Anda di halaman 1dari 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat

konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat.

Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami

konsolidasi, begitupun dengan aliran darah disekitar alveoli, menjadi

terhambat dan tidak berfungsi maksimal. Hipoksemia dapat terjadi,

bergantung pada banyaknya jaringan paru-paru yang sakit (Irman Somantri,

2009, hal 74).

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Salah satu sasarannya adalah

penurunan Angka Kematian Anak. Program Pemberantasan Penyakit

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada anak merupakan salah satu

upaya pemberantasan penyakit yang termasuk dalam Program

Pembangunan Nasional. (Depkes RI, 2010).

Data badan kesehatan dunia WHO (Word Health Organization) 2013,

Pneumonia menjadi penyebab kematian terhadap sekitar 1,2 juta anak setiap

tahunnya, dapat di katakan setiap jam ada 230 anak meninggal karena

pneumonia. Angka ini adalah 18% dari jumlah kematian anak balita di

seluruh dunia.
2

Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2012,

bahwa 14% kematian balita akibat pneumonia setiap tahun, ini berarti

bahwa pneumonia menyebabkan kematian lebih dari 21.000 balita setiap

tahun, atau hampir 57 orang setiap hari.

Menurut profil Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Timur bahwa angka

kejadian pneumonia pada anak selama tahun 2007 sebesar 2,1% sampai

2013 sebesar 2,7%. Kesimpulan data dari Dinas Kesehatan Provinsi NTT

pada tahun 2007 terdapat 226 kasus pneumonia pada anak yang terjadi

diseluruh rumah sakit yang berada di provinsi Nusa Tenggara Timur.

Angka kejadian di Puskesmas Malinjak Kabupaten Sumba Tengah,

dilihat dari data 10 pola penyakit terbanyak yakni 3 tahun terakhir tercatat

bahwa, angka kejadian pada penderita Pneumonia yang terjadi pada anak

yaitu di tahun 2015 mencapai 25 orang anak, di tahun 2016 terdapat 30

orang anak, dan tahun 2017 terdapat 33 orang.

Upaya yang diisyaratkan dalam konsep pembangunan pemerintah

khususnya dalam bidang kesehatan dengan paradigma belum sepenuhnya

digerakkan dimana pelayanan yang difokuskan hanya upaya kuratif dan

rehabilitatif. Pemerintah mengadakan pelayanan kesehatan guna membantu

mengurangi penyebaran penyakit ini. Akan tetapi kesadaran masyarakat

akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat masih perlu digaris bawahi

artinya masyarakat masih acuh tak acuh terhadap pelayanan yang diberikan.

Pemerintah di bidang kesehatan menggerakkan kegiatan pelayanan

kesehatan yang tentunya memenuhi syarat kesehatan. Hasil riset didapati


3

upaya pemerintah dalam mengurangi angka kejadian penyakit pneumonia

sudah berkisar 50-60% berkurang dengan tenaga-tenaga kesehatan baik itu

dokter, perawat, bidan serta tenaga kesehatan lainnya mengupayakan

fasilitas kesehatan yang ada, khususnya pelayanan mengenai Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat. Respon masyarakat juga baik serta mendengar dan

melakukan cara-cara menjaga kebersihan diri baik itu perorangan maupun

kelompok untuk tetap menjaga personal hygiene.

Peran perawat dalam mengatasi penyakit ini adalah dari hal

membiasakan dari tindakan-tindakan kecil yang dianggap remeh dan

gampang oleh masyarakat yaitu kebiasaan makan makanan yang sehat

dengan makan maknan yang sehat dapat membantu untuk meningkatkan

daya tahan tubuh dengan baik, menjaga kebersihan lingkungan agar tidak

akan ada banyak debu dan kuman yang masuk kedalam tubuh dan

menyebabkan penyakit pneumonia, lindungi saluran pernapasan jika berada

di tempat yang udaranya tidak bersih dan tidak merokok karena rokok juga

salah satu penyebab terjadinya pneumonia yang harus d hindari sehingga

tidak mempengaruhi terjadinya penyakit pneumonia. (Depkes RI , 2011).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

asuhan keperawatan pada anak pneumonia dengan masalah gangguan

pemenuhan oksigenasi di Ruang Rawat Inap Puskesmas Malinjak.


4

1.2.Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada anak pneumonia

dengan masalah gangguan pemenuhan oksigenasi di Ruang Rawat Inap

Puskesmas Malinjak?

1.3.Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mampu memberiksn asuhan keperawatan pada anak pneumonia dengan

masalah gangguan pemenuhan oksigenasi di Ruang Rawat Inap

Puskesmas Malinjak.

1.3.2.Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada anak pneumonia dengan masalah

gangguan pemenuhan oksigenasi di Ruang Rawat Inap Puskesmas

Malinjak.

b. Mampu menentukan diagnosa pada anak pneumonia dengan masalah

gangguan pemenuhan oksigenasi di Ruang Rawat Inap Puskesmas

Malinjak.

c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada anak pneumonia

dengan masalah gangguan pemenuhan oksigenasi di Ruang Rawat

Inap Puskesmas Malinjak.

d. Mampu melaksanakan implementasi pada anak pneumonia dengan

masalah gangguan pemenuhan oksigenasi di Ruang Rawat Inap

Puskesmas Malinjak.
5

e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada anak pneumonia

dengan masalah gangguan pemenuhan oksigenasi di Ruang Rawat

Inap Puskesmas Malinjak.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Dapat memperoleh pengalaman yang nyata dan serta dapat memberikan

asuhan keperawatan yang tepat pada penderita pneumoniadengan

masalah pemenuhan kebutuhan oksigenasi sesuai dengan standard

pelayanan keperawatan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai bahan untuk menambah wawasan pengetahuan

mahasiswa serta sumber informasi dalam proses belajar mengajar asuhan

keperawatan pada anak dengan pnemonia dengan masalah pemenuhan

kebutuhan oksigenasi.

3. Bagi instansi terkait

Dapat digunakan sebagai masukan dalam mengambil keputusan dan

kebijakan pembangunan di bidang kesehatan pada umumnya dan dapat

mencegah angka penderita pneumonia dengan masalah pemenuhan

kebutuhan oksigenasi yang dapat mengakibatkan kematian.

4. Institusi Tempat Penelitian

Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan dalam melakukan asuhan

keperawatan di Puskesmas Malinjak.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Pneumonia

2.1.1. Pengertian Pneumonia

Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang

umumnya disebabkan oleh agen infeksius (Bruner & Suddarth, 2002).

Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat

konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat

disebabkan oleh bakteri, virus, dan benda-benda asing. (Arif Muttaqin,

2008, hal 98 ).

Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat

konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat.

Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami

konsolidasi, begitupun dengan aliran darah disekitar alveoli, menjadi

terhambat dan tidak berfungsi maksimal. Hipoksemia dapat terjadi,

bergantung pada banyaknya jaringan paru-paru yang sakit (Irman

Somantri, 2009, hal 74).

2.1.2. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

Menurut ( Irman Somantri, 2009) bahwa anatomi fisiologi dari

pneumonia adalah sebagai berikut:


7

a. Rongga hidung (Cavum Nasalis)

Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis).

Rongga hidung berlapis selaput lendir, didalamnya terdapat kelnjar

minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera).

Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat

saluran pernappasan.

b. Faring (Tenggorokan)

Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong kurang lebih 13

cm yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungan dengan

esofagus pada ketinggian tulang rawan (kartilago) krikoid. Udara dari

rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2

saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofaring) pada bagian depan dan

saluran pencernaan (orofaring) pada bagian belakang. Pada bagian

blakang faring (posterior)terdapat laring (tekak) tempat terletaknya

pita suara (pita vocalis).

c. Laring ( Pangkal Tenggorokan)

Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan.

Laring berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah

satu tulang rawan pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak

diujung bagian pangkal laring. Laring diselaputi oleh membrane

mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal

sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada laring.


8

Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai

tempat keluar masuknya udara.

d. Trakea (Batang Tenggorokan)

Trakea merupakan perpanjangan dari laring pada ketinggian vertebra

torakal ke-7 yang mana bercabang menjadi dua bronkus (primary

bronchus). Ujung dari cabang trakea biasa disebut carina. Dinding

tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi olenh cincn tulang rawan, dan

pada bagian dalam rongga bersilia. Silia –silia ini berfungsi menyaring

benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.

e. Bronkus Dan Bronkiolus

Cabang kanan bronkus lebih pendek dan lebih lebar serta cenderung

lebih vertikal dari pada cabang yang kiri. Oleh karena itu, benda asing

lebih mudah masuk ke dalam cabang sebelah kanan dari pada cabang

bronkus sebelah kiri. Segmen dan subsegmental bronkus bercabang

lagi dan membentuk seperti ranting yang masuk kesetiap paru-paru.

Bronkus ini disusun oleh jaringan kartilago. Struktur ini berbeda

dengan bronkiolus, yang berakhir di alveoli. Bronkiolus respiratorius

merupakan bagian awal dari pertukaran gas.

f. Alveoli

Parenkim paru merupakan area kerja dari jaringan paru, dimana pada

daerah tersebut mengandung berjuta- juta unit alveolar. Alvioli

bentuknya sangat kecil. Alvioli merupakan kantong udara pada akhir

bronkiolus respiratoris yang memungkinkan terjadinya pertukaran


9

oksigen dan karbon dioksida. Fungsi utama alviolar adalah pertukaran

oksigen dan karbon dioksida diantara kapiler pulmoner dan alvioli.

g. Paru-paru

Paru –paru terletak pada rongga torak, berbentuk kerucut, dengan

apeks berada diatas tulang iga pertama dan dasar pada diafragma.

Paru-paru kanan mempunyai 3 lobus, sedangkan paru-paru kiri

mempunyai 2 lobus.

2.1.3. Etiologi

Beberapa penyebab dari pneumonia yaitu:

a. Bakteri: Pneumokakus (penyebab utama pneumonia),

Streptokokus, Stafilokokus, Haemophilus, Pseudomonas,

Mycoplasma pneumonia.

b. Virus atau kemungkinan virus : Adenovirus, Virus influenza,

Sitomegalovirus.

c. Jamur : Kandida, Histoplasma, Aspergilus.

d. Bahan kimia : Aspirasi (cairan amnion, makanan, cairan

lambung, susu), bahan kimia: (minyak tanah, bensin).(Kapita

Selekta Kedokteran, 2008).

2.1.4. Klasifikasi

Pneumonia diklasifikasikan menjadi :

a. Community-acquired pnemonia

Dimulai sebagai penyakit pernafasan umum dan dapat

berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia streptococcal


10

merupakan organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini

biasanya menimpa anak-anak atau orang tua.

b. Hospital-acquired pnemonia / pneumonia nosokomial

Organisme seperti aeruginosa pseudomonas, klebseilla atau

aureus stapilococcus merupakan bakteri umum penyebab

hospital-acquired pnemonia.

c. Lobar dan bronchopneumonia

Lobar dan bronchopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi

anatomi infeksi. Sekarang ini, pneumonia diklasifikasikan

menurut organismenya, bukan hanya menurut lokasi anatominya

saja.

d. Pneumonia viral, bacterial dan fungal

Pneumonia viral, bacterial dan fungal dikategorikan berdasarkan

pada agen penyebabnya. Kultur sputum dan sensitivitas dilakukan

untuk mengidentifikasi organisme perusak. ( Ngastiyah, 2005)

2.1.5. Patofisiologi

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja,

dari anak sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi,

orang-orang dengan gangguan penyakit pernapasan, Sebenarnya

bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang

sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit,

usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat

berkembang biak dan merusak organ paru.


11

Kerusakan jaringan paru banyak disebabkan oleh reaksi imun

dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Apabila kuman patogen

mencapai bronkioli terminalis, cairan edema masuk ke dalam alveoli

sehingga mengakibatkan metabolisme meningkat, diikuti oleh leukosit

dalam jumlah banyak, kemudian makrofag akan membersihkan debris

sel dan bakteri. Proses ini bisa meluas lebih jauh lagi ke segala lobus

yang sama, atau mungkin ke bagian lain dari paru-paru melalui cairan

bronkial yang terinfeksi. Melalui saluran limfe paru, bakteri dapat

mencapai aliran darah dan pluro viscelaris. Karena jaringan paru

mengalami konsolidasi, maka kapasitas vital dan comlience paru

menurun, serta aliran darah yang mengalami konsolidasi

menimbulkan pirau/ shunt kanan ke kiri dengan ventilasi perfusi yang

mismatch, sehingga berakibat pada hipoksia. Kerja jantung mungkin

meningkat oleh karena saturasi oksigen yang menurun dan

hiperkapnie. Pada keadaan yang berat bisa terjadi gagal nafas. Selain

itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia

bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel sistem pernapasan

bawah. Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan

peradangan yang paling mencolok. Dari jaringan paru, infeksi dengan

cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Pneumonia

adalah bagian dari penyakit infeksi pneumokokus invasif yang

merupakan sekelompok penyakit karena bakteri streptococcus

pneumoniae. Kuman pneumokokus dapat menyerang paru selaput


12

otak, atau masuk ke pembuluh darah hingga mampu menginfiltrasi

organ lainnya. infeksi pneumokokus invasif biasa berdampak pada

kecacatan permanen berupa ketulian, gangguan mental, kemunduran

intelegensi, kelumpuhan, dan gangguan saraf, hingga kematian(Ariff

Mudtaqin, 2008 hal 101).


