Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK


DENGAN KASUS EPILEPSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi


Keperawatan Departemen Keperawatan Anak

Di Poli Anak

RSUD Mardi Waluyo

Oleh :
Nama : Novianti Eka Saputri
NIM : P17212215076

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan


…………………................................................................................................................................
......................................................................................................................ini telah diperiksa dan
disetujui pada,

Hari: ........................................
Tanggal: ..................................

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

( ) ( )

Kepala Ruangan

( )
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELLITUS

A. Pengertian
Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. Diabetes mellitus klinis adalah
sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai
akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin
atau keduanya (Margareth, 2019).
Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula
darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas,
atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Imelda, 2018).

B. Tanda dan Gejala


Seseorang dapat dikatakan menderita diabetes mellitus apabila menderita dua dari
tiga gejala yaitu:
a. Keluhan TRIAS: banyak minum, banyak kencing, dan penurunan berat badan
b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl.
c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl Keluhan yang
sering terjadi pada penderita diabetes mellitus adalah poliuria, polidipsi, polifagia,
berat badan menurun, lemah, kesemutan gatal, visus menurun, bisul/luka, keputihan
(M. Clevo Rendy dan Margareth Th, 2019).
Adapun manifestasi klinis DM menurut Priscilla LeMone, dkk 2016 yaitu:
1. Manifestasi klinis DM tipe I
Manifestasi DM tipe I terjadi akibat kekurangan insulin untuk menghantarkan
glukosa menembus membran sel ke dalam sel. Molekul glukosa menumpuk dalam
peredaran darah mengakibatkan hiperglikemia. Hiperglikemia menyebabkan
hiperosmolaritas serum, yang menarik air dari ruangan intra seluler ke dalam sirkulasi
umum. Peningkatan volume darah meningkatkan aliran darah ginjal dan hiperglikemia
bertindak sebagai diuretik osmosis. Diuretik osmosis yang dihasilkan meningkatkan
haluaran urin. Kondisi ini disebut poliuria. Ketika kadar glukosa darah melebihi
ambang batas glukosa biasanya sekitar 180 mg/dL, glukosa dieksresikan ke dalam
urin, suatu yang disebut glukosuria. Penurunan volume intraseluer dan peningkatan
haluaran urine yang menyebabkan dehidrasi. Mulut menjadi kering dan sensor haus
diaktifkan yang menyebabkan orang tersebut minum jumlah air yang banyak
(polidipsia).
Karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel tanpa insulin, produksi energi
menurun. Penurunan energi sel menstimulasi rasa lapar dan orang makan lebih banyak
(polifagia). Meski asupan makanan meningkat, berat badan orang tersebut turun saat
tubuh kehilangan air dan memecah protein dan lemak sebagai upaya memulihkan
sumber energi. Malaise dan keletihan menyertai penurunan energi. Penglihatan yang
buram juga umum terjadi akibat pengaruh osmotik yang menyebabkan pembengkakan
lensa mata.
Oleh sebab itu, manifestasi klasik meliputi poliuria, polidipsi, dan polifagia
disertai dengan penurunan berat badan, malaise, dan keletihan. Bergantung pada
tingkat kekurangan insulin, manifestasinya bervariasi dari ringan sampai berat. Orang
dengan DM tipe I membutuhkan sumber insulin untuk mempertahankann hidup
2. Manifestasi klinis DM tipe II
Penyandang DM tipe II mengalami awitan, manifetasi yang lambat dan sering kali
tidak menyadari penyakit sampai mencari perawatan kesehatan untuk beberapa
masalah lain. Polifagia jarang dijumpain dan penurunan berat badan tidak terjadi.
Manifestasi lain juga akibat hiperglikemi, penglihatan buram, keletihan, paratesia, dan
infeksi kulit.
C. Pemeriksaan Diagnosik
Pemeriksaan diagnostik yang digunakan untuk mendiagnosis dan memantau DM
mencakup glukosa darah puasa, pemeriksaan toleransi glukosa oral, dan hemoglobin
terglikolisasi. Pemeriksaan albumin dalam urine digunakan untuk mendeteksi awitan
awal kerusakan ginjal.
1. Pemantauan glukosa darah
Penyandang DM harus dipantau kondisinya setiap hari dengan memeriksa kadar
glukosa darah. Tersedia dua tipe pemeriksaan. Tipe pertama, yang digunakan jauh
sebelum adanya alat yang dapat mengukur glukosa darah secara langsung, adalah
pemeriksaan glukosa dan keton dalam urine.
2. Pemeriksaan keton dan glukosa dalam urine
Pada keadaan sehat, glukosa tidak terdapat dalam urine karena insulin
mempertahankan glukosa serum di bawah ambang batas ginjal 180 mh/dl.
Pemeriksaan urine direkomendasikan untuk memantau hiperglikemia dan
ketoasidosis pada penyandang DM tipe I yang mengalami hiperglikemia yang tidak
dapat dijelaskan selama sakit atau hamil. Keton dapat di deteksi lewat pemeriksaan
urine dan mencermikan adanya DKA.
3. Pemantauan mandiri glukosa darah
Pemantauan mandiri glukosa darah (self monitoring of blood glucose, SMBG)
memungkinkan penyandang DM untuk memantau dan mencapai kontrol metabolik.
SMBG direkomendasikan tiga kali atau lebih per hari bagi pasien DM tipe I yang
menggunakan injeksi insulin multiple atau terapi pompa insulin. Pemantauan oleh
pasien DM tipe II tidak menggunakan insulin harus cukup untuk membantu mereka
mencapai tujuan glukosa.

D. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah
normal (euglikemia), tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas
pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu:
1. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat:
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita.
b. Mengarahkan pada berat badan normal.
c. Menormalkan pertumbuhan DM dewasa muda.
d. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik.
e. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
Prinsip diet DM adalah:
a. Jumlah sesuai kebutuhan.
b. Jadwal diet ketat.
c. Jenis: boleh dimakan/tidak.
Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan
kalorinya
a. Diit DM I: 1100 kalori
b. Diit DM II : 1300 kalori
c. Diit DM III: 1500 kalori
d. Diit DM IV: 1700 kalori
e. Diit DM V: 1900 kalori
f. Diit DM VI: 2100 kalori
g. Diit DM VII: 2300 kalori
h. Diit DM VIII: 2500 kalori
Diit I s/d III: diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk. Diit IV s/d V:
diberikan kepada penderita dengan berat badan normal. Diit VI s/d VIII: diberikan
kepada penderita kurus, diabetes remaja dan diabetes komplikasi.
Dalam melaksanaan diit diabetes sehari-hari, hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu: J
I: jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
J II: jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.
J III: jenis makanan yang manis harus dihindari.
Penentuan jumlah kalori diit diabetes melitus harus disesuaikan dengan gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung percentage of relative
body weight (BBR=berat badan normal ) dengan rumus BBR=BB (Kg)x100%
a. Kurus (underweight): BBR110%
b. Normal (ideal): BBR 90-110%
c. Gemuk (overweight): BBR>110%
d. Obesitas, apabila: BBR >120%
a) Obesitas ringan: BBR 120-130%
b) Obesitas sedang: BBR 130-140%
c) Obesitas berat: BBR 140-200%
d) Morbid: BBR> 200%
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM
yang bekerja biasa adalah:
a. Kurus: BB X 40-60 kalori sehari.
b. Normal: BB X 30 kalori sehari.
c. Gemuk: BB X 20 kalori sehari.
d. Obesitas: BB X 10-15 kalori sehari.
2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 ½
jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita
dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan
sensitivitas insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore.
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen.
d. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran
asam lemak menjadi lebih baik.
3. Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMPS) merupakan salah satu
bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM melalui bermacam-macam atau
media misalnya leaflet, poster, TV, kaset, video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
4. Obat
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
1) Mekanisme kerja sulfanilurea
a) Kerja OAD tingkat preseptor: pankreatik, ekstra pankreas.
b) Kerja OAD tingkat reseptor.
2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain
yang dapat meningkatkan efektifitas insulin, yaitu:
a) Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik
 Menghambat absorpsi karbohidrat.
 Menghambat glukoneogenesis di hati.
 Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin.
b) Biguanida pada tingkat reseptor: meningkatkan jumlah reseptor insulin.
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek intraselueler.
b. Insulin
1) Indikasi penggunaan insulin:
DM tipe I, DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan
OAD, DM kehamilan, DM dan gangguan faal hati yang berat, DM dan
infeksi akut (selulitis, gangren), DM dan TBC paru akut, DM dan koma lain
pada DM, DM operasi, DM patah tulang, DM dan underweight, dan DM
dan penyakit graves.
2) Beberapa cara pemberian insulin
a) Suntikan insulin subkutan Insulin reguler mencapai puncak kerjanya
pada 1-4 jam, sesudah suntikan subkutan, kecepatan absorpsi di tempat
suntikan tergantung pada beberapa faktor antara lain:
(1) Lokasi suntikan
Ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yaitu dinding perut,
lengan, dan paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi) janganlah
dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat suntikan setiap hari
14 hari agar tidak memberikan perubahan kecepatan absorpsi setiap
hari.
(2) Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorpsi apabila dilaksanakan dalam
waktu 30 menit setelah insulin karena itu pergerakan otot yang
berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah suntikan.
(3) Pemijatan (massage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
(4) Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi akan mempercepat
absorpsi insulin).
(5) Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini
berarti suntikan intramuskular akan lebih cepat efeknya daripada
subkutan.
(6) Konsenterasi insulin Apabila konsenterasi insulin berkisar 40-100
u/ml tidak terdapat penurunan dari u-100 ke u-10 maka efek insulin
dipercepat.
b) Suntikan intramuskular dan intravena Suntikan intramuskular dapat
digunakan pada kasus diabetik atau pada kasus–kasus dengan degradasi
lemak suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis rendah
digunakan untuk terapi koma diabetik.
5. Cangkok Pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok pankreas segmen dari donor hidup saudara
kembar identik. (M. Clevo Rendy dan Margareth Th, 2019).

E. Pengkajian Keperawatan
Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan
pengkajian dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan
perawatan diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut
1. Pengkajian  Primer
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain
a. Airway
Lidah jatuh kebelakang (coma hipoglikemik), benda asing/ darah pada rongga
mulut
b. Cervical Control :-
c. Breathing : Ekspos dada, Evaluasi pernafasan
d. Oxygenation : Kanula, tube, mask
e. Circulation : Tanda dan gejala schok dan Resusitasi:
kristaloid, koloid, akses vena.
f. Hemorrhage control : -
g. Disability : pemeriksaan neurologis
A : Allert : sadar penuh, respon bagus
V : Voice Respon : kesadaran menurun, berespon thd suara
P : Pain Respons : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, berespon thd
rangsangan nyeri
U : Unresponsive : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, tdk bersespon
thd nyeri
2. Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan atau penenganan
pada pemeriksaan primer.
Pemeriksaan sekunder meliputi :
a. AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event
b. Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
c. Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang
3. Anamnese
a. Keluhan Utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien mungkin
berbau aseton pernapasan kussmaul, poliuri, polidipsi, penglihatan yang kabur,
kelemahan dan sakit kepala
b. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK),
penyebab terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK) serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit  lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.  Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit, obesitas,
riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat
glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit)
atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).
e. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
f. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia, polifagia,
penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan,
peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit
dan terjadinya komplikasi aterosklerosis.
g. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik dan
tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.

F. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

2. Hipovolemia b.d kegagalan mekanisme regulasi

3. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

4. Gangguan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi

5. Intoleransi aktivitas b.d imobilitas


G. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
D.0019 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
status nutrisi terpenuhi.  Identifikasi status nutrisi
Pengertian : Kriteria Hasil:  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Asupan nutrisi tidak Menurun Cukup Sedang Cukup Meningk  Identifikasi perlunya penggunaan selang
cukup untuk Menurun Meningk at nasogastric
memenuhi kebutuhan at  Monitor asupan makanan
metabolisme. 1 Porsi makanan yang dihabiskan  Monitor berat badan
  1 2 3 4 5 Terapeutik:
2 Berat Badan atau IMT  Lakukan oral hygiene sebelum makan, Jika
  1 2 3 4 5 perlu
3 Frekuensi makan  Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
  1 2 3 4 5 sesuai
4 Nafsu makan  Hentikan pemberian makanan melalui selang
  1 2 3 4 5 nasogastric jika asupan oral dapat ditoleransi
5 Perasaan cepat kenyang Edukasi
  1 2 3 4 5  Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
Promosi Berat Badan
Observasi
 Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
Terapeutik
 Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi
pasien
 Berikan pujian kepada pasien untuk peningkatan
yang dicapai
Edukasi
 Jelaskan jenis makanan yg bergizi tinggi,
terjangkau
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Hipovolemia Status Cairan Manajemen Hipovolemia
D.0023 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkan status cairan membaik  Periksa tanda dan gejala hypovolemia (mis.
Pengertian : Kriteria Hasil: frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningk tekanan darah menurun, tekanan nadi
Penurunan volume Menurun Meningk at menyempit, turgor kulit menurun, membran
cairan intravaskuler, at mukosa, kering, volume urin menurun,
interstisial, dan/atau 1 Kekuatan nadi hematokrit meningkat, haus, lemah)
intraselular   1 2 3 4 5  Monitor intake dan output cairan
2 Turgor kulit Terapeutik
  1 2 3 4 5  Hitung kebutuhan cairan
3 Output urine  Berikan posisi modified trendelenburg
1 2 3 4 4  Berikan asupan cairan oral
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun Edukasi
Meningka Menurun  Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
t  Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
3 dispnea
Kolaborasi
  1 2 3 4 5
 Kolaborasi pemberian cairan IV isotons (mis.
4 Edema perifer
Nacl, RL)
  1 2 3 4 5
 Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.
Memburuk Cukup sedang Cukup membaik glukosa 2,5%, Nacl 0,4%)
memburu membaik  Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
k albumin, plasmanate)
5 Frekuensi nadi  Kolaborasi pemberian produk darah
1 2 3 4 5
6 Tekanan darah
1 2 3 4 5
7 Membrane mukosa
1 2 3 4 5
8 Jugular venous pressure (JVP)
1 2 3 4 5
9 Kadar Hb
1 2 3 4 5
10 Kadar Ht
1 2 3 4 5
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
D.0077 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkan tingkat nyeri menurun  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Pengertian : Kriteria Hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Pengalaman sensorik Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik  Identifikasi skala nyeri
atau emosional yang Memburu Membaik  Identifikasi respons nyeri non verbal
berkaitan dengan k  Identifikasi faktor yang memperberat dan
kerusakan jaringan 1 Frekuensi nadi memperingan nyeri
aktual atau fungsional,   1 2 3 4 5  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
dengan onset mendadak 2 Pola nafas nyeri
atau lambat dan   1 2 3 4 5  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
berintensitas ringan Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Monitor efek samping penggunaan analgetik
hingga berat yang Meningka Menurun Terapeutik:
berlangsung kurang dari t  Berikan teknik nonfarmakologi untuk
3 bulan. 3 Keluhan nyeri mengurangi rasa nyeri
  1 2 3 4 5  Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
4 Meringis nyeri
  1 2 3 4 5  Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
5 Gelisah
pemilihan strategi meredakan nyeri
1 2 3 4 5
Edukasi
6 Kesulitan tidur
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
1 2 3 4 5
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan


Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Integritas Integritas Kulit dan Jaringan Perawatan Integritas Kulit
Kulit/Jaringan Observasi:
D.0129 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan  Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
integritas kulit dan jaringan meningkat Terapeutik:
Pengertian : Kriteria Hasil:  Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Kerusakan kulit (dermis Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat  Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada
dan/atau epidermis) atau Menurun Meningkat kulit kering
jaringan (membran mukosa, 1 Elastisitas  Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit
  1 2 3 4 5 Edukasi
kornea, fasia, otot, tendon,
2 Hidrasi  Anjurkan menggunakan pelembab
tulang, kartilago, kapsul
 Anjurkan minum air yang cukup
sendi dan/atau ligamen)   1 2 3 4 5
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
Meningkat Menurun  Anjurkan mandi dan menggunkan sabun secukupnya
3 Kerusakan lapisan kulit Perawatan Luka
  1 2 3 4 5 Observasi:
4 Perdarahan  Monitor karakteristik luka
  1 2 3 4 5  Monitor tanda-tanda infeksi
5 Nyeri Terapeutik:
1 2 3 4 5  Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
6 Hematoma  Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
1 2 3 4 5 nontoksik
 Bersihkan jaringan nekrotik
 Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
 Pasang balutan sesuai jenis luka
 Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan
luka
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan
protein
Kolaborasi
 Kolaborasi prosedur debridement
 Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Intoleransi Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
aktivitas Observasi:
D.0056 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
diharapkan toleransi aktivitas meningkat. kelelahan
Pengertian : Kriteria Hasil:  Monitor pola dan jam tidur
Ketidakcukupan Menurun Cukup Sedang Cukup Meningka  Monitor kelelahan fisik dan emosional
energi untuk Menurun Meningka t Edukasi
melakukan aktivitas t  Anjurkan tirah baring
sehari-hari 1 Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari  Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
  1 2 3 4 5 Terapeutik:
2 Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah  Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
  1 2 3 4 5  Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Meningkat Menurun  Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
3 Keluhan lelah berpindah atau berjalan
Kolaborasi
  1 2 3 4 5
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
4 Dispnea saat aktivitas
asupan makanan
  1 2 3 4 5
Daftar Pustaka

Imelda, Sonta. 2018. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Diabetes Mellitus di


Puskesmas Harapan Raya Tahun 2018. Jurnal Akademi Kebidanan Dharma Husada
Pekanbaru (Online) Volume 8, No. 2 (https://media.neliti.com, diakses 24 Maret 2020).
TH, M.Clevo Rendy Margaret. 2019. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori
dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai