Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bronkopneumonia adalah radang pada paru-paru yang mengenai satu atau

beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrasi,

dapat teraturdalam satu atau lebih didalam bronkus dan meluas sampai ke area

parenkim paru (Erika, dkk, 2009:278). Terjadinya bronkopneumonia bermula dari

adanya peradangan paru yang terjadi pada jaringan paru atau alveoli yang

biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa

hari. Penyakit ini di sebabkan adanya bakteri, virus, jamur dan benda asing

(Sujono dan Suharsono, 2010:63).).

Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat Angka kejadian

bronkopneumonia sebanyak 1 juta kasus penyakit pernapasan yang mematikan

kebanyakan terjadi di negara berkembang seperti Afrika, Asia. India dan

Indonesia. Bronkopneumonia merupakan penyakit infeksi yang banyak

menyerang bayi dan anak balita. Menurut laporan WHO sekitar 800.000 hingga 1

juta orang meninggal dunia tiap tahun akibat Bronkopneumonia. Di Indonesia

bronkopneumonia merupakan angka kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler

dan TBC. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian.

Kasus bronkopneumonia ditemukan paling banyak menyeran anak balita.

Kejadian bronkopneumonia pada anak di Indonesia berkisar antara 10-15 persen

pertahun. Perkiran angka kematian bronkopneumonia secara nasional ialah 6 per

1.000 anak atau berkisar 150.000 balita per tahun. Pada tahun 2012 ( lembaga
internasinaol Ausrtalia Aid ) mencatat 791 kasus kematian balita dan hingga juli

2013 angka kematian balita di NTT telah mencapai 431 kasus. Data infeksi

bronkopneumonia dari RSUD Mgr. Gabriel Manek Atambua, dalam tiga tahun

terakhir ini tercatat jumlah penderita bronkopneumonia sebanyak 459kasus

dengan perincian: Tahun 2012 sebanyak 212 kasus, laki-laki 116 kasus,

perempuan 96 kasus, meninggal 11 kasus. Tahun 2013 sebanyak 102 kasus, laki-

laki 59 kasus, perempuan 43 kasus. Tahun 2014 (Januari- Juni) sebanyak 145

kasus, laki-laki 82 kasus, perempuan 63 kasus, meninggal 14 kasus.

Dampak yang sering muncul pada penderita bronkopneumonia apabila tidak di

tangani secara dini makaakan berupaempiema, otitis media akut, dan juga

komplikasi lain seperti atelektasis, emfisema, dan meningitis(Ngastiyah,

2005:59).

Upaya penanganan pada anak dengan bronkopneumonia di mulai dengan upaya


1
pencegahan berupapemberian penyuluhan terutama ditujukan untuk mencegah

terjadinya penyakit pneumonia atau dengan memberikan pengertian jika anak

batuk, pilek, disertai demam sudah dua hari dan tidak ada perbaikan agar segera

dibawah ketempat pelayanan kesehatan terdekat, sedangkan pada bayi dan anak

kecil yang keadaan umumnya lemah, Misalnya semalam bayi atau anak diare,

sering batuk, jangan dibawa keluar malam(Erika dkk, 2009 : 232).Sedangkan

penatalaksanaan medek yaitu : penisilin 50.000 u/kg BB /hari, pemberian oksigen

dan cairan intravena( Ngastiyah,2005 :58).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk memberikan“Asuhan

Keperawatan klien yang mengalamiBronkopneumonia dengan ketidakefektifan

bersihan jalan napasDi Ruang Anak RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD Atambua”.

2
1.2 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas masalah studi kasus ini dibatasi pada “ Asuhan

keperawatan klien yang mengalami Bronkopneumonia dengan ketidakefektifan

bersihan jalan napasdi Ruang Anak RSUD Mgr.Gabriel Manek SVD, Atambua?

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien yang mengalami bronkopneumonia

dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di Ruang Anak RSUD Mgr.Gabriel

Manek SVD.Atambua

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1Tujuan Umum

Penulis dapat melaksanakan Asuhan keperawatan pada klien yang

mengalami Bronkopneumonia dengan ketidakefektifan bersihan jalan

napas di Ruang Anak RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD, Atambua.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien yang mengalami

Bronkopneumonia dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di

Ruang Anak RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD Atambua melalui

metode pendekatan proses keperawatan.

2) Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang

mengalami Bronkopneumonia dengan ketidakefektifan bersihan jalan

napas di Ruang Anak RSUD Mgr. Gabriel Manek SVD, Atambua

melalui metode pendekatan proses keperawatan.

3
3) Penulis mampumenyusun rencana tindakan keperawatan pada klien

yang mengalami Bronkopneumonia dengan ketidakefektifan bersihan

jalan napas di Ruanganak RSUD Mgr. Gabriel Manek SVD, Atambua

melalui metode pendekatan proses keperawatan

4) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang

mengalami Bronkopneumonia dengan ketidakefektifan bersihan jalan

napas di Ruang anak RSUD Mgr. Gabriel Manek SVD, Atambua

melalui metode pendekatan proses keperawatan

5)Penulis mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien yang

mengalami Bronkopneumonia dengan ketidakefektifan bersihan jalan

napas di Ruang anak RSUD Mgr. Gabriel Manek SVD, Atambua

melalui metode pendekatan proses keperawatan

6)Penulis mampu melakukan pendokumentasian pada klien yang

mengalami Bronkopneumonia dengan ketidakefektifan bersihan jalan

napas di Ruang anak RSUD Mgr. Gabriel Manek SVD, Atambua

melalui metode pendekatan proses keperawatan

1.5 Manfaat

1.5.1 Teoritis

Dapat meningkatkan pemahaman tentang konsep Bronkopneumonia dan

penaganannya

1.5.2 Praktis

1) Bagi Perawat

4
Untuk mengembangkan pola pikir dan mengembangkan ketrampilan

dalam melakukan pemberian asuhan keperawatan klien yang

mengalami bronkopneumonia dengan ketidakefetifan bersihan jalan

napas.

2) Bagi Rumah Sakit

Sebagai salah satu bahan untuk mengevaluasi tindakan keperawatan

pada klien yang mengalami bronkopneumonia dengan ketidakefektifan

bersihan jalan napas.

3) Bagi Institusi

Sebagai gambaran mahasiswa dalam melakukanAsuhan keperawatan

pada pasienbronkopnemonia denganketidakefektifan bersihan jalan

napas meliuti pengkajian, diagnosa, Intervensi, implementasi dan

evaluasi.

4) Bagi pasien

Agar pasien dapat mengetahui tentang penyakit

bronkopneumonia dan cara penanganannya.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi Pernapasan ( Sumber : Srdol. Amicucciemazone.com)

sistem pernapasan dibagi menjadi :

1. Saluran Pernapasan Atas (Upper Respiratory Airway)

2. Saluran Pernapasan bawah ((Lower Airway)

2.1.1 Saluran napas bagian atas (Upper Respiratory Airway)

Organ –organ saluran pernapasan bagian atas terdiri dari :

1. Hidung

6
Hidung dibentuk oleh tulang dan kartilago. Bagian yang kecil dibentuk oleh

tulang, sisanya terdiri atas kartilago dan jaringan ikat (connective tissue).

Bagian dalam hidung merupakan suatu lubang yang dipisahkan menjadi

lubang kiri dan kanan oleh septum. Rongga hidung mengandung rambut

(fimbriae) yang berfungsi sebagai filter/atau penyaring kasar terhadap benda

asing yang masuk. Pada mukosa hidung terdapat epitel bersilia yang

mengandung sel goblet dimana sel tersebut mengeluarkan lendir sehingga

dapat menangkap benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Fungsi

hidung secara umum adalah sebagai jalan napas, pengatur udara, pengatur

kelembapan udara (humidifikasi), pengatur suhu, sebagai pelindung dan

penyaring udara, sebagai indra pencium dan sebagai resonator suara.

2. Sinus Paranalis

Sinus paranalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala. Dinamakan

sesuai dengan tulang dimana dia berada terdiri atas sinus frontalis, sinus

etmoidalis, sinus spenoidalis, dan sinus maksilaris. Fungsi dari sinus adalah

membantu menghangatkan dan humidifikasi, meringankan berat tulang

tengkorak, serta mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi.

3. Faring

Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (± 13 cm) yang berjalan

dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus pada

ketinggian tulang rawan (kartilago) krikoid. Faring digunakan pada saat

menelan (digestion) seperti juga pada saat bernapas.

4.Laring

7
Laring biasa disebut denganvoice box. Dibentuk oleh struktur ephitalium-lined

yang berhubungan dengan faring (di atas) dan trakea (di bawah). Lokainya

berada di anterior tulang vertebra ke-4 dan ke-6. Bagian atas dari esofagus

berada di posterior laring. Fungsi utama dari laring adalah untuk vocalization,

selain itu juga berfungsi sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda asing

dan memfasilitasi batuk.

2.1.2 Saluran pernapasan bagian bawah (Lower Airway)

Ditinjau dari fungsinya secara umum, saluran pernapasan bagian bawah

terbagi menjadi dua komponen, yaitu sebagai berikut :

1. Saluran udara konduktif.

Sering disebut sebagai percabangan trakeobronkialis, terdiri atas trakea,

bronki, dan bronkioli.

2. Satuan respiratorius terminal (kadang kala disebut dengan acini). Yaitu

saluran udara konduktif, fungsi utamanya sebagai penyalur (konduksi) gas

masuk dan keluar dari satuan respiratorius terminal, yang merupakan

tempat pertukaran gas yang sesungguhnya. Alveoli merupakan bagian dari

satuan respiratorius terminal.

Organ saluran pernapasan bagian bawah terdiri dari :

1. Trakea

Trakea merupakan perpanjangan dari laring pada ketinggian tulang vertebra

torakal ke-7 yang mana becabang menjadi dua bronkus (primary bronchus).

Ujung dari cabang trakea biasa di sebut carina. Trakea ini sangat fleksibel

dan berotot, panjangnya 12 cm dengan C-shaped cincin kartilago. Pada garis

8
ini mengandung pseudostratified ciliated columnar epithelium yang

mengandung banyak sel goblet (sekresi mukus).

2. Bronkus dan Bronkiolus

Cabang kanan bronkus lebih pendek dan lebih lebar serta cenderung lebih

vertikal dari pada cabang yang kiri. Oleh karena itu, benda asing lebih

mudah masuk ke dalam cabang sebelah kanan daripada cabang bronkus

sebelah kiri. Segmen dan subsegmental bronkus bercabang lagi dan

membentuk seperti ranting yang masuk ke setiap paru-paru. Bronkus ini

disusun oleh jaringan kartilago. Struktur ini berbeda dengan dengan

bronkiolus yang berakhir di alveoli.

3. Alveoli

Alveoli merupakan bagian yang tidak mengandung kartilago. Oleh karena

itu, alveoli memiliki kemampuan untuk menangkap udara dan dapat kolaps.

Parenkim paru merupakan area kerja dari jaringan paru, dimana pada

daerah tersebut mengandung berjuta-juta unit alveolar. Alveoli bentuknya

sangat kecil. Alveoli merupakan kantong udara pada akhir bronkiolus

respiratorius yang memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen dan

karbondioksida. Seluruh unit alveolar (zona respirasi) terdiri atas

bronkiolus, duktus alveolar, dan kantong alveoli (alveolar sacs).

Diperkirakan terdapat 24 juta alveoli pada bayi baru lahir. Pada saat

seseorang menginjak usia 8 tahun, jumlahnya bertambah seperti usia

dewasa, yaiti 300 juta. Setiap unit alveolar menyuplai 9-11 prepulmonaridan

pulmonari kapiler. Fungsi utama alveolar adalah pertukaran oksigen dan

karbon dioksida di antara kapiler pulmoner dan alveoli

9
4. Paru-paru

Paru-paru terletak pada rongga thorak, berbentuk kerucut dengan apeks

berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya pada diafragma. Paru-paru

kanan mempunyai tiga lobus, sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua

lobus. Kelima lobus ini merupakan lobus yang terlihat, setiap paru-paru

dapat dibagi lagi menjadi beberapa sub-bagian menjadi sekitar sepuluh unit

terkecil yang disebut bronkopulmonari segmen.kedua paru-paru dipisahkan

oleh ruang yang disebut mediastinum. Jantung, aorta, vena cava, pembuluh

paru-paru, esofagus, bagian dari trakea, bronkus, dan kelenjar timus terdapat

di mediastinum ini.

5. Torak, Diafragma, dan Pleur

Rongga torak berfungsi melindungi paru-paru, jantung dan pembuluh darah

besar. Bagian luar rongga torak terdiri atas dua belas (12) pasang tulang iga

(kosta). Pada bagian atas torak di daerah leher terdapat dua otot tambahan

inspirasi yaitu skaleneus dan sternokleidomastoideus. Otot skaleneus

menaikkan tulang iga ke-1 dan ke-2 selama inspirasi untuk memperluas

rongga dada atas dan menstabilkan dinding dada. Otot

sternokleidomastoideus mengangkat sternum. Otot parasternal, trapezius,

10
dan pektoralis juga merupakan otot tambahan inspirasi yang berguna untuk

meningkatkan kerja napas.Diafragma terletak di bawah rongga torak. Pada

keadaan relaksasi, diafragma ini berbenuk kubah. Pengaturan saraf

diafragma (nervus frenikus) terdapat pada tulang belakang (spinal cord) di

servikal ke-3 (C-3). Oleh karena itu, jika terjadi kecelakaan pada saraf C-3,

maka akan menyebabkan gangguan ventilasi.

Pleura merupakan membran serosa yang menyelimuti paru. Terdapat dua

macam pleura, yaitu pleura parietal yang melapisi rongga torak dan dan

pleura viseral yang menutupi setiap paru-paru. Di antara kedua pleura

tersebut terdapat cairan pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan

kedua permukaan tersebut bergesekan satu sama lain selama respirasi, dan

mencegah pemisahan torak dan paru-paru. Tekanan dalam rongga pleura

lebih rendah dari tekanan atmosfir sehinggah mencegah terjadinya kolaps

paru. Jika pleura bermasalah seperti mengalami peradangan, maka udara

atau cairan dapat masuk ke dalam rongga pleura. Hal tersebut dapat

menyebabkan paru-paru tertekan dan kolaps (Somatri, 2009 :3-9).

2.1.4 Konsep Oksigenasi

1. Pengertian oksigenasi

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang

digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan

hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel.

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi

1. Saraf otonomik

11
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonomikdapat

mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan kontriksi, hal ini dapat

terlihat simpatis maupun parasimpatis.

2. Hormon dan obat

Semua hormon termasuk derivat catecholamine dapat melebarkan

saluran pernapasan.

3. Alergi pada saluran napas

Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain debu yang

terdapat dalam hawa pernapasan, bulu binatang, serbuk benang sari

bunga, kapuk, makanan dan lain – lain.

4. Perkembangan

Tahap perkembagan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan

oksigen, karna usia organ dalam tubuh berkembang seiring usia

perkembangan.

5. Lingkungan

Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kubutuhan oksigen, seperti

faktor elergi, ketinggian tanah, dan suhu kondisi tersebut

memengarihi kemampuam adaptasi.

6. Perilaku

Faktor perilaku yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi

adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan ( status nutrisi ).

3. Masalah kebutuhan oksigenasi

1. Hipoksia

12
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan

oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan

penggunaan oksigen dalam tingkat sel, di tandai dengan adanya warna

kebiruan pada kulit.

2. Perubahan pola pernapasan

1) Tachypnea

Merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi lebih dari 24 kali per

menit.

2) Bradypnea

Merupakan pola pernapasan yang lambat dan kurang dari 10 kali per

menit.

3) Hiperventilasi

Merupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah

oksigen dalam paru agar pernapsan lebih cepat dan dalam.

4) Kusmaul

Merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal.

5) Hipoventilasi

Merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan

cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar.

6) Dispnea

Merupakan perasaan sesak dan berat saat pernapasan.

7) Orthopnea

13
Merupakan kesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri

dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami

kongestif paru.

8) Cheyne stokes

Merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mula – mula naik,

turun, berhenti, kemudian mulai dari siklus baru.

9) Pernapasan paradoksial

Merupakan pernapasan yang di tandai dengan pergerakan dinding paru

yang berlawanan arah dari keadaan normal.

10) Biot

Merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes,

tetapi amplitudonya tidak teratur.

11) Stridor

Merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada

pernapasan.

3. Obstruksi jalan napas

Merupakan kondisi pernapasan yang tidak normal akibat ketidakmampuan

batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau

berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, stasis sekresi, dan batuk

tidak efektif karena penyakit persarafan seperti cerebro vasculer aacident

(CVA), efek pengobatan sedatif, dan lain – lain.

Tanda klinis :

1) Batuk tidak efektif

2) Tidak mampu mengeluarkan sekresi di jalan napas

14
3) Suara napas menunjukan adanya sumbatan

4) Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal

4. Pertukaran gas

Merupakan kondisi penurunan gas, baik oksigen maupun karbondioksida

antar alveoli paru dam sistem vaskuler, dapat disebabkan oleh sekresi yang

kental atau imobilisasi akibat penyakit sistim saraf, depresi susunan saraf

pusat, atau penyakit radang pada paru.

Tanda klinis :

1) Disnea pada usaha napas

2) Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang

3) Agitasi

4) Lelah dan letargi

5) Meningkatkan tahanan vaskuler paru

6) Menurunnya saturasi oksigen, meningkatnya pCO2.(Hidayat, 2012, 2 -

12)

2.2 Konsep Dasar Brokopneumonia

2.2.1 Pengertian

a. Bronkopneumonia adalah infiltrat yang tersebar pada kedua belahan

paru. Dimulai pada bronkiolus terminalis, yang menjadi tersumbat oleh

eksudat mukopurulen yang disebut juga “ Lobular Pneumonia “ (Riyadi

dan Suharsono, 2010:63).

b. Bronkopneumonia adalah radang pada paru-paru yang mengenai

satu/beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-

15
bercak infiltrasi, dapat teraturdalam satu atau lebih didalam bronkus dan

meluas sampai ke area parenkim paru (Erika, dkk, 2009:278).

c. Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru yang

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang

ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat

dan dangkal, muntah, diare, batuk kering dan produktif (Hidayat,

2008:80).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa bronkopneumonia adalah radang pada paru-paru

yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang disebabkan

oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing yang ditandai dengan

gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal,

muntah, diare serta batuk kering dan batuk produktif .

2.2.2 Penyebab

1. Bakteri

a) Neumococcus misalnya penyebab utama pneumonia pada anak

disebabkan oleh pneumococcus tipe 14, 1, 6 dan 9.

b) Streptococcus; merupakan komplikasi penyakit virus lain seperti

morbili, varicella, pertusis dan pneumonia.

c) Hasil gram positif seperti H. Influenza, tuberculosa.

2. Virus

Virus “respiratory sinctial”, virus invluenza, virus cytomegali.

3. Aspirasi

16
Aspirasi makanan, benda asing, kerosin (minyak tanah) dan cairan

amnion

4. Pneumonia hipostatik.

Disebabkan tidur terlentang terlalu lama, misalnya pada anak dengan

kesadaran menurun

5. Jamur

Candida albicans, histoplamosis capsulatum, blastomicus,

kalsidomikosis dan actinomicosis.

6. Sindrom loeffer

Pada foto rontgen terdapat infiltrat yang didapat dari satu lobus lan

yang sebenarnya infiltrat eosinofil. (Erika, dkk, 2009:279).

2.2.3 Klasifikasi Bronkopneumonia

Klasifikasi Bronkopneumonia menurut Erika, dkk, 2009:279).Meliputi

1. Pneumonia lobaris mencakup satu lebih dari satu lobus

2. Bronkopneumonia bronkhiolus inflamasi yang sebenarnya secret

mukopurelent yang berkonsolidasi dengan lobus yang terdekat.

3. Pneumonia interstisial proses inflmasi dapat terjadi di dinding alveolar

dan jaringan peribronkhial serta interlobaris.

2.2.4 Patofisiologi

Kuman penyebab bronkopneumonia masuk kedalam jaringan paru-sparu

melalui saluran pernapasan atas ke bronkiolus, kemudian kuman masuk ke

dalam alveolus ke alveolus lainnya melalui poros kohn, sehingga terjadi

peradangan pada dinding bronkus atau bronkiolus dan alveolus sekitarnya.

17
Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang menyebar

secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus. Menurut Sylvia Anderson

Pearce 1995 dalam Sujono dan Suharsono proses peradangan ini dapat

dibagi dalam empat (4) tahap, antara lain :

1. Stadium kongesti (4-12 jam)

Lobus yang meradang tampak warna kemerahan, membengkak, pada

perabaan banyak mengandung cairan, pada irisan keluar cairan

kemerahan (eksudat masuk kedalam alveoli melalui pembuluh darah

yang berdilatasi)

2. Stadium hepatitis (48 jam berikutnya)

Lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel darah merah

fibrinosa, lecocit polimorfomuklear mengisi alveoli (pleura yang

berdekatan mengandung eksudat fibrinosa kekuningan).

3. Stadium hepatitis kelabu (3-8 hari).

Paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi

konsolidasi di dalam alveolus yang terserang dan eksudat yang ada pada

pleura masih ada bahkan dapat berubah menjadi pus.

4. Stadium resolusi (7-11 hari)

Eksudat mengalami lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehinggah

jaringan kembali pada struktur semua. (Riyadi dan Suharsono, 2010 : 63)

2.2.5 Manifestasi klinik

Bronkopneumonia biasanya di dahului oleh infeksi traktus respiratorius

bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak

18
sampai 39 -40 derajat celcius dan kadang disertai kejang karna demam

yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal

disertai pernapasan cuping hidung serta sianosis selkitar hidung dan mulut.

Kadang – kadang disertai muntah dan diare . Batuk biasanya tidak

temukan pada permulaan penyakit tetapin setelah beberapa hari mula –

mula kering kemudian menjadi produktif.

Pada stadoium permulaan sulit di buat diagnosis dengan pemeriksaan fisik

tetapi dengan adanya napas dangkal dan cepat, pernapsan cuping hidung

dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat di di duga adanya pneumonia

hasil pemeriksaan fisik tergantung dari pada luas daerah aukultasi yang

terkena pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi

mungkin hanya terdengar rongki basah nyaring halus atau sedang. Bila

sarang bronkopneumonoa menjadi satu (konfluensi) mungkin pada perkusi

terdengar kerudupan dan suara pernapasan pada auskultasi terdengar

mengeras. Pada stadium resolusi, rongki terdengar lagi.

2.2.6 Komplikasi

komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, otitis media akut, mungkin

juga komplikasi lain yang dekat seperti atelektasis, empisiema atau

komplikasi jauh seperti meningitis. Komplikasi tidak terjadi bila diberikan

antibiotik secara tepat,( Ngastiyah : 2005 :58 )

2.2.7 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan routgen

19
Pemeriksaan ini di dapat menunjukan kelainan sebelum hal ini dapat

ditemukan secara pemeriksaan fisik. Pada bronkopneumonia bercak

infiltrat didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Pada pnemonia

lobaris terlihat adanaya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. Foto

rotgent dapat juga menunjukan adanya komplikasi pada satu atau

beberapa lobus. Foto rotgent dapat juga menunjukan adanya komplikasi

seperti pluritis, abses paru, perikarditis, dan lain – lain.

2. Pemeriksaan laboratorium

Gambaran darah tepi menunjukan leukositosis, dapat mencapai 15.000-

40.000/mm3 dengan pergeseran kekiri. Kuman penyebab dapat dibiak

dari usapan tenggorak,dan mungkin juga dari darah.urin biasanya

berwarna lebih tua, mungkin dapat albuminuria ringan karena suhu

yang naik dan sedikit torak hialin. Analisis gas darah arteri dapat

menunjukkan asidosis metabolic dengan atau tanpa retensi CO.

( Ngastiyah, 2005 : 59).

2.2.8 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medik

a) Penisilamin 50.000 U/ kg BB/ Hari di tambah dengan kloramfenicol

50-70 mg/ kg BB/ Hari atau di berikan antibiotik yang mempunyai

spektrum laus seperti ampisilin pengobatan ini di teruskan sampai

bebas demam 4-5 hari.

20
b) Pemberian oksigen dan cairan intravena biasanya di perlukan

campuran glukosa 5% : NaCl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500

ml/botol infus.

c) Sebagian besar pasien jatuh ke dalam dosis metabolik akibat kurang

makan dan hipoksia maka dapat di berikan koreksi sesuai dengan

hasil analisa gas darah arteri.

d) Pasien dengan bronkopneumonia ringan tidak perlu rawat di rumah

sakit

2. Penatalaksanaan keperawatan

Sering kali pasien pneumonia yang dirawat di rumah sakit sudah lama

keadaan parah, sangat dispnea, pernapasan cuping hidung, sianosis, dan

gelisah.

Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah :

a. Menjaga kelancaran pernapasan

b. Pasien pneumonia berada dalam keadaan dispnea dan sianosis

karena adanya radang paru dan banyaknya lendir dalam bronkus atau

paru. Agar pasien dapat bernapas secara lancar lendir tersebut harus

dikeluarkan dan memenuhi kebutuhan O2 perlu dibantu dengan

memberikan O2 2 L/menit secara rumat. Pada anak yang agak besar

berikan sikap baring setengah duduk, longgarkan pakaian yang

menyekat seperti ikat pinggang, kaos baju yang agak sempit.

Ajarkan agar bila ia batuk lendirnya dikeluarkan dan katakan kalau

lendir tersebut tidak dikeluarkan sesak napasnya tidak akan segera

hilang (disediakan kertas tisu dan tempat penampung). Beritahu

21
kepada anak agar ia tidak selalu berbaring ke arah dada yang sakit,

boleh duduk atau miring ke bagian dada yang lain.

c. Pada bayi, baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan

memberikan ganjal di bawah bahunya. Bukalah pakaian yang ketat

seperti gurita, atau celana yang ada karetnya. Isaplah lendirnya dan

berikan O2 secara rumat sampai 2 L/menit. Pengisapan lendir harus

sering, yaitu pada saat terlihat lendir di dalam mulut, pada waktu

akan memberi minum, mengubah sikap baring, atau tindakan lain.

Perhatikan dengan cermat pemberian infus, perhatikan apakah infus

lancar.

d. Kebutuhan istirahat

Pasien pneumonia adalah pasien payah, suhu tubuhnya tinggi, sering

hiperpireksia, maka pasien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan

pasien harus ditolong di tempat tidur. Usahakan pemberian obat

secara tepat. Pengambilan bahan pemeriksaan atau pemberian

suntikan jangan dilakukan waktu pasien sedang tidur, usahakan

keadaan tenang dan nyaman.

e. Kebutuhan nutrisi atau cairan

Pasien pneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan yang

kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan

cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah

dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infus dengan cairan

glukosa 5 % dan NaCl 0,9 % dalam perbandingan 3:1 ditambahkan

KCl 10 mLq/500 ml/botol infus. Apabila sesak napas telah

22
berkurang pasien diberikan makanan lunak dan susu. Bujuklah agar

anak mau makan, dan waktu menyuapi harus sabar karena keadaan

sesak menyebabkan pasien cepat lelah waktu mengunyah.

Pada bayi yang masih minum ASI, bila tidak terlalu sesak ia boleh

menetek selain memperoleh infus. Beritahukan ibunya agar pada

waktu bayi menetek puting susunya harus sering – sering

dikeluarkan untuk memberikan kesempatan bayi bernapas. Bila bayi

masih belum mau mengisap, ASI harus dipompa, dan diberikan pake

sendok. Jika bayi minum susu formula juga harus diberikan dengan

sendok. Bila keadaan membaik dapat dicoba dengan dot, dan dot

harus sering dicabut. Berikan susu 1 botol 2-3 kali dengan istirahat

1/4 jam karena jika tidak, pasien akan kelelahan. Bila terpaksa

memberikan susu per sonde juga harus dibagi 2-3 kali karena jika

lambung mendadak penuh menyebabkan sesak napas.

f. Mengontrol suhu tubuh

Pasien pneumonia sewaktu – waktu dapat mengalami hiperpireksia.

Untuk itu maka suhu harus dikontrol setiap jam selain diusahakan

untuk menurunkan suhu dengan memberikan kompres dingin dan

obat – obatan. Satu jam setelah dikompres dicek kembali apakah

suhu telah turun.

g. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa aman dan nyaman

Komplikasi yang terjadi terutama disebabkan oleh lendir yang tidak

dapat dikeluarkan sehingga terjadi atelektasis atau bronkiektasis.

Untuk menghindarkan terjadinya lendir yang menetap maka sikap

23
baring pasien, terutama, harus diubah posisinya setiap 2 jam dan

pengisapan lendir sering dilakukan. Setiap mengubah sikap lakukan

sambil menepuk – nepuk punggung pasien kemudian jika terlihat

lendirnya meleleh segera diisap.Bila lendir tetap banyak dapat

dilakukan fisioterapi dengan drainase postural. Caranya, bayi

dibaringkan tengkurap, di depannya letakkan handuk sebagai alas,

dibawah perutnya diganjal guling sehingga posisi kepala lebih

rendah. Lakukan tepukan dengan kedua tangan yang dicekukkan di

punggung bayi secara ritmik sambil sering diisap lendirnya dari

hidung dan mulut. Lama tindakan ini 5-10 menit dan dapat

dilakukan pagi dan sore. Jika lendir sudah berkurang maka

fisioterapi dapat dilakukan sekali sehari, biasanya pagi saja.

Mengenai gangguan rasa aman dan nyaman seperti pasien lain yang

dirawat di rumah sakit. Pemberian O2, pemeriksaan foto, dan

pemasangan infus bagi anak akan menimbulkan rasa takut dan tidak

menyenangkan. Hal ini hanya perlu pendekatan, jika ada orang

tuanya, jelaskan pada orang tuanya.

h. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit

Penyuluhan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya

pneumonia ialah dengan memberikan pengertian jika anak batuk

pilek disertai demam sudah dua hari tidak juga sembuh agar dibawa

berobat ke pelayanan kesehatan. Pada bayi dan anak kecil yang

keadaan umumnya lemah, misalnya baru sembuh dari penyakit diare

atau anak sering batuk pilek, jangan dibawa keluar pada malam hari

24
atau diberikan bermain di luar jika udara tidak baik karena hal

tersebut dapat menjadi penyebab pneumonia. Selain hal itu perlu

pemeliharaan kesehatan dan kebersihan lingkungan agar anak tetap

sehat (Ngastiyah, 2005 : 59-61).

2.3 Konsep Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas

2.3.1 Pengertian

Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas

untuk mempertahankan bersihan jalan napas.

2.3.2 Batasan Karakteristik

1. Tidak ada batuk

2. Suara napas tambahan

3. Perubahan frekuensi napas

4. Perubahan irama napas

5. Sianosis

6. Kesulitan berbicara

7. . Penurunan bunyi naps

8. . Dispnea

9. .Sputum dalam jumlah yang berlebihan

10. .Batuk yang tidak efektif

11. . Ortopnea

12. .Gelisah

13. .Mata terbuka lebar

25
2.3.3 Faktor Yang Berhubungan

1. Lingkungan

a. Perokok pasif

b. Mengisap asap

c. Merokok

2. Obstruksi jalan napas

a. Spasme jalan napas

b. Mukus dalam jumlah berlebihan

c. Eksudat dalam alveoli

d. Materi asing dalam jalan napas

e. Adanya jalan napas buatan

f. Sekresi yang tertahan / sisa sekresi

g. Sekresi dalam bronki

3. Fisiologis :

a. Jalan napas alergik

b. Asma

c. Penyakit paru obstruksi kronis

d. Hiperplasia dinding bronko

e. Infeks

f. Disfungsi neuromuskular

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

26
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep ditetapkan dalam

praktik keperawatan,terdiri atas lima tahap yaitu pengkajian, diagnosa,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien

(Nursalam, : 2008 : 29).

Menurut Erika, dkk, dan Astuti dan Rahmat, 2010:113) pengkajian

keperawatan pada bronkopneumonia meliputi :

1. Anamnesis : pilek, batuk, demam dan sesak napas

2. Sistem kardiovaskuler dan pernapasan : anak gelisah, dispnea,

pernapasan cepat dan dangkal, dapat timbul sianosis, batuk, bunyi

jantung 1 dan 11 redup pelebaran nasal, batuk produktif.

3. Gastrointestinal : diare terjadi kadang- kadang mual dan muntah,

turgor kulit jelek, bibir kering dan pecah-pecah Penurunan nafsu

makan, nyeri abdomen.

4. Muskuloskletal : otot dapat atropi, tonus otot menurun, pergerakan

terbatas.

5. Hematologik : TTV meningkat, keadaan umum gelisah, warna kulit

pucat.

6. Endokrin : TB dan BB seimbang

27
7. Renal : urin biasanya lebih tua, terdapat albuminuria ringan karena

peningkatan suhu tubuh.

8. Neurologi : Sakit kepala, iritabilitas, kesulitan tidur.

9. Pemeriksaan fisik : pernapasan cuping hidung, retraksi dinding dada,

dan menggunakan otot bantu pernapasan, demam, terdapat ronchi.

2.3.2 Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari

individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga

status kesehatan menurunkan, memba2.tasi, mencegah, dan mengubah

(Nursalam, 2001).

Diagnosa yang muncul pada klien dengan Bronkopneumonia antara

lain: ( Erika dkk.2009:283-290)

1. Bersihan jalan napas tidak efektif, dapat berhubungan dengan: inflamasi

traceabronchial, pembentukan edema, peningkatan sputum, penurunan

energi, kelemahan.

2. Pertukaran gas, kerusakan dapat dihubungkan dengan : perubahan

membran alveolar – kapiler (efek inflamasi), gangguan kapasitas

pembawa oksigern darah.

3. Resiko tinggi infeksi terhadap penyebaran, kemungkinan berhubungan

dengan : ketidak adekuatan pertahanan utama (penurunan kerja silia,

28
perlengketan sekret pernapasan), tidak adekuatnya pertahanan sekunder,

penyakit kronis, malnutrisi.

4.Intoleransi aktivitas kemungkinan berhubungan dengan ;

ketidakseimbangan antar suplai dan kebutyuhan oksigen, kerlemahan

umum, kelelahan.

5.Nutrisi kurang dari kebutuhan kemungkinan berhubungan dengan :

peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses

infeksi, anoreksia dan distensin abdomen atau gas.

6.Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan

kemungkinan berhubungan dengan : kurang terpajan, kesalahan

interpretasi.

2.3.3Perencanaan

Rencana keperawatan dapat diartikan sebagai suatu dokumen tulisan tangan dalam

menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi keperawatan.

Perencanaan bronkopneumonia menurut Erika, dkk( 2009 :283- 290).

1) Bersihan jalan nafas, tak efektif, yang berhubungan dengan :inflamasi

trakeabronchial:, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum,

penurunan energi, kelemahan.

Tujuan :menunjukkan prilaku mencapai bersihan jalan nafas

menunjukan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih

ada dispnea.

Tindakan / intervensi :

1) Auskultasi area paru, catat area penurunan / tak ada aliran udarah

bunyi nafas, misalnya : krekeis, mengi.

29
Rasional : penurunan aliran udarah terjadi pada area konsulidasi

dengan cairan, bunyi nafas bronchial ( normal pada bronchus )dapat

juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels dan ronchi dan mengi

terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasipada respon terhadap

pengumpulan cairan,secret kental dan spasme jalan nafas obstruksi

2) Bantu pasien latihan nafas sering. Tunjukkan / bantu pasien

mempelajari melekukan batuk, missal menekan dada dan batuk efektif

sementara posisi duduk tinggi.

Rasional : nafas dalam memudahkan ekspansi maksimun paru.

Paru/jalan nafas lebih kecil, batuk adalah mekanisme pembersihan

jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas

paten.

3) Pengisapan sesuai indikasi

Rasional : merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara

mekanik pada pasien yang tidak manpu melakukan kerena batuk

4) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari ( kecuali kontraindikasi).

Tawarkan air hangat dari pada dingin.

Rasional : cairan khususnya yang hangat memobilisasi dan

mengeluarkan sekre.

Kolaborasi :

5) Bantu mengawasi efek pengobatan

Rasional : memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret

6) Berokan obat sesuai indikasi, mukoliti, ekpentoran, bronchodilateral

dan analgesik.

30
Rasional : alat untuk menurnkan spasme bronchus dengan mobilitas

sekret. Analgesik untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan

ketidaknyamanan tapi harus digunakan secara hati – hati karena dapat

menekan pernafasan.

2)Infeksi, resiko tinggi terhadap penyebaran, kemungkinan berhubungan

dengan : ketidakadekuatan pertahan utama( penurunan kerja

silia,perlengketan sekret pernafasan ), tidak adekuatnya pertahan

sekunder , penyakit kronis, malnutrisi.

Tujuan : mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi,

mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko

infeksi.

Tindakan / Intervensi :

Mandiri :

1. Pantau tanda vital dengan ketat, khusus selama awal terapi.

Rasional : selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal dapat

terjadi .

2. Anjurkan pasien mempertahankan pengeluaran sekret dan melaporkan

perubahan warna, jumlah dan bau sekret.

Rasional : pengeluaran sputum amat penting, perubahan kerakteristik

sputum menunjukan perbaikan pneumonia atau terjadinya infeksi

sekunder.

3. Tunjukkan / dorong tehnik mencuci tangan yang baik’

Rasional : Efektif berarti menurunkan penyebaran / tambahan infeksi.

4. Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik .

31
sRasional : meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi .

5. Batasi pengunjung sesuai indikasi.

Rasional : menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain.

6. Lakukan isolasi pencegahan sesuai individual.

Rasional : mencegah proses penyebaran / melindungi pasie dari proses

infeksi lain

3) Pertukaran gas, kerusakan dapat dihubungkan dengan : perubahan

membran alveoar – kapiler ( efek inflamasi ) gangguan kapasitas

pembawa oksigen darah.

Tujuan : menunjuhkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan

dengan GDA dalam rentang normal dan takada gejalah

disterss pernafasan

Tindakan / intervensi :

1) Kaji frekwensi, kedalaman dan kemudahan bernafas .

Rasional : manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi

derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.

2) Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya

sianosis perifer ( kuku ) atau sianosis sentral.

Rasional : sianosis kuku menunjuhkan vasokontriksi atau respon

tubuh terhadap deman / menggigil .

3) Kaji status mental .

Rasional : gelisah, mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat

menunjuhkan hipoksemia / penurunan oksigenasi serebral.

4) Awasi suhu tubuh sesuai indikasi.

32
Rasional : deman tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik

dan kubutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi selular.

Kolaborasi :

5) Berikan terapi oksigen dengan benar.

Rasional : tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di

atas 60 mmHg.oksigen diberikan dengan metode yang memberikan

pengiriman tepat dalam tolelansi pasie.

4)Intoleransi aktivitas kemungkinan berhubungan denagan : ketidakseimbangan

antar suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum, kelelahan.

Tujuan : melaporkan atau menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktivitas

yang dapat di ukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan

berlebihan dan tanda vital dalam rentang normal.

Tindakan atau intervensi :

1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas

Rasional : menetapkan kemampuan dan kebutuhan pasien dan

memudahkan pilihan intervensi.

2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut

sesuai indikasi

Rasional : menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan

istirahat.

3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatandan perlu

keseimbangan aktivitas dan istirahat

Rasional : tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan

kebutuhan metabolik menghemat energi untuk penyembuhan

33
4. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur

Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala lebih tinggi

5)Nutrisi kurang dari kebutuhan kemungkinan berhubungan dengan : peningkatan

kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia,

distensi abdomen atau gas.

Tujuan : menunjukan peningkatan nafsu makan atau meningkatkan berat badan.

Tindakan atau intervensi :

1. Identifikasi faktor yang menyebabkan mual atau muntah misalnya : sputum

banyak, pengobatan aerosol, dispnea berat, nyeri.

Rasional : pilihan intervensi tergantung pada penyebaran masalah.

2. Berikan wadah tertutup .

Rasional : menghilangkan tanda bahaya, rasa bau dari lingkungan pasien

dan dapat menurunkan mual.

3. Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan

Rasional : menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan.

4. Auskultasi bunyi nafas, observasi atau palpasi distensi abdomen

Rasional : bunyi usus mungkin menurun atau tak ada bila proses infeksi

berat atau memenjang.

5. Berikan makan porsi kecil tapi sering termasuk makanan kering.

Rasional : tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan

mungkin lambat untuk kembali.

6. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar

Rasional : adanya kondisi kronis seperti PPOM atau keterbatasan keuangan

dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi.

34
6) Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan kemungkinan

berhubungan dengan : kurang terpejan , kesalahan interpretasi).

Tujuan : menyataka pemahaman kondisi, proses penyakit dan pengobatan,

melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program

pengobatan.

Tindakan / intervensi :

1) Kaji fungsi normal paru, patologi kondisi

Rasional : meningkatkan pemahaman situasi yang ada dan penting

menghubungkan dengan program pengobatan.

2) Diskusikan aspek ketidakmanpuan dari penyakit , lamanya penyembuhan,

dan harapan kesembuhan identifikasi perawatan diri dan kebutuhan /

sumber pemeliharaan rumah

Rasinol : informasi dapat menigkatkan koping dan menurunkan ansietas

dan masalah berlebihan. Gejala pernafasan mungkin lambat untuk

membaik , dan kelemahan dan kelelahan dapat menetap selama periode

yang panjang.

3) Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan / atau verbal

Rasional : kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemanpuan untuk

mengasimilasi informasi / mengikuti program medik.

4) Tekankan pentingnyamelanjutkan batuk efektif / latihan pernafasan .

Rasional :selama awal 6-8 minggusetelah pulang , pasien beresiko besar

untuk kambuh pneumoia.

35
5) Tekankan penting melanjutkan terapi antibiotik selama periode yang

dilanjutkan.

Rasinol : penghentian dini antibiotik dapat mengakibatkan iritasi mukosa

bronchus , dan menghambat makrofag, alveolar, mempengaruhi

pertahanan alami tubuh melawan infeksi

6) Monitor keefektifan terapik antimikrobial

Rasional : tandai dari perbaikan kondisi seharusnya timbul antara 24 – 48

jam.

2.3.4 Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik.

Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan

ditujuhkan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan

yang diharapkan. pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan

memfasilitasi koping(Nursalam, 2001:91).

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana

intervensi berapa jauh diagnosa keperawatan, rencana intervensi, dan

implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor

‘’ kealapan ‘’ yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan,

dan implementasis intervensi bertahap sesuai dengan kegiatan yang di

lakukan secara kontak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan

36
menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosa keperawatan

apakah rencana di teruskan sebagian, di teruskan dengan perubahan

intervensi, atau di hentikan (Nursalam, 2008 : 135).

2.3.6 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan tindakan yang sangat penting dan digunakan

sebagai pelaporan. Dokumentasi dilakukan. Alasan dilakukan

pendokumentasian yaitu responsibilitas dan akuntabilitas profesional dan

perlindungan hukum. Banyak bentuk pendokumentasian yang dapat

digunakan sebagai alat pendokumentasian, seperti catatan naratif dan

berorientasi pada masalah (SOAP). Pendokumentasian dapat dilakukan

secara berkualitas, yang sesuai dengan pedoman sebagai berikut : sesuai

fakta, akurat, lengkap, saat ini dan langsung dicatat, rahasia, serta

terorganisasi (Nursalam, 2008 : )

BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Desain penulisan.

Desain yang di gunakan penulis dalam penelitian ini adalah studi

kasus yaitu studi yang mengeksplorasi suatu masalah atau fenomena

dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam

dan menyertakan berbagai sumber informasi. Studi kasus dibatasi oleh

37
waktu dan tempat, serta kasus yang di pelajari berupa peristiwa aktivitas

atau individu. Studi kasus ini adalah untuk mengeksplorasi masalah

asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Bronkopneumonia

dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas di Ruang anak

RSUD MGR. Gabriel Manek, SVD Atambua.

3.2 Batasan istilah.

. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa bronkopneumonia adalah radang pada paru-paru yang

mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang disebabkan oleh bakteri,

virus, jamur ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang

tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare serta batuk

kering dan batuk produktif .

3.3 Partisipan

Subyek yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah 2 klien (2

kasus) dengan masalah keperawatan dan diagnosa medis yang sama. Pada

penelitian ini partisipan yang digunakan adalah klien Bronkopneumonia

dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas di Ruang anak RSUD

Mgr Gabriel Manek , SVD Atambua.

3.4 Lokasi dan waktu penelitian.

38
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Ruang Anak RSUD Mgr.Gabriel

Manek, SVD Atambua dan waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan

Januari 2016.

3.5 Pengumpulan data.

Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang

digunakan:

1. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien, keluhan

utama, Riwayat penyakit sekarang-dahulu-keluarga dll). Sumber data

dari klien, keliuarga, perawat lainnya).

2. Observasi dan pemeriksaan fisik ( dalam pendekatan IPPA : Inspeksi ,

Palpasi, Perkusi, Auskultasi ) pada sistem tubuh klien.

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau informasi

yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan

validitas tinggi. Disamping integritas peneliti ( karena peneliti menjadi

instrumen utama), uji keabsahan data dilaksanakan dengan: 1)

Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan; dan 2) sumber informasi

tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu:

pasien, perawat dan Keluara klien yang berkaitan dengan masalah yang di

teliti.

3.7 Analisa Data

39
Analisa data di lakukan sejak penelitian di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data di

lakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan selanjutnya di tuangkan dalam opini

pembahasan. Teknik analisa yang digunakan dengan cara menarasikan

jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi

wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah

penelitian. Teknik analisa digunakan dengan cara observasi oleh peneliti

dengan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya di

interprestasikan oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan

untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.

1. Pengumpulan Data.

Data dikumpulkan dari hasil WOD (Wawancara, Observasi,

Dokumentasi), hasil ditulis dalam bentuk catatan, Lapangan, kemudian

disalin dalam bentuk transkrip (catatan terstruktur).

2. Mereduksi data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokan menjadi data

subyektif dan obyektif. Dianalisis berdasarkan pemeriksaan diagnostik

kemudian dibandingkan nilai normal.

3. penyajian data

penyaji data penyajian data dapat dilakukan dengan tabel , gambar,

bagan maupun teks neratif . Kerahasiaan dari klien dijamin dengan

jalan mengaburkan identitas dari klien.

40
4. Kesimpulan

Dari data yang di sajikan, kemudian data dibalas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan

prilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilanjutkan dengan metode

induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian,

dsiagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi.

3.8 Etik Penelitiaan

Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam

pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus

diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan

penelitian.

Setelah mendapat persetujuan barulah dilaksanakan penelitian dengan

memperhatikan etika–etikadalam melakukan penelitian yaitu:

1. Informed consent (persetujuan menjadi klien )

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan partisipan, dengan

memberikan lembar persetujuan (informed consent). Sebelum

melakukan penelitian, peneliti wajib memberikan penjelasan tentang

tujuan dan maksud dari penelitian ini, setelah klien (partisipan)

memahami dan menyetujui jadi partisipan, peneliti memberikan

lembaran informed consent, partisipan membaca lalu menanda

tangani.

2. Anonimity ( tanpa nama )

41
Merupakan etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat

ukur dan hanya menuliskan kode A untuk responden pertama dan B

untuk responden kedua pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang disajikan.

3. Confidentiality( kerahasiaan )

Merupakan etika dalam penelitian untuk menjamin kerahasiaan dari

hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya,

semua partisipan yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada

hasil penelitian.

42
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Rumah Sakit Umum MGR. Gabriel Manek, SVD Atambua

merupakan Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Kabupaten Belu yang

berada di jln. Dr. Soetomo No. 2 Atambua. RSUD MGR. Gabriel Manek,

SVD Atambua juga dapat menerima rujukan dari berbagai puskesmas

dan Rumah Sakit Swasta da Kabupaten Belu dan bahkan dari Rumah

sakit Kefamenanu. Ruang yang dimiliki RSUD MGR. Gabriel Manek,

SVD Atambua meliputi : UGD, Poli, Apotik, Rongsent, Laboratorium,

Fisioterapi, Gizi, Loundri, Kamar Mayat, UTD, Kamar Operasi, dan

ruang perawatan ( Bangsal Wanita, VIP, Anak, Laki I, Bedah, ICU,

Nifas, Perina, VK, dan Laki II). Bangsal Anak merupakan ruang

perawatan khusus untuk merawat anak.ruang ini cukup besar yang

mempunyai 12 kamar, 1 kamar perawat, 1 kamar ruang tindakan, dan 10

kamar ruang untuk merawat pasien, dan setiap kamar 4 tempat tidur

pasien dalam keadaan terbuka. Fasilitas yang dimiliki ruangan ini cukup

memadai bagi klien dan keluarga klien, meliputi : 1 buah tempat tidur

lengkap dengan seprei,bantal kepala dan sarung, 1 buah tiang infus, 1

buah kursi, dan 1 buah lemari.

43
4.1.2 Pengkajian

1. Identitas Klien

IDENTITAS KLIEN KLIEN 1 KLIEN 2


Namapasien An. P.A.B An. N. M
Umur 6 bulan 3 tahun
Jeniskelamin Laki-laki Laki-laki
Anakke 2 (dua) 1 (pertama)
Agama Katolik Katolik
Sukubangsa kemak/indonesia Kemak/indonesia
Alamat sadi Oeutu (sadi)
Tanggal MRS 29 -05- 2016/20.35 21 mei 2016
No register - 09 51 90
Diagnose medik Bronkopneumonia bronkopneumonia
Tanggalpengkajian 30-05 2016/14.05 21-05- 2016
Sumberinformasi Orang Tua Orang Tua

2. Identitas Penanggungjawab/Orang Tua

Identitas penanggung jawab Klien 1 Klien 2


Nama ayah Tn. A. B. M Tn. S. B. L
Pendidikan SD SD
Pekerjaan Tani Tani
Agama Katolik Katolik
Suku bangsa Kemak/indonesia Kemak indonesia
Alamat Sadi Oeutu (sadi)
Nama ibu Ny.P.N.B Ny. Anastasia
Pendidikan SD SD
Pekerjaan IRT IRT
Agama Katolik Katolik
Suku bangsa Kemak/ Indonesia Kemak/indonesia
Alamat Sadi Oeutu (Sadi)

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat Kesehatan Sekarang Klien 1 Klien 2


Keluhanutamasaatmasukrumahsakit Ibu pasien mengatakan Orang tua pasien mengatakan
anaknya batuk kering, panas anaknya panas naik turun,
sudah 3 (tiga) hari, keringatan, kembung, mual,
kembung, mual, muntah 1 x selama 1 bulan di rumah.
di rumah.
Keluhan saat dikaji Ibu pasien mengatakan Orang tua pasien mengatakan
anaknya panas sudah tiga anaknya panas naik turun
hari di rumah, batuk pilek, ( suhu : 38◦c), kering,
dan dahak susah untuk kembung, mual, selama 1
dikeluarkan, perut kembung, bulan di rumah, batuk pilek
mual, muntah 1 x di rumah, dan dahak susah untuk
dan gatal-gatal pada anus. dikeluarkan.

44
b. Riwayat Perjalanan Penyakit

Riwayat Perjalanan Klien 1 Klien 2


Penyakit
Riwayat perjalanan Orang tua mengatakan anaknya panas, Orang tua pasien mengatakan
penyakit batuk kering sampai muntah. Pernah anaknya panas naik turun,
berobat di puskesmas haikesak pada kejang,, kembung, mual dan
tanggal/jam 28-03-2016/07. 15, dan muntah, selama 1 bulan di rumah.
dapat obat paracetamol, ambroxol, Sempat berobat di puskesmas
vit.c. pada tanggal 29 panasnya terdekat, namun tidak ada
menurun dan batuk tetap. Tanggal 30 perubahan sehingga pasien
sore jam 14.00 panas tinggi kembali, dibawa ke poli pada tgl. 21 mei
batuk kering, perut kembung dan 2016/08.00 dan dilakukan
muntah 1 x. Melihat kondisi anak pemeriksaan dan observasi TTV
semakin parah orang tua langsung oleh dokter dengan Susu 38,5◦c
membawa anaknya ke UGD RSUD dan pengambilan darah untuk
Mgr. Gabriel Manek, SVD pada pemeriksaan laboratirium. Pukul
tanggal 30-05-2016 jam 16. 45, 08.35, hasil pemeriksaan klien
Langsung pemfis oleh dokter menderita penyakit
Bernadete, N: 120 x/m, S: 39,2◦c bronkopneumonia,kondisi pasien
RR:40 x/m, BB: 13 kg. Pengambialan semakin parah pasien langsung
darah vena untuk pemeriksaan lab dan dibawa ke ruang anak untuk
pemasangan IVFD RL 65 tpm/ makro pengobatan selanjutnya. Tiba di
s/d BAK kemudian lanjut 12 tpm, inj. ruangan 09.00. pasien langsung
Cefotaxim 3x520 mg/iv (skin test), dibawa ke ruang tindakan untuk
rexamethason loading 13 mg/iv, lanjut pemasangan IVFD D5 1/2 Ns 10
3x4 mg/iv, ondancentron 2,6 g/iv tpm, lanjut paracetamol 100
(ekstra), dan paracetamol syrup 3x1. mg/iv, injeksi ceftriaxon 150 mg /
Pukul 20. 40 pasien dibawa ke ruang IV, injeksi dexmetasone 1 mg /
anak untuk perawatan selanjutnya. IV, Kemudian pasien dibawa ke
kamar C1 untuk beristirahat

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat Kesehatan Klien 1 Klien 2


Dahulu
Penyakit yang pernah Orang Tua pasien mengatakan penyakit Orang tua pasien mengatakan
diderita dan yang sering diderita anak hanya batuk anak ada riwayat gizi buruk dan
pengobatannya pilek dan biasanya berobat di pernah inap dan berobat di
puskesmas. puskesmas haliwen.
Operasi Orang Tua mengatakan keluarga dalam Orang tua pasien mengatakan
rumahnya tidak ada yang dioperasi anak nya tidak ada riwayat
Alergi Orang tua Pasien mengatakan riwayat operasi.
alergi keluarga dalam rumah tidak ada Orang tua pasien mengatakan
anaknya alergi telur dan ikan

45
d. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Riwayat Kehamilan Klien 1 Klien 2


dan Persalinan
Prenatal Ibu pasien mengatakan selama Orang tua pasien mengatakan
hamil anak ke tiga ini 3 kali selama hamil untuk pemeriksaan,
pemeriksaan (USG) di dokter. orang tua anak tidak tahu berapa
Natal kali pemeriksaan.
Ibu pasien mengatakan waktu Orang tua pasien mengatakan
melahirkan anak ke tiga ini normal waktu melahirkan di puskesmas
Post natal di RSUD Mgr. Gabriel Manek, haliwen partus normal
SVD
Imunisasi Ibu pasien mengatakan anaknya Orang tua pasien mengatakan
mendapat ASI selama 6 bulan baru anaknya mendapat ASI hanya 4
ada makanan tambahan. bulan sudah diberi makanan
tambahan
Ibu pasien mengatakan anaknya Orang tua pasien mengatakan
mendapat imunisasi lengkap antara untuk imunisasi lengkap karena
lain: setiap bulan mengikuti posyandu.
HB 0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT/HB 1, Polio 2
3 bulan DPT/HB 2, Polio 3
4 bulan DPT/HB 3, Polio 4
9 bulan Campak

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat Kesehatan Klien 1 Klien 2


Keluarga
Kesehatan keluarga Orang Tua mengatakan riwayat Orang tua pasien mengatakan
kesehatan keluarga mereka baik kondisi kesehatan keluaga
dan sehat-sehat saja, orang tua sekarang, sang suami dari nenek
mengatakan anaknya baru yang sering sakit riwayat asam
pertama kali masuk rumah sakit. urat. Dan pasien sudah tiga kali
masuk rumah sakit.

Orang Tua mengatakan Orang Tua mengatakan komposisi


Komposisi keluarga
komposisi dalam rumah terdiri dalam rumah terdiri dari Ayah,
dari Ayah, ibu, dan 4 orang ibu, dan 3 orang anak
anak

Ibu pasien mengatakan orang tua pasien mengatakan


Lingkungan rumah dan lingkungan rumahnya bersih, lingkungan rumah bersih, selama
komunitas memiliki setiap fentilasi dan pasien sakit orang tua tidak
jendela di setiap kamar dan pernah membersihkan halaman
setiap pagi dan sore selalu rumah, alasan khawatir dengan
menyapu dan membersihkan kondisi anaknya
halaman rumah

Ibu pasien mengatakan fungsi Orang tua pasien mengatakan


Fungsi dan hubungan dalam anggota keluarganya tidak ada perilaku yang

46
keluarga: memiliki fungsi masing-masing, mempengaruhi kesehatan dalam
dan hubungan dalam keluarga rumah
baik-baik saja.
Ibu pasien mengatakan tidak Orang tua pasien mengatakan
Perilaku yang ada perilaku yang banyak perilaku yang
mempengaruhi kesehatan: mempengaruhi kesehatan dalam mempengaruhi kesehatan dalam
rumah hanya ayah dari pasien rumah punya kebiasaan merokok
yang memiliki kebiasaan
merokok.

f. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Riwayat Pertumbuhan dan Klien 1 Klien 2


Perkembangan
Pertumbuhan fisik:
Berat badan 13 kg 9,5 kg
Tinggi badan 109 cm 110 cm
Waktu pertama tumbuh gigi 8 bulan 7 bulan

g. Riwayat Pemberian Nutrisi

Riwayat Pemberian Nutrisi Klien 1 Klien 2

Pemberian ASI ataususu formula: Ibu pasien mengatakan selama Orang tua pasien
2 tahun anaknya mendapatkan mengatakan hanya 8 bulan
Pemberianmakanantambahan: ASI cucunya mendapat ASI
Ibu pasien mengatakan Orang tua pasien
makanan tambahan yang megatakan makan
diberikan yaitu bubur saring. tambahan yang diberikan
yaitu bubur

h. Riwayat Psikososial (Berisi Hubungan Dan Pola Interaksi Dalam


Keluarga Dan Masyarakat

Riwayat psikososial (Berisi Klien 1 Klien 2


hubungan dan pola interaksi
dalam keluarga dan
masyarakat
Riwayat psikososial (Berisi Ibu pasien mengatakan Orang tua pasien mengatakan
hubungan dan pola interaksi hubungan dan pola hubungan dan pola interaksi
dalam keluarga dan masyarakat interaksi dalam dalam keluarga kurang baik sering
keluarga dan ada kesalah pahaman antara
masyarakat baik-baik keluarga.
saja

47
i. Riwayat Spiritual

Riwayat Spiritual Klien 1 Klien 2


Riwayat spiritual Ibu pasien mengatakan mereka Orang tua pasien
beragama katolik setiap hari mengatakan mereka
minggu selalu ke gereja, jika ada beragama katolik, selama
anggota keluarga yang sakit beliau bulan rosario ini mereka
selalu berdoa kepada Tuhan untuk jarang berdoa masuk
mohon kesembuhan bagi anggota rumah.
keluarga yang sakit.

j. Reaksi Hospitalisasi Focus Pada Pengkajian

Reaksi Hospitalisasi Focus Klien 1 Klien 2


Pada Pengkajian
Pemahaman keluarga tentang Ibu pasien mengatakan Oran tua pasien
sakit dan rawat nginap suaminya dan 2 orang anak mengatakan tidak paham
mengerti dan paham tentang dengan penyakit pasien
penyakit yang diderita pasien dan rawat nginap nenek
dan rawat nginap. mengerti karena cucunya
sudah 3 kali MRS

Pemahaman anak tentang sakit Ibu pasien mengatakan anaknya Orang tua pasien
dan rawat nginap belum memahami tentang mengatakan anaknya
penyakit yang diderita pasien belum memahami tentang
dan rawat inap karena anaknya penyakit yang diderita
baru berusia 2 tahun 11 bulan. pasien dan rawatinap
karena anaknya baru
berusia 3 tahun

48
4. Pola aktivitas sehari - hari
No Aktivitas Klien 1 Klien 2
1 Nutrisi ( makan
dan minum)
MAKAN Orang tua pasien mengatakan sebelum Orang tua pasien mengatakan sebelum
(sebelum sakit ) sakit anaknya diberi makan bubur sakit anaknya diberi makan bubur
dalam sehari 3x sehari, tidak ada dalam sehari 3x, tidak ada keluhan.
keluhan.

MINUM Orang tua Pasien mengatakan anaknya Orang tua Pasien mengatakan anaknya
(sebelum sakit) sebelum sakit minum ASI waktu jumlah sebelum sakit minum ASI waktu
pemberian 8x dalam sehari jumlah pemberian 8x dalam sehari

MAKAN (saat Orang tua Pasien mengatakan anaknya


sakit) tidak menghabiskan bubur yang di Orang tua Pasien mengatakan anaknya
berikan dari rumah sakit. Makannya 1 tidak menghabiskan bubur yang di
sampai 3 sendok saja. berikan dari rumah sakit. Makannya 1
sampai 3 sendok saja
MINUM (saat Orang tua mengatakan saat sakit
sakit) anaknya hanya minum tapi tidak
menentu, waktunya, jumlah pemberian Orang tua mengatakan saat sakit
lebih dari 10x karena anaknya rewel anaknya hanya minum ASI tapi tidak
sehingga sering disusui, namun waktu menentu, waktunya, jumlah pemberian
menyusui tidak lama langsung lepas ± 5 lebih dari 10x karena anaknya rewel
menit karena rewel, Pasien muntah 2x sehingga sering disusui, namun waktu
setelah diberikan ASI. menyusui tidak lama langsung lepas ±
6 menit karena rewel.
2 Eliminasi
(BAK dan Orang tua mangatakan BAK empat Orang tua mangatakan BAK empat
BAB) sampai lima kali sehari. sampai lima kali sehari.
BAK (sebelum
sakit) Orang tua mangatakan BAB dua sampai Orang tua mangatakan BAB dua
tiga kali sehari, warna kuning sampai tiga kali sehari, warna kuning
BAB (sebelum konsistensi padat. konsistensi pada.
sakit)
Orang tua mangatakan anaknya BAK Orang tua mangatakan anaknya BAK
kadang disertai dengan BAB. kadang disertai dengan BAB.
BAK (saat
sakit) Orang tua mangatakan anaknya mencret Orang tua mangatakan anaknya
sedikit-sedikit tapi sering bercampur mencret sedikit-sedikit tapi sering
BAB (saat lendir kadang berwarna kehijauan bercampur lendir kadang berwarna
sakit) 7x/hari. kehijauan ± 10x/hari.
3 Personal Orang tua pasien mengatakan anaknya Orang tua pasien mengatakan anaknya
hygiene mandi pagi dan sore selalu keramas mandi pagi dan sore selalu keramas
(sebelum sakit) rambut. rambut.

Personal Orang tua pasien mengatakan anaknya Orang tua pasien mengatakan anaknya
hygiene (saat tidak di mandikan hanya lap badan saja tidak di mandikan hanya lap badan saja
sakit)
4 Istirahat dan Orang tua pasien mengatakan anaknya Orang tua pasien mengatakan anaknya
tidur (sebelum sering tidur pagi jam 08.00-09.00, sering tidur pagi jam 08.00-09.00,
sakit) 10.00-11.00, siang jam 14.00-15.00, 10.00-11.00, siang jam 14.00-15.00,

49
malam jam 19.00 dan bangun jam malam jam 19.00 dan bangun jam
06.00, terbangun hanya untuk minum 06.00, terbangun hanya untuk minum
ASI, namun setelah minum langsung ASI, namun setelah minum langsung
Istirahat dan tidur. Kebiasaan sebelum tidur harus tidur. Kebiasaan sebelum tidur harus
tidur (saat digendong dan diberi Asi. digendong dan diberi Asi.
sakit) Orang tua pasien mengatakan jam tidur
Orang tua pasien mengatakan jam tidur anaknya tidak tentu karena selalu rewel
anaknya tidak tentu karena selalu rewel dan menangis sering terbangun karena
dan menangis sering terbangun karena sesak napas
mencret.
5 Aktivitas dan Setiap hari anak P. A. B selalu bermain Setiap hari anak M. T selalu bermain
latihan di dalam rumah dengan kakanya. di dalam rumah dengan kakanya.
(Sebelum
sakit)
Aktivitas dan Aktivitas terbatas karena di tangan Aktivitas terbatas karena di tangan
latihan bagian kanan anak P. A. B sedang bagian kanan anak M. T sedang
(Saat sakit) terpasang infus. terpasang infus.

4. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik
Klien 1 Klien 2
(Head to Toe)
1. Status kesehatan a. Keadaan / penampilan umum : a. Keadaan / penampilan umum : tampak
umum pasien tampak lemah lemah

b. Kesadaran kualitas : b. Kesadaran kualita : composmentis E :


composmentis E : 4, V : 5, M : 4, V : 5, M : 6
6 Total : 15
Total : 15
c. BB sebelum sakit : 10 kg, TB : 127
c. BB sebelum sakit : 4,4 kg, cm
TB : 80 cm
d. BB saat sakit : 9 kg
d. BB saat sakit : 4 kg
e. BB ideal :kg
e. BB ideal : kg
f. Tanda –tanda vital
f. Tanda –tanda vital TD : 100/70 mmHg
N : 80 x/menit pada radialis N : 80 x/menit pada radialis kiri,irama
kiri, irama teratur, kualitas teratur, kualitas pulsasi terasa keras
pulsasi terasa keras RR : 30 x/menit
RR : 32 x/menit S : 36ᵒc/ axila
S : 36ᵒc/ axila
Kepala dan wajah Rambut tampak bersih dan rapi, Rambut tampak kotor dan tidak rapi, wajah
(Inspeksi,palpasi) wajah simetris. simetris.
Tidak ada benjolan dan nyeri tekan Tidak ada benjolan dan nyeri tekan pada
pada kepala. kepala.
Mata (Inspeksi dan Tampak simetris, konjungtiva Tampak simetris, konjungtiva pucat, sclera
palpasi) pucat, sclera putih, pupil isokor putih, pupil isokor
Telinga (Inspeksi dan Tampak simetris, ada serumen. Tampak simetris, ada serumen.
palpasi) Tidak ada benjolan dan nyeri tekan. Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
Hidung (Inspeksi dan Tampak simteris, ada lendir, ada Tampak simteris, ada lendir, ada

50
palpasi) pernapasan cuping hidung. pernapasan cuping hidung.
Tidak ada benjolan dan nyeri tekan. Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
Mulut (Inspeksi dan Mukosa bibir kering, kebersihan Mukosa bibir kering, mulut dan gigi bersih,
palpasi) gigi dan mulut kurang, gigi belum gigi tidak lengkap, tidak ada caries gigi.
lengkap, tidak ada caries gigi.
Leher (Inspeksi dan Tidak ada pembendungan vena Tidak ada pembendungan vena jugularis,
palpasi) jugularis, tidak ada pembesaran tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.
kelenjar thyroid.
Dada Paru – paru Paru – paru
Paru (Inspeksi, Inspeksi : tampak simteris ada Inspeksi : tampak simteris ada penggunaan
palpasi, perkusi, penggunaan otot bantu pernapasan. otot bantu pernapasan.
auskultasi). Palpasi : tidak ada nyeri tekan Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor Perkusi : Sonor
Auskultasi : suara napas ronchi Auskultasi : suara napas ronchi pada kedua
pada kedua lapang paru lapang paru
Jantung (Inspeksi, Jantung Jantung
palpasi, perkusi, Inspeksi : iktus cordis tak tampak Inspeksi : iktus cordis tak tampak
auskultasi). Palpasi : terdapat getaran bising Palpasi : terdapat getaran bising
Perkusi : redup Perkusi : redup
Auskultasi : S1 dan S2 tunggal. Auskultasi : S1 dan S2 tunggal.
Abdomen (Inspeksi, Inspeksi : tidak ada bekas luka Inspeksi : tidak ada bekas luka
auskultasi, palpasi, Auskulatsi : bising usus 5 kali per Auskulatsi : bising usus 5 kali per menit
perkusi) menit Perkusi : timpani
Perkusi : timpani Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Punggung/ tulang Bahu tampak simetris dan tidak ada Bahu tampak simetris dan tidak ada
belakang (Inspeksi dan penonjolan tulang belakang penonjolan tulang belakang
palpasi)
Genitalia (Inspeksi dan Tidak terkaji Tidak terkaji
palpasi)

5. Hasil Pemeriksaan Diagnostik

Klien 1 ( 26- 05- 2016/ 08.00 WITA)


Result Unit Normal
WBC ( Leukosit) 16. 3 10.^3/uL 6. – 175
RBC( Leukosit) 4. 0 10.^6/uL 4. 1 – 53
HGB ( hemoglobin ) 011. 1 g/d 11. 3 – 14. 1
HCT 32, 9 % 33 – 41
MCV 82, 9 L 79 – 99
MCH 727,7 Pg 27 – 31
MCHC 33, 7 g DL 33 – 37
PLT 496. 0 10^3/uL 150 – 450
RDW 15. 1 % 11, 5 – 14, 5
MPV 11. 6 fL 9 – 17
PLCR 9. 5 fL 9 – 13
NEUR 22. 0 % 13 – 43
LYMPH 37. 3 % 50 – 70
MXD 52. 0 % 25 – 40
NEUT 13. 710. 7 % 2 – 30
LYMPIT 6. 1 % 0.8 – 7, 7
MXD 8.5 10^3/uL 0
KLIEN 2 ( O1, 06, 2016)
WBC 13. 6 10^3 / HL 4. 1 / 12. 0

51
LYM 9.8 10^3/ HL 1. 0 / 5. 0
MON 1.3 10^3/HL 0. 1 /1. 0
GRA 2.5 10^3/ HL 2. 0 / 8.0
LYM% 71.8 % 20. 0 /50. 0
MON% 9.5 % 2. 0 / 10. 0
GRA% 18. 7 % 50. 0 / 80. 0

RBC 4. 56 10^6/ HL 4. 00 / 6. 20
HGB 9. 9 g/ dl 11. 00/17. 0
HCT 30. 2 % 36. 0/55.0
MCV 66. 2 g.dl 36. 0 / 34. 0
MCH 21. 7 g/dl 31. 0 / 34. 0
MCHC 32. 8 % 31. 0 / 35. 5
RDW 16. 0 % 10. 0 / 16. 0

4.1.3 Analisa Data

Analisa Data Etiologi Masalah


Klien 1
DS : Ibu pasien mengatakan anaknya panas Peningkatan Produksi Bersihan jalan napas tidak
sudah tiga hari di rumah, batuk pilek, dan Sputum efektif
dahak susah untuk dikeluarkan, perut
kembung, mual, muntah 1 x di rumah, dan
gatal-gatal pada anus.

DO : Keadaan / penampilan umum : tampak


lemah
Paru – paru
Inspeksi : tampak simteris ada penggunaan
otot bantu pernapasan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : suara napas ronchi pada kedua
lapang paru
TTV:
N : 80 x/menit pada radialis kiri, irama
teratur, kualitas pulsasi terasa keras
RR : 32 x/menit
S : 36ᵒc/ axila
Klien 2
DS : Orang tua pasien mengatakan anaknya Peningkatan Produksi Bersihan jalan naoas tidak
panas naik turun ( suhu : 38◦c), kering, Sputum efektif
kembung, mual, selama 1 bulan di rumah,
batuk pilek dan dahak susah untuk
dikeluarkan.

DO : Keadaan / penampilan umum : tampak


lemah
Paru – paru
Inspeksi : tampak simteris ada penggunaan
otot bantu pernapasan.

52
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : suara napas ronchi pada kedua
lapang paru
TD : 100/70 mmHg
N : 80 x/menit pada radialis kiri,irama teratur,
kualitas pulsasi terasa keras
RR : 30 x/menit
S : 36ᵒc/ axila

4.1.4 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Problem (masalah) Etiologi (Penyebab)


Klien 1
DS : Ibu pasien mengatakan
anaknya panas sudah tiga hari
di rumah, batuk pilek, dan
dahak susah untuk dikeluarkan,
perut kembung, mual, muntah 1
x di rumah, dan gatal-gatal
pada anus.

DO : Keadaan / penampilan
umum : tampak lemah
Paru – paru Bersihan jalan napas tidak
Peningkatan Produksi Sputum
Inspeksi : tampak simteris ada efektif
penggunaan otot bantu
pernapasan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : suara napas ronchi
pada kedua lapang paru
TTV:
N : 80 x/menit pada radialis
kiri, irama teratur, kualitas
pulsasi terasa keras
RR : 32 x/menit
S : 36ᵒc/ axila
Klien 1
DS : Orang tua pasien Bersihan jalan napas tidak Peningkatan Produksi Sputum
mengatakan anaknya panas efektif
naik turun ( suhu : 38◦c),
kering, kembung, mual, selama
1 bulan di rumah, batuk pilek
dan dahak susah untuk
dikeluarkan.

DO : Keadaan / penampilan
umum : tampak lemah
Paru – paru
Inspeksi : tampak simteris ada
penggunaan otot bantu
pernapasan.

53
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : suara napas ronchi
pada kedua lapang paru
TD : 100/70 mmHg
N : 80 x/menit pada radialis
kiri,irama teratur, kualitas
pulsasi terasa keras
RR : 30 x/menit
S : 36ᵒc/ axila

4.1.5 Perencanaan Keperawatan

Diagnosa keperawatan Intervensi Rasional


Klien 1
Bersihan jalan napas tidak 1. Auskultasi area paru, catat 1. Penurunan aliran udarah terjadi
efektif, dapat berhubungan area penurunan / tak ada pada area konsulidasi dengan
dengan Peningkatan Produksi aliran udarah bunyi nafas, cairan, bunyi nafas bronchial
Sputum misalnya : krekeis, mengi. (normal pada bronchus) dapat juga
terjadi pada area konsolidasi.
Krekels dan ronchi dan mengi
terdengar pada inspirasi dan atau
ekspirasipada respon terhadap
pengumpulan cairan,secret kental
dan spasme jalan nafas obstruksi

2. Nafas dalam memudahkan


2. Bantu pasien latihan nafas ekspansi maksimun paru.
sering. Tunjukkan / bantu Paru/jalan nafas lebih kecil, batuk
pasien mempelajari adalah mekanisme pembersihan
melekukan batuk, jalan nafas alami, membantu silia
missalnya menekan dada untuk mempertahankan jalan nafas
dan batuk efektif sementara paten.
posisi duduk tinggi
3. Merangsang batuk atau
3. Pengisapan sesuai indikasi. pembersihan jalan nafas secara
mekanik pada pasien yang tidak
manpu melakukan kerena batuk

4. Cairan khususnya yang hangat


4. Berikan cairan sedikitnya memobilisasi dan mengeluarkan
2500 ml/hari (kecuali sekrek
kontraindikasi). Tawarkan
air hangat dari pada dingin.
5. Memudahkan pengenceran dan
5. Bantu mengawasi efek pembuangan sekret.
pengobatan.
6. Alat untuk menurnkan spasme
6. Berikan obat sesuai bronchus dengan mobilitas sekret.
indikasi, mukoliti, Analgesik untuk memperbaiki
ekpentoran, batuk dengan menurunkan
bronchodilateral dan ketidaknyamanan tapi harus
analgesik digunakan secara hati – hati karena
dapat menekan pernafasan
Klien 2

54
Bersihan jalan napas tidak 1. Auskultasi area paru, catat 1. Penurunan aliran udarah terjadi
efektif, dapat berhubungan area penurunan / tak ada pada area konsulidasi dengan
dengan Peningkatan Produksi aliran udarah bunyi nafas, cairan, bunyi nafas bronchial
Sputum misalnya : krekeis, mengi. (normal pada bronchus ) dapat juga
terjadi pada area konsolidasi.
Krekels dan ronchi dan mengi
terdengar pada inspirasi dan atau
ekspirasipada respon terhadap
pengumpulan cairan,secret kental
dan spasme jalan nafas obstruksi

2. Nafas dalam memudahkan


2. Bantu pasien latihan nafas ekspansi maksimun paru.
sering. Tunjukkan / bantu Paru/jalan nafas lebih kecil, batuk
pasien mempelajari adalah mekanisme pembersihan
melekukan batuk, jalan nafas alami, membantu silia
missalnya menekan dada untuk mempertahankan jalan nafas
dan batuk efektif sementara paten.
posisi duduk tinggi
3. Merangsang batuk atau
3. Pengisapan sesuai indikasi. pembersihan jalan nafas secara
mekanik pada pasien yang tidak
manpu melakukan kerena batuk

4. Cairan khususnya yang hangat


4. Berikan cairan sedikitnya memobilisasi dan mengeluarkan
2500 ml/hari ( kecuali sekrek
kontraindikasi). Tawarkan
air hangat dari pada dingin.
5. Memudahkan pengenceran dan
5. Bantu mengawasi efek pembuangan sekret.
pengobatan.
6. Alat untuk menurnkan spasme
6. Berikan obat sesuai bronchus dengan mobilitas sekret.
indikasi, mukoliti, Analgesik untuk memperbaiki
ekpentoran, batuk dengan menurunkan
bronchodilateral dan ketidaknyamanan tapi harus
analgesik digunakan secara hati – hati karena
dapat menekan pernafasan

4.1.6 Implementasi

Diagnosa Hari/tanggal Hari/tanggal Hari/tanggal


keperawata Kamis, 31 Maret 2016 Jumat, 01 April 2016 Sabtu, 02 April 2016
n
Klien 1
Implementasi Implementasi Implementasi
Jam Tindakan Jam Tindakan Jam Tindakan
Bersihan 08.00 Mengukur TTV 08.00 Mengukur TTV 08.00 Mengukur TTV
jalan napas N : 80 x/ N : 80 x/ N : 80 x/
tidak efektif, RR : 32 x/menit RR : 32 x/menit RR : 32 x/menit
dapat S : 36ᵒC/ axila S : 36ᵒC/ axila S : 36ᵒC/ axila
berhubungan
dengan 08.15 Mengauskultasi area 08.15 Mengauskultasi area 08.15 Mengauskultasi
Peningkatan paru paru area paru

55
Produksi Hasil : terdengar Hasil : terdengar bunyi Hasil : terdengar
Sputum bunyi ronchi ronchi bunyi ronchi

09.00 Menganjurkan kepada 09.00 Menganjurkan kepada 09.00 Menganjurkan


orang tua untuk orang tua untuk sering kepada orang tua
sering memberikan memberikan air minum untuk sering
air minum hangat hangat kepada anak memberikan air
kepada anak minum hangat
Melayani makan dan kepada anak
12.00
Melayani makan dan minum : pasien hanya Melayani makan
12.00 12.00 dan minum : pasien
minum : pasien hanya mengahabiskan ½ porsi
mengahabiskan ½ dari 1 porsi yang hanya
porsi dari 1 porsi disediakan. mengahabiskan ½
yang disediakan. porsi dari 1 porsi
Melayani pemberian yang disediakan.
Melayani pemberian 13.00 obat Paracetamol 250
13.00 obat Paracetamol 250 mg/oral Melayani
mg/oral 13.00 pemberian obat
Mengukur TTV Paracetamol 250
13.45 Mengukur TTV 13.45 N : 88 x/ mg/oral
N : 88 x/ RR : 30 x/menit
RR : 30 x/menit S : 36,7ᵒC/ axila Mengukur TTV
S : 36,7ᵒC/ axila 13.45 N : 88 x/
RR : 30 x/menit
S : 36,7ᵒC/ axila

Klien 2
Diagnosa Hari/tanggal Hari/tanggal Hari/tanggal
keperawata Kamis, 31 Maret 2016 Jumat, 01 April 2016 Sabtu, 02 April 2016
n
Implementasi Implementasi Implementasi
Jam Tindakan Jam Tindakan Jam Tindakan
Bersihan 08.00 Mengukur TTV 08.00 Mengukur TTV 08.00 Mengukur TTV
jalan napas TD : 100/70 mmHg TD : 100/70 mmHg TD : 100/70 mmHg
tidak efektif, N : 80 x/menit N : 80 x/menit N : 80 x/menit
dapat RR : 30 x/menit RR : 30 x/menit RR : 30 x/menit
berhubungan S : 36ᵒC/ axila S : 36ᵒC/ axila S : 36ᵒC/ axila
dengan
Peningkatan Mengauskultasi area Mengauskultasi area Mengauskultasi
08.15 08.15 08.15
Produksi paru paru area paru
Sputum Hasil : terdengar Hasil : terdengar bunyi Hasil : terdengar
bunyi ronchi ronchi bunyi ronchi

Menganjurkan kepada Menganjurkan kepada Menganjurkan


09.00 orang tua untuk 09.00 orang tua untuk sering 09.00 kepada orang tua
sering memberikan memberikan air minum untuk sering
air minum hangat hangat kepada anak memberikan air
kepada anak minum hangat
Melayani makan dan kepada anak
Melayani makan dan 12.00 minum : pasien hanya
12.00 minum : pasien hanya mengahabiskan ½ porsi Melayani makan
mengahabiskan ½ dari 1 porsi yang 12.00 dan minum : pasien
porsi dari 1 porsi disediakan. hanya
yang disediakan. mengahabiskan ½
Melayani pemberian porsi dari 1 porsi
Melayani pemberian obat Paracetamol 250 yang disediakan.

56
obat Paracetamol 250 13.00 mg/oral
13.00 mg/oral Melayani
Mengukur TTV pemberian obat
Mengukur TTV TD : 100/70 mmHg 13.00 Paracetamol 250
TD : 100/70 mmHg 13.45 N : 84 x/menit mg/oral
13.45 N : 84 x/menit RR : 32 x/menit
RR : 32 x/menit S : 36,5ᵒC/ axila Mengukur TTV
S : 36,5ᵒC/ axila TD : 100/70 mmHg
N : 84 x/menit
13.45
RR : 32 x/menit
S : 36,5ᵒC/ axila

4.1.7 Evaluasi

4.2 Pembahasan

Setelah melakukan studi kasus pada klien An. P. A. B dan An. M.

T. M melalui pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,

implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan maka dari itu

penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara konsep dan

teori penyakit bronkopnemonia dan kenyataan pada klien / kasus

nyata.

4.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan

data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan klien. ( Nursalam, 2008)

1. Kebutuhan oksigenasi

57
Pengkajian pada kasus nyata didapatkan klien 1 dan 2

Penapasan secara spontan dan tidak mengguna otot bantu

pernapasan. Sedangkan pengkajian secara teori didapatkan

bunyi napas tambahan

2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Pengkajian secara nyata pada klien 1mendapatkan cairan

Nacl 0,9% 20 tpm, sedangkan pada klien 2 mendapatkan

cairan RL 20 tpm. Sedangkan pengkajian secara teori

mengatakan bahwa pasien perlu diperhatikan pemasukan

cairan baik secara oral maupun parenteral. Sehingga penulis

menarik kesimpulan bahwa pasien membutuhkan cairan

agar tidak terjadi dehidrasi ataupun kelebihan cairan.

3. Kebutuhan nutrisi atau metabolik

Pengkajian secara nyata pada klien 1 dan 2 makan 3x/hari,

porsi makan yang diberikan tidak dihabiskan, klien hanya

menghabiskan 3- 4 sendok makan karena tidak ada nafsu

makan, penurunan BB klien 1 sebelum sakit : 55 kg, saat

sakit : 53 kg, BB klien 2 sebelum sakit : 52 kg, saat salit :

50 kg. Sedangkan pada pengkajian secara teori kita kaji

status nutrisi klien, adanya penurunan BB, nagsu makan

menurun, kebiasan makan sebelum sakit dan selama sakit.

Sehinga penulis menarik kesimpulan bahwa klien 1 dan 2

mengalami penurunan nafsu makan dan mengakibatkan

penurunan BB.

58
4. Pemenuhan kebutuhan eliminasi

Pengkajian secara nyata klien BAK tidak bermasalah.

Sedangkan pada pengkajian secara teori mengatakan

adanya gangguan ginjal saat ini seperti infeksi/ obstruksi

atau riwayat penyakit masa lalu. Sehingga penulis menarik

kesimpulan bahwa klien BAK tidak bermasalah.

5. Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat

Pengkajian secara nyata klien 1 dan 2 tidak bisa beraktifitas

sendiri, semua kebutuhan dibantu orang tua dan perawat.

Sedangkan pengkajian pada teori mengatakanklien dapat

mengalami kelemahan sehingga dapat mengalami

keterbatasan aktivitas. Dan penulis menarik kesimpulan

bahwa klien 1 dan 2 tidak bisa beraktivitas sendiri karena

mengalami kelemahan fisik.

4.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klien mengenai

respon individu ( klien dan masyarakat) tentang masalah

kesehatan aktual, potensial, sebagai dasar seleksi intervensi

keperawatan, untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai

dengan kewenangan perawat. Komponen – komponen dalam

diagnosa keperawatan meliputi masalh ( problem), penyebab

(etiologi), tanda dan gejala (sign and symptom) ( Nursalam,

2001).

59
Masalah ( problem) keperawatan merupakan pernyataan

yang menggambarkan stasus kesehatan pasien. Perubahan

tersebut yang menyebabkan timbulnya masalah, penyebab

( etiologi) pernyatan etiologi menceminkan penyebab dari

masalah kesehatan yang memberi terapi keperawatan, tanda dan

gejala (sign and symtom) data yang diperoleh dari tahap

pengkajian sebaga bukti adanya masalah kesehatan pada klien.

Data merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan

diagnosa keperawatan (Nursalam, 2008).

Perumusan diagnosa keperawatan ditemukan pada tinjauan

teoritis ada 6 diagnosa keperawatan yaitu : Bersihan jalan napas

tidak efektif, berhubungan dengan: inflamasi traceabronchial,

pembentukan edema, peningkatan sputum, penurunan energi,

kelemahan.Pertukaran gas, kerusakan dapat berhubungkan

dengan : perubahan membran alveolar – kapiler (efek inflamasi),

gangguan kapasitas pembawa oksigern darah.Resiko tinggi

infeksi terhadap penyebaran, kemungkinan berhubungan dengan

: ketidak adekuatan pertahanan utama (penurunan kerja silia,

perlengketan sekret pernapasan), tidak adekuatnya pertahanan

sekunder, penyakit kronis, malnutrisi.Intoleransi aktivitas

kemungkinan berhubungan dengan ; ketidakseimbangan antar

suplai dan kebutyuhan oksigen, kerlemahan umum,

kelelahan.Nutrisi kurang dari kebutuhan kemungkinan

berhubungan dengan : peningkatan kebutuhan metabolik

60
sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia dan

distensin abdomen atau gas.Kurang pengetahuan mengenai

kondisi dan kebutuhan tindakan kemungkinan berhubungan

dengan : kurang terpajan, kesalahan interpretasi.

4.2.3 Perencanaan

Perencanaan meliputi perkembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi, dan mengoreksi masalah yang telah

diidentifikasi pada diagnosa keperawatatan. Tahap ini dimulai

setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan

rencana dokumentasi ( Nursalam, 2008)

Intervensi disusun penulis berdasarkan teori asuhan

keperawatan dan data yang muncul dalam pengkajian yang

sesuai dengan keluhan klien untuk mencegah diagnosa.

Pada klien 1 dan klien 2 perencanaan dilakukan sesuai dengan

diagnosa yang telah di tetapkan.

4.2.4 Implementasi

Pelakasanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik ( Nursalam, 2008)

Implementasi dilakukan sesuai dengan teori, selain itu

terdapat faktor penghambat yang membuat beberapa

implementasi dalam pelaksanaanya kurang maksimal, faktor

penghambatnya berupa fasilitasnya tidak memadai.

Implementasi yang dilakukan pada klien 1 dan 2 disesuaikan

dengan intervensi yang telah ditetapkan.

61
4.2.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan tindakan untuk mengidentifikasi

seberapa jauh hasil dari penetapan diagnosa keperawatan,

rencana tindakan dan implementasi yang diaplikasikan

menggunakan pendekatan melalui proses keperawatan.

Mengacu pada intervensi dan implementasi dari hasil evaluasi,

dimana pada klien 1 An. P. A. B dengan masalah keperawatan

bronkopneumonia dengan bersihan jalan napas tidak efektif,

sedangkan pada klien 2 An. M. T. M dengan masalah

keperawatannya Bronkopneumonia dengan bersihan jalan napas

tidak efektif. Evaluasi yang didapat dari hasil implementasi

klien 1 adalah masalahnya teratasi sebagian dimana klien

tidak merasa sesak, dan kadang-kadang batuk disertai dahak

kekuningan, dan pada klien 2masalahnya belum teratasi

dimana didapatkan klien merasa masih sesak, dan batuk

berlendir tetapi tidak bisa dikeluarkan.

62
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengkajian

Pada pengkajian yang dilakukan pada kedua klien


berdasarkan pengkajian secara holistik yang meliputi
bio, psiko, sosisial, dan spiritual. Pada pengkajian
masalah keperawatan yang menganggu kedua pasien
An. P. A B dan An. M. T M. sesak napas, batuk
berdahak/berlendir dan mencret.

5.1.2 Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan yang di tegakkan pada kasus
ini adalah Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan inflamasi traceabronchial.

5.1.3 Perencanaan
Intervensi keperawatan dibuat merujuk dari sumber
buku yaitu Doengoes, dimana intervensi yang diambil

63
ditujukan untuk kedua klien, dan intervensi dari kedua
klien tersebut sama.

5.1.4 Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan
berdasarkan pada intervensi yang telah dibuat.

5.1.5 Evaluasi
Evaluasi yang didapat dari hasil implementasi
terhadap kedua klien tersebut belum mencapai tujuan
dan kriteria hasil yang diharapkan dalam intervensi.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi
Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat
melengkapi buku – buku sumber

5.2.2 Bagi Rumah Sakit


Diharapkan memberikan masukan terhadap upaya
pelayanan kesehatan dalm menjalankan manajemen
mutu asuhan keperawatan

5.2.3 Bagi peneliti


Diharapkan menjadi pengalam belajar, menambah
wawasan dan mempertahankan pengetahuan dalam
melakukan asuhan keperawatan

5.2.4 Bagi pasien

64
Diharapkan dapat memberikan masukkan dalam
upayapencegahan dan penatalaksanaan

65

Anda mungkin juga menyukai