Anda di halaman 1dari 25

Dermatitis Kontak Iritan

Oleh :
Nadia Annisa Ratu
Pembimbing:
dr. Imawan Hardiman, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
RSUD BANGKINANG
2018
Bab 1. Pendahuluan

 Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan nonimunologik pada kulit yang disebabkan
oleh kontak dengan faktor eksogen maupun endogen.

 Dermatitis kontak iritan dapat dialami oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras, dan jenis
kelamin. Jumlah orang yang mengalami DKI diperkirakan cukup banyak, terutama yang berhubungan
dengan pekerjaan (DKI akibat kerja), namun angka secara tepat sulit diketahui.
Bab 2. Tinjauan Pustaka

Definisi
• Dermatitis Kontak Iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan kulit non-imunologis yaitu
kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului oleh proses pengenalan / sensitisasi.

Epidemiologi

• 80% Dermatitis karena iritan, lebih sering mengenai tukang bersih-bersih, penata rambut
dan tukang masak. Berdasarkan jenis kelamin, DKI secara signifikan lebih banyak pada
perempuan dibanding laki-laki.
Etiologi DKI

Faktor eksogen
• Sifat kimia bahan iritan (pH, kelarutan)
• Sifat dari pajanan (jumlah, kosentrasi, lama pajanan)
• Faktor lingkungan (lokalisasi tubuh yang terpajan dan suhu, dan faktor mekanik seperti tekanan,
gesekan atau goresan)
Faktor endogen
• Faktor genetic
• Jenis kelamin
• Umur
• Riwayat atopi
Patogenesis

Bahan iritan

Jejas pada membrane sel Mengaktifasi sel


Hilangnya
(lisosom, mitokondria, mast
subtansi daya ikat Sebagai kemotraktan kuat
air dan lemak komplemen inti) untuk limfosit dan neutrofil
permukaan

Mengaktifkan Melepaskan histamine,


fosfolipase PG lain PAF

platelet activati Diasilgliserida Jadi prostaglandin Perubahan vaskular


Inositida (IP3) asam arakidonat
factor(PAF) (DAG) (PG) dan
(AA)
leukotrien (LT)

Transudasi
Menginduksi ↑ permeabilitas pengeluaran
vasodilatasi vaskular komplemen dan
kinin
Lanjutan..

Diasilgliserida (DAG)
dan second
messenger lain

Menstimulasi
ekspresi gen, dan
sintesis protein (misal
IL-1, GMCS IL-1)

Mengaktifkan sel
T helper

Mengekspresikan
reseptor IL-2

Stimulasi autokrin
dan proliferasi sel
Manifestasi klinis

Dermatitis kontak iritan akut

• Kulit terasa pedih/panas, eritema, vesikel, atau bulla. Luas kelainannya sebatas daerah yang terkena dan berbatas tegas.
• Rasa sakit terjadi dalam beberapa detik dari pajanan.

Dermatitis Kontak Iritan Lambat (Delayed ICD)

• Gejala obyektif tidak muncul hingga 8-24 jam atau lebih setelah pajanan
• Eritema yang kemudian dapat menjadi vesikel atau bahkan nekrosis

Dermatitis Kontak Iritan Kronis (DKI Kumulatif)

• Disebabkan oleh iritan lemah dengan pajanan yang berulang-ulang


• baru muncul setelah beberapa hari, minggu, bulan, bahkan tahun
• kulit kering, eritema, skuama, dan lambat laun akan menjadi hiperkertosis dan dapat terbentuk fisura
Lanjutan..

Reaksi Iritan

• skuama, eritema, vesikel, pustul, serta erosi, dan biasanya terlokalisasi di dorsum tangan dan jari
• Reaksi iritasi dapat sembuh, menimbulkan penebalan kulit atau dapat menjadi DKI kumulatif

Reaksi Traumatik (DKI Traumatik)

• Reaksi iritasi dapat sembuh, menimbulkan penebalan kulit atau dapat menjadi DKI kumulatif
• Pada proses penyembuhan, akan terjadi eritema, skuama, papul dan vesikel

Dermatitis Kontak Iritan Noneritematous

• rasa terbakar, gatal, atau rasa tersengat


• ditandai dengan perubahan sawar stratum korneum tanpa tanda klinis
Lanjutan..

