Oleh :
2204198
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan paru jangka panjang yang dikenal sebagai penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) didefinisikan oleh adanya penyumbatan saluran udara di
saluran pernapasan. Penyakit PPOK merupakan prevelensi dari penyakit
pernapasan seperti Bronkitis kronis dan emfisema. Pada emfisema, ada
penyumbatan dalam pertukaran oksigen dan karbon dioksida karena kerusakan
pada dinding alveoli, tetapi pada bronkitis kronis, ada penumpukan lendir dan
ada sekresi yang sangat signifikan sehingga dapat menyumbat jalan napas
(Celli & Criner, 2020).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
3. Bagi pasien
TINJAUAN KASUS
A. Definisi
Gangguan paru jangka panjang yang dikenal sebagai penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) didefinisikan oleh adanya penyumbatan saluran udara di
saluran pernapasan. Penyakit PPOK merupakan prevelensi dari penyakit
pernapasan seperti Bronkitis kronis dan emfisema. Pada emfisema, ada
penyumbatan dalam pertukaran oksigen dan karbon dioksida karena kerusakan
pada dinding alveoli, tetapi pada bronkitis kronis, ada penumpukan lendir dan
ada sekresi yang sangat signifikan sehingga dapat menyumbat jalan napas
PPOK ialah gangguan paru yang terjadi dalam waktu yang cukup panjang.
Gangguan ini menghambat aliran udara dari paru paru yang terjadi karna
adanya sumbatan jalan nafas yang disebabkan oleh lendir atau dahak serta
terjadinya pembengkakan yang dapat menghambat jalanya udara keparu paru
yang dapat mengakibatkan terjadinya sesak nafas (Celli & Criner, 2020).
B. Etiologi
1. Merokok
2. Polusi Udara
Polusi udara terjadi akibat asap dapur, asap kendaraan, asap pabrik dan lain
lain hal ini dapat mengakibatkan disfungsi paru yang dapat memicu PPOK
memang terjadi pada individu yang tidak pernah merokok. Meskipun peran
polusi udara dalam etiologi PPOK tidak jelas, efeknya kecil bila
dibandingkan dengan merokok. Di negara berkembang, penggunaan bahan
bakar biomassa dengan memasak dan memanaskan di dalam ruangan
kemungkinan menjadi kontributor utama prevalensi PPOK di seluruh dunia.
Paparan jangka panjang terhadap polusi udara terkait lalu lintas dapat
menjadi faktor PPOK pada pasien diabetes dan asma.
C. Anatomi fisiologi
Anatomi sistem pernafasan pada manusia dimulai dari rongga hidung, udara
akan masuk melalui rongga hidung. Rongga hidung berlapis selaput lendir,
didalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat
(kelenjar sudoifera). Berfungsi untuk menangkap benda asing yang masuk, dan
rambut pada hidung berfungsi untuk menyaring partikel ktoran yang masuk ke
saluran bersama udara partikel debu yang kasar akan disaring oleh rambut-
rambut yang terdapat di lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan
terjerat dalam laipasn mukus. Gerakan silia (rambut) mendorong lapisan mukus
ke posterior didalam rongga hidung, dan superior didalam sistem pernapasan
bawah menuju ke faring.
2. Faring (Tenggorokan)
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan, laring
berada diantara orofaring dan trakea didepan lariofaring. Laring diselaputi oleh
membran mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal
sehingga kuat untuk menaan getaran-getaran suara pada laring. Pada bagian
laring terdapat pita suara, ruang berbentuk segitiga di antara pita suara (glotis)
bermuara ke trakea dan membentuk bagian antara saluran pernapasan atas dan
bawah. Pada waktu menelan gerakan laring ke atas, glotis akan menutup dan
fungsi seperti pintu dari epligotis berperan untuk mengarahkan makanan dan
cariran masuk ke dalam esofagus. Jika benda asing masih mampu masuk
melampaui glotis, fungsi batuk yang dimiliki laring akan menghalau benda dan
sekret keluar dari saluran pernapasan bagian bawah.
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea yaitu hanya
tulang rawan, bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang
lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna.
Bronkus bencabang-cabang lagi menjadi brokiolus yang menuju ke paru-paru.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris
dan kemudian bronkus segmentalis, percabangan ini berjalan terus menjadi
ukuran yang lebih kecil disebut bronkiolus terminalis yang akan menyalurkan
udara menuju paru-paru.
6. Bronkiolus
7. Paru-paru (Pulmo)
8. Alveolus
Alveolus adalah bagian dari anatomi paru merupakan kelompok terkecil yang
disebut kantong alveolar di ujung bronkiolus. Setiap alveoli adalah rongga
berbentuk cekung yang dikelilingi oleh banyak kapiler kecil, fungsinya sebagai
tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Alveoli kemudian menyerap
oksigen dari udara yang dibawa oleh bronkiolus dan mengalirkannya ke dalam
darah. Setelah itu, karbon dioksida yang merupakan produk limbah dari sel-sel
tubuh mengalir dari darah ke alveoli untuk dihembuskan keluar. Pertukaran gas
ini terjadi melalui dinding alveoli dan kapiler yang sangat tipis. Alveolus pada
hakekatnya merupakan suatu gelembung gas yang dikelilingi oleh jaringan
kapiler dan hanya mempunyai satu lapis sel yang diameternya kecil
dibandingkan dengan diameter sel darah merah, fungsi utama dari alveolus
adalah untuk pertukaran gas. Pertukaran gas ini terjadi melalui dinding alveoli
dan kapiler yang sangat tipis, dalam setiap paru terdapat sekitar 300 juta
alveolus. Dinding alveolus sangat tipis setebal selapis sel, lembab, berdekatan
dengan kapiler-kapiler darah. Pada bagian alveolus inilah terjadi pertukaran
gas-gas O2 dari udara bebas ke sel-sel darah, sedangkan pertukaran CO2 dari
sel-sel tubuh ke udara bebas terjadi (Price & Wilson, 2012).
D. Manfestasi klinis
Menurut Mosenifar, (2022) Gejala yang terjadi pada PPOK meliputi sesak
nafas, batuk kronis dan adanya spuntum. Satu dari berbagai tanda yang sering
muncul ialah sesak nafas (Dyspnea) pada pasien PPOK. Gagal Nafas dapat
terjadi kepada penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Ketika ini
terjadi, bibir akan menjadi warna biru akibat dari kekurangan oksigen dalam
darah. Kelebihan kadar karbon dioksida dalam darah dapat menyebabkan sakit
kepala atau kantuk. Tanda-tanda peringatan dan gejala PPOK tercantum di
bawah ini
1. Batuk kronik
3. Kelemahan badan
4. Produksi spuntum
5. Nafas berbunyi
E. Pathway
Suhu tubuh
meningkat Penumpukan lender Obstruksi pada Jalan nafas bronkial
dan sekresi yang pertukaran oksigen menyempit dan
menyumbat jalan dan karbondioksida membatasi jumlah
Hipertermi
nafas terjadi akibat udara yang mengalir
kerusakan dinding kedalam paru
alveoli
1. Chest X-ray
Chest x-ray merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk meilai paru
paru, jantung, dan rongga dada. Chest x-ray atau bisa disebut dengan foto
thorax dapat menunjuka hiperinflasi paru- paru, diafragma yang mendatar,
terjdinya peningkatan bentuk bronkovaskuler (bronchitis), penurunan tanda
vaskuler (emfisema).
2. Darah Rutin
Tes faal paru berbasis spirometri mungkin berguna untuk membuat diagnosis
dan memantau perkembangan penyakit. Spirometri, juga dikenal sebagai
kapasitas vital paksa, mengukur berapa banyak udara yang dihembuskan pada
volume terbesarnya setelah forced vital capacity (FVC). Spirometri, juga
dipakai sebagai forced expiratory volume in 1 second (FEV1), dapat digunakan
untuk mengukur jumlah udara yang dihembuskan dalam satu detik.
Pemeriksaan ini sangat penting untuk digunakan agar dapat secara jelas
mengamati kondisi obstruktif pernapasan dengan menghitung rasio kedua nilai
ini, yang dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru-paru. Pengurangan
nilai FEV1 dan FVC dari ukuran 70%, yang menunjukkan keterbatasan aliran
udara non-reversibel, ialah tipikal penyakit paru obstruktif kronik. Ketika
penyakit paru obstruktif kronis pasien stabil, tes ini dapat dilakukan. Berikut
adalah klasifikasi penyakit paru
a. Stage 1 (ringan) hasil rasio FEV1/FCV <70% menunjukkan nilai FEV1
>80% dari nilai prediksi
4. EKG
G. Komplikasi
1. Gagal Jantung
Penyakit yang dikenal sebagai gagal jantung terjadi ketika jantung tidak dapat
berfungsi dengan baik dan memompa darah. Hal ini bisa terjadi pada penderita
penyakit paru dengan dyspnea berat
2. Hipoksemia
3. Asidosis respiratorik
Suatu kondisi yang dapat berkembang sebagai akibat dari terlalu banyak karbon
dioksida dalam tubuh. Penyakit ini biasanya ditandai dengan nyeri
kepala/pusing serta lesu
4. Infeksi pernafasan
H. Penatalaksanaan medis
a. Bronkodilator
b. Anti inflamasi
c. Antibiotik
d. Mukolitik
e. Antitusif
Diberikan hanya bila terdapat batuk yang sangat mengganggu. Penggunaan
secara rutin merupakan kontraindikasi.
2. Pengobatan penunjang
a. Rehabilitasi
1) Edukasi
2) Berhenti merokok
4) Nutrisi
b. Terapi oksigen
Harus berdasarkan analisa gas darah baik pada penggunaan jangka panjang
atau pada eksaserbasi. Pemberian yang tidak berhati hati dapat
menyebabkan hiperkapnia dan memperburuk keadaan. Penggunaan jangka
panjang pada PPOK stabil derajat berat dapat memperbaiki kualiti hidup
c. Ventilasi mekanik
1. Pengkajian Keperawatan
a. Data Umum
1) Identitas
Nama, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, diagnosis, waktu,
dan tanggal masuk termasuk kedalam identitas.
3) Pola elimiasi
1) Kesadaran
2) Penampilan
3) Vital sign
4) Kepala
5) Mata
6) Hidung
Bagaiamana kebersihan hidung apakah terdapat secret, adakah polip,
adakah memakai oksigen, adakah nafas cuping hidung
7) Telinga
9) Dada
10) Abdomen
11) Genetalia
kaji kebersihan genetalia, adanya luka atau infeksi, dan kaji apakah
terpasang kateter
13) Kulit
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal Pengkajian : 03/07/2023 Pukul : 08:10 WIB
Oleh : Owyn Lemuel Widagdo
A. IDENTITAS
1. Pasien
Nama : Ny.W
Tanggal lahir (usia) : 13/12/1946 (76 Tahun)
Agama : Islam
Status Perkawinan : menikah
Pendidikan : SD
Suku/Bangsa : Jawa/Indoneisa
Tanggal Masuk RS : 01/07/2023
No RM : 02022xxx
Ruang : Ruang C/2A
Diagnose Medis : PPOK
Alamat : Umbulharjo
2. Keluarga / penanggungjawab
Nama : Ny. P
Hubungan : Anak
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Umbulharjo
3. Kesehatan Pasien
a.Keluhan utama saat dikaji : pasien mengatakan batuk batuk terus, dahak bisa
keluar
b.Keluhan tambahan saat dikaji : Pasien mengatakan nyeri pada pergelangan
kaki kanan
O: Nyeri sudah dirasakan sejak lama pasien lupa sudah berapa tahun
P: Nyeri bertambah jika menggerakan kaki kanan
Q: Nyeri seperti tertekan
R: Nyeri dirasakan di kaki kanan bagian pergelangan
S: skala 5, nyeri mengganggu aktifitas
T: meminum obat yang sudah di berikan dokter
U: pasien sudah pernah mengalami nyeri seperti sekarang
V: Harapan terhadap penyakitnya semoga tidak terasa nyeri kembali karena
mengganggu aktifitas
c.Alasan utama saat masuk RS : pasien mengatakan batuk batuk, sampai
muntah lalu di bawa ke rumahsakit pada tanggal 1/07/2023 jam 00.46
d.Riwayat penyakit sekarang
Sejak hari rabu tanggal 28/06/2023 pasien mengalami batuk batuk, sesak dan
di bawa ke rumah sakit Bethesda lalu mendapatkan obat tambahan ambroxol
dan salbutamol, lalu pasien pulang. Hari jumat tanggal 30/06/2023 pasien
mengeluh batuk batuk hingga muntah dan demam, lalu pasien di bawa ke
Rumah Sakit Bethesda. Pasien tiba di IGD jam 00.46 dengan tekanan darah:
153/84 mmHg, Nadi 100x/menit, nafas 26x/menit, SPO2 97%, Suhu 37,7C.
pasien mengatakan ada riwayat jantung dengan obat rutin spironolakton 25
mg 1x12,5 mg, candesartan 8mg 1x4mg, concor 2,5 mg 1x2,5. Pasien di
berikan terapi infus RL 20tpm, furosemide 2x1, ondansentron 2x1,
esomeprazole 1x40mg, ceftriaxone 2x1g, Tab NAC 3x1, paracetamol 3x1.
e.Riwayat penyakit yang lalu
Klien menderita penyakit jantung hypertensive heart disease.
f. Alergi obat dan makanan : tidak ada
4. Kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak tahu apakah ayah ibu dari pasien
mempunyai riwayat hipertensi dan DM
Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal dunia
: Klien
: Tinggal serumah
AKTIVITAS 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Eliminasi √
Pindah √
Ambulasi √
Naik tangga √
Memasak √
Belanja √
Merapikan rumah √
Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu sebagian
2 : perlu bantuan orang lain
3 : perlu bantuan orang lain dan alat
4 : tergantung total
(2) Kebutuhan tidur
Jumlah tidur dalam sehari :
Siang : 1 jam
Malam : 6 jam
Pasien mengutamakan tidur malam, tidak ada keluhan saat tidur.
(3) Kebutuhan istirahat
Istirahat pada siang hari. Waktu istirahat pasien tidak tentu, jika tidak
ada pekerjaan, klien meluangkan waktu untuk beristirahat dan
bersantai.
b. Selama sakit
(1) Keadaan aktifitas
AKTIVITAS 0 1 2 3 4
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di TT √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu sebagian
2 : perlu bantuan orang lain
3 : perlu bantuan orang lain dan alat
4 : tergantung total
(2) Kebutuhan tidur
Pasien mengatakan tidur tidak menentu
(3) Kebutuhan istirahat
Pasien bed rest
4. Pola kebersihan diri
a. Sebelum sakit
(1) Kebersihan kulit
Kebiasaan mandi 2x sehari, menggunakan sabun, tidak ada keluhan.
(2) Kebersihan rambut
Kebiasaan mencuci rambut tiap dua hari sekali, tidak ada keluhan.
(3) Kebersihan telinga
Membersihkan telinga tiap hari dengan menggunakan cotton bud,
tidak ada keluhan.
(4) Kebersihan mata
Membersihkan mata ketika mandi, tidak ada keluhan.
(5) Kebersihan mulut
Menggosok gigi 2x sehari, menggunakan pasta gigi. Tidak ada
keluhan.
(6) Kebersihan kuku
Memotong kuku seminggu sekali, tidak ada keluhan.
b. Selama sakit
Klien melakukan pemenuhan kebutuhan perawatan dengan dibantu penuh
oleh perawat.
5. Pola pemeliharaan kesehatan
a. Penggunaan tembakau : pasien mengatakan tidak pernah merokok
b. NAPZA : pasien tidak mengonsumsi NAPZA.
c. Alkhohol : pasien tidak mengonsumsi alkohol
d. Intelektual : Pasien mengatakan sadar atas penyakit yang di deritanya
6. Pola reproduksi – seksualitas
Pasien mengatakan sudah tidak pernah melakukan hubungan seksual
7. Pola kognitif-persepsi/sensori
a. Keadaan mental : Tenang
b. Berbicara : pasien dapat berbicara
c. Bahasa yang dikuasai : Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa
d. Kemampuan membaca : Dapat membaca
e. Kemampuan berkomunikasi: Dapat berkomunikasi.
f. Kemampuan memahami informasi: Dapat memahami informasi
g. Tingkat ansietas : pasien tenang.
h. Ketrampilan berinteraksi : Pasien dapat berinteraksi dengan perawat.
i. Pendengaran : Pasien dapat mendengar dengan jelas.
j. Penglihatan : Pasien tidak menggunakan alat bantu
penglihatan.
k. Tak nyaman : nyeri pada bagian pergelangan kaki kanan.
a. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi nyeri: meminimalisir pergerakan
kaki kanan
8. Pola konsep diri
a) Gambaran diri
Pasien mengatakan dirinya berharga dan beruntung masih diberikan umur
panjang dengan kondisinya saat ini.
b) Ideal diri
Pasien mengatakan saat berjalan kaki kanan nyeri untuk diangkat.
c) Harga diri : Pasien menerima pengobatan yang dijalani.
d) Peran diri : Pasien sebagai istri dari 6 orang anak.
e) Identitas diri : Pasien mengatakan sudah menerima penyakitnya.