13

2.1.6 PATHWAY
Inhalasi Aspirasi Tirah baring yang lama/nosokomial

Jamur, virus protozoa, bakteri

Infeksi saluran nafas bagian bawah

Masuk alveolius/parenkim paru

Metabolisme Nyeri
menigkat Proses peradangan Resiko infeksi
dada
pleuritis
Ekstrapasasi cairan sirosa dalam alveoli
Peningkatan Keringat >>
suhu tubuh Terbentuknya eksudat dan serous
Resiko dalam alveolus
hipertermi kekurangan
volume cairan
Eritrosit & leukosit
Produksi PMN mengisi alveoli Penigkatan
Tertekan ke lambung akumulasi sputum konsentrasi
sputum (sputum bersifat basa) meningkat protein cairan
di lambung Konsilidasi di alveoli
Akumulasi alveoli
Lambung mengadakan usaha sputum
untuk menyeimbangkan asam cairan di Konsolidasi di paru
Difusi menigkat
Menigkatkan keasaman di bronkelus
lambung Compliance paru
menurun Akumulasi
Peningkatan asam lambung Bersihan jalan cairan di alveoli
nafas tidak Suplai O2
efektif Cairan menekan
menurun
Mual, muntah syaraf
Hipoksia
Resti nutrisi kurang dari
Kerusakaan Intoleransi
kebutuhan
jaringan paru aktivitas

Pola napas
tidak efektif

Gambar 2.1Pathway Pneumonia ( Ariff Mudtaqin, 2008)


14

2.1.7. Manifestasi Klinis Pneumonia


Tanda dan gejala :

a. Cyanosis

b. Demam

c. Gemetar

d. Rasa dingin yang menusuk

e. Batuk

f. Sputum yang purulen

g. Nyeri dada pleuritis. (Brunner dan Suddarth, 2001).

2.1.8. Komplikasi Pneumonia

Menurut Elisabeth J.Corwin, 2009 bahwa komplikasi dari

Pneumonia adalah sbb:

a. Sianosis disertai hipoksia.

b. Ventilasi mungkin menurun akibat akumulasi mucus,yang dapat

berkembang menjadi atelektasis.

c. Gagal nafas dan kematian dapat terjadi pada kasus eksrem

berhubungan dengan kelelahan atau sepsis (penyebaran infeksi ke

darah).

2.1.9. Pemeriksaan Penunjang Pneumonia

Menurut Elisabeth J.Corwin, 2009 bahwa pemeriksaan penunjang dari

Pneumonia adalah sbb:


15

a. Pemeriksaan radiologis

Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan

gambaran air bronchogram (airspace disease), misalnyaoleh

streptococcus pneumonia; bronchopneumonia (segmental disease)

oleh karena staphylococcus, virus atau mikroplasma.

Bentuk lesi bisa berupa kavitas dengan air-fluid level sugestif

untuk infeksi anaerob, gram negatif atau amiloidosis.

b. Pemeriksaan laboratorium

Leukositosis umumnya menandai infeksi bakteri, leukosit

normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus/mikoplasma

atau pada infeksi,sehingga tidak terjadi respon leukosit.

Hitung sel darah putih biasanya meningkat (kecuali apabila pasien

mengalami imunodefisiensi).hal ini terutama terjadi pada

pneumonia bakteri.

Edema ruang interstisial sering tampak pada pemeriksaan

radiograf (sinar-X) dada. Hasil pemeriksaan gas darah arteri

mungkin abnormal.Leukopeni menunjukkan adanya depresi

imunitas.

c. Pemeriksaan bakteriologis

Pemeriksaan yang predominan pada sputum adalah yang disertai

PMN yang kemungkinan merupakan penyebab infeksi.


16

d. Pemeriksaan khusus

Titer antibodi terhadap virus, legionela dan mikoplasma dapat

dilakukan. Nilai diagnostik didapatkan bila titer tinggi atau ada

kenaikan 4x.

Analisa gas darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan

kebutuhan oksigen.

2.1.10. Penatalaksanan Pneumonia

a. Penatalaksanaan Keperawatan

1. Membersihkan jalan nafas

2. Memberikan oksigen

3. Fisioterapi dada

4. Postural drainase

5. Resusitasi paru

6. Memenuhi kebutuhan nutrisi (diet TKTP) dan cairan. (Elisabeth

J. Corwin, 2009).

b. Penatalaksanaan medis

Menurut Elisabeth J.Corwin, 2009 bahwa Penatalaksanaan dari

Pneumonia adalah sbb:

1. Antibiotik

Antibiotik yang sering digunakan adalah penicillin G.

Medikasi efektif lainnya termasuk eritromisin, klindamisin dan

sefalosporin generasi pertama.


17

2. Kortikosteroid

Kortikosteroid diberikan pada keadaan sepsis berat.

3. Inotropik

Pemberian obat inotropik seperti dobutamin atau dopamine

kadang-kadang diperlukan bila terdapat komplikasi gangguan

sirkulasi atau gagal ginjal pre renal.

4. Terapi oksigen

Terapi oksigen diberikan dengan tujuan untuk mencapai PaO2 80-

100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasarkan pemeriksaan analisa

gas darah.

5. Nebulizer

Nebulizer digunakan untuk mengencerkan dahak yang kental.

Dapat disertai nebulizer untuk pemberian bronchodilator bila

terdapat bronchospasme.

6. Ventilasi mekanis

Indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia :

a) Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan oksigen 100 %

dengan menggunakan masker.

b) Gagal nafas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress,

dengan atau didapat asidosis respiratorik.

c) Respiratory arrest.

d) Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif.


18

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pneumonia

2.2.1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, disini

semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status

kesehatan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien

saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensip terkait

dengan aspek biologis, psikologis, social, maupun spiritual klien.

a. Pengkajian meliputi:

1. Identitas;

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa

yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,

asuransi, golongan darah, No. register, tanggal MRS, diagnosa

medis.

2. Riwayat Kesehatan :

a) Keluhan utama: batuk, pilek, demam, sesak napas, gelisah.

b) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita

pasien saat masuk rumah sakit)

3. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau

penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien) : sesak napas,

batuk lama, TBC, alergi

4. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau

penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang


19

lain baik bersifat genetik atau tidak) : sesak napas, batuk lama,

TBC, alergi

5. Riwayat imunisasi : BCG

6. Riwayat tumbuh kembang;

Tumbang pada anak 0-20 tahun,tentang psikoseksual

danpsikososial

b. Tahap Psikoseksual dan Psikososial menurut Sigmund Freud

adalah sbb:

1. Tahap psikososial

0-1 tahun (tahap oral)selama tahap ini organ mulut area aktivitas

yang utama.ciri khas pada tahap ini,yaitu kreativitas/pelit,dan

kejam/bengis

2. Tahap psikoseksual

a) 3-6 tahun (tahap phallic)


Pada tahap ini aktivitas seksualnya dan perasaan

agresivitasnya yang berkaitan dengan organ genetalia

merupakan focus utama.anak mulai menaruh perhatian pada

perbedaan-perbedaan anatomi antara laki-laki dan perempuan

,terhadap asal-usul bayi dan terlihat hal-hal yang berkaitan

dengan kegiatan seksual. Mastubarsi merupakan hal yang

paling menyenangkan /memuaskan dan terjadi Oedipus

complex(anak laki-laki berusaha menarik perhatian ibunya

dan memusuhi ayahnya).atau electra comleks (anak


20

perempuan berusaha menarik perhatian ayahnya dan

memusuhi ibunnya).

b) 6-12 tahun (Tahap latency)

1) Tahap psikoseksual

Tahap ini dilukiskan sebagai tahap yang tenang,dimana

anak cenderung menekan impuls.anak menekan semua

minat terhadap seks.

2) Tahap psikososial

Pada tahap ini lebih mengembangkan ketrampilan

social dan itelektualnya.

c) 12-remaja (tahap genetalia)

1) Tahap psikoseksual

Dorongan-dorongan seks yang ada dalam masalah

phalli kembali berkembang, setelah berada dalam

keadaan tenang selama masa latency.kematangan fisik

ketika anak memasuki masa remaja,mempengaruhi

timbulnya daerah-daerah erogen pada alat kelamin

sebagai sumber kenikmatan

2) Terapi Bermain

Terapi bermain dibawah ini adalah menurut Warrel,

1995 yakni:Terapi bermain adalah salah satu terapi

yang menggunakan segala kemampuan bermain dan

alat permainan, anak bebas memilih permainan yang


21

ia sukai dan perawat ikut serta dalam permainan

tersebut, dan berusaha agar anak bebas

mengungkapkan perasaannya, sehingga ia merasa

aman, puas, dan dihargai.

Bentuk permainan yang sesuai dengan anak usia pra sekolah menurut

Mottet 1994 dan Syamsu Yusuf, 2001adalah sbb:

a) Anak usia 2-3 tahun

Bermain boneka, kegiatan belajar, melempar bola.

b) Anak usia 3-4 tahun.

Bermain puzzel, balon, musik, bercerita, bermain game

sederhana, belajar bermain kelompok dengan pengawasan

orang dewasa.

c) Anak usia 4-5 tahun.

Bermain game, menyobek, memotong dengan gunting,

menggunakan kertas dibuat boneka.

d) Anak usia 5-6 tahun.

Menangkap bola, membuat gambar segiempat, mengenal

angka dan huruf dan berpakaian sendiri tanpa bantuan.

Tekhnik Bermain di rumah sakit:

a) Berikan alat permainan untuk merangsang anak bermain

sesuai dengan umur perkembangannya.

b) Berikan cukup waktu dalam bermain dan menghindari

interupsi.
22

c) Berikan permainan yang bersifat mengurangi sifat emosi

anak.

d) Tentukan kapan anak boleh keluar atau turun dari tempat

tidur sesuai dengan kondisi anak.

7. Pemeriksaan Fisik

a) Sistem Pernafasan

Inspeksi :Tidak terlihat adanya gagguan system

pernapasan dan kelainan pada daerah dada,

serta dinding dada, RR normal 30- 50x/menit

Palpasi bentuk dada simetris. Tidak adanya retraksi

: Pernapasan teratur, tidak adanya nyeri saat

bernapas

Perkusi : Tidak adanya vocal primitus: getaran

dinding dada yang di hasilkan ketika

berbicara.

Auskultasi: Tidak terdengarnya bunyi ronchi saat bernapas,

Suara nafas normal .

b) Sistem Kardiovaskuler

Inspeksi : Tidak adanya pembesaran atau kelainan pada

sistem kardiovaskuler.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan pembengkakan jantung

Perkusi : Redup pada bagian jantung

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal.


23

c) Sistem Neurosensori:

GCS menurun dan refleks menurun.

d) Sistem Genitourinary

1) Perkemihan :

Tidak terlihat kelainan pada sistem perkemihan dan tidak

mengunakan keteter dan volume air kencing berkurang.

2) Pencernaan

Inspeksi : Mukosa bibir kering dan pecah –pecah,

abdomen simetris tidak ada luka operasi.

Palpasi : Tidak adanya nyeri saat menekan abdomen

dan tidak ada benjolan.

Auskultasi: bising usus 15x/ menit

Perkusi : Timpani

e) Sistem Muskuloskeletal

Tidak terlihat adanya kelainan pada system musculoskeletal

dan daerah persendihan dan kekuatan otot klien dalam

keadaan normal.

Gunakan penentuan singkat kekuatan otot dengan skala

Lovett’s (memiliki nilai 0–5) 0 = Tidak ada kontraksi sama

sekali.

1) Gerakan kontraksi.

2) Kemampuan untuk bergerak, tetapi tidak

kuatkalamelawan tahanan atau gravitasi.


24

3) Cukup kuat untuk mengatasi gravitasi.

4) Cukup kuat tetapi bukan kekuatan penuh.

5) Kekuatan kontraksi yang penuh.

f) Sistem Integumen

Kulit pucat, cyanosis,turgor menurun akibat dehidrasi

sekunder.

g) Sistem Endokrin

Tidak ditemukan adanya kelainan pada daerah kulitdan tidak

terjadinya peningkatan pigmentasi pada kuku diperlihatkan

oleh pasien.

8. Pemeriksaan penunjang

a) Rontgen : Pada penderita pneuminia terlihat infiltrat alveolar

yang dapat ditemukan diseluruh lapangan paru.

b) Kultur sputum : Terdapat virus sinnsial pernafasan

c) Hitung leukosit darah rendah atau normal (normal pada anak

9000-12.000/ mm3

d) Jumlah trombosit normal pada tubuh manusia 200.000-

400.000/ Mel darah.

e) Hemoglobin ( normal pada anak 10-16 gr /dl )

2.2.2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Arif Muttaqin pada tahun 2010, bahwa kemungkinan

diagnosa keperawatan yang muncul pada Anak dengan Pneumonia

adalah sebagai berikut:


25

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi

mukus yang kental.

b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan menurunnya

ekspansi paru sekunder terhadap peningkatan tekanan dalam

rongga pleura,

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik,

peningkatan metabolisme umum sekunder dari kerusakan

pertukaran gas,

d. Nyeri dada berhubungan dengan inflamasi parenkim paru.

e. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik

sekunder terhadap demam dan muntah

f. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan

dengan kehilangan cairan berlebihan, demam, berkeringat

banyak, nafas mulut, penurunan masukan oral .

g. Resiko infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidak


adukuatan pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan
imun), penyakit kronis, malnutrisi.
h. Hipertermi berhubungan dengan proses perdangan.

2.2.3. Perencanaan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mucus

yang kental.

1. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam bersihan

jalan napas dapat kembali efektif dengan kriteria hasil:


26

a) Jalan napas kembali bersih

b) Dapat batuk efektif dan tidak ada mucus

c) Tidak ada bunyi ronchi

d) RR normal 30-50x/menit.

2. Intervensi dan rasional:

a) Observasi TTV ( suhu, nadi,dan RR)

R/ Deteksi dini dalam upaya pencegahan gagal napas

b) Observasi napas tambahan (ronchi)

R/ Segera mengetahui ada tidaknya suara napas tambahan

c) Lakukan tindakan batuk efektif

R/ Dengan batuk efektif dapat merangsang pengeluaran sekret

dan bersihan jalan napas.

d) Kaji sputum ( jumlah, frekuensi, warna)

R/ Segerah menentukan intervensi selanjutnya.

e) Lakukan /kolaborasi pengisapan lendir sesuai indikasi

R/: Dengan pengisapan lendir dapat membersihkan jalan napas

secara mekanik.

f) Kolaborasi dalam pemberian obat antibiotic

R/ Mempercepat proses penyebuhan, dan pengeluaran sekret .

b. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan menurunnya

ekspansi paru sekunder terhadap peningkatan tekanan dalam

rongga pleura
27

1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam,pola

napas dapat kembali efektif dengan kriteria hasil :

a) Pernapasan kembali normal

b) Tidak terjadi retraksi dinding dada

c) RR normal ( 30 x/menit)

d) Tidak menggunakan alat bantu napas

2. Intervensi dan Rasional

a) Observasi frekuensi pernapasan dan gerakan dada

R/ Melakukan evaluasi awal untuk melihat intervensiyang

telah dilakukan

b) kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernapasan laporkan

setiap perubahan yang terjadi.

