Anda di halaman 1dari 8

REFERAT

( DERMATITIS VENENATA )

Oleh :

Aditya Arif N 11310008


Daesa Pujiratih 16360306

Pembimbing:
dr. Frida A. Ginting,Sp.KK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABAN JAHE
KAB. KARO 2017
BAB I
PENDAHULUAN

Dermatitis Venenata adalah DKI akut yang disebabkan oleh iritan, salah
satunya racun pederin yang berada di hemolimfe (darah kumbang) yang kemudian
menyebabkan keluhan gatal, rasa panas terbakar, dan kemerahan pada kulit yang
timbul dalam 12 - 48 jam setelah kulit terpapar pederin yang disekresikan oleh
Genus Paederus. Kumbang ini tidak menggigit atau menyengat, namun tepukan
atau gencetan pada kumbang di atas kulit akan memicu pengeluaran bahan
aktifnya berupa pederin. Paparan secara langsung maupun tidak langsung
(penyebaran toksin melalui tangan atau melalui handuk, baju, atau alat lain yang
tercemar oleh racun serangga tersebut).

Kumbang Paederus yang dikenal di Indonesia adalah Paederus Pregrinuss


sebagai serangga pemangsa (predator) hama-hama pada tanaman pertanian
sehingga peranannya berguna untuk dipertahankan keberadaannya. Perkembang
biakan Paederus dipengarui oleh musim karena Paederus berkembang biak di
dalam tanah di tempat-tempat yang lembab, seperti di galangan sawah, tepi
sungai, daerah berawa dan hutan. Paederus banyak ditemukan khususnya pada
daerah tropis seperti Indonesia, dimana wilayah Indonesia berada pada posisi
strategis, terletak di daerah tropis, diantara Benua Asia dan Australia,
menyebabkan wilayah Indonesia rentan terhadap perubahan iklim/cuaca. Iklim
atau musim di Indonesia dibagi menjadi dua, yakni musim hujan dan musim
kemarau.

Musim kemarau di Indonesia terjadi pada bulan April sampai Oktober. Musim
kemarau disebabkan oleh hembusan angin muson timur yang membawa sedikit
uap air sehingga Indonesia mengalami musim kemarau. Musim hujan di Indonesia
terjadi pada bulan Oktober sampai April. Musim hujan di Indonensia disebabkan
oleh hembusan Angin Muson Barat yang membawa banyak uap air, sehingga di
sebagian besar wilayah Indonesia mengalami musim hujan.
Musim hujan menyebabkan tanah menjadi subur, hutan dan rumput-rumput
mulai menghijau kembali. Suburnya tetumbuhan dan keadaan lembab karena
hujan merupakan tempat yang cocok untuk siklus hidup paederus. Oleh karena itu
secara langsung mendorong berkembang biaknya serangga ataupun paederus,
baik sebagai unsur perusak maupun sebagai unsur pembantu penyerbukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Dermatitis venenata adalah dermatitis yang timbul setelah kontak dengan
kontakan eksternal melalui proses toksis. Penyebaranya berupa iritan primer
seperti asam dan basa kuat, dan salah satunya teriritasi oleh serangga yang
mengandung pederin.
Kumbang ini tidak menggigit atau menyengat , namun tepukan atau
gencatan kumbang ini diatas kulit akan memicu pengeluarn bahan aktifnya
pederin.

B. Etiologi
Serangga yang menyebabkan dermatitis venenata akibat paederus berasasl
dari kelas insekta, ordo coleoptera, family staphylinidae, Genus Paederus dan
Spesies Paederus fuscipes. Kumbang paederus memiliki cairan hemolimfe yang
mengandung senyawa beracun yang disebut pederin.
Umunya pederin di produksi di dalam tubuh kumbang betina. Produksi
pederin bergantung pada aktifitas endosimbion (bakteri Pseudomonas sp.) yang
hidup bersimbiosis dalam tubuh kumbang. Senyawa tersebut juga dapat menjadi
racun bagi predator potensial lainya.
Salah satu serangga yang menyebabkan dermatitis venenata biasa dikenal
dengan sebutan tom cat. Tom cat (Paederus sp) atau yang sering dikenal dengan
semut kayap, merupakan kumbang dengan habitat di sawah, semak-semak, dan
tambak liar dengan sedikit semaksemak. Tom cat merupakan predator dari hama
wereng. Kumbang ini temasuk dalam ordo Orthotera, sub ordo Rove Beetle,
genus Staphylinidae dengan banyak spesies. Ciri kumbang ini adalah kepala
berbentuk seperti semut, berwarna hitam, punggung hitam, dan oranye, sayap
kebiruan. ukurannya sekitar 7-0 mm. Kumbang ini terkenal dengan sebutan tom at
karena mirip dengan pesawat tempur Tomcat F-14. Tomcat memilki zat pederin di
sirkulasi darah, sehingga telur, pupa, dan kumbang dewasa ini akan mengeluarkan
zat pederin saat tubuhnya hancur atau merasa terancam.

