Anda di halaman 1dari 79

ASUHAN KEPERAWATAN NY.

W DENGAN PPOK (PENYAKIT PARU


OBSTRUKSI KRONIS) DI RUANG C RUMAH SAKIT BETHESDA
YOGYAKARTA

Oleh :

Owyn Lemuel Widagdo

2204198

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan paru jangka panjang yang dikenal sebagai penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) didefinisikan oleh adanya penyumbatan saluran udara di
saluran pernapasan. Penyakit PPOK merupakan prevelensi dari penyakit
pernapasan seperti Bronkitis kronis dan emfisema. Pada emfisema, ada
penyumbatan dalam pertukaran oksigen dan karbon dioksida karena kerusakan
pada dinding alveoli, tetapi pada bronkitis kronis, ada penumpukan lendir dan
ada sekresi yang sangat signifikan sehingga dapat menyumbat jalan napas
(Celli & Criner, 2020).

Merokok merupakan penyebab utama terjadinya PPOK dengan risiko 30 kali


lebih besar dibandingkan dengan yang bukan perokok. Kematian akibat PPOK
terkait dengan usia mulai merokok, jumlah rokok yang dihisap, dan status
merokok yang terakhir saat PPOK mulai berkembang. Kebiasaan merokok
pada masyarakat Indonesia menjadi ancaman penyebab utama penyakit paru
obstruktif kronik (KEMENKES, 2022).

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyebab kematian ketiga


terbanyak di dunia, menyebabkan 3,23 juta kematian pada tahun 2019. Hampir
90% kematian PPOK pada mereka yang berusia di bawah 70 tahun terjadi di
negara berpenghasilan rendah dan menengah. COPD adalah penyebab utama
ketujuh dari kesehatan yang buruk di seluruh dunia (diukur dengan tahun hidup
yang disesuaikan dengan kecacatan). Merokok tembakau menyumbang lebih
dari 70% kasus COPD di negara-negara berpenghasilan tinggi. Di LMIC,
merokok tembakau menyumbang 30-40% kasus PPOK, dan polusi udara
rumah tangga merupakan faktor risiko utama (WHO, 2023).

Masalah keperawatan utama yang dialami oleh pasien dengan PPOKyaitu


bersihan jalan napas tidak efektif. Bersihan jalan napas tidak efektif adalah
ketidakmampuan membersihkan secret untuk mempertahankan jalan napas
tetap paten (PPNI, 2017). Hal ini ditandai dengan batuk tidak efektif, sesak
napas, sputum berlebih, adanya suara napas tambahan (mengi, wheezing, dan
ronchi), gelisah, pola napas berubah, frekuensi napas berubah, dispnea,
ortopnea. Salah satu intervensi utama yang diberikan adalah manajemen jalan
napas dengan monitor pola napas, monitor bunyi napas tambahan, monitor
sputum, posisikan pasien semi-fowler atau fowler, berikan minum hangat,
lakukan fisioterapi dada, berikan oksigen, anjurkan asupan cairan 2 liter/hari,
ajarkan teknik batuk efektif dan melakukan kolaborasi pemberian nebulizer.
Hal ini merupakan upaya untuk mengeluarkan dahak dan menjaga agar paru-
paru tetap bersih (PPNI, 2018).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui gambaran


asuhan keperawatan pada Ny.W dengan PPOK di ruang C

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan Pengkajian keperawatan pada pada Ny.W dengan PPOK di


ruang C Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta 2023

b. Mengidentifikasi diagnosis keperawatanpada Ny.W dengan PPOK di


ruang C Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta 2023

c. Membuat rencana asuhan keperawatan pada Ny.W dengan PPOK di


ruang C Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta 2023

d. Melakukan implementasi keperawatan pada Ny.W dengan PPOK di


ruang C Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta 2023

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny.W dengan PPOK di ruang C


Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta 2023

C. Manfaat
1. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang gambaran


asuhan keperawata pada pasien PPOK

2. Bagi Pelayanan kesehatan

Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang gambaran


asuhan keperawatan pada pasien PPOK

3. Bagi pasien

Memberikan pengetahuan tambahan pada pasien dan keluarga sehingga


mengetahui tentang penyakit PPOK serta perawatan yang bisa dilakukan
untuk mencegah kekambuhan

4. Bagi institusi pendidikan

Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi pendidikan dalam


pengetahuan untuk pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di
masa yang akan datang
BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Definisi

Gangguan paru jangka panjang yang dikenal sebagai penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) didefinisikan oleh adanya penyumbatan saluran udara di
saluran pernapasan. Penyakit PPOK merupakan prevelensi dari penyakit
pernapasan seperti Bronkitis kronis dan emfisema. Pada emfisema, ada
penyumbatan dalam pertukaran oksigen dan karbon dioksida karena kerusakan
pada dinding alveoli, tetapi pada bronkitis kronis, ada penumpukan lendir dan
ada sekresi yang sangat signifikan sehingga dapat menyumbat jalan napas

PPOK ialah gangguan paru yang terjadi dalam waktu yang cukup panjang.
Gangguan ini menghambat aliran udara dari paru paru yang terjadi karna
adanya sumbatan jalan nafas yang disebabkan oleh lendir atau dahak serta
terjadinya pembengkakan yang dapat menghambat jalanya udara keparu paru
yang dapat mengakibatkan terjadinya sesak nafas (Celli & Criner, 2020).

B. Etiologi

1. Merokok

Penyebab utama COPD adalah paparan asap tembakau. Secara keseluruhan,


merokok tembakau menyumbang sebanyak 90% dari risiko PPOK. Merokok
menginduksi makrofag untuk melepaskan faktor kemotaksis neutrofil dan
elastase, yang menyebabkan kerusakan jaringan. COPD yang signifikan
secara klinis berkembang pada 15% perokok, meskipun jumlah ini diyakini
terlalu rendah. Usia mulai merokok, total pack-years, dan status merokok
saat ini memprediksi kematian PPOK. Orang yang merokok mengalami
peningkatan penurunan FEV1 tahunan: penurunan normal fisiologis FEV1
diperkirakan 20-30 ml/tahun, tetapi tingkat penurunan pada pasien PPOK
umumnya 60 ml/tahun atau lebih. Asap rokok, atau asap tembakau
lingkungan, meningkatkan risiko infeksi pernapasan, menambah gejala
asma, dan menyebabkan penurunan fungsi paru yang terukur.

2. Polusi Udara

Polusi udara terjadi akibat asap dapur, asap kendaraan, asap pabrik dan lain
lain hal ini dapat mengakibatkan disfungsi paru yang dapat memicu PPOK
memang terjadi pada individu yang tidak pernah merokok. Meskipun peran
polusi udara dalam etiologi PPOK tidak jelas, efeknya kecil bila
dibandingkan dengan merokok. Di negara berkembang, penggunaan bahan
bakar biomassa dengan memasak dan memanaskan di dalam ruangan
kemungkinan menjadi kontributor utama prevalensi PPOK di seluruh dunia.
Paparan jangka panjang terhadap polusi udara terkait lalu lintas dapat
menjadi faktor PPOK pada pasien diabetes dan asma.

C. Anatomi fisiologi

1. Rongga Hidung (Cavum Nasal)

Anatomi sistem pernafasan pada manusia dimulai dari rongga hidung, udara
akan masuk melalui rongga hidung. Rongga hidung berlapis selaput lendir,
didalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat
(kelenjar sudoifera). Berfungsi untuk menangkap benda asing yang masuk, dan
rambut pada hidung berfungsi untuk menyaring partikel ktoran yang masuk ke
saluran bersama udara partikel debu yang kasar akan disaring oleh rambut-
rambut yang terdapat di lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan
terjerat dalam laipasn mukus. Gerakan silia (rambut) mendorong lapisan mukus
ke posterior didalam rongga hidung, dan superior didalam sistem pernapasan
bawah menuju ke faring.

2. Faring (Tenggorokan)

Udara dari rongga hidung akan masuk ke faring, faring merupakan


percabangan 2 saluran yaitu saluran pernafasan (nasofaring) pada bagian depan
dan saluran pencernaan (orofaring) pada bagian belakang. Fungsinnya yaitu
untuk menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga sebagai
jalan makanan ke saluran pencernaan.

3. Pangkal Tenggorokan (Laring)

Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan, laring
berada diantara orofaring dan trakea didepan lariofaring. Laring diselaputi oleh
membran mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal
sehingga kuat untuk menaan getaran-getaran suara pada laring. Pada bagian
laring terdapat pita suara, ruang berbentuk segitiga di antara pita suara (glotis)
bermuara ke trakea dan membentuk bagian antara saluran pernapasan atas dan
bawah. Pada waktu menelan gerakan laring ke atas, glotis akan menutup dan
fungsi seperti pintu dari epligotis berperan untuk mengarahkan makanan dan
cariran masuk ke dalam esofagus. Jika benda asing masih mampu masuk
melampaui glotis, fungsi batuk yang dimiliki laring akan menghalau benda dan
sekret keluar dari saluran pernapasan bagian bawah.

4. Batang Tenggorokan (Trakea)

Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10cm, terletak sebagian di leher


dan sebagian di rongga dada (thorak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku,
dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia.
Silia-silia berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran
pernapasan. Batang tenggorokan (trakea) terletak di sebelah depan
kerongkongan. Trakean disokong oleh cincin tulang rawan berbentuk seperti
sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 12,5 cm (5 inci), trakea bercabang
menjadi 2 yang disebut bronkus.

5. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)

Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea yaitu hanya
tulang rawan, bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang
lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna.
Bronkus bencabang-cabang lagi menjadi brokiolus yang menuju ke paru-paru.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris
dan kemudian bronkus segmentalis, percabangan ini berjalan terus menjadi
ukuran yang lebih kecil disebut bronkiolus terminalis yang akan menyalurkan
udara menuju paru-paru.

6. Bronkiolus

Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus, dindingnya lebih tipis dan


salurannya lebih tipis. Bronkiolus bercabang-cabang menjadi bagian yang lebih
halus yang membawa udara menuju ke alveolus untuk pertukaran gas.

7. Paru-paru (Pulmo)

Paru-paru merupakan organ utama sistem pernapasan yang berada di dalam


rongga dada, terdiri atas paru kanan dan paru kiri. Paru-paru dibungkus
kantung yang dibentuk oleh pleura parientalis dan pleura viseralis. Di antara
paru-paru kanan dan paru-paru kiri terdapat mediastinum yang berisi jantung,
aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf,
jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Kedua paru sangat lunak
dan elastis, mampu

mengembang dan mengempis secara bergantian, dikerenakan adanya serat-serat


jaringan ikat elastis dan tegangan permukaan alveolus. Masing-masing paru
memiliki apeks yang tumpul menjorok ke atas, masuk ke leher kira-kira 2,5 cm
diatas klavikula (Syaifuddin, 2016). Paru-paru terletak didalam didalam rongga
dada bagian atas, dibagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk, sedangkan
bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua
bagian yaitu paru- paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan
paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Anatomi paru-paru
dimulai dari bronkus yang memiliki 2 cabang utama bronkus segmentalis dan
bronkus lobaris yang percabangannya berjalan terus menjadi ukuran semakin
kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis yaitu saluran udara
terkecil pada paru yang menghantarkan udara menuju alveoli (tempat
pertukaran gas). Bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi
dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran
udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus terminalis disebut saluran
penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru (Alveolus).

8. Alveolus

Alveolus adalah bagian dari anatomi paru merupakan kelompok terkecil yang
disebut kantong alveolar di ujung bronkiolus. Setiap alveoli adalah rongga
berbentuk cekung yang dikelilingi oleh banyak kapiler kecil, fungsinya sebagai
tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Alveoli kemudian menyerap
oksigen dari udara yang dibawa oleh bronkiolus dan mengalirkannya ke dalam
darah. Setelah itu, karbon dioksida yang merupakan produk limbah dari sel-sel
tubuh mengalir dari darah ke alveoli untuk dihembuskan keluar. Pertukaran gas
ini terjadi melalui dinding alveoli dan kapiler yang sangat tipis. Alveolus pada
hakekatnya merupakan suatu gelembung gas yang dikelilingi oleh jaringan
kapiler dan hanya mempunyai satu lapis sel yang diameternya kecil
dibandingkan dengan diameter sel darah merah, fungsi utama dari alveolus
adalah untuk pertukaran gas. Pertukaran gas ini terjadi melalui dinding alveoli
dan kapiler yang sangat tipis, dalam setiap paru terdapat sekitar 300 juta
alveolus. Dinding alveolus sangat tipis setebal selapis sel, lembab, berdekatan
dengan kapiler-kapiler darah. Pada bagian alveolus inilah terjadi pertukaran
gas-gas O2 dari udara bebas ke sel-sel darah, sedangkan pertukaran CO2 dari
sel-sel tubuh ke udara bebas terjadi (Price & Wilson, 2012).

D. Manfestasi klinis

Menurut Mosenifar, (2022) Gejala yang terjadi pada PPOK meliputi sesak
nafas, batuk kronis dan adanya spuntum. Satu dari berbagai tanda yang sering
muncul ialah sesak nafas (Dyspnea) pada pasien PPOK. Gagal Nafas dapat
terjadi kepada penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Ketika ini
terjadi, bibir akan menjadi warna biru akibat dari kekurangan oksigen dalam
darah. Kelebihan kadar karbon dioksida dalam darah dapat menyebabkan sakit
kepala atau kantuk. Tanda-tanda peringatan dan gejala PPOK tercantum di
bawah ini

1. Batuk kronik

2. Sesak nafas (Dyspnea)

3. Kelemahan badan

4. Produksi spuntum

5. Nafas berbunyi
E. Pathway

Faktor resiko: asap rokok,


lingkungan, polusi udara

Asma Bronkial Bronkitis Kronis Emfisema

Suhu tubuh
meningkat Penumpukan lender Obstruksi pada Jalan nafas bronkial
dan sekresi yang pertukaran oksigen menyempit dan
menyumbat jalan dan karbondioksida membatasi jumlah
Hipertermi
nafas terjadi akibat udara yang mengalir
kerusakan dinding kedalam paru
alveoli

Gangguan pergerakan udara ke paru paru

Penurunan kemampuan Peningkatan usaha dan


batuk efektif frekuensi pernafasan

Bersihan jalan nafas tidak Respon system dan psikologis


efektif

Peningkatan kerja pernafasan Keluhan mual, intake Keluhan


menjadi hipoksia nutrisi tidak adekuat kecemasan akan
ketidaktahuan
penyakit

Deficit nutrisi Intoleransi Defisit pengetahuan Ansietas


aktifitas tentang PPOK
F. Pemeriksaan diagnostic

1. Chest X-ray

Chest x-ray merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk meilai paru
paru, jantung, dan rongga dada. Chest x-ray atau bisa disebut dengan foto
thorax dapat menunjuka hiperinflasi paru- paru, diafragma yang mendatar,
terjdinya peningkatan bentuk bronkovaskuler (bronchitis), penurunan tanda
vaskuler (emfisema).

2. Darah Rutin

pemeriksaan darah rutin dapat dilakukan untuk melihat seberapa hemoglobin,


eritrosit, leoklosit

3. UJi faal paru

Tes faal paru berbasis spirometri mungkin berguna untuk membuat diagnosis
dan memantau perkembangan penyakit. Spirometri, juga dikenal sebagai
kapasitas vital paksa, mengukur berapa banyak udara yang dihembuskan pada
volume terbesarnya setelah forced vital capacity (FVC). Spirometri, juga
dipakai sebagai forced expiratory volume in 1 second (FEV1), dapat digunakan
untuk mengukur jumlah udara yang dihembuskan dalam satu detik.
Pemeriksaan ini sangat penting untuk digunakan agar dapat secara jelas
mengamati kondisi obstruktif pernapasan dengan menghitung rasio kedua nilai
ini, yang dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru-paru. Pengurangan
nilai FEV1 dan FVC dari ukuran 70%, yang menunjukkan keterbatasan aliran
udara non-reversibel, ialah tipikal penyakit paru obstruktif kronik. Ketika
penyakit paru obstruktif kronis pasien stabil, tes ini dapat dilakukan. Berikut
adalah klasifikasi penyakit paru
a. Stage 1 (ringan) hasil rasio FEV1/FCV <70% menunjukkan nilai FEV1
>80% dari nilai prediksi

b. Stage 2 (sedang) hasil rasio FEV1/FCV <70% menunjukkan nilai FEV1


antara 50-80% dari nilai prediksi

c. Stage 3 (berat) hasil rasio FEV1/FCV <70% menunjukkan nilai FEV1


antara 30-50% dari nilai prediksi

d. Stage 4 (sangat berat) hasil rasio FEV1/FCV <70% menunjukkan nilai


FEV1 kurang dari 30% dengan kegagalan respirastori kronik

4. EKG

Fungsi elektrokardiogram (EKG) ialah untuk memantau dan


mendokumentasikan aktivitas listrik jantung. Hal ini dilaksanakan untung
mengetahui adanya suatu kelainan pada jantung yang ditandai dengan cor
pulmonale dan Hypertrofi ventrikel kanan (Celli & Criner, 2020)

G. Komplikasi

1. Gagal Jantung

Penyakit yang dikenal sebagai gagal jantung terjadi ketika jantung tidak dapat
berfungsi dengan baik dan memompa darah. Hal ini bisa terjadi pada penderita
penyakit paru dengan dyspnea berat

2. Hipoksemia

Hipoksemia merupakan kondisi dimana terjadinya penurunan PaO2 kurang dari


55 mmHg dengan saturasi oksigen <85%

3. Asidosis respiratorik
Suatu kondisi yang dapat berkembang sebagai akibat dari terlalu banyak karbon
dioksida dalam tubuh. Penyakit ini biasanya ditandai dengan nyeri
kepala/pusing serta lesu

4. Infeksi pernafasan

Adanya produksi mukus yang berlebih dapat mengakibatkan terjadiya infeksi


pada saluran pernafasan

H. Penatalaksanaan medis

1. Pemberian obat obatan

a. Bronkodilator

Dianjurkan penggunaan dalam bentuk inhalasi kecuali pada eksaserbasi


digunakan oral atau sistemik

b. Anti inflamasi

Pilihan utama bentuk metilprednisolon atau prednison. Untuk penggunaan


jangka panjang pada PPOK stabil hanya bila uji steroid positif. Pada
eksaserbasi dapat digunakan dalam bentuk oral atau sistemik

c. Antibiotik

Tidak dianjurkan penggunaan jangka panjang untuk pencegahan


eksaserbasi. Pilihan antibiotik pada eksaserbasi disesuaikan dengan pola
kuman setempat.

d. Mukolitik

Tidak diberikan secara rutin. Hanya digunakan sebagai pengobatan


simptomatik bila tedapat dahak yang lengket dan kental.

e. Antitusif
Diberikan hanya bila terdapat batuk yang sangat mengganggu. Penggunaan
secara rutin merupakan kontraindikasi.

2. Pengobatan penunjang

a. Rehabilitasi

1) Edukasi

2) Berhenti merokok

3) Latihan fisik dan respirasi

4) Nutrisi

b. Terapi oksigen

Harus berdasarkan analisa gas darah baik pada penggunaan jangka panjang
atau pada eksaserbasi. Pemberian yang tidak berhati hati dapat
menyebabkan hiperkapnia dan memperburuk keadaan. Penggunaan jangka
panjang pada PPOK stabil derajat berat dapat memperbaiki kualiti hidup

c. Ventilasi mekanik

Ventilasi mekanik invasif digunakan di ICU pada eksaserbasi berat.


Ventilasi mekanik noninvasif digunakan di ruang rawat atau di rumah
sebagai perawatan lanjutan setelah eksaserbasi pada PPOK berat

I. Konsep asuhan keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

a. Data Umum

1) Identitas
Nama, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, diagnosis, waktu,
dan tanggal masuk termasuk kedalam identitas.

2) Status kesehatan saat ini

Dalam bentuk keluhan utama yang dialami oleh pasien, pemicu,


diagnosis, durasi tinggal di rumah sakit, dan upaya klien untuk
meringankan gejala saat mereka berkembang.

3) Riwayat kesehatan lalu

Riwayat kesehatan yang sebelumnya terjadi merupakan riwayat


penyakit yang pernah dialami kliaen serta pernah dirawat di rs ataupun
mengenai alergi orbat obatan dan sebagaianya

4) Riwayat kesehatan keluarga

Merupakan penyakir yang pernah atau sedang diderita keluarga yang


ada kaitanya dengan penyakit yang diderita klien

5) Riwayat kesehatan lingkungan

Berupa tentang kenyamanan dan kebersihan lingkungan tempat tinggal


klien serta keaamanan kemungkinan terjadinya bahaya

b. Pola Kesehatan Fungsional

1) Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan

Berupa pemahaman tentang bagaiaman klien memelihara sebuah


kesehatan serta memahami tentang bagaiaman upaya yang dilakukan
untuk memelihara suatu kesehatan

2) Pola nutrisi dan metabolic


Pola nutrisi dan metabolik berupa bagaiaman pola makan sebelum sakit
dan pada saat sakit apakah pola makan klien terganggu ataupun ada
penurunan

3) Pola elimiasi

Berupa seberapa frekuensi pola BAB dan BAK klen

4) Pola aktivitas dan latian

Tentang bahgaiaman pola aktivitas sehari hari dalam kegiatan ataupun


pekerjaan apakah ada keluhan yang muncul setelah melakukan aktivitas

5) Pola istirahat dan tidur

Bgaiamana kebiasaan tidur adakah keluhan kesulitan tidur ataupun tidak


dan seberapa lama waktu tidur

6) Pola kognitif-preseptual sensori

Adakah suatu keluhan yang berkaitan dengan kemampuan sensori, serta


kaji tentang nyeri dengan menngguanakn O,P,Q,R,S,T,U,V

7) Pola presepsi diri dan konsep dir

Tinjau harapan klien terhadap setelah terapi serta penilaian mereka


terhadap pemikiran mereka terkait hal yang terjadi kini.

8) Pola mekanisme koping

Menggambarkan mekanisme koping, stresor, dan adanya dukungan


mental.

9) Pola seksual reproduksi

Menggambarkan pemahaman klien tentang fungsi seksual dan


menentukan apakah masalah hubungan seksual menjadi perhatian serta
pengkajian terhadap perempuan tentang riwayat menstruasi
10) Pola peran berhubungan dengan orang lain

Menjelaskan bagaiaman klien membangun relasi dengan individu di


sekitarnya dan kemampuan dalam berkomunikasi

11) Pola nilai dan kepercayaan

Tentang bagaiaman klien melaksanakan aktivitas agama atau


kepercayaannya adakah suatu pertentengan antara kepercayaan dengan
pengobatan kesehatan

c. Pemeriksaan Fisik (head to toe)

1) Kesadaran

Composmentis, apatis, delirium, somnolen, sopor, semi coma, coma

2) Penampilan

Tampak lemah, lesu,

3) Vital sign

Suhu, tekanan darah, respirasi, dan nadi

4) Kepala

Bentuk kepala, warna rambut serta kebersihan adanya ketombe atau


rambut yang rontok

5) Mata

Pemeriksaan mata dilakukan meliputi kemampuan penglihatan, reaksi


pupil terhadap cahaya, konjungtivitas anemis dan apakah memakai alat
bantu peneglihatan

6) Hidung
Bagaiamana kebersihan hidung apakah terdapat secret, adakah polip,
adakah memakai oksigen, adakah nafas cuping hidung

7) Telinga

Pemeriksaan dilihat apakah simetris antara telinga kanan dan kiri,


adakah gangguan pendengaran, apakah memakai alat bantu
pendengaran

8) Mulut dan tenggorokan

Kaji tentang adakah kesulitan bicara, pemeriksaan gigi, adakah


kesulitan mengunyah makanan, adakah kesulitan menelan makanan,
adakah benjolan dileher.

9) Dada

Didapatkan hasil pemeriksaan TD meningkat, nadi meingkat. Denyut


jantung takikardi dan disritmia. Mengeluh sesak napas saat
beraktivitas, adanya taakipnea, ortopnea, batuk dengan sputum,
terdaapat riwatyat merokok, menggunakan oto bantu pernapapasan.
Ditemukan suara napas tambahan seeperti ronchi, dan
mengi/wheezing.

10) Abdomen

Teraba nyeri atau massa pada abdomen (pheochromocytoma) atau sel


kromafin. Kaji adanya distensi maupun asites, ada tidaknya lesi, serta
berapa kali bising usus berbunyi

11) Genetalia

kaji kebersihan genetalia, adanya luka atau infeksi, dan kaji apakah
terpasang kateter

12) Ekstermitas atas dan bawah


Bagaiamana kemampuan fungsi esktermitas apakah ada kelainan gerak
dan kekuatan otot

13) Kulit

Kaji tentang kebersihan, warna, turgot, dan adakah edema

J. Diagnosa Keperawatan Dan Fokus Intervensi


1. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)
Diagnosa merupakan penilaian tentang kondisi klien mengenai suatu
respon masalah kesehatan baik aktual maupun potensial (DPP PPNI,
2016). Berikut merupakan diagnosa yang mungkin muncul dalam
studi kasus berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI)
a. Berishan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
b. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas
c. Hipertermia b.d proses penyakit
2. Fokus intervensi
Semua jenis perawatan yang dilakukan oleh perawat di Indonesia
didasarkan pada informasi dan penilaian klinis untuk meningkatkan,
memastikan, dan memulihkan kesehatan klien, keluarga, dan kelompok
tertentu (PPNI, 2018). Dalam menyusun intervensi dibutuhkan juga
suatu luaran keperawatan atau kriteria hasil yang akan dicapai. Berikut
merupakan fokus intervensi menurt Standar Luaran Keperawatan
Indonesia tahun 2018 dan Standar Intervensi Indonesia tahun 2016
pada diagnosa yang muncul
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
1) Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan 3x24 jam
makan diharapkan bersihan jalan nafas membaik dengan
kriteria hasil:
a) Produksi spuntum menurun
b) Bunyi ronkhi menurun
c) Dyspnea membaik
d) Frekuensi nafas membaik\
e) Pola nafas membaik
2) Intervensi
a) Identifikasi kemampuan batuk
b) Monitor adanya retensi spuntum
c) Mengatur posisi fowler atau semi fowler
d) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
e) Ajarkan teknik batuk efektif
b. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas
1) Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan 3x24 jam
maka diharapkan pola nafas membaik dengan kriteria hasil :
a) Dyspnea menurun
b) Frekuensi nafas membaik
c) Kedalaman nafas membaik
2) Intervensi
a) Monitor pola nafas
b) Monitor bunyi nafas
c) Posisikan fowler atau semi fowler
d) Anjurkan minuman hangat
e) Berikan oksigen
c. Hipertermia cb.d proses penyakit
1) Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan 3x24 jam
makan diharapkan termogulasi membaik dengan kriteria hasil :
a) Konsumsi oksigen menurun
b) Takikardi menurun
c) Takipnea menurun
d) Suhu tubuh membaik
2) Intervensi
a) Monitor suhu tubuh
b) Sediakan lingkungan yang dingin
c) Longgarkan atau lepaskan pakaian
d) Lakukan kompres hangat
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal Pengkajian : 03/07/2023 Pukul : 08:10 WIB
Oleh : Owyn Lemuel Widagdo
A. IDENTITAS
1. Pasien
Nama : Ny.W
Tanggal lahir (usia) : 13/12/1946 (76 Tahun)
Agama : Islam
Status Perkawinan : menikah
Pendidikan : SD
Suku/Bangsa : Jawa/Indoneisa
Tanggal Masuk RS : 01/07/2023
No RM : 02022xxx
Ruang : Ruang C/2A
Diagnose Medis : PPOK
Alamat : Umbulharjo
2. Keluarga / penanggungjawab
Nama : Ny. P
Hubungan : Anak
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Umbulharjo
3. Kesehatan Pasien
a.Keluhan utama saat dikaji : pasien mengatakan batuk batuk terus, dahak bisa
keluar
b.Keluhan tambahan saat dikaji : Pasien mengatakan nyeri pada pergelangan
kaki kanan
O: Nyeri sudah dirasakan sejak lama pasien lupa sudah berapa tahun
P: Nyeri bertambah jika menggerakan kaki kanan
Q: Nyeri seperti tertekan
R: Nyeri dirasakan di kaki kanan bagian pergelangan
S: skala 5, nyeri mengganggu aktifitas
T: meminum obat yang sudah di berikan dokter
U: pasien sudah pernah mengalami nyeri seperti sekarang
V: Harapan terhadap penyakitnya semoga tidak terasa nyeri kembali karena
mengganggu aktifitas
c.Alasan utama saat masuk RS : pasien mengatakan batuk batuk, sampai
muntah lalu di bawa ke rumahsakit pada tanggal 1/07/2023 jam 00.46
d.Riwayat penyakit sekarang
Sejak hari rabu tanggal 28/06/2023 pasien mengalami batuk batuk, sesak dan
di bawa ke rumah sakit Bethesda lalu mendapatkan obat tambahan ambroxol
dan salbutamol, lalu pasien pulang. Hari jumat tanggal 30/06/2023 pasien
mengeluh batuk batuk hingga muntah dan demam, lalu pasien di bawa ke
Rumah Sakit Bethesda. Pasien tiba di IGD jam 00.46 dengan tekanan darah:
153/84 mmHg, Nadi 100x/menit, nafas 26x/menit, SPO2 97%, Suhu 37,7C.
pasien mengatakan ada riwayat jantung dengan obat rutin spironolakton 25
mg 1x12,5 mg, candesartan 8mg 1x4mg, concor 2,5 mg 1x2,5. Pasien di
berikan terapi infus RL 20tpm, furosemide 2x1, ondansentron 2x1,
esomeprazole 1x40mg, ceftriaxone 2x1g, Tab NAC 3x1, paracetamol 3x1.
e.Riwayat penyakit yang lalu
Klien menderita penyakit jantung hypertensive heart disease.
f. Alergi obat dan makanan : tidak ada
4. Kesehatan keluarga

Keluarga pasien mengatakan tidak tahu apakah ayah ibu dari pasien
mempunyai riwayat hipertensi dan DM

Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal dunia
: Klien
: Tinggal serumah

B. Pola Fungsi Kesehatan


1. Pola nutrisi metabolik
a. Sebelum sakit
Frekuensi makan 3x sehari, komposisi nasi, lauk, sayur. Porsi yang
dihabiskan 1 porsi. Makanan yang tidak disukai tidak ada. Makanan
pantang makanan gorengan, makanan yang disukai sayur sayuran, pasien
biasa makan dirumah. Nafsu makan baik.
Banyaknya minum air putih sekitar 1000 cc/hari, dan susu anlene 1 gelas.
Minum yang tidak disukai tidak ada, minuman pantang tidak ada.
Perubahan BB selama 6 bulan terakhir : tidak berubah
b. Selama sakit
Makan 3x sehari dengan menu yang disediakan rumah sakit, porsi yang
dihabiskan setengah, nafsu makan kurang akibat pasien merasa mual.
Banyaknya minum sekitar 600 cc/hari, jenis minuman air putih.
Kebutuhan kalori :655,1 + ( 9,56 x berat badan dalam kilogram) + (1,85 x
tinggi badan dalam cm) – (4,6 x usia)
= 655,1 + (9,56 x 50) + (1,85 x 155) – (4,6 x 79)
= 655,1 + 478 + 286,75 – 363.4
= 1066,45 kalori
Kebutuhan cairan= 30cc/kgBB/24jam
= 30 x 50
=1500 cc/24 jam
IWL= 10-15 x Kg/BB/ 24 jam
= 15 x 50
= 750/ 24 jam
2. Pola eliminasi
a. Sebelum sakit
(1) Buang air kecil
Frekuensi 6x sehari @200 cc. Warna kuning jernih, bau khas urine.
Tidak ada keluhan ketika buang air kecil.
(2) Buang air besar
Frekuensi sehari sekali, waktu tidak pasti, konsistensi lembek warna
kekuningan, posisi jongkok, tidak ada keluhan selama BAB.
b. Selama sakit
(1) Buang air kecil
Pasien menggunakan pampers.
(2) Buang air besar
Pasien buang air besar 1 kali dalam 2 hari.
3. Pola aktifitas istirahat tidur
a. Sebelum sakit
(1) Keadaan aktifitas sehari-hari
Kebiasaan olah raga jarang, kegiatan sehari-hari di dirumah. Tidak
menggunakan alat bantu saat melakukan kegiatan.

AKTIVITAS 0 1 2 3 4

Mandi √

Berpakaian/berdandan √

Eliminasi √

Mobilisasi di tempat tidur √

Pindah √

Ambulasi √

Naik tangga √

Memasak √

Belanja √

Merapikan rumah √

Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu sebagian
2 : perlu bantuan orang lain
3 : perlu bantuan orang lain dan alat
4 : tergantung total
(2) Kebutuhan tidur
Jumlah tidur dalam sehari :
Siang : 1 jam
Malam : 6 jam
Pasien mengutamakan tidur malam, tidak ada keluhan saat tidur.
(3) Kebutuhan istirahat
Istirahat pada siang hari. Waktu istirahat pasien tidak tentu, jika tidak
ada pekerjaan, klien meluangkan waktu untuk beristirahat dan
bersantai.
b. Selama sakit
(1) Keadaan aktifitas

AKTIVITAS 0 1 2 3 4

Makan dan minum √

Mandi √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilitas di TT √

Berpindah √

Ambulasi/ROM √

Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu sebagian
2 : perlu bantuan orang lain
3 : perlu bantuan orang lain dan alat
4 : tergantung total
(2) Kebutuhan tidur
Pasien mengatakan tidur tidak menentu
(3) Kebutuhan istirahat
Pasien bed rest
4. Pola kebersihan diri
a. Sebelum sakit
(1) Kebersihan kulit
Kebiasaan mandi 2x sehari, menggunakan sabun, tidak ada keluhan.
(2) Kebersihan rambut
Kebiasaan mencuci rambut tiap dua hari sekali, tidak ada keluhan.
(3) Kebersihan telinga
Membersihkan telinga tiap hari dengan menggunakan cotton bud,
tidak ada keluhan.
(4) Kebersihan mata
Membersihkan mata ketika mandi, tidak ada keluhan.
(5) Kebersihan mulut
Menggosok gigi 2x sehari, menggunakan pasta gigi. Tidak ada
keluhan.
(6) Kebersihan kuku
Memotong kuku seminggu sekali, tidak ada keluhan.
b. Selama sakit
Klien melakukan pemenuhan kebutuhan perawatan dengan dibantu penuh
oleh perawat.
5. Pola pemeliharaan kesehatan
a. Penggunaan tembakau : pasien mengatakan tidak pernah merokok
b. NAPZA : pasien tidak mengonsumsi NAPZA.
c. Alkhohol : pasien tidak mengonsumsi alkohol
d. Intelektual : Pasien mengatakan sadar atas penyakit yang di deritanya
6. Pola reproduksi – seksualitas
Pasien mengatakan sudah tidak pernah melakukan hubungan seksual
7. Pola kognitif-persepsi/sensori
a. Keadaan mental : Tenang
b. Berbicara : pasien dapat berbicara
c. Bahasa yang dikuasai : Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa
d. Kemampuan membaca : Dapat membaca
e. Kemampuan berkomunikasi: Dapat berkomunikasi.
f. Kemampuan memahami informasi: Dapat memahami informasi
g. Tingkat ansietas : pasien tenang.
h. Ketrampilan berinteraksi : Pasien dapat berinteraksi dengan perawat.
i. Pendengaran : Pasien dapat mendengar dengan jelas.
j. Penglihatan : Pasien tidak menggunakan alat bantu
penglihatan.
k. Tak nyaman : nyeri pada bagian pergelangan kaki kanan.
a. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi nyeri: meminimalisir pergerakan
kaki kanan
8. Pola konsep diri
a) Gambaran diri
Pasien mengatakan dirinya berharga dan beruntung masih diberikan umur
panjang dengan kondisinya saat ini.
b) Ideal diri
Pasien mengatakan saat berjalan kaki kanan nyeri untuk diangkat.
c) Harga diri : Pasien menerima pengobatan yang dijalani.
d) Peran diri : Pasien sebagai istri dari 6 orang anak.
e) Identitas diri : Pasien mengatakan sudah menerima penyakitnya.
9. Pola koping
a. Pengambilan keputusan : ditentukan oleh pasien
b. Hal-hal yang dilakukan jika mempunyai masalah : meminta bantuan suami
dan anaknya.
10. Pola peran – hubungan
a. Status pekerjaan : sudah tidak bekerja
b. Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat.
Klien mengikuti kegiatan di sekitar rumahnya.
c. Sistem pendukung : keluarga dan saudaranya.
d. Kesulitan dalam keluarga : : hubungan dengan keluarga tidak ada
kesulitan.
e. Selama sakit
Klien masih berhubungan dengan suami dan anaknya.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Pengukuran TB : 155cm
2. Pengukuran BB : 50 kg
IMT : BB/(TB)² = 50 : (1,55)² = 20,81 (normal)
3. Pengukuran tanda vital
a. Tekanan darah : 100/60 mmHg, diukur di tangan kanan posisi tidur,
ukuran manset dewasa.
b. Nadi : 100 x/menit, regular, teraba kuat, diukur di nadi radialis kanan,
c. Respirasi : 22 x/menit, regular, tipe pernapasan dada.
d. Suhu : 36,4 °C, diukur di dahi menggunakan thermometer non contact.
3. Morse Fall Scale
NO PENGKAJIAN SKALA NILAI
1. Riwayat jatuh: apakah lansia pernah jatuh Tidak 0 0
dalam 3 bulan terakhir? Ya 25

2. Diagnosa sekunder: apakah lansia memiliki Tidak 0 15


lebih dari satu penyakit? Ya 15

3. Alat Bantu jalan: 0


- Bed rest/ dibantu perawat 0
- Kruk/ tongkat/ walker 15
- Berpegangan pada benda-benda di sekitar 30
(kursi, lemari, meja)
4. Terapi Intravena: apakah saat ini Tidak 0 20
lansia terpasang infus? Ya 20

5. Gaya berjalan/ cara berpindah: 0


- Normal/ bed rest/ immobile (tidak dapat 0
bergerak sendiri)
- Lemah (tidak bertenaga) 10
- Gangguan/ tidak normal (pincang/ diseret) 20

6. Status Mental 0
- Lansia menyadari kondisi dirinya 0
- Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15

Total Nilai 35

Keterangan:

Tingkatan Risiko Nilai MFS Tindakan

Tidak berisiko 0 - 24 Perawatan dasar

Risiko rendah 25 - 50 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar

Risiko tinggi ≥ 51 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko tinggi

4. Tingkat kesadaran : Composmentis, GCS : E4 V5 M6 = 15


5. Keadaan umum : pasien sakit ringan
6. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Kulit kepala bersih, tidak terdapat luka, tidak terdapat ketombe.
Pertumbuhan rambut merata.
b. Mata
Mata bersih, konjungtiva tidak anemis, sclera putih. Pupil isokor diameter
2 mm, kedua pupil bereaksi ketika diberi reflek cahaya. Tidak ada udem
palpebra.
c. Telinga
Kedua telinga simetris, tidak ada luka, tidak ada cairan keluar dari telinga.
d. Hidung
Posisi septum di tengah, hidung bersih, tidak keluar cairan , tidak ada
gangguan pembauan, tidak ada nyeri di area hidung.
e. Mulut dan tenggorokkan
Mukosa bibir lembab, napas tidak bau, tonsil tidak membesar (T1), lidah
merah muda, bersih.
f. Leher
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak pembesaran kelenjar limfe di
area leher.
g. Dada
1) Inspeksi
pernapasan reguler, respirasi 22 x/menit, ictus cordis tidak terlihat,
2) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada area dada, tidak ada benjolan di dada,
3) Perkusi
Batas atas jantung ICS 2, batas bawah jantung ICS 5
4) Auskultasi
Suara vesikuler pada seluruh lapang paru, terdengar suara tambahan
ronchi pada pasien di lapang paru medial dan basal, HR 100x/menit,
regular tidak terdengar suara gallop atau murmur.
h. Punggung
Punggung tidak ada kelainan bentuk, tidak terdapat benjolan pada
punggung.
i. Abdomen
1) Inspeksi
Tidak ada benjolan pada permukaan perut, tidak ada bekas luka..
2) Auskultasi
Bising usus 10 x/menit,
3) Perkusi
Suara timpani pada keempat kuadran perut.
4) Palpasi
Tidak ada benjolan dan nyeri tekan di area perut, hepar tidak ada
pembesaran, VU tidak teraba keras
j. Anus dan rectum :
Tidak terkaji
k. Genetalia :
Tidak terkaji.
l. Ekstrimitas : tidak terdapat kelemahan anggota gerak atas dan bawah,
terdapat nyeri pada terdapat kelemahan anggota gerak pada tangan dan
kaki kanan. Kekuatan otot : kaki kanan: tidak terkaji akibat nyeri kaki kiri:
5 tangan kanan: 5 tangan kiri 5
Anggota gerak lengkap, tidak terdapat udem pada kaki. Terpasang infus
Nacl 20 tetes/menit di tangan kiri.
D. Rencana Pulang
1. Bantuan yang diperlukan setelah pulang :
a. Observasi tensi secara rutin.
b. Pemenuhan kebutuhan kebersihan diri (perawatan diri, toileting, memakai
baju)
c. Pemenuhan kebutuhan nutrisi : pengawasan terhadap diet pasien. Diit nasi
dengan lauk rendah garam dan lemak. Anjurkan untuk menghindari
makanan yang dioreng dan santan.
d. Pengaturan minum secara teratur sesuai aturan.
e. Bantuan mobilisasi klien, latihan bertahap
f. Pengaturan waktu kontrol : kontrol rutin sesuai jadawal
2. Edukasi pasien dan keluarga terkait kontrol rutin kep pelayanan kesehatan
terkait pencegahan stroke ulang.
3. Latihan ROM pasif dan aktif.
4. Edukasi pasien dan keluarga terkait definisi, penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan, penatalaksanaan medis (melalui obat hipertensi yang diminum
secara rutin), pembatasan aktivitas (tidak melakukan pekerjaan yang memacu
beban kerja jantung menjadi lebih berat).
5. Edukasi obat-obatan terkait obat rutin untuk stroke yang diresepkan dokter
dari rumah sakit.
6. Mengatur pola makan sehat dan kurangi konsumsi garam, konsumsi garam 1
½ sendok teh/hari.
7. Tidak merokok.
8. Mengendalikan stress.
9. Istirahat cukup dan teratur (6-8 jam sehari).
10. Jaga berat badan normal.
11. Tidak mengonsumsi kopi dan alkohol

E. Test diagnostik
1. Laboratorium
Tanggal 1 juli 2023

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hemoglobin 12.1 g/dl 13.2-17.3

Leukosit 13.49 Ribu/mmk 4.5-11.5

Eosinophil 2.4 % 2-4

Basophil 0.2 % 0-1

Sengmen netrofil 76.8 % 35-65

Limfosit 15.4 % 20-35

Monosit 5.2 % 2-6


Rasio neutrophil 4.95 < 3.13
limfosit

Hematokrit 37.8 % 40-54

Eritrosit 4.25 Juta/mmk 4.50-11.0

RDW 13.2 % 11.5-16.5

MCV 86.6 fL 80-100

MCH 28.5 Pg 27-32

MCHC 32.9 g/dl 32-36

Trombosit 363 Ribu/mmk 150-450

MPV 11.4 fl 7.1-11.1

PDW 13.3 fl 9-13

Glukosa sesaat 115 Mg/dl 70-140


PCOT

Ureum 67.8 Mg/dl 15-43

Creatinine 1.41 Mg/dl 0.70-1.30

Natrium 141 Mmol/l 136-146

Kalium 4,36 Mmol/l 3.5-5.1

GDS 237 Mg/dl 70 - 106

2. Thorax foto
Kesan : Corakan bronchovaskuler kasar, air bronchogram mininmal,
susp.bronchitis kronis

F. Program pengobatan

1. Esomeprasol melalui IV 1x1

2. Ondansentron melalui IV 2x1

3. Furosemide melalui IV 2x1

4. Ceftriaxone melalui IV 2x1

5. Velutin melalui IV 3x1

6. Pulmicort Melalui IV 3x1

7. NAC melui oral 3x1

8. Pamol melalui melalui oral 3x1

9. Salbutamol melalui oral 3x ½

10. Erphapillin melalui oral 3x ½


No Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping Implikasi keperawatan
1 esomeprazole penyakit yang hipersensitivitas kerentanan terhadap Memantau TTV dan
berkaitan dengan terhadap obat. infeksi bakteri, tanda alergi.
asam lambung, Peringatan perlu termasuk C. difficile;
misalnya gastritis, diberikan terkait penurunan penyerapan
gastroesophageal risiko penggunaan mikronutrien, seperti
reflux disease proton pump zat besi dan vitamin
(GERD), ulkus inhibitor jangka B12; serta
peptikum, dan lama, termasuk peningkatan risiko
eradikasi peningkatan risiko hipomagnesemia dan
Helicobacter pylori infeksi Clostridium hipokalsemia yang
difficile dan dapat menyebabkan
gangguan absorpsi osteoporosis dan patah
vitamin. tulang di kemudian
hari
2 Ondansentron antiemesis riwayat Efek samping Memantau TTV dan
profilaksis pada hipersensitivitas ondansetron dapat tanda alergi.
prosedur terhadap obat dan terjadi pada berbagai
kemoterapi, penggunaannya sistem, terutama
tindakan operasi, bersama obat gastrointestinal,
ataupun radioterapi apomorphin dan kardiovaskular, dan
dronedarone metabolik
3 Furosemide tata laksana riwayat hipotensi ortostatik, Memantau TTV dan
overload cairan dan hipersensitivitas dizziness, gangguan tanda alergi.
edema yang terhadap keseimbangan
disebabkan karena furosemide atau elektrolit, seperti
gagal jantung, komponen hiponatremia,
sirosis hati, dan penyusun obat ini hipokalemia, atau
penyakit ginjal, hipokloremia, tinitus,
No Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping Implikasi keperawatan
termasuk sindrom dan fotosensitivitas
nefrotik
4 Ceftriaxone engatasi infeksi riwayat reaksi lokal pada area Memantau TTV dan
bakteri gram negatif hipersensitivitas injeksi, eosinofilia, tanda alergi.
maupun gram terhadap obat ini trombositosis, diare,
positif atau golongan dan leukopenia.
sefalosporin
lainnya.
5 Velutin Penatalaksanaan & Pasien yang Tremor, sakit kepala, Memantau TTV dan
pencegahan memiliki riwayat takikardi tanda alergi.
serangan asma, hipersensitif pada
penanganan rutin salbutamol atau
bronkospasme obat agonis
kronik yang tidak adrenoreseptor
responsif terhadap beta-2 lainnya
terapi konvensional;
asma akut berat
6 Pulmicort terapi rumatan reaksi Iritasi ringan di Memantau TTV dan
asthma bronkial dan hipersensitivitas tenggorokan, batuk, tanda alergi.
mencegah terhadap suara serak, mulut
eksaserbasi penyakit budesonide atau kering; Infeksi
paru obstruktif bahan-bahan yang candida di orofaring;
kronik (PPOK) terkandung dalam urtikaria, ruam,
respul, sirosis dermatitis;
hepatis, dan status bronkospasme;
asthmatikus angioedema; reaksi
anafilaksis;
kegugupan,
No Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping Implikasi keperawatan
kegelisahan, depresi;
hipofungsi kelenjar
adrenal, penurunan
kecepatan
pertumbuhan.
7 NAC Terapi hipersekresi Pasien Hipersenstif urtikaria, ruam, Memantau TTV dan
mukus atau hipotensi, mengi, tanda alergi.
mukolitik dispneahiponatremia
(pengencer dahak) dan kejang, penurunan
dan antidot pada waktu protrombin,
pasien yang pembilasan akut,
overdosis eritema kulit (IV);
Paracetamol risiko perdarahan
saluran cerna bagian
atas (oral)
8 Pamol meredakan gejala pasien yang gangguan pada Memantau TTV dan
demam dan nyeri memiliki heparmual dan tanda alergi.
pada berbagai hipersensitivitas muntahnyeri perut,
penyakit seperti terhadap diare, konstipasi,
demam dengue, paracetamol dan dispepsia
tifoid, dan infeksi penyakit hepar
saluran kemih. Pada aktif derajat berat
pasien anak,
paracetamol
digunakan saat suhu
> 38,5 C
9 Salbutamol bronkodilator kerja pasien dengan tremor dan sakit Memantau TTV dan
cepat pada riwayat kepala tanda alergi.
No Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping Implikasi keperawatan
penanganan asthma hipersensitivitas
dan penyakit paru terhadap obat ini
obstruktif kronik
(PPOK).
10 Erphapillin Asma bronkial dan hipersensitivitas Mual, muntah, sakit Memantau TTV dan
gangguan terhadap obat ini perut, diare, sakit tanda alergi.
kekejangan bronki kepala, insomnia,
lainnya pusing, cemas,
gelisah, tremor,
palpitasi (detak
jantung tidak normal).
G. Analisa Data
No/Tgl Pengelompokan Data Masalah Penyebab
(P) (E)
03/07/2023 DS: Bersihan Hipersekresi
08.50 Pasien mengatakan batuk batuk jalan nafas jalan nafas
terus tidak efektif
DO:
 Tekanan darah : 100/60 mmHg
 Nadi : 100 x/menit
 Respirasi : 22 x/menit,
 Suhu : 36,4 °C
 SPO2: 97%
 Auskultasi thorax: Suara nafas
tambahan ronchi di lapang dada
median dan basal
03/07/2023 DS: Nyeri Kondisi
08.50 Pasien mengatakan nyeri pada Kronis muskuloskele
pergelagan kaki kanan tal kronis
DO:
 Tekanan darah : 100/60 mmHg
 Nadi : 100 x/menit
 Respirasi : 22 x/menit,
 Suhu : 36,4 °C
 SPO2: 97%
 O: Nyeri sudah dirasakan sejak
lama pasien lupa sudah berapa
tahun
 P: Nyeri bertambah jika
menggerakan kaki kanan
 Q: Nyeri seperti tertekan
 R: Nyeri dirasakan di kaki kanan
bagian pergelangan
 S: skala 5, nyeri mengganggu
aktifitas
 T: meminum obat yang sudah di
berikan dokter
 U: pasien sudah pernah
mengalami nyeri seperti
sekarang
 V: Harapan terhadap
penyakitnya semoga tidak terasa
nyeri kembali karena
mengganggu aktifitas
03/07/2023 DS: Deficit Gangguan
08.50 Pasien mengatakan susah kalau perawatan muskuloskele
mau buang air di kamar mandi diri tal
dikarenakan nyeri (toileting)
DO:
Pasien menggunakan pampers
03/07/2023 DS: Deficit Kurang
08.50 Pasien mengatakan tidak tahu apa pengetahuan terpapar
itu PPOK tentang informasi
DO: PPOK
Pasien saat di tanya mengenai
penyakit yang di deritanya tidak
bisa menjawab.

H. Diagnosa keperawatan

No Diagnosa

1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan


hipersekresi jalan nafas ditandai dengan
DS:
Pasien mengatakan batuk batuk terus
DO:
 Tekanan darah : 100/60 mmHg
 Nadi : 100 x/menit
 Respirasi : 22 x/menit,
 Suhu : 36,4 °C
 SPO2: 97%
 Auskultasi thorax: Suara nafas tambahan ronchi di lapang dada
median dan basal
2 Nyeri Kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis
ditandai dengan
DS:
Pasien mengatakan nyeri pada pergelagan kaki kanan
DO:
 Tekanan darah : 100/60 mmHg
 Nadi : 100 x/menit
 Respirasi : 22 x/menit,
 Suhu : 36,4 °C
 SPO2: 97%
 O: Nyeri sudah dirasakan sejak lama pasien lupa sudah berapa tahun
 P: Nyeri bertambah jika menggerakan kaki kanan
 Q: Nyeri seperti tertekan
 R: Nyeri dirasakan di kaki kanan bagian pergelangan
 S: skala 5, nyeri mengganggu aktifitas
 T: meminum obat yang sudah di berikan dokter
 U: pasien sudah pernah mengalami nyeri seperti sekarang
 V: Harapan terhadap penyakitnya semoga tidak terasa nyeri kembali
karena mengganggu aktifitas
3 Deficit perawatan diri (toileting) berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal ditandai dengan
DS:
Pasien mengatakan susah kalau mau buang air di kamar mandi
dikarenakan nyeri
DO:
Pasien menggunakan pampers
4 Deficit pengetahuan tentang PPOK berhubungan dengan kurang
terpapar informasi ditandai dengan
DS:
Pasien mengatakan tidak tahu apa itu PPOK
DO:
Pasien saat di tanya mengenai penyakit yang di deritanya tidak
bisa menjawab.
I. Nursing Care Plan

DIAGNOSA TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL


KEPERAWATAN DAN Tujuan dan Kriteria Intervensi
DATA PENUNJANG
Tanggal 03/07/2023 jam Tanggal 03/07/2023 jam Tanggal 03/07/2023 jam Tanggal 03/07/2023 jam 08.50
08.50 08.50 08.50
Bersihan jalan nafas tidak Bersihan Jalan Nafas Manajement Jalan Nafas a. Mengetahui frekuensi,
efektif berhubungan L.01001 I.01011 kedalaman dan usaha nafas
dengan hipersekresi jalan Setelah dilakukan tindakan a. Monitor pola nafas b. Mengetahui apakah ada sekret
nafas ditandai dengan keperawatan selama 3 x 24 b. Monitor bunyi nafas atau tidak
DS: jam diharapkan bersihan tambahan c. Melihat apakah ada infeksi
Pasien mengatakan batuk jalan nafas meningkat c. Monitor sputum atau tiak
batuk terus dengan kriteria hasil: d. Posisikan semifowler d. Untuk membuka jalan nafas
DO: a. Batuk efektif atau fowler e. Memudahkan pasien
 Tekanan darah : 100/60 meningkat e. Berikan minuman mengeluarkan dahak
mmHg b. Produksi sputum hangat f. Membantu pasien
 Nadi : 100 x/menit menurun f. Lakukan fisioterapi dada mengeluarkan dahak
 Respirasi : 22 x/menit, c. Frekuensi nafas g. Memberikan oksigen g. Memenuhi kebutuhan oksigen
 Suhu : 36,4 °C membaik 3liter/menit pasien
 SPO2: 97% h. Ajarkan Teknik batuk h. Untuk meningkatkan
 Auskultasi thorax: Suara efektif efektifitas batuk pasien
nafas tambahan ronchi di i. Kolaborasi pemberian i. Untuk membuka jalan nafas
lapang dada median dan velutin dan pulmicort pasien
basal
Tanggal 03/07/2023 jam Tanggal 03/07/2023 jam Tanggal 03/07/2023 jam Tanggal 03/07/2023 jam 08.50
08.50 08.50 08.50
Tingkat Nyeri L.08066 Manajemen nyeri I.08238 a. Mengetahui karakteristik nyeri
Nyeri Kronis berhubungan Setelah dilakukan tindakan a. Identifikasi lokasi, yang di alami pasien
dengan kondisi keperawatan selama 3 x 24 karakteristik, durasi, b. Mengetahui skala nyeri pasien
musculoskeletal kronis jam Diharapkan Tingkat frekuensi, kualitas, c. Untuk menghindari faktor
ditandai dengan nyeri menurun dengan intensitas nyeri penyebab nyeri
DS: kriteria : b. Identifikasi skala nyeri d. untuk membuat pasien rilex
Pasien mengatakan nyeri a. Keluhan nyeri c. Identifikasi faktor yang e. untuk meningkatkan
memperberat nyeri kenyamanan pasien
pada pergelagan kaki kanan menurun ( skala 3)
d. Fasilitasi istirahat dan tidur f. untuk mengurangi nyeri secara
DO: b. Meringis menurun e. Kontrol lingkungan yang mandiri
 Tekanan darah : 100/60 c. Gelisah menurun menyebabkan nyeri g. untuk mengurangi nyeri secara
mmHg f. Ajarkan terapi nafas dalam mandiri
 Nadi : 100 x/menit g. Ajarkan terapi musik. h. untuk mengurangi nyeri
 Respirasi : 22 x/menit, h. Kolaborasi pemberian obat dengan obat
 Suhu : 36,4 °C analgetik
 SPO2: 97%
 O: Nyeri sudah
dirasakan sejak lama
pasien lupa sudah
berapa tahun
 P: Nyeri bertambah jika
menggerakan kaki
kanan
 Q: Nyeri seperti
tertekan
 R: Nyeri dirasakan di
kaki kanan bagian
pergelangan
 S: skala 5, nyeri
mengganggu aktifitas
 T: meminum obat yang
sudah di berikan dokter
 U: pasien sudah pernah
mengalami nyeri seperti
sekarang
 V: Harapan terhadap
penyakitnya semoga
tidak terasa nyeri
kembali karena
mengganggu aktifitas
Tanggal 03/07/2023 jam Tanggal 03/07/2023 jam Tanggal 03/07/2023 jam Tanggal 03/07/2023 jam 08.50
08.50 08.50 08.50
Deficit perawatan diri Perawatan Diri L.11103 Dukungan Perawatan Diri:
(toileting) berhubungan Setelah dilakukan tindakan BAB/BAK I.11349
dengan gangguan keperawatan selama 3 x 24 a. Identifikasi kebiasaan a. Mengetahui kebiasaan dan
muskuloskeletal ditandai jam diharapkan perawatan BAB atau BAK pasien jadwal pasien BAB dan BAK
dengan diri meningkat dengan b. Monitor integritas kulit b. Memantau kulit yang rawan
DS: kriteria hasil: pasien lecet yaitu kulit di sekitar anus
Pasien mengatakan susah a. Kemampuan ke toilet c. Buka pakaian yang di c. Untuk mempermudah pasien
kalau mau buang air di (BAB/BAK) perlukan untuk dan menjaga kebersihan baju
kamar mandi dikarenakan meningkat memudahkan eliminasi pasien
nyeri d. Sediakan alat bantu jika d. Mempermudah eliminasi
DO: perlu. pasien
Pasien menggunakan e. Anjurkan ke kamar e. Untuk menjaga kebersihan
pampers mandi atau toilet jika pasien dan bed pasien
perlu
Tanggal 03/07/2023 jam Tanggal 03/07/2023 jam Tanggal 03/07/2023 jam Tanggal 03/07/2023 jam 08.50
08.50 08.50 08.50
Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan I.12383
Deficit pengetahuan L12111 a. Identifikasi kesiapan dan a. Supaya informasi bisa
tentang PPOK Setelah dilakukan tindakan kemampuan menerima efektif di terima pasien
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 informasi b. Memudahkan penyampaian
kurang terpapar informasi jam diharapkan tingkat b. Sediakan materi dan materi
ditandai dengan pengetahuan meningkat media pendidikan c. Untuk merencanakan waktu
DS: dengan kriteria hasil: kesehatan yang luang untuk pasien
Pasien mengatakan tidak a. Kemampuan c. Jadwalkan pendidikan d. Untuk meningkatkan
tahu apa itu PPOK menjelaskan tentang kesehatan sesuai kesehatan pasien
DO: PPOK meningkat kesepakatan e. Untuk meningkatkan
Pasien saat di tanya b. Persepsi yang keliru d. Jelaskan faktor resiko kesehatan pasien
mengenai penyakit yang di terhadap masalah yang mempengaruhi
deritanya tidak bisa menurun kesehatan
menjawab. e. Ajarkan strategi untuk
meningkatkan perilaku
hidup sehat
L. CATATAN PERKEMBANGAN

