien :
a. Memberikan perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien
b. Memenuhi kebutuhan pasien
2. Bagi Perawat :
a. Dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor perawat.
b. Menjalin kerjasama tim
c. Menciptakan komunikasi yang efektif antar perawat dalam praktek
keperawatan profesional
3. Bagi rumah sakit :
a. Meningkatkan mutu pelayanan di ruangan
IV. Pelaksanaan
Topik : Program Inovasi Form SBAR
Tempat : Ruang Rawat Inap Lantai II Utara RSU Puri Raharja
V. Deskripsi Program
Form SBAR yang dimaksud adalah sebuah pendokumentasian keadaan pasien dengan
metode SBAR secara tertulis. selain komunikasi secara lisan juga perlu dilakukan
pendokumentasian secara tertulis sehingga legalitas laporan antara pemberi laporan dan
penerima laporan dapat dipertanggung jawabkan dengan memberikan tanda tangan dan
nama terang.