C. Patogenesis
Dermatitis venenata termasuk reaksi tipe IV ialah hipersentivitas tipe
lambat. Patogenesisnya melalui 2 fase yaitu :
Fase induksi :
Saat kontak pertam alergen dengan kulit sampai limposit mengenal dan
memberi respon, memerlukan waktu 2 3 minggu.
Fase Elisitas :
Terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa sel efektor yang
telah tersintisasi mengeluarkkan limforkrim yang mampu menarik berbagai
sel badan sehingga terjadi gejala klinis.

D. Manifestasi Klinis
Erupsi dimulai ketika unsur penyebeb mengenai kulit. Reaksi pertama
mencakup rasa gatal, terbakar dan eritama yang segera diikuti oleh gejela edema,
makula, vesikel serta perembesan atau sekret. Pada fase subkutis, perubahan
vesikuler ini tidak begitu mencolok lagi dan berubah menjadi pembentukan
krusta, pengeringan atau bila pasien terus menerus menggaruk kulitnya, penebalan
kulit (likenifikasi) dan pigmentasi (perubahan warna) akan terjadi infasi sekunder
timbul kembali

E. Diagnosis Banding
a. Herpes Zoster
Herpes zoster adalah ruam kulit yang menyakitkan, dan terasa panas yang
disebebkan oleh virus varicella zoster.
b. Varisela
varisela atau yang dikenal juga secara awam sebagai cacar air adalah penyakit
infeksi virus yang menular yang disebabkan oleh virus varicella zoster
F. Diagnosis
Diagnosis berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis. Percobaan tempel
tidak dapat dilakukan pada stadium akut, karena akan memberatkan penyakit.

F. Pengobatan
Proteksi terhadap zat penyebab dan penghindaran kontakan merupakan
tindakan penting. Pada reaksi lokal diberikan kortikosteroid, hidrokortison
meupakan lini pertama pengobatan sebagai antiinflamasi ringan, apabila terjadi
reaksi sistemik maka dipertimbangkan pemberian obat secara sistemik.
Antihistamin sistemik tidak di indikasikan pada stadium permulaan, sebab tidak
ada pembebasan histamin. Pada stadium selanjutnya terjadi pembebasan histamin
secara pasif. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan penyakit berat misalnya
prednison 20 mg sehari. Terapi topikal digunakan sesuai dengan petunjuk umum
pengobatan dermatitis.

Penatalaksanaan pada dermatitis venenata pada tahap lanjut adalah


1. Kortikosteroid oral (dexametason 4 x 5 mg selama 5 hari) diberikan untuk
mengurangi dan mencegah berkembangnya dermatitis alergi semakin luas.
2. Antihistamin (ciproheptadine 3 x 4 mg selama5 hari) diberikan untuk keadaan
pruritus penderita dengan mencegah degranulasi sel mast
3. Antibiotik sistemik (sefadroksil 2 x500 mg selama 5 hari) untuk pengobatan
infeksi sekunder.

G. Prognosis
Dermatitis venenata adalah baik bila pasien dapat menghindari eksposur
dengan serangga.
H. Edukasi
Pasien disarankan untuk meminimalisir aktivitas dilapangan yang berguna
untuk menghindari kontak dengan serangga, dan pasien juga dapat
menggunakan baju lengan panjang ketika aktivitas dilapangan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wirya Duarsa. Dkk.: Pedoman Diagnosi dan Terapi Penyakit Kulit dan
Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. 2010.
http://eprints.undip.ac.id/44534/3/Wirya_Duarsa_22010110120074_Bab2KTI.
pdf

2. Djuanda, Adhi. Dkk.: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2004.
http://eprints.ui.ac.id/78694/3/KK12347684.pdf

3. Budimulja, U. sunoto. Dan Tjokronegoro. Arjatmo. : dermatitis venenata.


Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan. 2008.
http://repository.usu.ac.id/67546/3/1232213.pdf

4. Sularsito, Sri Adi.Dkk. : Dermatologi Praktis. Perkumpulan Ahli Dermatologi


dan Venereologi Indonesia, Jakarta. 2006.

Anda mungkin juga menyukai