PENDAHULUAN
dapat teraturdalam satu atau lebih didalam bronkus dan meluas sampai ke area
adanya peradangan paru yang terjadi pada jaringan paru atau alveoli yang
biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa
hari. Penyakit ini di sebabkan adanya bakteri, virus, jamur dan benda asing
menyerang bayi dan anak balita. Menurut laporan WHO sekitar 800.000 hingga 1
dan TBC. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian.
1.000 anak atau berkisar 150.000 balita per tahun. Pada tahun 2012 ( lembaga
internasinaol Ausrtalia Aid ) mencatat 791 kasus kematian balita dan hingga juli
2013 angka kematian balita di NTT telah mencapai 431 kasus. Data infeksi
bronkopneumonia dari RSUD Mgr. Gabriel Manek Atambua, dalam tiga tahun
dengan perincian: Tahun 2012 sebanyak 212 kasus, laki-laki 116 kasus,
perempuan 96 kasus, meninggal 11 kasus. Tahun 2013 sebanyak 102 kasus, laki-
laki 59 kasus, perempuan 43 kasus. Tahun 2014 (Januari- Juni) sebanyak 145
tangani secara dini makaakan berupaempiema, otitis media akut, dan juga
2005:59).
batuk, pilek, disertai demam sudah dua hari dan tidak ada perbaikan agar segera
dibawah ketempat pelayanan kesehatan terdekat, sedangkan pada bayi dan anak
kecil yang keadaan umumnya lemah, Misalnya semalam bayi atau anak diare,
bersihan jalan napasDi Ruang Anak RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD Atambua”.
2
1.2 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas masalah studi kasus ini dibatasi pada “ Asuhan
bersihan jalan napasdi Ruang Anak RSUD Mgr.Gabriel Manek SVD, Atambua?
Manek SVD.Atambua
1.4.1Tujuan Umum
3
3) Penulis mampumenyusun rencana tindakan keperawatan pada klien
1.5 Manfaat
1.5.1 Teoritis
penaganannya
1.5.2 Praktis
1) Bagi Perawat
4
Untuk mengembangkan pola pikir dan mengembangkan ketrampilan
napas.
3) Bagi Institusi
evaluasi.
4) Bagi pasien
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Hidung
6
Hidung dibentuk oleh tulang dan kartilago. Bagian yang kecil dibentuk oleh
tulang, sisanya terdiri atas kartilago dan jaringan ikat (connective tissue).
lubang kiri dan kanan oleh septum. Rongga hidung mengandung rambut
asing yang masuk. Pada mukosa hidung terdapat epitel bersilia yang
hidung secara umum adalah sebagai jalan napas, pengatur udara, pengatur
2. Sinus Paranalis
Sinus paranalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala. Dinamakan
sesuai dengan tulang dimana dia berada terdiri atas sinus frontalis, sinus
etmoidalis, sinus spenoidalis, dan sinus maksilaris. Fungsi dari sinus adalah
3. Faring
4.Laring
7
Laring biasa disebut denganvoice box. Dibentuk oleh struktur ephitalium-lined
yang berhubungan dengan faring (di atas) dan trakea (di bawah). Lokainya
berada di anterior tulang vertebra ke-4 dan ke-6. Bagian atas dari esofagus
berada di posterior laring. Fungsi utama dari laring adalah untuk vocalization,
selain itu juga berfungsi sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda asing
1. Trakea
torakal ke-7 yang mana becabang menjadi dua bronkus (primary bronchus).
Ujung dari cabang trakea biasa di sebut carina. Trakea ini sangat fleksibel
8
ini mengandung pseudostratified ciliated columnar epithelium yang
Cabang kanan bronkus lebih pendek dan lebih lebar serta cenderung lebih
vertikal dari pada cabang yang kiri. Oleh karena itu, benda asing lebih
3. Alveoli
itu, alveoli memiliki kemampuan untuk menangkap udara dan dapat kolaps.
Parenkim paru merupakan area kerja dari jaringan paru, dimana pada
Diperkirakan terdapat 24 juta alveoli pada bayi baru lahir. Pada saat
dewasa, yaiti 300 juta. Setiap unit alveolar menyuplai 9-11 prepulmonaridan
9
4. Paru-paru
berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya pada diafragma. Paru-paru
lobus. Kelima lobus ini merupakan lobus yang terlihat, setiap paru-paru
dapat dibagi lagi menjadi beberapa sub-bagian menjadi sekitar sepuluh unit
oleh ruang yang disebut mediastinum. Jantung, aorta, vena cava, pembuluh
paru-paru, esofagus, bagian dari trakea, bronkus, dan kelenjar timus terdapat
di mediastinum ini.
besar. Bagian luar rongga torak terdiri atas dua belas (12) pasang tulang iga
(kosta). Pada bagian atas torak di daerah leher terdapat dua otot tambahan
menaikkan tulang iga ke-1 dan ke-2 selama inspirasi untuk memperluas
10
dan pektoralis juga merupakan otot tambahan inspirasi yang berguna untuk
servikal ke-3 (C-3). Oleh karena itu, jika terjadi kecelakaan pada saraf C-3,
macam pleura, yaitu pleura parietal yang melapisi rongga torak dan dan
kedua permukaan tersebut bergesekan satu sama lain selama respirasi, dan
atau cairan dapat masuk ke dalam rongga pleura. Hal tersebut dapat
1. Pengertian oksigenasi
1. Saraf otonomik
11
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonomikdapat
saluran pernapasan.
Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain debu yang
4. Perkembangan
perkembangan.
5. Lingkungan
6. Perilaku
1. Hipoksia
12
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan
1) Tachypnea
menit.
2) Bradypnea
Merupakan pola pernapasan yang lambat dan kurang dari 10 kali per
menit.
3) Hiperventilasi
4) Kusmaul
5) Hipoventilasi
6) Dispnea
7) Orthopnea
13
Merupakan kesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri
kongestif paru.
8) Cheyne stokes
9) Pernapasan paradoksial
10) Biot
11) Stridor
pernapasan.
batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau
Tanda klinis :
14
3) Suara napas menunjukan adanya sumbatan
4. Pertukaran gas
antar alveoli paru dam sistem vaskuler, dapat disebabkan oleh sekresi yang
kental atau imobilisasi akibat penyakit sistim saraf, depresi susunan saraf
Tanda klinis :
3) Agitasi
12)
2.2.1 Pengertian
15
bercak infiltrasi, dapat teraturdalam satu atau lebih didalam bronkus dan
ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat
2008:80).
oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing yang ditandai dengan
gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal,
2.2.2 Penyebab
1. Bakteri
2. Virus
3. Aspirasi
16
Aspirasi makanan, benda asing, kerosin (minyak tanah) dan cairan
amnion
4. Pneumonia hipostatik.
kesadaran menurun
5. Jamur
6. Sindrom loeffer
Pada foto rontgen terdapat infiltrat yang didapat dari satu lobus lan
2.2.4 Patofisiologi
17
Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang menyebar
Pearce 1995 dalam Sujono dan Suharsono proses peradangan ini dapat
yang berdilatasi)
Lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel darah merah
konsolidasi di dalam alveolus yang terserang dan eksudat yang ada pada
jaringan kembali pada struktur semua. (Riyadi dan Suharsono, 2010 : 63)
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak
18
sampai 39 -40 derajat celcius dan kadang disertai kejang karna demam
yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal
disertai pernapasan cuping hidung serta sianosis selkitar hidung dan mulut.
tetapi dengan adanya napas dangkal dan cepat, pernapsan cuping hidung
dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat di di duga adanya pneumonia
hasil pemeriksaan fisik tergantung dari pada luas daerah aukultasi yang
terkena pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi
mungkin hanya terdengar rongki basah nyaring halus atau sedang. Bila
2.2.6 Komplikasi
komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, otitis media akut, mungkin
1. Pemeriksaan routgen
19
Pemeriksaan ini di dapat menunjukan kelainan sebelum hal ini dapat
lobaris terlihat adanaya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. Foto
2. Pemeriksaan laboratorium
yang naik dan sedikit torak hialin. Analisis gas darah arteri dapat
2.2.8 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medik
20
b) Pemberian oksigen dan cairan intravena biasanya di perlukan
ml/botol infus.
sakit
2. Penatalaksanaan keperawatan
Sering kali pasien pneumonia yang dirawat di rumah sakit sudah lama
gelisah.
karena adanya radang paru dan banyaknya lendir dalam bronkus atau
paru. Agar pasien dapat bernapas secara lancar lendir tersebut harus
21
kepada anak agar ia tidak selalu berbaring ke arah dada yang sakit,
seperti gurita, atau celana yang ada karetnya. Isaplah lendirnya dan
sering, yaitu pada saat terlihat lendir di dalam mulut, pada waktu
lancar.
d. Kebutuhan istirahat
kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan
22
berkurang pasien diberikan makanan lunak dan susu. Bujuklah agar
anak mau makan, dan waktu menyuapi harus sabar karena keadaan
Pada bayi yang masih minum ASI, bila tidak terlalu sesak ia boleh
masih belum mau mengisap, ASI harus dipompa, dan diberikan pake
sendok. Jika bayi minum susu formula juga harus diberikan dengan
sendok. Bila keadaan membaik dapat dicoba dengan dot, dan dot
harus sering dicabut. Berikan susu 1 botol 2-3 kali dengan istirahat
1/4 jam karena jika tidak, pasien akan kelelahan. Bila terpaksa
memberikan susu per sonde juga harus dibagi 2-3 kali karena jika
Untuk itu maka suhu harus dikontrol setiap jam selain diusahakan
23
baring pasien, terutama, harus diubah posisinya setiap 2 jam dan
hidung dan mulut. Lama tindakan ini 5-10 menit dan dapat
Mengenai gangguan rasa aman dan nyaman seperti pasien lain yang
pemasangan infus bagi anak akan menimbulkan rasa takut dan tidak
pilek disertai demam sudah dua hari tidak juga sembuh agar dibawa
atau anak sering batuk pilek, jangan dibawa keluar pada malam hari
24
atau diberikan bermain di luar jika udara tidak baik karena hal
2.3.1 Pengertian
5. Sianosis
6. Kesulitan berbicara
8. . Dispnea
11. . Ortopnea
12. .Gelisah
25
2.3.3 Faktor Yang Berhubungan
1. Lingkungan
a. Perokok pasif
b. Mengisap asap
c. Merokok
3. Fisiologis :
b. Asma
e. Infeks
f. Disfungsi neuromuskular
26
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep ditetapkan dalam
2.3.1 Pengkajian
terbatas.
pucat.
27
7. Renal : urin biasanya lebih tua, terdapat albuminuria ringan karena
2.3.2 Diagnosa
(Nursalam, 2001).
energi, kelemahan.
28
perlengketan sekret pernapasan), tidak adekuatnya pertahanan sekunder,
umum, kelelahan.
interpretasi.
2.3.3Perencanaan
Rencana keperawatan dapat diartikan sebagai suatu dokumen tulisan tangan dalam
ada dispnea.
Tindakan / intervensi :
1) Auskultasi area paru, catat area penurunan / tak ada aliran udarah
29
Rasional : penurunan aliran udarah terjadi pada area konsulidasi
juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels dan ronchi dan mengi
paten.
mengeluarkan sekre.
Kolaborasi :
dan analgesik.
30
Rasional : alat untuk menurnkan spasme bronchus dengan mobilitas
menekan pernafasan.
infeksi.
Tindakan / Intervensi :
Mandiri :
terjadi .
sekunder.
4. Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik .
31
sRasional : meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi .
infeksi lain
disterss pernafasan
Tindakan / intervensi :
32
Rasional : deman tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik
Kolaborasi :
sesuai indikasi
istirahat.
33
4. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur
Rasional : bunyi usus mungkin menurun atau tak ada bila proses infeksi
34
6) Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan kemungkinan
pengobatan.
Tindakan / intervensi :
yang panjang.
35
5) Tekankan penting melanjutkan terapi antibiotik selama periode yang
dilanjutkan.
jam.
2.3.4 Pelaksanaan
2.3.5 Evaluasi
36
menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosa keperawatan
2.3.6 Dokumentasi
fakta, akurat, lengkap, saat ini dan langsung dicatat, rahasia, serta
BAB III
METODE PENULISAN
37
waktu dan tempat, serta kasus yang di pelajari berupa peristiwa aktivitas
mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang
tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare serta batuk
3.3 Partisipan
kasus) dengan masalah keperawatan dan diagnosa medis yang sama. Pada
38
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Ruang Anak RSUD Mgr.Gabriel
Manek, SVD Atambua dan waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan
Januari 2016.
Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang
digunakan:
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau informasi
pasien, perawat dan Keluara klien yang berkaitan dengan masalah yang di
teliti.
39
Analisa data di lakukan sejak penelitian di lapangan, sewaktu
1. Pengumpulan Data.
2. Mereduksi data
3. penyajian data
40
4. Kesimpulan
penelitian.
tangani.
41
Merupakan etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak
3. Confidentiality( kerahasiaan )
hasil penelitian.
42
BAB IV
4.1 Hasil
berada di jln. Dr. Soetomo No. 2 Atambua. RSUD MGR. Gabriel Manek,
dan Rumah Sakit Swasta da Kabupaten Belu dan bahkan dari Rumah
Nifas, Perina, VK, dan Laki II). Bangsal Anak merupakan ruang
kamar ruang untuk merawat pasien, dan setiap kamar 4 tempat tidur
pasien dalam keadaan terbuka. Fasilitas yang dimiliki ruangan ini cukup
memadai bagi klien dan keluarga klien, meliputi : 1 buah tempat tidur
43
4.1.2 Pengkajian
1. Identitas Klien
3. Riwayat Kesehatan
44
b. Riwayat Perjalanan Penyakit
45
d. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
46
keluarga: memiliki fungsi masing-masing, mempengaruhi kesehatan dalam
dan hubungan dalam keluarga rumah
baik-baik saja.
Ibu pasien mengatakan tidak Orang tua pasien mengatakan
Perilaku yang ada perilaku yang banyak perilaku yang
mempengaruhi kesehatan: mempengaruhi kesehatan dalam mempengaruhi kesehatan dalam
rumah hanya ayah dari pasien rumah punya kebiasaan merokok
yang memiliki kebiasaan
merokok.
Pemberian ASI ataususu formula: Ibu pasien mengatakan selama Orang tua pasien
2 tahun anaknya mendapatkan mengatakan hanya 8 bulan
Pemberianmakanantambahan: ASI cucunya mendapat ASI
Ibu pasien mengatakan Orang tua pasien
makanan tambahan yang megatakan makan
diberikan yaitu bubur saring. tambahan yang diberikan
yaitu bubur
47
i. Riwayat Spiritual
Pemahaman anak tentang sakit Ibu pasien mengatakan anaknya Orang tua pasien
dan rawat nginap belum memahami tentang mengatakan anaknya
penyakit yang diderita pasien belum memahami tentang
dan rawat inap karena anaknya penyakit yang diderita
baru berusia 2 tahun 11 bulan. pasien dan rawatinap
karena anaknya baru
berusia 3 tahun
48
4. Pola aktivitas sehari - hari
No Aktivitas Klien 1 Klien 2
1 Nutrisi ( makan
dan minum)
MAKAN Orang tua pasien mengatakan sebelum Orang tua pasien mengatakan sebelum
(sebelum sakit ) sakit anaknya diberi makan bubur sakit anaknya diberi makan bubur
dalam sehari 3x sehari, tidak ada dalam sehari 3x, tidak ada keluhan.
keluhan.
MINUM Orang tua Pasien mengatakan anaknya Orang tua Pasien mengatakan anaknya
(sebelum sakit) sebelum sakit minum ASI waktu jumlah sebelum sakit minum ASI waktu
pemberian 8x dalam sehari jumlah pemberian 8x dalam sehari
Personal Orang tua pasien mengatakan anaknya Orang tua pasien mengatakan anaknya
hygiene (saat tidak di mandikan hanya lap badan saja tidak di mandikan hanya lap badan saja
sakit)
4 Istirahat dan Orang tua pasien mengatakan anaknya Orang tua pasien mengatakan anaknya
tidur (sebelum sering tidur pagi jam 08.00-09.00, sering tidur pagi jam 08.00-09.00,
sakit) 10.00-11.00, siang jam 14.00-15.00, 10.00-11.00, siang jam 14.00-15.00,
49
malam jam 19.00 dan bangun jam malam jam 19.00 dan bangun jam
06.00, terbangun hanya untuk minum 06.00, terbangun hanya untuk minum
ASI, namun setelah minum langsung ASI, namun setelah minum langsung
Istirahat dan tidur. Kebiasaan sebelum tidur harus tidur. Kebiasaan sebelum tidur harus
tidur (saat digendong dan diberi Asi. digendong dan diberi Asi.
sakit) Orang tua pasien mengatakan jam tidur
Orang tua pasien mengatakan jam tidur anaknya tidak tentu karena selalu rewel
anaknya tidak tentu karena selalu rewel dan menangis sering terbangun karena
dan menangis sering terbangun karena sesak napas
mencret.
5 Aktivitas dan Setiap hari anak P. A. B selalu bermain Setiap hari anak M. T selalu bermain
latihan di dalam rumah dengan kakanya. di dalam rumah dengan kakanya.
(Sebelum
sakit)
Aktivitas dan Aktivitas terbatas karena di tangan Aktivitas terbatas karena di tangan
latihan bagian kanan anak P. A. B sedang bagian kanan anak M. T sedang
(Saat sakit) terpasang infus. terpasang infus.
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
Klien 1 Klien 2
(Head to Toe)
1. Status kesehatan a. Keadaan / penampilan umum : a. Keadaan / penampilan umum : tampak
umum pasien tampak lemah lemah
50
palpasi) pernapasan cuping hidung. pernapasan cuping hidung.
Tidak ada benjolan dan nyeri tekan. Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
Mulut (Inspeksi dan Mukosa bibir kering, kebersihan Mukosa bibir kering, mulut dan gigi bersih,
palpasi) gigi dan mulut kurang, gigi belum gigi tidak lengkap, tidak ada caries gigi.
lengkap, tidak ada caries gigi.
Leher (Inspeksi dan Tidak ada pembendungan vena Tidak ada pembendungan vena jugularis,
palpasi) jugularis, tidak ada pembesaran tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.
kelenjar thyroid.
Dada Paru – paru Paru – paru
Paru (Inspeksi, Inspeksi : tampak simteris ada Inspeksi : tampak simteris ada penggunaan
palpasi, perkusi, penggunaan otot bantu pernapasan. otot bantu pernapasan.
auskultasi). Palpasi : tidak ada nyeri tekan Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor Perkusi : Sonor
Auskultasi : suara napas ronchi Auskultasi : suara napas ronchi pada kedua
pada kedua lapang paru lapang paru
Jantung (Inspeksi, Jantung Jantung
palpasi, perkusi, Inspeksi : iktus cordis tak tampak Inspeksi : iktus cordis tak tampak
auskultasi). Palpasi : terdapat getaran bising Palpasi : terdapat getaran bising
Perkusi : redup Perkusi : redup
Auskultasi : S1 dan S2 tunggal. Auskultasi : S1 dan S2 tunggal.
Abdomen (Inspeksi, Inspeksi : tidak ada bekas luka Inspeksi : tidak ada bekas luka
auskultasi, palpasi, Auskulatsi : bising usus 5 kali per Auskulatsi : bising usus 5 kali per menit
perkusi) menit Perkusi : timpani
Perkusi : timpani Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Punggung/ tulang Bahu tampak simetris dan tidak ada Bahu tampak simetris dan tidak ada
belakang (Inspeksi dan penonjolan tulang belakang penonjolan tulang belakang
palpasi)
Genitalia (Inspeksi dan Tidak terkaji Tidak terkaji
palpasi)
51
LYM 9.8 10^3/ HL 1. 0 / 5. 0
MON 1.3 10^3/HL 0. 1 /1. 0
GRA 2.5 10^3/ HL 2. 0 / 8.0
LYM% 71.8 % 20. 0 /50. 0
MON% 9.5 % 2. 0 / 10. 0
GRA% 18. 7 % 50. 0 / 80. 0
RBC 4. 56 10^6/ HL 4. 00 / 6. 20
HGB 9. 9 g/ dl 11. 00/17. 0
HCT 30. 2 % 36. 0/55.0
MCV 66. 2 g.dl 36. 0 / 34. 0
MCH 21. 7 g/dl 31. 0 / 34. 0
MCHC 32. 8 % 31. 0 / 35. 5
RDW 16. 0 % 10. 0 / 16. 0
52
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : suara napas ronchi pada kedua
lapang paru
TD : 100/70 mmHg
N : 80 x/menit pada radialis kiri,irama teratur,
kualitas pulsasi terasa keras
RR : 30 x/menit
S : 36ᵒc/ axila
DO : Keadaan / penampilan
umum : tampak lemah
Paru – paru Bersihan jalan napas tidak
Peningkatan Produksi Sputum
Inspeksi : tampak simteris ada efektif
penggunaan otot bantu
pernapasan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : suara napas ronchi
pada kedua lapang paru
TTV:
N : 80 x/menit pada radialis
kiri, irama teratur, kualitas
pulsasi terasa keras
RR : 32 x/menit
S : 36ᵒc/ axila
Klien 1
DS : Orang tua pasien Bersihan jalan napas tidak Peningkatan Produksi Sputum
mengatakan anaknya panas efektif
naik turun ( suhu : 38◦c),
kering, kembung, mual, selama
1 bulan di rumah, batuk pilek
dan dahak susah untuk
dikeluarkan.
DO : Keadaan / penampilan
umum : tampak lemah
Paru – paru
Inspeksi : tampak simteris ada
penggunaan otot bantu
pernapasan.
53
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : suara napas ronchi
pada kedua lapang paru
TD : 100/70 mmHg
N : 80 x/menit pada radialis
kiri,irama teratur, kualitas
pulsasi terasa keras
RR : 30 x/menit
S : 36ᵒc/ axila
54
Bersihan jalan napas tidak 1. Auskultasi area paru, catat 1. Penurunan aliran udarah terjadi
efektif, dapat berhubungan area penurunan / tak ada pada area konsulidasi dengan
dengan Peningkatan Produksi aliran udarah bunyi nafas, cairan, bunyi nafas bronchial
Sputum misalnya : krekeis, mengi. (normal pada bronchus ) dapat juga
terjadi pada area konsolidasi.
Krekels dan ronchi dan mengi
terdengar pada inspirasi dan atau
ekspirasipada respon terhadap
pengumpulan cairan,secret kental
dan spasme jalan nafas obstruksi
4.1.6 Implementasi
55
Produksi Hasil : terdengar Hasil : terdengar bunyi Hasil : terdengar
Sputum bunyi ronchi ronchi bunyi ronchi
Klien 2
Diagnosa Hari/tanggal Hari/tanggal Hari/tanggal
keperawata Kamis, 31 Maret 2016 Jumat, 01 April 2016 Sabtu, 02 April 2016
n
Implementasi Implementasi Implementasi
Jam Tindakan Jam Tindakan Jam Tindakan
Bersihan 08.00 Mengukur TTV 08.00 Mengukur TTV 08.00 Mengukur TTV
jalan napas TD : 100/70 mmHg TD : 100/70 mmHg TD : 100/70 mmHg
tidak efektif, N : 80 x/menit N : 80 x/menit N : 80 x/menit
dapat RR : 30 x/menit RR : 30 x/menit RR : 30 x/menit
berhubungan S : 36ᵒC/ axila S : 36ᵒC/ axila S : 36ᵒC/ axila
dengan
Peningkatan Mengauskultasi area Mengauskultasi area Mengauskultasi
08.15 08.15 08.15
Produksi paru paru area paru
Sputum Hasil : terdengar Hasil : terdengar bunyi Hasil : terdengar
bunyi ronchi ronchi bunyi ronchi
56
obat Paracetamol 250 13.00 mg/oral
13.00 mg/oral Melayani
Mengukur TTV pemberian obat
Mengukur TTV TD : 100/70 mmHg 13.00 Paracetamol 250
TD : 100/70 mmHg 13.45 N : 84 x/menit mg/oral
13.45 N : 84 x/menit RR : 32 x/menit
RR : 32 x/menit S : 36,5ᵒC/ axila Mengukur TTV
S : 36,5ᵒC/ axila TD : 100/70 mmHg
N : 84 x/menit
13.45
RR : 32 x/menit
S : 36,5ᵒC/ axila
4.1.7 Evaluasi
4.2 Pembahasan
nyata.
4.2.1 Pengkajian
1. Kebutuhan oksigenasi
57
Pengkajian pada kasus nyata didapatkan klien 1 dan 2
penurunan BB.
58
4. Pemenuhan kebutuhan eliminasi
2001).
59
Masalah ( problem) keperawatan merupakan pernyataan
60
sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia dan
4.2.3 Perencanaan
4.2.4 Implementasi
61
4.2.5 Evaluasi
62
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengkajian
5.1.3 Perencanaan
Intervensi keperawatan dibuat merujuk dari sumber
buku yaitu Doengoes, dimana intervensi yang diambil
63
ditujukan untuk kedua klien, dan intervensi dari kedua
klien tersebut sama.
5.1.4 Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan
berdasarkan pada intervensi yang telah dibuat.
5.1.5 Evaluasi
Evaluasi yang didapat dari hasil implementasi
terhadap kedua klien tersebut belum mencapai tujuan
dan kriteria hasil yang diharapkan dalam intervensi.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi
Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat
melengkapi buku – buku sumber
64
Diharapkan dapat memberikan masukkan dalam
upayapencegahan dan penatalaksanaan
65