Hari ke 1

No Diagnosa Tanggal Perkembangan (SOAPIE) TandaTangan


Keperawatan dan Jam
1 Bersihan jalan Tanggal I:
nafas tidak03/07/2023 a. Mengganti infus pasien:
efektif 10.00 Pasien terpasang infus di
berhubungan tangan kanan RL 20tpm
dengan b. Memberikan injeksi
hipersekresi 10.15 furosemide 20 mg,
jalan nafas. ondansentron 2 mg,
ceftriaxone 1g:
Obat dimasukan melalui
jalur IV
E:
S:
 Pasien mengatakan
tidak sakit saat di
suntik
O:
a. Pasien terpasang
infus RL 20 tpm di
tangan kanan
b. Obat furosemide,
ondansentron,
ceftriaxone sudah
masuk
TTV:
 Tekanan darah : 100/60
mmHg
 Nadi : 100 x/menit
 Respirasi : 22 x/menit,
 Suhu : 36,4 °C
 SPO2: 97%
A:
P: Lanjutkan intervensi
2 Nyeri Kronis I:
berhunbungan a. Mengidentifikasi
dengan kondisi Identifikasi lokasi,
musculoskeletal karakteristik, durasi,
kronis frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri:
Pasien kooperatif
E:
S:
 O: Nyeri sudah
dirasakan sejak lama
pasien lupa sudah
berapa tahun
 P: Nyeri bertambah jika
menggerakan kaki
kanan
 Q: Nyeri seperti
tertekan
 R: Nyeri dirasakan di
kaki kanan bagian
pergelangan
 S: skala 5, nyeri
mengganggu aktifitas
 T: meminum obat yang
sudah di berikan dokter
 U: pasien sudah pernah
mengalami nyeri seperti
sekarang
 V: Harapan terhadap
penyakitnya semoga
tidak terasa nyeri
kembali karena
mengganggu aktifitas
O:
 Tekanan darah : 100/60
mmHg
 Nadi : 100 x/menit
 Respirasi : 22 x/menit,
 Suhu : 36,4 °C
 SPO2: 97%
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
3 Deficit I:
perawatan diri a. mengidentifikasi
(toileting) kebiasaan BAB atau
berhubungan BAK pasien:
dengan pasien mengatakan
gangguan tidak nyaman jika
muskuloskeletal harus BAB/BAK di
tempat tidur
E:
S:
 pasien mengatakan
tidak nyaman jika
harus BAB/BAK di
tempat tidur
O: -
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

Hari Ke 2

No Diagnosa Tanggal Perkembangan (SOAPIE) TandaTangan


Keperawatan dan Jam
1 Bersihan jalan Tanggal S:
nafas tidak 04/07/2023 Pasien mengatakan masih
efektif 07.00 batuk batuk, tapi dahak bisa
berhubungan keluar
dengan O:
hipersekresi TTV: 100/60 mmHg
jalan nafas N: 110x/menit
S: 36,2 C
RR:24x/menit
SPO2: 97%
Auskultasi: terdapat suara
ronchi pada lapang dada
medial, dan basal.
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

I:
a. Memberikan injeksi
08.00 furosemide 20 mg,
ondansentron 2 mg,
ceftriaxone 1g:
Obat dimasukan melalui
jalur IV
E:
S:
 Pasien mengatakan
tidak sakit saat di
suntik
 Pasien mengatakan
masih batuk batuk
terus tetapi dahak
sudah lebih mudah
keluar
 Pasien mengatakan
menolak untuk di
berikan obat nebule
dan tindakan
fisioterapi dada karena
pasien mengatakan
sudah capek untuk
batuk dan dada mulai
nyeri jika batuk

O:
TTV:
TD: 132/ 89 mmHg
S: 36,2 C
N:93x/menit
RR: 24x/menit
SPO2: 97%
Auskultasi: suara nafas
tambahan ronchi di lapang
dada medial dan basal
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intevensi
2 Nyeri Kronis Tanggal S: pasien mengatakan kaki
berhunbungan 04/07/2023 masih sakit terutama jika
dengan kondisi 07.00 digerakan
musculoskeletal O:
kronis Pasien terlihat menringis
jika menggerakan kaki
kanan nya
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi

I:
a. Mengidentifikasi
Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri:
Pasien kooperatif
E:
S:
 O: Nyeri sudah
dirasakan sejak lama
pasien lupa sudah
berapa tahun
 P: Nyeri bertambah jika
menggerakan kaki
kanan
 Q: Nyeri seperti
tertekan
 R: Nyeri dirasakan di
kaki kanan bagian
pergelangan
 S: skala 5, nyeri
mengganggu aktifitas
 T: meminum obat yang
sudah di berikan dokter
 U: pasien sudah pernah
mengalami nyeri seperti
sekarang
 V: Harapan terhadap
penyakitnya semoga
tidak terasa nyeri
kembali karena
mengganggu aktifitas
O:
 TD: 132/ 89 mmHg
 S: 36,2 C
 N:93x/menit
 RR: 24x/menit
 SPO2: 97%
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
3 Deficit Tanggal S:
perawatan diri 04/07/2023 pasien mengatakan tidak
(toileting) 07.00 nyaman jika harus
berhubungan BAB/BAK di tempat tidur
dengan O:
gangguan Pampers bersih
muskuloskeletal A: masalah belum teratasi
P:lanjutkan intervensi

I:
a. mengidentifikasi
kebiasaan BAB atau
BAK pasien:
pasien mengatakan mau
tidak mau harus
kekamar mandi walau
merasa tidak nyaman
dan nyeri
E:
S:
 pasien mengatakan
mau tidak mau
harus kekamar
mandi walau merasa
tidak nyaman dan
nyeri
O:
 pasien terlihat bisa
berjalan ke WC
walau harus pelan
pelan dan butuh
bantuan orang lain
A: masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
4 Deficit Tanggal I:
pengetahuan 04/07/2023 a. menjadwalkan
tentang PPOK 10.00 kegiatan pendidikan
berhubungan kesehatan:
dengan kurang pasien mengatakan
terpapar setuju pada esok
informasi hari tanggal
05/07/2023 jam
10.00
E:
S:
 pasien mengatakan
tidak tahu apa itu
PPOK
O: -
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

Nama preceptee : Owyn Lemuel Widagdo

NIM : 2204198

Stase : KMB

Ruang :C

Kasus : Asma Bronkial

A. Pengkajian data fokus

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal Pengkajian : 05/07/2023 Pukul : 08:00 WIB
Oleh : Owyn Lemuel Widagdo
IDENTITAS
1. Pasien
Nama : Nn.A
Tanggal lahir (usia) : 01/10/2001 (21 Tahun)
Agama : Islam
Status Perkawinan : belum menikah
Pendidikan : SMA
Suku/Bangsa : Jawa/Indoneisa
Tanggal Masuk RS : 04/07/2023
No RM : 02022xxx
Ruang : Ruang C/1C
Diagnose Medis : Asma bronkial
Alamat : Umbulharjo
2. Keluarga / penanggungjawab
Nama : Ny. R
Hubungan : Ibu
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Umbulharjo
3. Kesehatan Pasien
a. Keluhan utama saat dikaji : pasien mengatakan sesak nafas
b. Keluhan tambahan saat dikaji : pasien mengatakan tidak bisa leluasa
beraktifitas karena lemas
c. Alasan utama saat masuk RS : pasien mengatakan sesak nafas saat
dirumah pada 4/07/2023 jam 18.00
d. Riwayat penyakit sekarang
Pada hari selasa tanggal 04/07/2023 jam setengah 4 pasien mengalami
sesak nafas dan batuk batuk lalu dibawa ke Rumah Sakit Bethesda, pasien
di perbolehkan pulang. Pada hari yang sama jam 19.00 pasien kambuh
lagi, dan di bawa ke IGD Rumah Sakit Bethesda dan tiba pada jam 20.00
dan pasien meminta opname. Tanda tanda vital pasien TD: 122/99 mmHg
nadi 118x/menit, RR 26x/menit, SPO2 97%, suhu 36,5 C. Pasien
mendapat terapi infus RL 20tpm, O2 : 3lpm, nebule velutine dan
Pulmicort 3x 1.
e. Riwayat penyakit yang lalu
Keluarga mengatakan pasien pernah mengalami sesak nafas pada usia
masih 5 bulan
f. Alergi obat dan makanan : tidak ada
POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Pola aktifitas istirahat tidur

a. Selama sakit
(1) Keadaan aktifitas

AKTIVITAS 0 1 2 3 4

Makan dan minum √

Mandi √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilitas di TT √

Berpindah √

Ambulasi/ROM √

Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu sebagian
2 : perlu bantuan orang lain
3 : perlu bantuan orang lain dan alat
4 : tergantung total
(2) Kebutuhan tidur
Pasien mengatakan tidur malam sekitar 6 jam lalu pasien jarang tidur
siang
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pengukuran TB : 160cm
2. Pengukuran BB : 55 kg
IMT : BB/(TB)² = 55 : (1,60)² = 21,48 (normal)
3. Pengukuran tanda vital
a. Tekanan darah : 110/60 mmHg, diukur di tangan kanan posisi tidur,
ukuran manset dewasa.
b. Nadi : 94 x/menit, regular, teraba kuat, diukur di nadi radialis kanan,
c. Respirasi : 22 x/menit, irregular, tipe pernapasan dada.
d. SPO2: 97%
e. Suhu : 36,4 °C, diukur di dahi menggunakan thermometer non contact
f. Auskultasi thorax: suara vesikuler pada seluruh lapang paru, terdengar
suara nafas tambahan wheezing, tidak terdengar suara gallop atau
murmur.
Test diagnostic
1. Thorax foto

Kesan : Corakan bronchovasculer kasar air bronchogram minimal, susp.post


bronchitis
Besar cor : dalam batas normal
B. Daftar masalh keperawatan

1. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan spasme jalan nafas dibuktikan


dengan

DS:

Pasien mengatakan sesak nafas sejak kemarin malam.

DO:

 Tekanan darah : 110/60 mmHg

 Nadi : 94 x/menit

 Respirasi : 22 x/menit

 SPO2: 97%

 Suhu : 36,4 °C,

 Auskultasi thorax: suara vesikuler pada seluruh lapang paru, terdengar


suara nafas tambahan wheezing, tidak terdengar suara gallop atau
murmur.

 Kesan Thorax Foto: Corakan bronchovasculer kasar air bronchogram


minimal, susp.post bronchitis

Intervensi:

a. Monitor pola nafas


b. Monitor bunyi nafas tambahan
c. Monitor sputum
d. Posisikan semifowler atau fowler
e. Berikan minuman hangat
f. Lakukan fisioterapi dada
g. Memberikan oksigen 3liter/menit
h. Ajarkan Teknik batuk efektif
i. Kolaborasi pemberian velutin dan pulmicort

2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


dan kebutuhaan oksigen ditandai dengan

DS:

Pasien mengatakan tidak leluasa bergerak karena merasa lemas

DO:

 Nadi : 94 x/menit

 Respirasi : 22 x/menit

 SPO2: 97%

Intervensi :

a. Monitor kelelahan fisik dan emosional

b. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus

c. Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap

d. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meninkatkan asupan makanan

3. Defisit pengetahuan tentang asma berhubungan dengan kurang terpapar


informasi ditandai dengan

DS:

Pasien mengatakan sering berada didekat orang yang merokok, dan jarang
memakai masker jika berada di jalan raya.

DO:

-
Intervensi:

a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


b. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
c. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
d. Jelaskan faktor resiko yang mempengaruhi kesehatan
e. Ajarkan strategi untuk meningkatkan perilaku hidup sehat

C. Asuhan keperawatan

No Diagnosa Tanggal dan Perkembangan TandaTangan


Keperawatan Jam (SOAPIE)
1 Bersihan jalan Tanggal I:
nafas 05/07/2023 a. Memberikan obat
08.00 oral NAC 200mg:
berhubungan
Obat sudah
dengan spasme diberikan ke pasien
jalan nafas dan sudah di
pastikan diminum
b. Memberikan
08.00 injeksi IV
methylpredmisolon
e 125 mg:
Obat sudah di
injeksikan ke
pasien, tidak ada
reaksi alergi.
13.00 c. Memberikan obat
nebulizer velutin
dan flutison:
Obat sudah
diberikan melalui
alat nebulizer
E:
S:
Pasien mengatakan masih
sesek
O:
a. Obat NAC 200
mg sudah
diberikan ke
pasien dan sudah
di pastikan
diminum
b. Obat
Methylpredmisol
one sudah di
injeksikan ke
pasien, tidak ada
reaksi alergi
c. Obat velutin dan
flutison sudah
diberikan melalui
alat nebulizer
TTV:
 Tekanan darah :
110/60 mmHg
 Nadi : 94 x/menit
 Respirasi : 22 x/menit
 SPO2: 97%
 Suhu : 36,4 °C,
A : masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian keperawatan

Pengkajian keperawatan adalah suatu bagian dari komponen proses keperawatan


sebagai suatu usaha perawat dalam menggali permasalahan yang ada di pasien
meliputi pengumpulan data tentang status kesehatan pasien yang dilakukan
secara sistematis, menyeluruh atau komprehensif, akurat, singkat dan
berlangsung secara berkesinambungan (Nursalam, 2015).

Data pengakajian Ny. W didapatkan melalui hasil observasi bersama pasien, studi
dokumentasi melalui rekam medis pasien (cetak dan elektronik), serta
pemeriksaan fisik pada pasien. Data yang didapat baik normal maupun abnormal
dimasukkan ke dalam format pengkajian yang bertujuan mendukung penulis
dalam penyusunan diagnosa keperawatan. Pada pengkajian yang dilakukan pada
tanggal Tanggal 03/07/2023 jam 08.50, sedangkan pada pengkajian ulang
(reassesment) dilakukan pada tanggal 04/07/2023 pukul 06.45 WIB

Hasil pengkajian dinilai cukup baik dan memenuhi syarat dikarenakan adanya
data pendukung yang cukup dari rekam medis pasien dan pada hasil observasi
dan pemeriksaan fisik. Hasil pengkajian ini dinilai sesuai dengan teori pengkajian
pada pasien dengan diagnosa medis Bronkitis Kronis (PPOK), karena beberapa
data pemeriksaan fisik fokus pada kondisi klinis pasien.
B. Diagnosis Keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian, kemudian data hasil pengkajian dianalisa dan


dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan berdasarkan data yang ditemukan
saat dilakukan pengkajian. Rumusan diagnosa disusun sesuai teori yang meliputi
3 komponen yaitu masalah, penyebab, dan tanda gejala.

Cara memprioritaskan diagnosis yaitu dengan dua cara dimana cara yang
pertama berdasarkan tingkat kegawatan dan yang kedua berdasarkan kebutuhan
maslow. Berdasarkan tingkat kegawatan yaitu keadaan yang mengancam
kehidupan, keadaan yang tidak gawat dan tidak mengancam kehidupan, dan
persepsi tentang kesehatan dan keperawatan. Sedangkan kebutuhan Maslow yaitu
terbagi menjadi beberapa tingkat dimulai dari tingkatan tinggi ke rendah dimana
tingkatan tertinggi kebutuhan fisiologis, kemudian kebutuhan keamanan dan
keselamatan, kemudian kebutuhan mencintai dan dicintai, kemudian kebutuhan
harga diri, dan yang terakhir kebutuhan aktualisasi diri.

Berdasarkan teori, Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus


pasien dengan bronchitis Kronis (PPOK) adalah:

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan

b. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas

c. Hipertermia cb.d proses penyakit

Tanda dan gejala yang didapatkan dari CVA NH tidak selalu sama dengan teori
atau dengan pasien lain karena tergantung dari mekanisme koping masing-
masing individu.

Adapun diagnosis yang muncul sesuai pada kondisi yang dialami pasien Ny. W
antara lain:

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan


nafas

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologi

c. Deficit perawatan diri (toileting) berhubungan dengan gangguan


muskuloskeletal

d. Deficit pengetahuan tentang PPOK berhubungan dengan kurang terpapar


informasi
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
nafas.

Ny.W mengalami tanda dan gejala batuk-batuk secara terus menerus dengan
produksi sputum yang banyak, dan auskultasi thorax ada suara nafas tambahan di
lapang dada bagian median dan basal, sehingga didapatkan diagnosis
keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif.

Beberapa kondisi klinis yang dapatt menyebabkan timbulnya besihan jalan nafas
tidak efektif salahsatunya adalah infeksi saluran nafas (PPNI, 2017). Menurut
PPNI (2017) bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan
membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan
nafas tetap paten.

Bersihan jalan nafas tidak efektif yang disebabkan oleh benda asing yang
berawal dari akumulasi sekret yang berlebih. Obstruksi jalan nafas merupakan
suatu kondisi individu mengalami ancaman pada kondisi pernapasanya yang
berkaitan dengan ketidakmampuan batuk secara efektif, yang dapat disebabkan
oleh sekresi yang kental atau berlebih akibat penyakit infeksi, imobilisasi, sekresi
dan batuk tidak efektif (Ekowati, Santoso, & Sumarni, 2022)

Nyeri Kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis


Ny.W mengalami tanda dan gejala nyeri pada pergelangan sendi pada mata kaki,
nyeri dirasakan pasien lupa sudah berapa lama kerena sudah bertahun tahun,
skala 5 nyeri mengganggu aktifitas, nyeri bertambah jika digerakan, sehingga
didapatkan diagnosis keperawatan Nyeri Kronis.

Nyeri Kronis adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan yang berlangsung lebih dari 3
bulan. (PPNI, 2017).

Pada kasus yang dialami oleh Ny. W, kemungkinan penyakit yang dialami adalah
osteoarthritis, yang tidak ada hubungan dengan penyakit PPOK. Pasien
mengatakan tidak tahu penyakit yang dialaminya dan keluarga pasien juga tidak
tahu apa yang menyebabkan kaki pasien menjadi nyeri. Osteoarthritis termasuk
dalam penyakit degeneratif. penyakit ini dapat memburuk seiring dengan
bertambahnya usiaosteoarthritis menjadi salah satu penyakit yang belum bisa
disembuhkan secara total dengan obat-obatan, tapi pasien tetap perlu
penanganan medis dalam mengatasi osteoarthritis agar gejala yang dirasakan
menjadi lebih ringan (Hospital, 2023).

Deficit perawatan diri (toileting) berhubungan dengan gangguan


muskuloskeletal

Ny. W Mengeluh, pasien Ny.W mengatakan susah jika ingin berjalan kekamar
mandi akibat nyeri yang dirasakan di pergelangan mata kaki kanan.

Defisit perawatan diri (toileting) merupakan ketidakmampuan melakukan atau


menyelesaikan aktifitas perawatan diri, dalam kasus ini adalah toileting (PPNI,
2017). Radang sendi dapat menyerang siapa saja, tetapi sering kali dijumpai pada
orang yang lebih tua. Faktor risiko dan penyebab osteoarthritis selain usia adalah
obesitas dan kurangnya aktivitas fisik. Pasien Ny.W merasakan nyeri dan
kekakuan pada pergelangan mata kaki kanan, menyebabkan pasien tidak bisa
untuk bergerak melakukan eliminasi.

Deficit pengetahuan tentang PPOK berhubungan dengan kurang terpapar


informasi

Ny.W mengatakan tidak tahu apa itu PPOK dan apa itu bronkitis, dan pasien
mengatakan tidak tahu saat di tanya apa yang harus dihindari jika penyakitnya
kambuh, maka dengan ini diambil masalah keperawatan defisit pengetahuan
tentang PPOK.

Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang


berkaitan dengan topik tertentu, dalam kasus ini topik mengenai PPOK (PPNI,
2017). para lansia penurunan fungsi kognitif merupakan penyebab terbesar
terjadinya ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas normal sehari-hari,
dan juga merupakan alasan tersering yang menyebabkan terjadinya
ketergantungan terhadap orang lain untuk merawat diri sendiri (care
dependence) pada lansia (Bahtiar, 2023).

C. Rencana Keperawatan

Perencanaan atau intervensi adalah pengembangan strategi desain untuk


mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi
dalam diagnosis keperawatan. Tujuan yang ingin dicapai dalam setiap diagnosa
keperawatan disusun secara spesifik dan relevan. Penentuan tujuan dan kriteria
hasil dengan menggunakan syarat SMART yaitu Spesific, Meansurable,
Acieveable, Reasonable, dan Time. Sedangkan untuk penentuan intervensi
dengan menggunakan syarat ONEC meliputi Observation, Nursing, Education,
dan Colaboration. Hasil perumusan diagnosa yang telah ditentukan maka
selanjutnya diterapkan atau diaplikasikan dengan menggunakan penerapan
Standar Interensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Setelah didapatkan diganosa
keperawatan, penulis menyusun tindakan keperawatan sebagai berikut:

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan


nafas.

Adapun tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan dari pasien adalah bersihan
jalan nafas meningkat. Bersihan jalan nafas meningkat berarti kemampuan
membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas tinggi (PPNI T. P., 2019).

Upaya untuk mengatasi masalah keperawatan bersihan jalan nafas yaitu dengan
manajemen jalan nafas. Manajemen jalan nafas adalh intervensi yang di lakukan
perawat untuk mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan nafas (PPNI T. P.,
2018). pasien dengan diagnosa medis PPOK memerlukan bantuan untuk
mengeluarkan dahak salah satunya dengan batuk efektif. Batuk efektif dapat
membersihkan jalan nafas dari benda asing (Price & Wilson, 2012).

Nyeri Kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis

Adapun tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan dari pasien adalah tingkat nyeri
menurun. Tingkat nyeri menurun berarti menurunya skala nyeri, menurunya
gelisah, dan menurunya meringis (PPNI T. P., 2019).

Upaya untuk mengatasi masalah keperawatan Nyeri Kronis adalah dengan


manajemen nyeri. Manajement nyeri adalah suatu intervensi untuk
mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadakatau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan (PPNI T. P., 2018).
Intervensi manajemen nyeri adalah suatu tindakan minimal invasif yang
dilakukan dengan panduan alat atau Teknik non farmakologi seperti nafas dalam,
relaksasi distraksi untuk mengobati nyeri akut dan kronik secara jangka panjang
atau permanen (team, 2023).

Deficit perawatan diri (toileting) berhubungan dengan gangguan


musculoskeletal

Adapun tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan dari pasien adalah perawatan
diri meningkat. Perawatan diri meningkat berdasarkan observasi dan sumber
informasi dari pasien (PPNI T. P., 2019).

Upaya untuk mengatasi masalah keperawatan deficit perawatan diri (toileting)


yaitu dengan intervensi dukungan perawatan diri: BAB/BAK. Intervensi
dukungan perawatan diri: BAB/BAK adalah intervensi memfasilitasi pemenuhan
kebutuhan BAK dan BAB. Bantuan yang bisa di berikan untuk pasien dalam
kasus ini Ny.W yaitu dengan pemasangan pampers, atau menggunakan alat bantu
seperti kateter, atau urinal. Dukungan perawatan diri adalah tindakan berupa
dukungan atau motivasi yang diberikan kepada seseorang untuk meningkatkan
motivasi dalam melakukan perawatan diri berupa mandi, berpakaian, dan berias.
Perawatan diri merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (PPNI T. P.,
2018).

Deficit pengetahuan tentang PPOK berhubungan dengan kurang terpapar


informasi

Adapun tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan dari pasien yaitu tingkat
pengetahuan meningkat. Tingkat pengetahuan meningkat ditentukan berdasarkan
observasi pasien (PPNI T. P., 2019).
Upaya untuk mengatasi masalah deficit pengetahuan tentang PPOK adalah
dengan intervensi edukasi kesehatan. Edukasi kesehatan adalah intervensi yang
dilakukan oleh perawat untuk mengajarkan pengelolaan faktor risiko penyakit
dan perilaku hidup bersih dan tertata sehat (PPNI T. P., 2018). Tindakan
intervensi edukasi kesehatan pada lansia dan keluarga guna menambah
kemampuan perawatan diri dan anggota keluarga dalam menjaga kondisi. Tujuan
akhir yang diharapkan dari pemberian edukasi kesehatan pada kelompok
sejahtera adalah meningkatkan derajat kesehatan lansia dan kualitas hidup lansia
yang optimal di tatanan komunitas (Wulansari, Musta’in, & Vifri, 2022).

D. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Implementasi yang dilakukan pada pasien dalam empat komponen
yaitu tindakan observasi, tindakan terapeutik, tindakan edukasi, dan tindakan
kolaborasi. Implementasi yang dilakukan peneliti disesuaikan dengan
perencanaan yang telah disusun.

Pada tahap implementasi keperawatan yang dilaksanakan selama satu hari pada
tanggal 3 Juli 2023 mulai dari pukul 07.00 - 13.20 WIB. Implementasi yang
dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah direncanakan dari
beberapa diagnosa yang ditemukan dengan kondisi klinis pasien yaitu:

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan


nafas.

a. Monitor pola nafas


b. Monitor bunyi nafas tambahan
c. Monitor sputum
d. Posisikan semifowler atau fowler
e. Berikan minuman hangat
f. Lakukan fisioterapi dada
g. Memberikan oksigen 3liter/menit
h. Ajarkan Teknik batuk efektif
i. Kolaborasi pemberian velutin dan pulmicort
Nyeri Kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis

a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi faktor yang memperberat nyeri
d. Fasilitasi istirahat dan tidur
e. Kontrol lingkungan yang menyebabkan nyeri
f. Ajarkan terapi nafas dalam
g. Ajarkan terapi musik.
h. Kolaborasi pemberian obat analgetik

Deficit perawatan diri (toileting) berhubungan dengan gangguan


musculoskeletal

a. Identifikasi kebiasaan BAB atau BAK pasien


b. Monitor integritas kulit pasien
c. Buka pakaian yang di perlukan untuk memudahkan eliminasi
d. Sediakan alat bantu jika perlu.
e. Anjurkan ke kamar mandi atau toilet jika perlu

Deficit pengetahuan tentang PPOK berhubungan dengan kurang terpapar


informasi

a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


b. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
c. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
d. Jelaskan faktor resiko yang mempengaruhi kesehatan
e. Ajarkan strategi untuk meningkatkan perilaku hidup sehat

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yang dilakukan meliputi evaluasi hasil dan proses. Evaluasi hasil
berfokus pada perubahan perilaku atau status kesehatan pada akhir tindakan
perawatan pasien. Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan secara terus
menerus sampai tujuan tercapai. Evaluasi dilakukan dengan cara mengumpulkan
data perubahan kondisi pasien atau perkembangan pasien dengan menggunakan
kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana keperawatan.

Pada tahap evaluasi dilihat dari enam masalah keperawatan yang ditemukan pada
pasien kelolaan didapatkan bahwa ada satu masalah keperawatan yang teratasi.
Hasil yang diperoleh pada evaluasi yaitu:

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan


nafas.

Pada diagnosa keperawatan terkait dengan bersihan jalan nafas tidak efektif
masalah belum teratasi dikarenakan pasien masih batuk batuk tetapi dahak sudah
bisa keluar lebih mudah, pasien menolak di berikan tindakan pemberian obat
nebule dan tindakan fisioterapi dada karena pasien mengatakan Lelah untuk
batuk batuk terus dan jika batuk dada mulai terasa nyeri.

Nyeri Kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis


Pada diagnosa keperawatan nyeri kronis masalah belum teratasi, karena pasien
masih mengeluh nyeri jika pergelangan mata kaki kanan di gerakan, dan skala
nyeri 5

Deficit perawatan diri (toileting) berhubungan dengan gangguan


musculoskeletal

Pada diagnosa deficit perawatan diri (toileting) masalah teratasi dikarenakan


pasien tetap berusaha untuk ke WC walaupun menggunakan pampers dan masih
nyeri di kaki kanan.

Deficit pengetahuan tentang PPOK berhubungan dengan kurang terpapar


informasi

Pada diagnosa deficit pengetahuan tentang PPOK masalah belum teratasi karena
pasien belum mengerti apa itu PPOK, gejala, cara mencegah nya, dan pasien
pulang pada hari ke 3
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Keluhan utama pasien yaitu pasien mengatakan batuk batuk terus, dahak bisa
keluar. Adapun keluhan tambahan saat dikaji pasien merasakan nyeri pada
pergelangan mata kaki kanan, pada pengkajian riwayat penyakit lalu pasien
menderita penyakit jantung hypertensive heart disease

2. Pada pengkajian pola aktifitas dan istirahat, didapatkan hasil skor 10 dengan
rata rata perlu dibantu sebagian karena pasien mengeluh nyeri pada kaki
kanan.

3. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada auskultasi thorax, ada suara nafas
tambahan yaitu ronchi pada lapang paru medial dan basal.

4. Pada pemeriksaan foto thorax didapatkan kesan: corakan bronchovaskuler


kasar, air bronchogram mininmal, susp.bronchitis kronis
5. Diagnosis keperawatan Ny.W antara lain Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas, Nyeri kronis berhubungan
dengan kondisi musculoskeletal kronis, Deficit perawatan diri (toileting)
berhubungan dengan gangguan musculoskeletal, dan Deficit pengetahuan
tentang PPOK berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

6. Setelah dilakukan implementasi 2x24 jam dengan melakukan tindakan


berdasarkan dari empat masalah keperawatan yang didapatkan dan sudah
dilakukan implementasi sehingga hasil yang didapatkan ada satu masalah
keperawatan yang teratasi yaitu Deficit perawatan diri (toileting) berhubungan
dengan gangguan musculoskeletal.

B. Saran

1. Bagi perawat

Berdasarkan asuhan keperawatan yang saya buat, saran yang dapat diberikan
adalah diperlukan asuhan yang lebih lanjut terkait PPOK. Diharapkan laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan dapat menjadi tambahan referensi dan ilmu
pengetahuan mengenai teori penyakit terkait dalam menunjang pelayanan kepada
pasien

2. Bagi pembaca

Hasil tugas ini diharapkan mampu untuk menambah wawasan terkait asuhan
keperawatan pada pasien dengan diagnosis medis PPOK.
DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar, R. F. (2023, Januari 06). Mampukah Latihan Otak Meningkatkan Fungsi
Kognitif pada Lansia? Retrieved from Kementerian Kesehatan Direktorat
Jendral Pelayanan Kesehatan:
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2053/mampukah-latihan-otak-
meningkatkan-fungsi-kognitif-pada-lansia

Celli, B. R., & Criner, G. J. (2020). Chronic Obstructive Pulmonary Disease, An


Issue of Clinics in Chest Medicine. Pennsylvenia: Elsevier Health Sciences.

Ekowati, K. U., Santoso, H. B., & Sumarni, T. (2022). STUDI KASUS BERSIHAN
JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF PADA PASIEN PNEUMONIA DI RSUD
AJIBARANG. Jurnal Kesehatan Notokusumo, 10-19.

Hospital, T. M. (2023, Maret 29). Apa itu Osteoarthritis? Penyebab, Gejala, dan
Penanganannya. Retrieved from Siloam Hospital:
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-
osteoarthritis

KEMENKES. (2022, November 30). Penyakit Paru Obstruktif Kronis. Retrieved


from Kementrian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan:
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1873/penyakit-paru-obstruktif-
kronis

Mosenifar, Z. (2022, 1 3). Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) Clinical


Presentation. Retrieved from Medscape:
https://emedicine.medscape.com/article/297664-clinical#showall

PPNI, T. P. (2017). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat.

Price, S. A., & Wilson, I. M. (2012). PATOFISIOLOGI: KONSEP KLINIS PROSES-


PROSES PENYAKIT. Jakarta: Elsevier.

team, S. m. (2023, May 10). Tangani Nyeri dengan Interventional Pain Management.
Retrieved from Siloam Hospital:
https://www.siloamhospitals.com/en/informasi-siloam/artikel/solusi-terkini-
tangani-nyeri-dengan-interventional-pain-management

WHO. (2023, Maret 16). Chronic Obtructive Pulmonary Disease. Retrieved from
World Health Organization:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/chronic-obstructive-
pulmonary-disease-(copd)
Wulansari, Musta’in, M., & Vifri, I. F. (2022). Edukasi Kesehatan Sebagai Intervensi
Masalah Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan Lansia Dengan
Riwayat Penyakit Kronis Menuju Kualitas Hidup Lansia Yang Optimal.
Jurnal Pengabdian Masyarakat, 176-183.

Anda mungkin juga menyukai