R/: Dengan mengkaji kualitas,frekuensi dan kedalaman

pernapasan, kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan

kondisi klien.

c) Berikan posisi semi fowler

R/: Memungkinkan lancarnya pertukaran gas dan dapat

mencegah gagal napas, serta memberikan kenyamanan pada

anak

d) Lakukan auskultasi suara napas tiap 4 jam

R/: kelainan suara napas pada bagian paru kemungkinan

mengakibatkan berkurangnya atau tidak berfungsinya lobus

e) Bantu dan ajarkan klien untuk napas dalam yang efektif


28

R/: Penekanan otot – otot dada serta abdomen membuat

napas lebih efektif

f) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen 2 liter/

menit

R/ Dengan memberikan aminophyline pernapasan kembali

normal.

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

fisik,Peningkatan metabolisme umum sekunder dari kerusakan

pertukaran gas

1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24

intoleransi aktifitas dapat teratasi dengan kriteria hasil:

a) Tidak lemah

b) Tidak sesak napas

c) Tidak tacipnea

d) Tidak takikardi

e) Tidak sianosis

2. Intervensi dan rasional

a) Monitor frekuensi nadi dan napas sebelum dan sesudah

aktifitas

R/ Mengidentifikasikan kemajuan atau penyimpangan dari

sasaran yang di harapkan.

b) Bantu klien dalam melaksanakan aktifitas sesuai dengan

kebutuhannya
29

R/ Membantu menurunkan kebutuhan O2 yang meningkat

akibat peningkatan aktifitas

c) Pertahankan terapi 02 selama aktifitas dan lakukan tindakan

pencegahan terhadap komplikasi akibat imobilisasi jika klien

dianjurkan tirah baring lama

R/ Tindakan perawat yang spesifik dapat meminimalkan

komplikasi imobilisasi.

d) Ajarkan teknik napas efektif

R/ Meningkatkan 02 tanpa mengorbankan banyak energy.

e) Pertahankan terapi 02 tambahan

R/mempertahankan, memperbaiki dan meningkatkan

konsentrasi oksigen darah

f) Beri waktu istirahat yang cukup

R/ Meningkatkan daya tahan klien, mencegah kelelahan.

d. Nyeri dada ploritis berhubungan dengan inflamasi parenkim paru,

batuk menetap.

1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Nyeri

dapat teratasi dengan kriteria hasil :

a) Nyeri dada teratasi

b) Sakit kepala terkontrol

c) Tampak tenang

2. Intervensi dan Rasional


30

a) Tentukan karakteristik nyeri, misal kejan, konstan ditusuk.

R/ : Nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada

pneumonia, juga dapat timbul karena pneumonia seperti

perikarditis dan endokarditis.

b) Pantau tanda vital

R/ : Perubahan tanda vital menujukan bawa anak

mengalami nyeri, khusus bila alasan lain tanda perubahan

tanda vital telah terlihat.

c) Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan

posisi,mmusikmtenang/berbincangan.

R/ : Tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan

lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan

memperbesar efek derajat analgesik.

d) Atur dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama

episodembatuk.

R/ : Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara

meningkat keefektifan upaya batuk.

e) Kolaborasi : Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi

R/ : Obat dapat digunakan untuk menekan batuk non

produktif atau menurunkan mukosa berlebihan meningkat

kenyamanan istirahat umum.


31

e. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder

terhadap demam dan proses inflamasi

1. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24

Nutrisi tubuh dapat teratasi dengan kriteria hasil :

a) Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan

b) Pasien mempertahankan meningkat BB.

2. Intervensi dan Rasional

a) Identifikasi faktor yang menimbulkan muntah, misalnya:

sputum

R/ : pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah

b) Anjurkan pasien agar makan makanan dalam keadaan hangat

R/ Dengan makan makanan hangat napsu makan pasien

meningkat.

c) Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan

kering (roti panggang) makanan yang menarik oleh pasien.

R/ :Tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu

makan mungkin lambat untuk kembali.

d) Ciptakan lingkungan yang nyaman

R/ Dengan lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan

napsu makan pada anak

e) kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet pada anak


32

R/ Dengan kolaborasi tim ahli gizi dapat memenuhi

kebutuhan nutrisi pada anak.

f. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan

dengan kehilangan cairan berlebihan, demam, berkeringat banyak,

nafas mulut, penurunan masukan oral.

1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24

Kekurangan volume cairan tidak terjadi dengan Kriteria hasil :

a) Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan

parameter individual yang tepat misalnya membran mukosa

lembab, turgor kulit baik, mampu berkeringat.

b) TTV dalam batas normal

c) Tidak mengalami haus berlebihan

2. Intervensi Dan Rasional

a) Pantau warna ,jumlah dan frekuensi kehilangan cairan

R/ Dengan memantau jumlah dan frekuensi dapat

mengetahui jumlah kehilangan cairan.

b) Kaji turgor kulit, kelembapan membran mukosa (bibir, lidah)

R/ : Indikator langsung keadekuatan volume cairan,

meskipun membran mukosa mulut mungkin kering karena

nafas mulut dan O2 tambahan.

c) Catat laporan mual/munta.

R/ : Adanya gejala ini menurunkan masukan oral.


33

d) Pantau masukan dan keluaran catat warna, karakter urine.

Hitung keseimbangan cairan. Ukur berat badan sesuai

indikasi.

R/ : Memberikan informasi tentang keadekuatan volume

cairan dan keseluruhan penggantian.

f) Tekankan cairan sedikit 2400 mL/hari atau sesuai kondisi

individual

R/ : Pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko

dehidrasi.

g) Kolaborasi : Beri obat indikasi misalnya antipiretik,

antimitik.

R/ : Berguna menurunkan kehilangan cairan

h) Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan

R/ : Dengan memberikan cairan dapat menambah kebutuhan

cairan anak.

g. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan

ketidak ada kekuatan pertahanan sekunder (adanya infeksi

penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.

1. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Infeksi

tidak terjadi dengan kriteria hasil :

a) Waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat

b) Penularan penyakit ke orang lain tidak ada

2. Intervensidan rasional
34

a) Pantau tanda vital dengan ketat khususnya selama awal terapi

R/ : Selama awal periode ini, potensial untuk fatal dapat

terjadi.

b) Tunjukkan teknik mencuci tangan yang baik.

R/ : Efektif berarti menurun penyebaran/perubahan infeksi.

c) Batasi pengunjung sesuai indikasi.

R/ : Menurunkan penularan terhadap patogen infeksi lain

d) Potong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas

sedang. Tingkatkan masukan nutrisi adekuat.

R/ : Memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan

tekanan alamiah.

e) Kolaborasi untuk pemberian antibiotic. Berikan

antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur

sputum/darah misal penicillin, eritromisin, tetrasiklin,

amikalin, sepalosporin, amantadin.

R/ : Obat digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial

pulmonia

h. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan

1. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah teratasi

dengan kriteria hasil:

a) Pasien tidak panas

b) Pasien tidak demam

c) Suhu dalam batas normal (36,5-37,5o c)


35

d) RR dalam batas normal (16-30 x/ menit)

e) N:60-120x/menit

2. Intervensi dan rasional

a) Observasi ttv (suhu),

R/ segera mengetahui keadaan pasien lebih awal

b) Anjurkan kepada keluarga untuk gunakan pakaian yang tipis

pada pasien

R/: dengan pakaian tipis dapat menyerap keringat

c) Menganjurkan minum air putih yang banyak kira-kira 5

gelas/hari,

R/:untuk memenuhi kebutuhan cairan pada anak

d) Anjurkan untuk kompres hangat

R/ dengan kompres hangat dapat memvasodilatasi pori-pori

kulit sehingga suhu tubuh menurun dalam batas normal .

e) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Antipiretik

R/:Dapat menurunkan panas dengan Antipiretik.

2.2.4 Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang spesifik. Tujuan pelakssanaan adalah membatu klien dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi

koping.
36

1. Tahap Persiapan

Mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan

review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap

perencanaan dan menganalisa pengetahuan dan keterampilan

keperawatan yang diperlukan. Mengetahui komplikasi dan tindakan

keperawatan ysng mungkin timbul dan menentukan dan

mempersiapkan peralatan yang diperlukan, mempersiapkan

lingkungan serta mengidentifikasi aspek- aspek hukum dan etik

terhadap resiko dan potensial tindakan.

2. Tahap Rencana Tindakan

Fokus terhadap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan

pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan

fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan dibedakan

berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab secara profesional

sebagaimana terdapat dalam standar praktek keperawatan meliputi

tindakan :

1) Independen Adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat

tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau dari tenaga kesehatan

lainnya. Tipe dari tindakan keperawatan Independen

dikategorikan menjadi 4 yaitu :

1. Tindakan Diagnostik meliputi : wawancara dengan klien,

observasi dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium.


37

2. Tindakan Terapeutik : untuk mengurangi,mencagah dan

mengatasi masalah klien.

3. Tindakan Edukatif : untuk merubah perilaku klien melalui

promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan pada klien.

4. Tindakan Merujuk : ditekankan pada kemampuan perawat

dalam mengambil keputusan klinik tentang keadaan klien dan

kemampuan melaksanakan kerjasama dengan tim kesehatan

lainnya.

2) Interdependen

Tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang

memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya.

Misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter.

3) Dependen

Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana

tindakan medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana

tindakan medis dilaksanakan.

3. Tahap Dokumenter

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang

lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses

keperawatan.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

1. Pengertian
38

Merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan dengan cara

melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dan rencana keperawatan

tercapai atau tidak.

2. Jenis evaluasi

a) Evaluasi Formatif : menyatakan evaluasi yangdilakukan pada

saat memberikan rencana tindakan dengan respon segera.

b) Evaluasi Sumatif : merupakan rekapitulasi dari hasil observasi

dan analisis status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan

yang direncanakan pada setiap tahap perencanaan.

Evaluasi juga sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria

tertentu yang membuktikan apakah tujuan tercapai, atau tercapai

sebagian.

a) Tujuan tercapai apabila tujuan tercapai secara keseluruhan.

b) Tujuan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tercapai secara

keseluruhan sehingga masih perlu dicari berbagai masalah atau

penyebabnya.

c) Tujuan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan adanya

perubahan ke arah kemajuan sebagaimana kriteria yang

diharapkan.

2.3. Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi

2.3.1. Pengertian Oksigenasi

Oksigenasi adalah : pemenuhan akan kebutuhan oksigen ( O2 ).

Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia


39

yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk

mempertahankan hidupnya dan untuk aktivitas berbagai organ sel. Apabila

lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen, maka akan berakibat

pada kerusakan otak yang tidak dapat di perbaiki dan biasanya pasien

meninggal ( Asmadi, 2008 )

2.3.2. Manfaat Oksigenasi.

a. Diperlukan dalam sistim pernapasan.

b. Membantu fungsi sel - sel tubuh manusia.

c. Mencegah pertumbuhan sel anerob.

d. Membantu sistim peredaran darah.

e. Mempercantik kulit dan mencegah penuaan dini.

f. Mengoptimalkan daya ingat.

g. Mencegah kanker, asma, dan penyakit lainnya.

h. Mengatasi stres.

i. Menjaga kekebalan tubuh.

j. Membantu degenerasi sel secara biologi.

k. Support energi tubuh.

l. Sebagai terapi penyakit.

2.3.3. Gangguan Oksigenasi.

1. Hipoksia.

Tidak kuatnya pemenuhan oksigen seluler akibat dari defisiensi

oksigen yang di inspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigan pada

tingkat seluler.Hipoksia dapat disebabkan oleh menurunnya


40

hemoglobin, kerusakan gangguan ventilasi, penurunan perfusi jaringan

seperti pada syok, berkurangnya konsentrasi oksigen jika berada di

puncak gunung.

Tanda - tanda hipoksia adalah : kelelahan, kecemasan, menurunnya

kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam,

sianosis, sesak napas.

2. Perubahan pola pernapasan

a. Takipnea

Adalah frekuensi pernapasan teratur namun cepat secara tidak

merata ( lebih dari 24 x / menit ).

b. Bradipnea

Adalah frekuensi pernapasan teratur namun lambat secara tidak

normal ( kurang dari 12 x / menit ).

c. Hiperventilasi

Merupakan upayah tubuh dalam meningkatkan jumlah O2

dalam paru - paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam.

Hiperventilasi dapat di sebabkan karena kecemasan, infeksi,

keracunan obat - obatan, keseimbangan asam basa seperti asidosis

metabolik.

Tanda - tanda hiperventilasi adalah : takikardi, napas pendek,

nyeri dada, menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinnitus.


41

d. Kussmaul

Adalah pernapasan cepat secara tidak normal dan frekuensi

meningkat ,misalnya dalam keadaan asidosi metabolik.

e. Hipoventilasi

Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi

penggunaan oksigen.

f. Dispnea

merupakan perasaan sesak dan berat saat bernapas.

g. Ortopnea

Merupakan kesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau

berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang

mengalami kongestik paru.

h. Cheyne stokes

Merupakan frekuensi dan kedalaman pernapasan tidak

teratur, ditandai dengan periode apnea dan hiperventilasi yang

berubah - ubah.

i. Pernapasan paradoksial

Merupakan pernapasan dimana dinding paru - paru bergerak

berlawanan arah dari keadaan normal.

j. Biot

Merupakan pernapasan dangkal secara tidak normal untuk dua

atau tiga napas diikuti periode apnea yang tidak treatur.


42

k. Strdor

Merupakan pernapasan bising yang terjadi karena

penyempitan pada saluran pernapasan.

3. Obstruksi jalan napas

merupakan gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada

saluran pernapasan.

4. Pertukaran gas

Merupakan proses pengambilan gas oksigen dari lingkungan dan

pengeluaran karbon dioksida dari dalam tubuh makhluk hidup.

Bernapas merupakan salah satu ciri utama makhluk hidup .Proses

pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida berlangsung secara

difusi..Oksigen akan menuju semua sel dalam jeringan melalui alat -

alat pernapasan.

2.3.4. Pengaturan Pemasangan Oksigenasi.

Persiapan alat dan bahan

1. Tabung oksigen lengkap dan flowmeter dan humidifer

2. Nasal kateter, kanula, atau masker.

3. Vaselin,/ lubrikan atau pelumas ( jelly ).

Prosedur kerja

1. Cuci tangan

2. Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur yang akan di lakukan

3. Cek flowmeter dan humidifer

4. Hidupkan tabung oksigen


43

5. Atur posisi semi fowler atau posisi yang telah di sesuaikan dengan

kondisi pasien

6. Berikan oksigen melalui kanula atau masker

7. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan

telinga, setelah itu berikan lubrikan dan masukkan

8. Catat pemberian dan lakukan observasi pada pasien

9. Cuci tangan selesai melakukan tindakan.

2.4 Konsep Studi Kasus

Studi Kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup

pengkajian satu unit penelitian secara intensif misalnya satu klien,

keluarga, kelompok, komunitas atau institusi. Meskipun jumlah subjek

cenderung sedikit namun jumlah variabel yang diteliti sangat luas

(Nursalam. 2013).

Unit yang menjadi kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik

dari segi yang berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri, faktor-

faktor yang mempengaruhi, kejadian- kejadian kasus yang muncul

sehubungan dengan kasus, maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap

suatu perlakuan. Meskipun di dalam studi kasus ini yang diteliti hanya

berbentuk unit tunggal, namun mempunyai keuntungan yang besar yaitu

didapatkan gambaran subjek secra jelas karena dianalisis secara mendalam

dengan pengkajian yang terperinci dari berbagai aspek yang cukup luas

serta penggunaan teknik secara integratif ( Notoatmoja. 2012 ).


44

Pada studi kasus ini, Penulis melakukan penelitian di Rawat Inap

Puskesmas Malinjak, pada pasien anak pneumonia dengan masalah

gangguan pemenuhan oksigenasi

2.5 Kerangka Operasional

Kerangka operasional (Kerangka Kerja) adalah langkah- langkah

dalam aktivitas ilmiah, mulai dari penetapan populasi, sampel, dan

seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal dilaksanakan penelitian ( Nursalam.

2013 ).
Subjek Penelitian : pasien anak pneumonia dengan masalah gangguan
pemenuhan oksigenasi di Ruang Rawat Inap Puskesmas Malinjak

Penelitian ini difokuskan pada pasien anak pneumonia dengan masalah


gangguan pemenuhan oksigenasi di Ruang Rawat Inap Puskesmas Malinjak

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

KLASIFIKASI DAN ANALISA DATA

MENENTUKAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

MENETUKAN RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

MELAKUKAN IMPLEMENTASI

MELAKUKAN EVALUASI

MELAKUKAN ANALISIS
45

BAB III

METODE STUDI KASUS

3.1 Rancangan Studi Kasus

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif. Pendekatan

penelitian yang digunakan yaitu pendekatan penelitian kualitatif dengan

studi kasus. Penelitian kualitatif deskriptif adalah berupa penelitian dengan

metode atau pendekatan studi kasus yang bertujuan asuhan keperawatan

pada pasien anak pneumonia dengan masalah gangguan pemenuhan

oksigenasi di Ruang Rawat Inap Puskesmas Malinjak. Studi kasus adalah

meneliti permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal

(Notoatmodjo. 2012)

3.2 Subyek Studi Kasus

Subjek Studi Kasus adalah benda, hal atau orang tempat variabel

penelitian melekat (Suharsimi.2013). Pada Studi kasus ini peneliti

mengambil subjek pada pasien anak pneumonia dengan masalah gangguan

pemenuhan oksigenasi di Ruang Rawat Inap Puskesmas Malinjak.

Karena dalam penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus

maka teknik sampling penelitian adalah menggunakan non prabability

sampling (pengambilan sample bukan secara acak atau nonrandom)

dengan pendekatan purposive sampling adalah suatu teknik penetapan

sample dengan cara memilih sample diantara populasi sesuai yang di

kehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sample

tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah di kenal


46

sebelumnya (Nursalam. 2013). Melihat keterbatasan peneliti dan

pendekatan peneliti yang digunakan, maka subjek penelitian ditentukan

berdasarkan ciri dan karakteristik tertentu :

1. anak pneumonia dengan masalah gangguan pemenuhan oksigenasi.

2. Sedang dilakukan perawatan inap di Rawat Inap Puskesmas Malinjak

3. Bersedia menjadi responden.

4. Lama perawatan minimal 3 hari rawat inap.

3.3 Instrument Studi Kasus

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

mengumpulkan data. Instrumen penelitian ini dapat berupa: formulir

observasi, lembar pengkajian, lembar analisa data (Notoatmodjo. 2012)

Pada studi kasus ini alat atau instrumen yang digunakan untuk

mengumpulkan data adalah :

a. Wawancara

Alat dan bahan yang digunakan dalam wawancara antara lain :

1. Format pengkajian keperawatan

2. Buku tulis

3. Bolpoin dan penggaris

4. Alat perekam suara

5. Field note
47

b. Observasi

Alat dan bahan observasi meliputi :

1. Bak instrumen

2. Lembar observasi

3. Tensi meter

4. Stetoskop

5. Termometer

6. Alat timbang berat badan

7. Alat pengukur tinggi badan

8. Alat pengukur lingkar lengan

9. Jam tangan dengan petunjuk detik

10. Reflek hammers

11. Bengkok

c. Dokumentasi

Alat dan bahan dokumentasi meliputi :

1. Status atau catatan pasien

2. Alat tulis

3. Rekam medis

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam sudi kasus ini

adalah, meliputi metode wawancara, observasi dan dokumentasi (WOD).

(Nursalam. 2015) :
48

1. Metode wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau

informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden),

atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face

to face). Dalam studi kasus ini menggunakan teknik wawancara

bebas terpimpin dimana adalah kombinasi dari wawancar tidak

terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun terdapat unsur

kebebasan , tetapi ada pengarah pembicaraan secara tegas dan

mempunyai arah yang jelas dan fleksibelitas (Notoatmodjo. 2012)

Wawancara dalam studi kasus ini adalah mendapatkan hasil

anamnesis berisi tentang identitas pasien, keluhan utama, riwayat

penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit

keluarga dll. Sumber data dari pasien, keluarga dan perawat lainnya

(Nursalam. 2015)

2. Observasi dan Pemeriksaan fisik

a. Metode observasi partisipatif

Pada jenis pengamatan ini, pengamat atau observer benar-

benar mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh sasaran pengamat. Dengan kata lain,

pengamat ikut aktif berpartisipasi pada aktivitas dalam

kontak sosial yang tengah diselidiki (Notoatmodjo. 2012).


49

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengetahui keadaan fisik

pasien secara sistematis dengan cara :

1. Inspeksi

Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara

melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui

pengamatan, fokus inspeksi pada bagian tubuh

meliputi ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi,

simetris.

2. Palpasi

Adalah suatu teknik yang menggunakan indera

perabaan tangan dan jari terhadap bagian-bagian

tubuh yang ingin di ketahui dari kejadian kelainan

atau abnormal.

3. Perkusi

Adalah suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk

bagian tubuh tertentu untuk membandingkan bagian

tubuh kiri dan kanan dengan tujuan menghasilkan

suara dengan menggunakan tangan atau alat bantu

seperti reflek hammer untuk mengetahui reflek

seseorang. Juga dilakukan pemeriksaan lain yang

berkaitan dengan kesehatan fisik klien. Misalnya :

kembung, batas-batas jantung, batas hepar-paru.


50

4. Auskultasi

Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui

pendengaran. Biasanya menggunakan alat yang

disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang di dengar

adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.

3. Studi Dokumentasi dan Angket

Adalah data atau hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain

yang relevan (Nursalam. 2015)

a. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat

kabar, majalah, buku rapat, agenda dan sebagainya

(Suharsimi. 2013).

b. Studi kepustakaan

Adalah bahan-bahan pustaka yang sangat penting dan

menunjang latarbelakang teoritis dari studi penelitian (

Notoatmodjo. 2012). Pada kasus ini mengambil kepustakaan

dari buku, laporan penelitian, majalah ilmiah dan sumber-

sumber terbitan tahun 1994-2016.

4. Tahap penelitian

1) Sebelum melakukan penelitian, peneliti melewati proses

bimbingan dan ujian proposal selanjutnya atas persetujuan

melalui ujian meja dilanjutkan dengan tahap


51

penyempurnaan/perbaikan dan mendapatkan rekomendasi dari

institusi pendidikan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang

Program Studi Keperawatan Waingapu disampaikan kepada

Kepala Dinas Badan Kesatuan Bangsa, politik dan linmas

sebagai landasan permohonan mengadakan penelitian serta

kepada Kepala Puskesmas Malinjak yang di pilih sebagai tempat

pelaksanaan penelitian kasus.

2) Setelah mendapat ijin penelitian, peneliti melakukan koordinasi

dengan Kepala Puskesmas Malinjak sebagai pihak yang terkait

untuk pelaksanaan penelitian.

3) Tahap berikutnya yaitu peneliti melakukan pendekatan pada

responden yang memenuhi kriteria sampel yang telah ditentukan

oleh peneliti.

4) Selanjutnya peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan,

manfaat penelitian, jaminan kerahasian atas jawaban yang

diberikan, dan penelitian tidak berdampak negatif bagi

responden.

5) Selanjutnya peneliti memberikan lembaran pernyataan

persetujuan kepada responden. Jika responden setuju untuk ikut

serta dalam penelitian ini maka responden harus menandatangani

lembar persetujuan dengan tanpa paksaan. Setelah itu, responden

penelitian akan menjadi objek penelitian yang kemudian peneliti

akan memberikan asuhan keperawatan sejak hari pertama masuk


52

ke rumah sakit sampai responden keluar dari rumah sakit atau

dengan persyaratan minimal tiga hari rawat inap disesuaikan

dengan standar operasional prosedur (SOP) rumah sakit dan

kemudian semua data yang dikumpulkan akan dianalisis oleh

peneliti.

3.5 Uji Keabsahan Data

Triangualsi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan

berbagai waktu.Terdapat triangulasi sumber, triangulasi pengumpulan

data, dan triangulasi waktu.

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk mengkaji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu di cek dengan

observasi, dokumentasi.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat

narasumber masih segar, belum banyak masalah akan memberikan


53

data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Pengujian keabsahan

data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekkan dengan

wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu / situasi yang

berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka

dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan

kapasitas datanya (Sugiyono, 2007).

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian di Ruang Rawat Inap Puskesmas Malinjak,

Waktu Penelitian pada Bulan Juni 2018.

3.7 Analisis Data dan Penyajian Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul (Nursalam.

2015). Pada studi kasus ini analisi data dilakukan dengan cara

menginterpretasikan data yang didapatkan melalui pengkajian

keperawatan yaitu melalui wawancara mendalam, observasi dan studi

dokumentasi yang kemudian diklasifikasikan menjadi data objektif dan

data subjektif yang selanjutnya data ini diinterpretasikan oleh peneliti

dengan membandingkan teori yang ada untuk menemukan penyebab

dan masalah atau yang di kenal dengan diagnosa keperawatan sebagai

bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi keperawatan.

Urutan dalam analisis data studi kasus (Nursalam. 2015), adalah :


54

1. Pengumpulan data.

Data dikumpulkan dari hasil WOD ( wawancara, observasi,

dokumentasi).Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan,

kemudian disalin dalam bentuk transkrip.

2. Mereduksi data dengan membuat koding dan kategori.

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan

lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip. Data

yangterkumpul kemudian di buat koding yang di buat oleh peneliti

dan mempunyai arti tertentu sesuai dengan topik penelitian yang

diterapkan. Data objektif dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan

diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan

maupun teks naratif. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan

jalan mengaburkan identitas dari responden.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan

perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode

induksi.
55

3.8 Etika Penelitian

1. Informed Consent

Tujuannya adalah subyek mengetahui maksud dan tujuan

penelitian. Jika subyek bersedia diteliti maka harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika subyek menolak untuk

diteliti maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati

haknya.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan indentitas subyek, peneliti tidak akan

mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data

(kuesioner) Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu.

3. Confidentiality.

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh

peneliti.
56

1. Jadwal Penelitian

Tabel 1

Jadwal Penelitian

Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Feb Mar Apr Mei Juni Juli
1 Persiapan Proposal √ √ √
2 Seminar Proposal √
3 Perbaikan Proposal √ √
Pengambilan dan Pengolahan
4 data √ √
5 Ujian KTI √
6 Perbaikan KTI √
7 Pengumpulan KTI √
57

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008.Konsep Dasar Keperawatan.EGC:Jakarta.


Brunner dan Suddarth, 2001, Keperawatan Medical Bedah, edisi 8. EGC: Jakarta
Deswani, 2009.Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Salemba Medika:
Jakarta.
FK UI (1985),Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, FK UI: Jakarta.
Hearawati.Mansur, 2009.Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Salemba
Medika: Jakarta.
Hidayat.Azis.Alimul. A 2008, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Salemba
Medika:Jakarta.
Ngastiyah, 2005.Perawatan Anak Sakit.editor, Monica Ester-Edisi 2. EGC:
Jakarta.
NTT/Profil kesehatan, 2010.data angka kejadian 10 penyakit terbesar
Oda, Debora, 2011. Proses keperawatn dan Pemeriksaan Fisik. Salemba
Medika:Jakarta.
RSUD Waikabubak (Rekam Medik), 2015.data angka Kejadian Pneumonia pada
anak.
Sri. N. S. R.U. 2008,Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan
bidan), Salemba Medika:Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.
Rita dan Suriandi ( 2008) Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi. I Jakarata :
EGC
Roudelph, ( 2007) Buku Peditria Rubolph Edisi, 20. Volume Jakarta : EGC
Iskandar Mahiditat. (2010) Ilmu Kesehatan Anak UI, Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai