Umur
: 19 tahun
Alamat
Agama
: Islam
Suku
: Muna
No
Nama
1.
Dian Auliah
Kakak
Kalsum
2.
Farah Soraya
Kakak
Umur Pendidikan
(thn) terakhir
Pekerjaan
Ket.
22
SMA
Mahasiswa
Sehat
22
SMA
Mahasiswa
Sehat
A. ANAMNESIS
1. Keluhan utama : gatal pada wajah
2. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien Nn. N datang kepuskesmas Lepo-lepo dengan keluhan wajah terasa gatal saat
bangun di pagi hari. Rasa gatal tersebut sangat mengganggu sehingga pasien selalu ingin
menggaruk wajahnya. Gatal pada wajah awalnya disertai dengan bintik-bintik putih pada
wajah yang timbul disekitar bibir pasien, kemudian mengeluh bintik-bintik pada
wajahnya tersebut semakin banyak dan menyebar keseluruh bagian wajah dan berubah
menjadi kemerahan setelah beberapa jam kemudian. Selain itu, pasien juga mengeluh
bibir atas dan bawah serta kelopak mata bagian bawah membengkak. Pasien juga
merasakan wajahnya tidak hanya gatal namun juga terasa perih. Hal ini baru pertama kali
dialami oleh pasien. pasien riwayat suka menggunakan kosmetik karena tuntutan
pekerjaan dimana pasien merupakan seorang penari tradisional. Pasien juga mengaku
bahwa kurang lebih sejak satu bulan yang lalu pasien menggunakan krim wajah merk
baru selain krim wajah yang biasa pasien gunakan sejak lama.
3. Riwayat Penyakit Terdahulu :
Pasien tidak pernah mengalami hal yang sama sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat
alergi terhadap makanan, obat-obatan ataupun menderita alergi lain. Pasien juga mengaku
tidak menderita asma
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mengaku tidak ada anggota keluarga yang tinggal serumah yang pernah
mengalami hal yang sama seperti pasien. Riwayat atopi dalam keluarga tidak ada.
5. Riwayat pengobatan sebelumnya
Pasien belum pernah berobat ke dokter sebelumnya
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
:
Tanda Vital
Tekanan darah
:
Frekwensi nadi
:
Frekwensi nafas
:
Suhu
:
Berat badan
:
Panjang badan
:
Status Gizi
:
Kepala
:
Mata
Hidung
Bibir
Lidah
Mulut
Telinga
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
seluruh
wajah
ruam
eritematous
disertai
dengan
papulovesikel
konjungtiva anemis (-)
dalam batas normal
tampak udem pada bagian bibir atas
dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal
lengkap
Pemeriksaan uji tempel perlu dipertimbangkan untuk menentukan, apakah dermatitis
tersebut karena kontak alergi.
F
G
H
I
Kapan menurut anda pasien ini perlu dirujuk, ditulis dengan lengkap
Pasien dirujuk apabila dengan pengobatan dari puskesmas gejala yang timbul pada
pasien tidak mengalami perbaikan yang berarti, dan keluhan semakin memberat
keluarganya tentang
a. Menjelaskan tentang apa itu dermatitis kontak alergi, gejala, faktor risiko, dan
pencegahan yang dapat dilakukan
b. Menjelaskan bahwa stroke adalah dermatitis kontak karena sensitasi alergi
terhadap substansi yang beraneka ragam yang menyebabakan reaksi peradangan
pada kulit bagi mereka yang mengalami hipersensivitas terhadap alergen sebagai
suatu akibat dari pajanan sebelumnya
c. Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa bahan
kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan
kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi
alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit
d. Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan kontaknya dapat
disingkirkan
3. Pencegahan tersier
jika keluhan semakin memburuk maka pasien harus segera memeriksakan
kembali dirinya kedokter, dan jika perlu dokter harus segera dirujuk kedokter
yang lelbih ahli.
mengalami hal yang sama seperti pasien. Riwayat atopi dalam keluarga tidak ada.
Diagnosis holistik
Diagnosis sosial, ekonomi,pencarian pelayanan kesehatan dan perilaku
G. SOSIAL
Adalah sikap dan perilaku keluarga
selama ini dalam mempersiapkan
anggota keluarga untuk terjun ke
tengah masyarakat termasuk di
dalamnya pendidikan formal dan Hubungan dengan keluarga dan
masyarakat sekitar sangat baik.
informal untuk dapat mandiri.
H. Ekonomi
Adalah sikap dan perilaku keluarga Ibu pasien bekerja sebagai
selama ini dalam usaha pemenuhan wiraswasta dan ayah pasien
kebutuhan primer, sekunder dan tertier. bekerja sebagai pegawai negeri
sipil dengan rata-rata penghasilan
keluarga minimal perbulan Rp
2.000.000,- sehingga kebutuhan
primer dan sekunder keluarga
dapat terpenuhi
I. Penggunaanpelayanankesehatan
Pasien dan keluarga apabila sakit
Perilaku keluarga apakah datang ke maka akan datang ke puskesmas
posyandu, puskesmas dsb untuk untuk mendapatkan pengobatan
preventif atau hanya kuratif, atau
kuratif ke pengobatan komplementer
dan alternatif, sebutkan jenisnya dan
keseringannya.
(-)
Keterangan
Kesimpulan
tentang
faktor
kesehatan
Sarana
pelayanan Puskesmas dan Rumah Baik
kesehatan
yang Sakit
digunakan oleh keluarga
Cara mencapai sarana Menggunakan kendaraan Terjangkau
pelayanan kesehatan tsb
roda 4
Tarif
pelayanan (sangat
mahal,mahal, Terjangaku
kesehatan yang dirasakan terjangkau, murah, gratis)
Kualitas
pelayanan (sangat baik, baik, biasa,
kesehatan yang dirasakan kurang baik, buruk)
Baik
Kepemilikan rumah :
(milik sendiri, kontrak, menumpang.)
Daerah perumahan :
(kumuh, padat, berjauhan, bersih, mewah,)
Milik sendiri
Bersih
Luas rumah :
2010 m
Bertingkat / tidak
Tidak bertingkat
orang
Bersih
Lantai
rumah
dari
tanah/semen/keramik/lain-lain
; Keramik
Dinding
rumah
tembok/papan/kombinasi
: Tembok
dari
pelayanan
Bersih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis (peradangan kulit)
yang timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitisasi
B. Etiologi dan Predisposisi
1. Etiologi
Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling
sering berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000
Da, yang juga disebut bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul
dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan
luasnya penetrasi di kulit.
Penyebab utama kontak alergen di Amerika Serikat yaitu dari
tumbuh-tumbuhan. Sembilan puluh persen dari populasi mengalami
sensitisasi terhadap tanaman dari genus Toxicodendron, misalnya
poison ivy, poison oak dan poison sumac. Toxicodendron mengandung
urushiol yaitu suatu campuran dari highly antigenic 3- enta decyl
cathecols. Bahan lainnya adalah nikel sulfat (bahan-bahan logam),
potassium dichromat (semen, pembersih alat -alat rumah tangga),
formaldehid,
etilendiamin
8
(cat
rambut,
obat-obatan),
apabila satus higinienya baik dan didukung status gizi yang cukup, maka
potensi sensitisasi allergen akan tereduksi dari potensi yang seharusnya.
Sehingga sistem imunitas tubuh dapat dengan lebih cepat melakukan
perbaikan bila dibandingkan dengan keadaan status higinie dan gizi
individu yang rendah. Selain hal hal diatas, faktor predisposisi lain yang
menyebabkan kontak alergik adalah setiap keadaan yang menyebabkan
integritas kulit terganggu, misalnya dermatitis statis.
C. Patofisiologi
10
Kontak Dengan
Alergen secara
Berulang
Menembus lapisan
corneum
Sel langerhans
keluarkan sitokin
Sitokin akan
memproliferasi sel
T dan menjadi
lebih banyak dan
memiliki sel T
memori
Hapten + HLA-DR
Sitokin akan keluar
dari getah bening
Membentuk
antigen
Beredar ke seluruh
tubuh
Dikenalkan ke
limfosit T melalui
CD4
Individu
tersensitisasi
Fase Sensitisasi
(I)
11
Pajanan ulang
Sel T memori
Aktivasi sitokin
inflamasi lebih
kompleks
Respons klinis DKA
Proliferasi dan
ekspansi sel T di
kulit
Faktor kemotaktik,
IFN keratinosit
LFA -1, IL-1, TNF-
Dilatasi vaskuler
dan peningkatan
permeabilitas
vaskuler
Molekul larut
(komplemen dan klinin)
ke epidermis dan
dermis
12
D. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesa
Diagnosis DKA didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat
dan pemeriksaan klinis yang teliti. Penderita umumnya mengeluh
gatal.
