Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) atau Chronic Obstructive

Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan

untuk sekelompok penyakit paru-paru (bronkitis kronis, emfisema paru-paru,

dan asma bronchial) yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan

resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologis utamanya

(Somantri, 2012:49). Pasien dinyatakan PPOK (secara klinis) apabila

sekurang-kurangnya pada anamnesis ditemukan adanya riwayat pajanan

faktor risiko disertai batuk kronik dan berdahak dengan sesak nafas terutama

pada saat melakukan aktivitas pada seseorang yang berusia pertengahan atau

yang lebih tua (Kemenkes, 2014:8). Pasien mengeluh batuk dan sesak, hal ini

disebabkan oleh adanya inflamasi pada bronkus yang mengakibatkan

hiperskresi mucus sehingga jalan nafas terhalang oleh secret. Saat inspirasi

udara masih dapat menembus alveolus tetapi saat ekspirasi tidak semua udara

hasil inspirasi dapat atau berhasil dikeluarkan lagi, sehingga sisa udara bekas

inspirasi tertumpuk/terperngkap di dalam rongga alveolus (air-trapping). Jika

secret atau sputum tidak segera dikeluarkan akan terjadi infeksi sekunder, jika

mucus semakin banyak akan menyumbat jalan napas sehingga suplay oksigen

ke dalam paru menurun (hipoksia) (Danusantoso, 2014:213).


PPOK merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular

yang telah menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian dunia saat ini,

tidak hanya bagi negara maju namun juga bagi Indonesia sebagai negara

berkembang. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan bahwa

pada tahun 1990 PPOK menempati urutan ke-6 sebagai penyebab utama

kematian di dunia, sedangkan pada tahun 2002 telah menempati urutan ke-3

setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker (WHO,2002). Di Amerika Serikat

dibutuhkan dana sekitar 32 juta US$ dalam setahun untuk menanggulangi

penyakit ini, dengan jumlah pasien sebanyak 16 juta orang dan lebih dari 100

ribu orang meninggal. Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat

Jenderal PPM & PL di 5 rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004,

menunjukkan PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka

kesakaitan (35%), diikuti asma bronkial bronkial (33%), kanker paru (30%)

dan lainnya (2%) (Depkes RI, 2004). (Kemenkes.2008:4).

Jumlah perokok yang beresiko menderita PPOK ataupun kanker paru

berkisar 20-25%. PPOK meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan

lebih sering menyerang laki-laki dari pada perempuan. Prevalensi PPOK

dengan umur ≥ 30 tahun di Indonesia adalah 3,7 persen sedangkan di provinsi

Jawa Timur adalah sekitar 3,6 persen (Riskesdas, 2013:86). Menurut hasil

survey di RSUD Dr. Hardjono Ponorogo tahun 2016 telah di dapatkan hasil

bahwa penderita PPOK di Ruang Asoka untuk 9 bulan terakhir di tahun 2016

ini selalu ada peningkatan. Pada bulan Januari 32 pasien, bulan Februari 56
pasien, bulan Maret 61 pasien, bulan April 69 pasien, bulan Mei 84 pasien,

bulan Juni 47 pasien, bulan Juli 56 pasien, bulan Agustus 30 pasien, bulan

September 20, dan pada bulan Oktober ada 46 pasien, Jadi rata-ratanya pasien

PPOK ada 51 pasien dalam satu bulan.

Obstruksi jalan napas pada PPOK menyebabkan reduksi aliran

udara yang beragam bergantung pada penyakit. Obstruksi ini bisa disebabkan

oleh inflamasi jalan napas, perlengkatan mukosa, penyempitan lumen jalan

napas, atau kerusakan jalan napas. Pada bronchitis kronis dan bronchiolitis,

terjadi penumpukan lendir dan sekresi yang sangat banyak sehingga

menyumbat jalan napas. Pada emfisema, obstruksi pada pertukaran oksigen

dan karbon dioksida terjadi akibat kerusakan dinding alveoli yang disebabkan

oleh overekstensi ruang udara dalam paru. Pada asma, jalan napas bronchial

menyempit dan membatasi jumlah udara yang mengalir kedalam paru

(Muttaqin, 2012:156). Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar

(hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak ( hyperplasia ). Pada

saluran napas kecil terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat

bertambahnya sel dan penumpukan lender pada jaringan paru-paru, terjadi

peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan

anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-

paru dengan segala macam gejala klinisnya. (Ghofar A, Jurnal Edu

Health,2014:20).

Inflamasi dan lendir pada jalan napas terjadi hipersekresi akan

mempengaruhi sel-sel Goblet dan kelenjar-kelenjar mucus di submukosa


untuk memproduksi secret dalam jumlah banyak serta kental. sehingga secret

kental ini dapat menyumbat lumen bronkus-bronkus kecil dan bronkeolus

(obstruksi) Sumbatan mukus dan penyempitan jalan napas menyebabakan

udara napas terperangkap. (Danusantoso,2014:212-213). Hiperinflasi terjadi

pada alveoli paru ketika pasien menghembuskan napas keluar (ekspirasi).

Pada inspirasi, jalan napas akan melebar sehingga udara dapat mengalir

melalui tempat obstruksi. Pada ekspirasi, jalan napas menjadi sempit dan

aliran udara napas akan terhalang sehingga udara napas akan tersumbat dalam

alveoli. (Padila,2012:99)

Menurut Doenges et all (2012:154), masalah keperawatan yang

muncul pada pasien PPOK yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas,

masalah tersebut bisa disebabkan oleh: bronkospasme; peningkatan produksi

secret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental; penurunan energy/kelemahan.

Menurut Muttaqin (2012:159), penatalaksanaan PPOK secara farmakologis

meliputi pemberian obat bronkodilator, anti-inflamasi, antihistamin,

ekspektoran untuk menurunkan bronkospasme dan meningkatkan kerja

mukosilier dalam membersihkan sekret dari jalan napas. Sedangkan

penatalaksanaan nonfarmakologis yaitu batuk yang efektif, drainase postural,

fisioterapi dada, peningkatan asupan cairan untuk mengencerkan mukus.

Intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah ketidakefektifan

bersihan jalan napas adalah dengan memberikan asuhan keperawatan pada

pasien PPOK secara komprehensif. Menurut NIC (Nursing Interventions

Classification) (Bulechek, et all, 2008), intervensi yang dapat dilakukan


adalah Managemen jalan nafas : 1. Buka jalan nafas, 2. Posisi pasien untuk

memaksimalkan potensi ventilasi, 3. Mengidentifikasi pasien yang

membutuhkan potensi penyisipan aktual / airway, 4. Lakukan terapi fisik

dada, yang sesuai, 5. Hapus sekresi dengan mendorong batuk atau pengisapan,

6. Gunakan teknik menyenangkan untuk mendorong, 7. Instruksikan cara

batuk efektif, 8. Administer bronkodilator, yang sesuai, 8. Ajarkan pasien cara

menggunakan inhaler yang ditentukan, yang sesuai, 9. Administer perawatan

nebulizer ultrasonik, yang sesuai, 10. Posisi untuk mengurangi dyspnea.

Berdasarkan data dan uraian diatas serta mengingat prevalensi

kejadian PPOK yang begitu banyak, maka penulis tertarik untuk membahas

kasus dengan judul “Asuhan keperawatan pada klien PPOK dengan masalah

keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di ruang Asoka RSUD Dr.

Harjono Ponorogo tahun 2017”.

B. Batasan Masalah

Penulisan karya tulis ini membatasi permasalahan sesuai dengan judul

yaitu “Asuhan keperawatan pada klien Penyakit Paru Obstruksi Kronis

(PPOK) dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di

ruang Asoka RSUD Dr. Harjono Ponorogo tahun 2017”.

C. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien Penyakit Paru

Obstruksi Kronis (PPOK) dengan masalah keperawatan ketidakefektifan

bersihan jalan nafas di Ruang Asoka RSUD Dr. Harjono Ponorogo tahun

2017?
D. Tujuan Masalah

1. Tujuan Umum

Secara umum Karya Tulis ini bertujuan untuk melaksanakan dan

menganalis asuhan keperawatan pada klien (Penyakit Paru Obstruksi

Kronis) PPOK dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan

jalan nafas di Ruang Asoka RSUD Dr. Harjono Ponorogo tahun 2017.

2. Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian pada klien Penyakit Paru Obstruktif Kronik

dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

b. Menganalisa data, menetapkan diagnosa keperawatan dan

memprioritaskan masalah pada klien (PPOK) Penyakit Paru Obstruktif

Kronik dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan

nafas.

c. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien Penyakit Paru

Obstruktif Kronik dengan masalah keperawatan ketidakefektifan

bersihan jalan nafas.

d. Melakukan implementasi pada klien Penyakit Paru Obstruktif Kronik

dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

e. Melakukan evaluasi pada klien Penyakit Paru Obstruktif Kronik

dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

f. Melakukan dokumentasi pada klien Penyakit Paru Obstruktif Kronik

dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

E. Manfaat Penulis
1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

perkembangan ilmu keperawatan dan penelitian selanjutnya mengenai

asuhan keperawatan pada klien Penyakit Paru Obstruktif Kronik dengan

ketidakefektifan bersihan jalan napas.

2. Manfaat Praktisi

a. Bagi Klien dan Keluarga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

pengetahuan dan manfaat kepada pasien dan keluarga tentang

pentingnya mengeluarkan dahak untuk membersihkan saluran nafas

sehingga pasien bisa bernafas dengan lancar tidak ada kesulitan

dalam bernafas dan akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup

pasien.

b. Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai kajian ilmu keperawatan yang dapat digunakan

sebagai referensi landasan dan pedoman dalam melakukan tindakan

keperawatan yang efektif dan komprehensif pada pasien Penyakit

Paru Obstruksi Kronis.

c. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini, diharapkan bisa menjadi salah satu

alternatif dan tambahan daftar intervensi yang dapat dilakukan dalam

manajemen asuhan keperawatan pada pasien Penyakit Paru

Obstruktif Kronik dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di


ruang Asoka RSUD Dr. Harjono Ponorogo. Selain itu dapat

digunakan sebagai peningkatan bentuk pelayanan kesehatan yang

dapat digunakan sebagai peningkatan kualitas mutu asuhan

keperawatan dirumah sakit.

d. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai literature, menambah kepustakaan

tentang kajian praktik intervensi ilmu keperawatan dan sebagai

masukan untuk mengembangkan kurikulum khususnya mengenai

asuhan keperawatan pada klien Penyakit Paru Obstruktif Kronik

dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

e. Bagi Penulis

Penulis memahami serta mengerti suatu permasalahan

khususnya pada pasien PPOK dengan masalah keperawatan

ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

Anda mungkin juga menyukai