Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Masalah Penyakit kulit selulitis yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus,
atau oleh keduanya disebut pioderma. Penyebab utamanya ialah Staphylococcus
aureus dan Streptococcus B hemolyticus, sedangkan Staphylococcus epidermidis
merupakan penghuni normal di kulit dan jarang menyerang infeksi. Faktor
predisposisi pioderma adalah higiene yang kurang, menurunnya daya tahan tubuh,
dan telah ada penyakit lain di kulit. Salah satu bentuk pioderma adalah selulitis
yang akan dibahas pada makalah ini.
Prevalensi selulitis di seluruh dunia tidak diketahui secara pasti. Sebuah studi tahun
2006 melaporkan insidensi selulitis di Utah, AS, sebesar 24,6 kasus per 1000
penduduk per tahun dengan insidensi terbesar pada pasien laki-laki dan usia 45-64
tahun. Secara garis besar, terjadi peningkatan kunjungan ke pusat kesehatan di
Amerika Serikat akibat penyakit infeksi kulit dan jaringan lunak kulit yaitu dari
32,1 menjadi 48,1 kasus per 1000 populasi dari 1997-2005 dan pada tahun 2005
mencapai 14,2 juta kasus. Data rumah sakit di Inggris melaporkan kejadian
selulitis sebanyak 69.576 kasus pada tahun 2004-2005, selulitis di tungkai
menduduki peringkat pertama dengan jumlah 58.824 kasus. Data rumah sakit di
Australia melaporkan insidensi selulitis sebanyak 11,5 per 10.000 populasi pada
tahun 2001-2002. Di Spanyol dilaporkan 8,6% (122 pasien) dalam periode 5 tahun
menderita erysepelas dan selulitis. Banyak penelitian yang melaporkan kasus
terbanyak terjadi pada laki-laki, usia dekade keempat hingga dekade kelima, dan
lokasi tersering di ekstremitas bawah.
Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan dermis dan subkutis.
Faktor risiko untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka
terbuka di kulit atau gangguan pembuluh vena maupun pembuluh getah bening.
Lebih dari 40% penderita selulitis memiliki penyakit sistemik. Penyakit ini
biasanya didahului trauma, karena itu tempat predileksinya di tungkai bawah.
Gejala prodormal selulitis adalah demam dan malaise, kemudian diikuti tanda-

Page 1

tanda peradangan yaitu bengkak (tumor), nyeri (dolor), kemerahan (rubor), dan
teraba hangat (kalor) pada area tersebut
Untuk menghindari terkena selulitis bisa dilakukan dengan melembabkan kulit secara
teratur, Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati, Lindungi tangan dan
kaki, Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial dan apabila terjadi
luka pada tungkai bersihkan luka setiap hari dengan

air/NaCl dan oleskan

antibiotic lalu Tutup luka dengan perban dan Sering-sering mengganti perban agar
terhindar dari infeksi.
.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. bagaimana cara pencegahan dari virus yang dapat menyebabkan selulitis
2.
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. untuk mengetahui pencegahan dari virus yang dapat menyebabkan selulitis.
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan selulitis

Page 2

BAB II
TEORI
2.1 Definisi
1) Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses inflamasi, yang
umumnya dianggap sebagai penyebab adalah bakteri S.aureus dan atau
Streptococcus ( Arif Muttaqin, hal 68, 2011 )
2) Selulitis adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian jaringan
subkutan ( Mansjoer, 2000; 82 ).
3) Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan ( Brunner
dan Suddarth, 2000 : 496 )
4) Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya
didahului

luka

atau

trauma

dengan

penyebab

tersering

Streptokokus

betahemolitikus dan Stafilokokus aureus.Sellulitis adalah peradangan pada


jaringan kulit yang mana cenderung meluas kearah samping dan ke dalam (Herry,
1996).
Jadi selulitis adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri stapilokokus
aureus, streptokokus grup Adan streptokokus piogenes

2.2 Klasifikasi
Usia
Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah
berkurang pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami
infeksi seperti selulitis pada bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinkan.

Melemahnya

sistem

immun

(Immunodeficiency)

Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya


infeksi. Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV.
Penggunaan obat pelemah immun (bagi orang yang baru transplantasi organ) juga
mempermudah infeksi.
Page 3

Diabetes Mellitus Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga
mengurangi sistem immun tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes
mengurangi sirkulasi darah pada ekstremitas bawah dan potensial membuat luka
pada kaki dan menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi. Bakteri yang
menyebabkan selulitis antara lain bakteri streptococcus grup A, streptococcus grup
B hemolitikus, staphylococcus aureus, bakteri batang gram negatif (Aeromonas
hydrophyla), pneumococcus,haemophilus influenzae tipe B.
d.

Cacar dan ruam saraf

Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk
bakteri penginfeksi.
e.

Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)

Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri
penginfeksi.
f.

Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki

Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehinggan menambah resiko
bakteri penginfeksi masuk
g.

Penggunaan steroid kronik

Contohnya penggunaan corticosteroid.


h.

Penyalahgunaan obat dan alcohol

Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi berkembang.


i.

Malnutrisi

Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran, mempermudah


timbulnya penyakit ini. (said, 2012)

2.3 Patofisiologi
Setelah menembus lapisan luar kulit, infeksi akan menyebar ke jaringan-jaringan
dan

menghancurkannya,

hyaluronidase

memecah

substansi

polisakarida,

fibrinolysin mencerna barrier fibrin, dan lecithinase menghancurkan membran sel


(2).
Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada
permukaan kulit atau menimbulkan peradangan.Penyakit infeksi sering berjangkit
Page 4

pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua pikun dan pada orang dengan diabetes
mellitus yang pengobatannya tidak adekuat. (debby Natalia, 2014)
Setelah itu menembus lapisan luar kulit, infeksi akan menyebar ke jaringanjaringan dan menghancurkannya, lalu terjadi invasi bakteri dan melakukan infeksi
ke lapisan dermis atau subkutis biasanya terjadi setelah adanya suatu luka atau
gigitan di kulit. Kondisi invasi kemudian berlanjut dengan lesi kemerahan yang
membengkak di kulit, serta terasa hangat dan nyeri bila di pegang. (arif
muttaqin,2013)
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh
streptokokus grup A, streptokokus lain atau staphilokokus aereus, kecuali jika luka
yang terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit
ditentukan, untuk abses lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus
atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi abses ini biasanya
adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran bakteri aerob
dan anaerob yang lebih kompleks.Bau busuk dan pewarnaan gram pus
menunjukkan adanya organisme campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi
dan dapat mengalami infeksi. (debby Natalia, 2014)

2.4 Manifestasi klinis


Gejala konstitusi berupa malaise , menggigil, dan demam yang dapat timbul
mendadakkelainan kulit berupa ilfiltrat difus subkutan dengan tanda-tanda radang
akut yang di mulai dengan aritema local dan nyeri yang cepat menyebar dan
ilfiltratif ke jaringan di bawahnya dapat pula terjadi limfangitis dapat mengalami
supurasi. Gejala lainnya adalah:
1. Nyeri kepala
2. Penurunan kesadaan
3. Mendadak shock

Page 5

4.

Hipertensi

5.

Taki kardi

6.

Peningkatan rangsang meningen

7.

Kejang Kadang-kadang penderita koma

(arif mansjoer,2000 dan debby Natalia, 2014)

2.5 Komplikasi
Gangrene , abses, sepsis dengan resiko tinggi terhadap anak-anak dan dewasa yang
immunocopromised, thrombosis vena profunda (deep vein thrombosis, dvt),
perburukan selulitis, tromboflebitis, limfangitis, amputasi (arif mansjoer,2000 dan
Kimberly,2011 )
.
2.6 Penatalaksanaan
Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ
lainnya. Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin).
Jika infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan). Biasanya sebelum
diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotik jika:
a) penderita berusia lanjut
b) selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya
c) demam tinggi. Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan
dalam posisi terangkat dan dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan
pembengkakan.
Pencegahan :
d) Jika memiliki luka,

Bersihkan luka setiap hari dengan air/NaCl

Page 6

Oleskan antibiotic

Tutupi luka dengan perban

Sering-sering mengganti perban tersebut

Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi (said, 2012)

e) Jika kulit masih normal,

Lembabkan kulit secara teratur

b. Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati

c. Lindungi tangan dan kaki

d. Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial

Farmakology :
Selulitis karena streptokokus diberi penisilin prokain G 600.000-2.000.000 IU IM
selama 6 hari atau dengan pengobatan secara oral dengan penisilin V 500 mg
setiap 6 jam, selama 10-14 hari. Pada selulitis karena H. Influenza diberikan
Ampicilin untuk anak (3 bulan sampai 12 tahun) 100-200 mg/kg/d (150-300 mg),
>12 tahun seperti dosis dewasa.
Pada selulitis yang ternyata penyebabnya bukan staphylococcus aureus penghasil
penisilinase (non SAPP) dapat diberi penisilin. Pada yang alergi terhadap
penisilin, sebagai alternatif digunakan eritromisin (dewasa: 250-500 gram peroral;
anak-anak: 30-50 mg/kgbb/hari) tiap 6 jam selama 10 hari. Dapat juga digunakan
klindamisin (dewasa 300-450 mg/hari PO; anak-anak 16-20 mg/kgbb/hari). Pada
yang penyebabnya SAPP selain eritromisin dan klindamisin, juga dapat diberikan
dikloksasilin 500 mg/hari secara oral selama 7-10 hari. (arist,2014)
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Tidak membutuhkan prosedur lebih lanjut untuk sampai ke tahap diagnosis (yang
meliputi
anamnesis,uji laboratorium, sinar x dll, dalam kasus cellulitis yang belum mengalami
Page 7

komplikasi yang mana criterianya seperti :

Daerah penyebaran belum luas

Daerah yang terinfeksi tidak mengalami rasa nyeri atau sedikit nyeri

Tidak ada tanda-tanda systemic seperti : demam, terasa dingin, dehidrasi,


tachypnea, tachycardia,hypotensi.

Tidak ada factor resiko yang dapat menyebabkan penyakit bertambah parah
seperti

Umur

yang

sangat

tua,

daya

tahan

tubuh

sangat

lemah.

Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka untuk
melakukan diagnosis membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan
melakukan
Pemeriksaan Laboratorium :

Complete blood count : menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata


sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.

BUN level

Creatinine level

Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga

kultur luka

Pemeriksaan Imaging

Immunofluorescence : Immunofluorescence adalah sebuah teknik yang dimana


dapat membantu menghasilkan diagnosa secara pasti pada kultur cellulitis
negative, tapi teknik ini jarang digunakan.

Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak lengkap (seperti
kriteria yang telah disebutkan)

CT (Computed Tomography) Baik Plain-film Radiography maupun CT keduanya


dapat digunakan saat tata kilinis menyarankan subjucent osteomyelitis. Jika sulit
membedakan selulitis dengan necrotizing fascitiis, maka pemeriksaan yang
dilakukan adalah :

MRI (Magnetic Resonance Imaging), Sangat membantu pada diagnosis infeksi


selulitis akut yang parah, mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan
infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.

Page 8

CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan ratarata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.

Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas pada daerah
penampakan luka namun sangat membantu pada area abses atau terdapat bula
Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita belum memenuhi
beberapa kriteria; seperti area kulit yang terkena kecil, tidak tersasa sakit, tidak
ada tanda sistemik (demam, dingin, dehidrasi, takipnea, takikardia, hipotensi), dan
tidak ada faktor resiko. (said, 2012 dan Fitzpatrick,2007)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1

Pengkajian.

Data yang perlu di kaji adalah


Anamnesa
Page 9

1. Identitas klien, meliputi umur (penyakit selulitis bisa menyeramg semua


kelompok umur baik anak-anak maupun dewasa bisa terkena penyakit ini)
2. Keluhan utama. Biasanya klien datang. Dengan hipertensi dan nyeri pada kulit
serta terdapat labam kemerahan pada kulit
3. Riwayat penyakit sekarang. dengan keluhan nyeri local dan pada beberapa pasien
di dapatkan adanya keluhan nyeri pada luka,dan demam
4. Riwayat penyakit dahulu : pada penderita diabetes mellitus sangat beresiko
terjadinya infeksi apabila terdapat luka pada kulit yang tidak segera di obati
5. Riwayat keluarga. Pada penyakit selulitis tidak menurun pada generasi
6. Psikososial
Penderita selulitis biasanya malu dan cemas dengan adanya luka contohnya pada
pasien selulitis dengan DM. mereka biasanya menutup lesi dan edema yang
kemerahan karena infeksi dan cemas dengan keadaan penyakit pasien yang proses
penyembuhannya lama sehingga mereka cenderung memiliki tekanan berat dalam
hidup seperti memikirkan masalah kematian, perpisahan, dan kehilangan
pekerjaan
7. Pola kehidupan sehari-hari.
Penyakit selulitis terjadi karena adanya lesi yang kurang hygine pada perawatan
lukanya, pada saat anamnesa perlu di tanyakan secara jelas mengenai kemampuan
perawatan saat di rumah, dan pola kebersihan diri klien maupun keluarganya.

3.2

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan respon inflamasi local jaringan subkutan


2. Hipertermi berhubungan dengan respon inflamasi sistemik
3. Kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan respon inflamasi local
dan necrotic jaringan subkutis
4. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, kondisi sakit, dan perubahan
kesehatan

3.3

Intervensi

1. Nyeri berhubungan dengan respon inflamasi local jaringan subkutan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang
Page 10

Kriteria Hasil :

Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang

Pasien tidak gelisah


Dapat mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
Intervensi:

Miminta pasien untuk menilai skala nyeri antara 0 sampai 10 (0 = tidak ada nyeri
atau ketidaknyamanan, 10 = nyeri hebat)

Kolaborasikan dengan dokter pada pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri


pasien

melakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi nyeri,


karakteristik nyeri, durasi nyeri, frekuensi nyeri, dan tingkat keparahan nyeri

mengalihkan perhatian pasien terhadap nyeri dengan memberikan suatu aktivitas

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hiperglikemia dan glukosuria


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam pasien dapat
terbebas dari tanda-gejala infeks
Kriteria Hasil :
Pasien dan keluarga akan terbebas dari tanda dan gejala infeksi
Pasien memperlihatkan hygiene personal yang adekuat
Pasien dan keluarga mampu mengambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi

Intervensi:

pantau tanda dan gejala infeksi selulitis pada klien.

Mengkaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi pada luka
selulitis
Page 11

Memberikan instruksi kepada kelurga dan pasien untuk menjaga personal hygiene
personal agar meminimalisir terjadinya infeksi

Memberikan edukasik pada klien dan keluarga tentang teknik mencuci tangan
dengan benar untuk meminimalisir terjadinya infeksi pada penderita

Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotic

3. Kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan respon inflamasi


local dan necrotic jaringan subkutis
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam pasien menunjukan
penyembuhan luka primer yang di buktikan oleh adanya jaringan parut
Kriteria Hasil :
Tidak adanya nekrosis, lubang, perluasan luka ke jaringan di bawah kulit , atau
pembentukan saluran sinus.
tidak ada lepuh, atau maserasi pada kulit
tidak ada eritema kulit dan eritema di sekitar luka minimal
Intervensi:

Memonitori area insisi seperti inspeksi adanya kemerahan, pembengkakan, atau


tanda-tanda dehisensi

Observasi luka pada tiap mengganti balutan luka untuk meminimalisir terjadinya
komplikasi luka

Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi
dan mempertahankan luka insisi tetap kering saat mandi serta mengurangi
penekanan pada luka

4. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, kondisi sakit, dan


perubahan kesehatan

Page 12

Tujuan : Setelah dilakukan kegiatan perawatan berupa motivasi diharapkan ansietas


berkurang.
Kriteria Hasil :

Kecemasan pada klien berkurang setelah di ajarkan teknik relaksasi dibuktikan


oleh tingkat kecemasan hanya ringan sampai sedang dan klien mampu
mengendalikan koping.

Klien mampu mengendalikan diri terhadap kecemasan yang dibuktikan oleh


indicator Kecemasan (1dan2: tidak pernah, jarang)

Klien mampu meneruskan aktivitas yang dibutuhkan meskipun mengalami


kecemasan

Klien mampu mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan negative secara cepat

Intervensi:

Berkolaborasi dengan pasien untuk Mengetahui teknik yang berhasil dan tidak
berhasil menurunkan ansietas di masa lalu

Mengkaji dan mendokumentasi tingkat kecemasan pasien termasuk reaksi fisik


ketika tidur

Memberikan edukasi tentang gejala kecemasan pada keluarga

Ajarkan anggota keluarga membedakan antara serangan panik dan gejala penyakit
fisik

Memberikan fasilitas berupa informasi prosedur dalam pelayanan medis

Berkolaborasi dengan dokter

ketika memberikan obat untuk menurunkan

kecemasan

3.4 Pendidikan kesehatan terpilih


A. Tujuan
Page 13

1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan masyarakat dapat melakukan pencegahan
selulitis.
2. Tujuan Khusus

Masyarakat mengetahui pengertian selulitis.

Masyarakat mengetahui penyebab selulitis.

Masyarakat mengetahui tanda dan gejala selulitis.

Masyarakat mengetahui cara pencegahan selulitis.

B. Masyarakat memahami pencegahan selulitis.


C. Materi

Pengertian selulitis.

Penyebab selulitis.

Tanda dan gejala selulitis.

Pencegahan selulitis.

D. Analisa situasional
1. Fasilitas

: Media leafleat

2. Sasaran

: Masyarakat Jojoran Baru 2A Surabaya

3. Hari/tanggal

: minggu, 14 Oktober 2014 Surabaya

4. Waktu dan tempat : 30 menit dan balai RT 16 RW 12


E. Langkah kegiatan
No
1

Waktu
5
m
en
it

Kegiatan
Fase Orientasi
Menyampaikan salam
pembukaan
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan
Mengontrak waktu

Kegiatan Responden

Menjawab salam
pembukaan
Mendengarkan
penyuluh
menyampaikan
Page 14

20
m
en
it

5
m
en
it

Fase Kerja
Menjelaskan
pengertian selulitis.
Menjelaskan
penyebab selulitis.
Menjelaskan
tanda
dan gejala selulitis.
Menjelaskan
pencegahan selulitis.

Fase Terminasi
Menanyakan kepada
pemateri tentang yang
disampaikan
Menyimpulkan materi
penyuluhan yang telah
disampaikan kepada
sasaran
Mengucapkan terima
kasih atas peran serta
masyarakat
Mengucapkan salam
penutup

topik dan tujuan


Menyetujui kontrak
waktu
yang
ditentukan
Berperan
aktif
mendengarkan
Berperan
aktif
bertanya
tentang
materi
yang
disampaikan
Memperhatikan
dengan
cermat
yang disampaikan
pembicara
Berperan
aktif
dalam menjawab
pertanyaan
Mendengarkan
penyampaian
kesimpulan
Menjawab salam
penutup

BAB IV
WOC
Terdapat lesi pada dermis

Bakteri patogen (streptokokus


piogenes, streptokokus grup A,

Invasi bakteri ke dermis dan


subkutis
Page 15

Meluas ke jaringan yang


lebih dalam

selulitis

Respons inflamasi pada


dermis dan subkutis

Respons lokal

Edema kemerahan dan lesi

Kerusakan
saraf perifer

Kerusakan
integritas
jaringan

Respons inflamasi
sistemik
Peningkata
n suhu
tubuh
hipertermi

Respons
psikologis
Ketidaktahuan tentang
proses penyakit,
perawatan, dan
pepencegahan
berulangnya penyakit
Kebutuhan
pemenuhan
informasi

NYERI

BAB V
ASPEK LEGAL ETIK
4.1 Identifikasi isu
Pada pasien selulitis masalah yang kemungkinan terjadi adalah infeksi yang berujung
pada keselamatan jiwa pasien. Contohnya pada pasien yang memiliki diabetes
mellitus yang memiliki selulitis di tungkak kaki dan dalam proses penyembuhan
memerlukan proses yang lama, apabila kebersihan pada luka tidak di jaga maka

Page 16

akan berakibat pada luka ulkus pada kaki yang dapat membahayakan keselamatan
dari pasien.
4.2 Analisa
Pada pasien selulitis apabila pasien memiliki riwayat diabetes mellitus yang memiliki
luka ulkus pada kaki pasien yang cenderung lama dalam proses penyembuhan,
tindakan yang harus di lakukan adalah mengidentifikasi tingkat nyeri pada luka
ulkus, penyebaran infeksi pada luka dengan menggunakan teknik kejut berupa
cubitan pada lokasi luka pasien, apabila pada luka tidak merasakan rangsangan
maka daerah tersebut mengalami kematian jaringan organ maka harus di lakukan
amputasi agar proses penyebaran infeksi tidak semakin menyebar ke seluruh
tubuh. Dan apabila pasien mengalami hipertermi dan nyeri maka diberikan
analgesic yang berkolaborasi dengan dokter agar temperature pasien segera
normal kembali dan nyeri pada luka pasien berkurang.
4.3 Membuat Keputusan
Memberikan edukasi pada keluarga dan pasien tentang pengertian penyakit selulitis,
tanda dan gejala dari selulitis, dampak apabila memiliki komplikasi pada penyakit
selulitis, dan pencegahan agar terhindar dari penyakit selulitis. Contoh : pasien
selulitis dengan riwayat diabetes mellitus yang memiliki luka ulkus yang harus
mengamputasi kaki pasien yang terinfeksi, perawat dan keluarga harus
memberikan support kepada pasien. Agar, pasien tidak menarik diri dari
lingkungan sosialnya dan apabila tindakan tersebut tidak dilakukan maka akan
membahayakan jiwa pasien karena infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh
pasien.

Page 17

BAB VI
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Selulitis merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Streptoccocus
dan S. aureus, yang menyerang jaringan subkutis dan daerah superfisial. Faktor
resiko untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka
terbuka di kulit atau gangguan pada pembuluh balik (vena) maupun pembuluh
getah bening. Daerah predileksi yang sering terkena yaitu wajah, badan, genitalia,
Page 18

dan ekstremitas atas dan ekstremitas bawah. Pada pemeriksaan klinis selulitis:
adanya makula erimatous, tepi tidak meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat
dan teraba panas. Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis
dan gambaran klinis. Penanganan perlu memperhatikan faktor predisposisi dan
komplikasi yang ada.
4.2 SARAN
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kami dapat menyarankan agar kita menjaga
kesehatan sebaik mungkin. Dalam masa kehamilan, kesehatan ibu dan anak
menjadi perhatian khusus. Hal ini perlu dilakukan supaya kita dapat terhindar dari
penyakit-penyakit selama kehamilan, salah satunya diabetes gestasional.
Mengingat

komplikasi

yang

dapat

ditimbulkan

penyakit

ini

sangat

berbahaya,maka keluarga diharapkan mengerti tentang penyakit ini. Sebagai


perawat, kita harus memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit ini
dan mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai kondisi pasien.

Page 19

Anda mungkin juga menyukai