Pertanyaan mengenai kontaktan yang dicurigai didasarkan
kelainan kulit berukuran numular di sekitar umbilikus berupa
hiperpigmentasi, likenifikasi, dengan papul dan erosi, maka perlu
ditanyakan apakah penderita memakai kancing celana atau kepala ikat
pinggang yang terbuat dari logam (nikel). Data yang berasal dari
anamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang
pernah digunakan, obat sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang
diketahui menimbulkan alergi, penyakit kulit yang pernah dialami,
riwayat atopi, baik dari yang bersangkutan maupun keluarganya.
Penelusuran riwayat pada DKA didasarkan pada beberapa data seperti
yang tercantum dalam tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Penelusuran riwayat pada DKA.
Demografi dan riwayat
pekerjaan
keluarga
Riwayat penyakit
sebelumnya
spesifik
13
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sangat penting, karena dengan melihat lokasi
dan pola kelainan kulit seringkali dapat diketahui kemungkinan
penyebabnya. Berbagai lokasi terjadinya DKA dapat dilihat pada tabel
2.2. Misalnya, di ketiak oleh deodoran; di pergelangan tangan oleh jam
tangan; di kedua kaki oleh sepatu/sandal. Pemeriksaan hendaknya
dilakukan di tempat yang cukup terang, pada seluruh kulit untuk
melihat kemungkinan kelainan kulit lain karena sebab-sebab endogen.
Tabel 2.2 Berbagai Lokasi Terjadinya DKA.
Lokasi
Tangan
Kemungkinan Penyebab
Pekerjaan yang basah (Wet Work) misalnya
memasak makanan (getah sayuran, pestisida)
Lengan
Ketiak
Wajah
di pakaian.
Bahan kosmetik, spons (karet), obat topikal,
alergen di udara (aero-alergen), nikel (tangkai
Bibir
Kelopak mata
kacamata).
Lipstik, pasta gigi, getah buah-buahan.
Maskara, eye shadow, obat tetes mata, salep
Telinga
mata.
Anting
Leher
Badan
warna pakaian.
Tekstil, zat warna, kancing logam, karet
yang
terbuat
dari
nikel,
tangkai
nilon,
kondom,
14
obat
topikal,
Dermatitis kontak alergi akut pada bibir yang terjadi karena lipstick.
Pasien hipersensitif terhadap eosin mengakibatkan eritema pada
bibir
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Uji Tempel
Kelainan kulit DKA sering tidak menunjukkan gambaran
morfologik yang khas, dapat menyerupai dermatitis atopik,
dermatitis numularis, dermatitis seboroik, atau psoriasis. Diagnosis
banding yang utama ialah dengan Dermatitis Kontak Iritan (DKI).
Dalam keadaan ini pemeriksaan uji tempel perlu dipertimbangkan
untuk menentukan, apakah dermatitis tersebut karena kontak alergi.
17
18
sekurang-kurangnya
dalam 48 jam, dan menjaga agar punggung selalu kering
setelah dibuka uji tempelnya sampai pembacaan terakhir
selesai.
6) Uji tempel dengan bahan standar jangan dilakukan terhadap
penderita yang mempunyai riwayat tipe urtikaria dadakan
(immediate urticaria type), karena dapat menimbulkan urtikaria
generalisata bahkan reaksi anafilaksis. Pada penderita semacam
ini dilakukan tes dengan prosedur khusus.
Setelah dibiarkan menempel selama 48 jam, uji tempel
dilepas. Pembacaan pertama dilakukan 15-30 menit setelah dilepas,
agar efek tekanan bahan yang diuji telah menghilang atau minimal.
Hasilnya dicatat seperti berikut:
1 = reaksi lemah (nonvesikular) : eritema, infiltrat, papul (+)
2 = reaksi kuat : edema atau vesikel (++)
3 = reaksi sangat kuat (ekstrim) : bula atau ulkus (+++)
4 = meragukan : hanya makula eritematosa
5 = iritasi : seperti terbakar, pustul, atau purpura (IR)
6 = reaksi negatif (-)
7 = excited skin
19
T.R.U.E. Test
(Mekos Laboratories,
Hillerod, Denmark)
patch-test.
20
22
a. Memotong kuku kuku jari tangan dan jaga tetap bersih dan
pendek serta tidak menggaruk lesi karena akan menimbulkan
infeksi.
b. Memberi edukasi mengenai kegiatan yang berisiko untuk terkena
dermatitis kontak alergi
c. Gunakan perlengkapan/pakaian pelindung saat melakukan aktivitas
yang bersentuhan dengan allergen.
d. Memberi edukasi kepada pasien untuk tidak mengenakan
perhiasan, aksesoris, pakaian atau sandal yang merupakan
penyebab alergi
2. Medikamentosa
a. Simptomatis
Diberi antihistamin yaitu Chlorpheniramine Maleat (CTM)
sebanyak 3-4 mg/dosis, sehari 2-3 kali untuk dewasa dan 0,09
mg/dosis, sehari 3 kali untuk anak anak untuk menghilangkan
rasa gatal
b. Sistemik
1) Kortikosteroid yaitu prednison sebanyak 5 mg, sehari 3 kali
2) Cetirizin tablet 1x10mg/hari
3) Bila terdapat infeksi sekunder diberikan antibiotika
(amoksisilin
atau
eritromisin)
dengan
dosis
F. Prognosis
Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan
kontaknya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis
bila
bersamaan
dengan
dermatitis
yang
disebabkan
oleh
24
BAB III
KESIMPULAN
1. Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang
timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitisasi.
2. Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa
bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga
disebut bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh
potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit.
3. Gejala klinis DKA, pasien umumnya mengeluh gatal. Pada yang akut
dimulai dengan bercak eritematosa yang berbatas jelas kemudian diikuti
edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Pada yang kronis terlihat kulit
kering, berskuama, papul, likenifikasi, dan mungkin fisur, batasnya tidak
jelas.
4. Gold standar pada DKA adalah dengan menggunakan uji tempel. Uji
tempel (patch test) dengan bahan yang dicurigai dan didapatkan hasil
positif.
5. Penatalaksanaan
dari
DKA
dapat
secara
medikamentosa
serta
25
DAFTAR PUSTAKA
Baratawijaya, Karnen Garna. 2006. Imunologi Dasar. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
Bourke, et al. 2009. Guidelines For The Management of Contact Dermatitis: an
update.
Tersedia
dalam
http://www.bad.org.uk/portals/_bad/guidelines/clinical
%20guidelines/contact%20dermatitis%20bjd%20guidelines%20may
%202009.pdf. Diakses pada tanggal 22 November 2012
Djuanda, Suria dan Sularsito, Sri. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4.
Jakarta: FK UI
Morgan, Geri, Hamilton, Carole. 2009. Obstetri & Ginekologi: Panduan Praktik
Edisi 2. Jakarta : EGC
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses
Penyakit. Jakarta : EGC.
Siregar, R.S,. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta: EGC
Sularsito dan Djuanda. 2007. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi ke 5. Jakarta : FKUI
Sularsito, Sri Adi dan Suria Djuanda. 2010. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin Edisi 6. Jakarta : FKUI
Sularsito, Sri Adi, Suria Djuanda. 2011. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Jakarta : FKUI.
Sumantri, M.A., Febriani, H.T., Musa, S.T. 2005. Dermatitis Kontak. Yogyakarta :
Fakultas Farmasi UGM
Thyssen, Jacob Pontoppidan. 2009. The Prevalence and Risk Factors of Contact
Allergy in the Adult General Population. Denmark : National Allergy
Research Centre, Departement of Dermato-Allergology, Genofte Hospital,
University of Copenhagen .
Trihapsoro, Iwan. 2003. Dermatitis Kontak Alergik pada Pasien Rawat Jalan di
RSUP Haji Adam Malik Medan. Universitas Sumatra Utara, Medan.
Tersedia dalam :
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6372
26
27