Dermatitis Kontak Iritan Subyektif (Sensory ICD)

• Kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita mengeluh gatal, rasa tersengat, rasa terbakar, beberapa menit setelah terpajan
• Biasanya terjadi di daerah wajah, kepala dan leher

Dermatitis Kontak Iritan Gesekan (Friction ICD)

• Terjadi iritasi mekanis yang merupakan hasil dari mikrotrauma atau gesekan yang berulang
• berupa eritema, skuama, fisura, dan gatal pada daerah yang terkena gesekan

Dermatitis Kontak Iritan Akneiform

• Biasanya dilihat setelah pajanan, seperti oli, metal, halogen, serta setelah penggunaan beberapa kosmetik
• memiliki lesi pustular yang steril dan transien, dan dapat berkembang beberapa hari setelah pajanan

Dermatitis Asteatotik
• Gatal yang hebat, kulit kering, dan skuama ikhtiosiform
• Biasanya terjadi pada pasien-pasien usia lanjut yang sering mandi tanpa menggunakan pelembab pada kulit
Diagnosis

 Anamnesis
• Pasien mengklaim adanya pajanan yang menyebabkan iritasi kulit.
• Onset dari gejala terjadi dalam beberapa menit sampai jam untuk DKI akut
• Onset dari gejala dan tanda dapat tertunda hingga berminggu-minggu ada DKI
kumulatif (DKI Kronis)
• Penderita merasakan sakit, rasa terbakar, rasa tersengat, dan rasa tidak nyaman
akibat pruritus yang terjadi
Lanjutan..

 Pemeriksaan fisik
• Makula eritema, hiperkeratosis, atau fisura predominan setelah terbentuk vesikel
• Tampakan kulit berlapis, kering, atau melepuh
• Bentuk sirkumskrip tajam pada kulit
• Rasa tebal di kulit yang terkena pajanan
 Patch Test
• Patch tes dilepas setelah 48 jam, hasilnya dilihat dan reaksi positif dicatat. Untuk pemeriksaan
lebih lanjut, dan kembali dilakukan pemeriksaan pada 48 jam berikutnya. Jika hasilnya
didapatkan ruam kulit yang membaik, maka dapat didiagnosis sebagai DKI.
Diagnosis banding

Dermatitis kontak iritan Dermatitis kontak alergi Dermatitis atopik Tinea manus Tinea pedis
kumulatif kronis
Lesi kulit kering, eritema, skuama, Lesi akut tampak bercak Dermatitis atopi pada remaja adalah Gambaran lesi pada tinea manus Gambaran lesi pada tinea pedis
lambat laun kulit tebal eritematosa, berbatas tegas, diikuti berupa plak hiperpigmentasi, adalah patch disertai skuama adalah terlihat vesikel, vesiko-
(hyperkeratosis), dan likenifikasi edema, papulovesikel, vesikel, atau hiperkeratosis, likenifikasi, erosi da dengan batas tegas, hyperkeratosis, pustul dan kadang-kadang bula, isi
difus. Jika kontak terus bisa bula. Jika vesikel bula pecah terjadi skuama. fissura pada palmar, central vesikel berupa cairan jernih yang
terbentuk fisura. erosi kemudian eksudasi. Pada lesi clearing. kental, setelah pecah vesikel
kronis tampak kulit kering, skuama, meninggalkan sisik yang
papul, likenifikasi, fissura, batasnya membentuk lingkaran yang disebut
tidak tegas koleret
Penatalaksanaan

 Menghindari pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis atau kimiawi.
 Memakai pelindung diri yang adekuat bagi yang selalu bekerja dengan bahan iritan.
 Jika lesi basah (fase akut) kompres dingin 3 kali sehari selama 20-30 menit dengan larutan Burrowi
dan kalium permanganat
 DKI akut yang berat, pemberian prednison pada 2 minggu pertama, 60 mg dosis inisial, dan di tappering
10mg
 DKI kronis maka bisa dipakai kortikosteroid potensi kuat yaitu cream betametason valerat 0,1% 2 kali
sehari
 Bisa diberikan cetirizin tab 10mg jika gatal.
Prognosis

 Prognosis baik pada individu non atopi dimana DKI didiagnosis dan diobati dengan baik.
Individu dengan dermatitis atopi rentan terhadap DKI. Bila bahan iritan tidak dapat
disingkirkan sempurna, prognosisnya kurang baik, dimana kondisi ini sering terjadi
pada DKI kronis yang penyebabnya multifaktor.
Bab 3. Ilustrasi Kasus

IDENTITAS PASIEN
 Nama : LF
 Umur : 16 th
 Jenis kelamin : Perempuan
 Pekerjaan :-
 Alamat : Alam Panjang, Bangkinang
 Status Pernikahan : Belum menikah
 Pendidikan : Tingkat Aliyah Pondok Pesantren Anshor
 Agama : Islam
 Suku : Ocu
 Masuk Rumah Sakit : 23 Februari 2019
 Keluhan Utama :
 Gatal dan kulit mengelupas pada telapak tangan dan telapak kaki.

 Riwayat Penyakit Sekarang :


• Sejak 5 tahun yang lalu.
• Pertama kali muncul berupa bintik-bintik merah berair yang terasa gatal dan panas di kedua telapak tangan dan kedua telapak kaki,
jika pecah mengeluarkan cairan bening. Pasien mengatakan sering menggaruk kedua tangannya dan kedua kakinya tersebut. Lama-
kelamaan bintik-bintik merah berair tersebut menjadi bercak-bercak merah disertai kulit mengelupas. Kaki pasien sering basah
karena berkeringat membuat rasa gatal semakin hebat. Pada telapak kaki kanan pasien pernah bernanah dan sekarang mengering.
keluhan muncul setelah ia sering mencuci pakaian dengan tangan menggunakan detergen bubuk dan cair. Keluhannya berkurang
ketika menghindari mencuci dengan detergen, namun keluhan bertambah ketika setelah beberapa minggu pasien kembali mencuci
dengan tangan menggunakan detergen.
 Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak ada mempunyai riwayat alergi apapun.
 Riwayat Penyakit Keluarga :
Pada anggota keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa dan tidak ada mempunyai riwayat alergi apapun.
 Riwayat Pengobatan :
Sebelumnya pasien membeli obat di apotik (pasien lupa nama obatnya). Bila pasien minum obat, gatal terasa berkurang. Namun bila
terkena air atau setelah mencuci pakaian, rasa gatal dan panas muncul kembali.
 Riwayat Kebiasaan :
Pasien sekamar dengan 16 orang teman, dan teman pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien, pasien tidak
pernah saling bertukar handuk atau pakaian dengan teman sekamar, alas tempat tidur pasien diganti sekali seminggu. Pasien sangat
jarang mencuci sepatu.
Status Dermatologis

 Lokasi : Pada regio palmar manus dextra et sinistra, dan regio plantar pedis dextra dan
regio digiti polex sinistra.
 Distribusi : Bilateral pada regio palmar manus, regional pada plantar pedis dextra dan soliter
pada digiti polex pedis sinistra.
 Bentuk : Tidak khas pada palmar manus, dan seperti lingkaran pada plantar pedis dextra.
 Susunan : Tidak Beraturan.
 Batas : Difus pada palmar manus, dan sirkumkrip pada plantar pedis dextra.
 Ukuran : Miliar sampai plakat
lanjutan..

 Efloresensi : Pada regio palmar manus dextra et sinistra tampak eritema, skuama, dan vesikel. Pada
regio plantar pedis dextra tampak eritema, skuama, dan krusta. Pada regio digiti polex pedis sinistra
tampak eritema, skuama dan likenifikasi.
 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pada pasien. Dilakukan bila ada keraguan klinis (contoh pemeriksaan: Uji tempel)

 Diagnosis : Dermatitis Kontak Iritan Kronik Kumulatif


 Diagnosis Banding : Dermatitis Kontak Alergi, Dermatitis Atopi fase remaja, Tinea Manus, dan
Tinea Pedis.
Terapi :
Umum:
Hindari pajanan bahan iritan yang menjadi
penyebab. Prognosis
Tidak menggaruk-garuk lesi saat gatal. • Quo ad sanam : dubia ad malam
• Quo ad vitam : dubia ad bonam
Khusus: • Quo ad Fungtinoam : dubia ad bonam
• Quo ad Kosmetikum : dubia ad malam
Kortikosteroid Topikal : cream betametason
valerat 0,1% dioleskan secara tipis 2 kali sehari.
Antihistamin sistemik : tab cetirizine 10 mg 1 kali
sehari.
Bab 4. Pembahasan

 Pasien perempuan berusia 16 tahun datang dengan keluhan gatal dan kulit mengelupas pada telapak tangan kanan dan kiri serta pada
telapak kaki kanan dan jempol kiri sejak 5 tahun yang lalu. Pertama kali muncul berupa bintik-bintik merah berair yang terasa gatal dan
panas di kedua telapak tangan dan kedua telapak kaki, jika pecah mengeluarkan cairan bening. Pasien mengatakan sering menggaruk
kedua tangannya dan kedua kakinya tersebut. Lama-kelamaan bintik-bintik merah berair tersebut menjadi bercak-bercak merah
disertai kulit mengelupas. keluhan bertambah ketika setelah pasien kembali mencuci dengan tangan menggunakan detergen.
 Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa dermatitis kontak iritan dapat diakibatkan oleh bahan kimia yang bersifat iritan.
Sifat kimia bahan iritan dipengaruhi oleh pH, kondisi fisik, konsentrasi, ukuran molekul, jumlah, polarisasi, ionisasi, bahan dasar, dan
kelarutan. Gejala yang dialami pasien sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa seseorang yang terpajan terus-menerus olelh bahan
seperti deterjen, dapat berupa gatal, kulit kering, dan kulit mengelupas.
Lanjutan..

 Dari status dermatologis ditemukan adanya makula eritema, papul eritema skuama, erosi dan likenifikasi. Hal
ini didukung oleh teori yang mengatakan bahıwa pada pasien DKI kronis dapat ditemukan eritema, skuama, dan
likenifikasi.
 Terapi umum pada pasien DKI yaitu dianjurkan untuk menghindari faktor pencetus, jangan menggaruk bagian
lesi, dan menggunakan alas saat mencuci pakaian. Terapi khusus yang dapat diberikan yaitu penggunaan
kortikosteroid seperti belamethason krim 0.1 % 2 kali sehari dan untuk mengurangi keluhan gatalnya dapat
diberikan ceterizin tab 10 mg. Berdasarkan teori pengobatan DKI adalah menghindari pajanan bahan iritan dan
memakai alat pelindung diri saat bekerja.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wolff K. Dermatitis. In: Goldsmith, Lowell A., Stephen Katz, Barbara G., K.Wolff, Amy Paller. Fitzpatrick’s Color Atlas & Dermatology in General
Medicine 8th ed. Singapore; 2012.
2. Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2017.
3. Sularsito, S.A dan Suria Djuanda, editors. Dermatitis. In: Djuanda A, Mochtar H, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.p.130-33.
4. Hogan DJ. Contact Dermatitis, Irritant. eMedicine; 2009. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/762139.
5. Schnuch A and Berit CC, editors. Genetics And Individual Predispotitions in Contact Dermatitis. In: Johansen JD, Peter JF, Jean PL, editors.
Contact Dermatitis 5th ed. New York: Springer. 2011.p.28-30.
6. Ngan V. Irritant Contact Dermatitis. DermNet NZ; 2008. Available at: http://dermnetnz.org/dermatitis/contact-irritant.html.
Terimakasih..

Anda mungkin juga menyukai