9. Pola koping
a. Pengambilan keputusan : ditentukan oleh pasien
b. Hal-hal yang dilakukan jika mempunyai masalah : meminta bantuan suami
dan anaknya.
10. Pola peran – hubungan
a. Status pekerjaan : sudah tidak bekerja
b. Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat.
Klien mengikuti kegiatan di sekitar rumahnya.
c. Sistem pendukung : keluarga dan saudaranya.
d. Kesulitan dalam keluarga : : hubungan dengan keluarga tidak ada
kesulitan.
e. Selama sakit
Klien masih berhubungan dengan suami dan anaknya.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Pengukuran TB : 155cm
2. Pengukuran BB : 50 kg
IMT : BB/(TB)² = 50 : (1,55)² = 20,81 (normal)
3. Pengukuran tanda vital
a. Tekanan darah : 100/60 mmHg, diukur di tangan kanan posisi tidur,
ukuran manset dewasa.
b. Nadi : 100 x/menit, regular, teraba kuat, diukur di nadi radialis kanan,
c. Respirasi : 22 x/menit, regular, tipe pernapasan dada.
d. Suhu : 36,4 °C, diukur di dahi menggunakan thermometer non contact.
3. Morse Fall Scale
NO PENGKAJIAN SKALA NILAI
1. Riwayat jatuh: apakah lansia pernah jatuh Tidak 0 0
dalam 3 bulan terakhir? Ya 25
6. Status Mental 0
- Lansia menyadari kondisi dirinya 0
- Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15
Total Nilai 35
Keterangan:
E. Test diagnostik
1. Laboratorium
Tanggal 1 juli 2023
2. Thorax foto
Kesan : Corakan bronchovaskuler kasar, air bronchogram mininmal,
susp.bronchitis kronis
F. Program pengobatan
H. Diagnosa keperawatan
No Diagnosa
Hari ke 1
Hari Ke 2
I:
a. Memberikan injeksi
08.00 furosemide 20 mg,
ondansentron 2 mg,
ceftriaxone 1g:
Obat dimasukan melalui
jalur IV
E:
S:
Pasien mengatakan
tidak sakit saat di
suntik
Pasien mengatakan
masih batuk batuk
terus tetapi dahak
sudah lebih mudah
keluar
Pasien mengatakan
menolak untuk di
berikan obat nebule
dan tindakan
fisioterapi dada karena
pasien mengatakan
sudah capek untuk
batuk dan dada mulai
nyeri jika batuk
O:
TTV:
TD: 132/ 89 mmHg
S: 36,2 C
N:93x/menit
RR: 24x/menit
SPO2: 97%
Auskultasi: suara nafas
tambahan ronchi di lapang
dada medial dan basal
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intevensi
2 Nyeri Kronis Tanggal S: pasien mengatakan kaki
berhunbungan 04/07/2023 masih sakit terutama jika
dengan kondisi 07.00 digerakan
musculoskeletal O:
kronis Pasien terlihat menringis
jika menggerakan kaki
kanan nya
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
I:
a. Mengidentifikasi
Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri:
Pasien kooperatif
E:
S:
O: Nyeri sudah
dirasakan sejak lama
pasien lupa sudah
berapa tahun
P: Nyeri bertambah jika
menggerakan kaki
kanan
Q: Nyeri seperti
tertekan
R: Nyeri dirasakan di
kaki kanan bagian
pergelangan
S: skala 5, nyeri
mengganggu aktifitas
T: meminum obat yang
sudah di berikan dokter
U: pasien sudah pernah
mengalami nyeri seperti
sekarang
V: Harapan terhadap
penyakitnya semoga
tidak terasa nyeri
kembali karena
mengganggu aktifitas
O:
TD: 132/ 89 mmHg
S: 36,2 C
N:93x/menit
RR: 24x/menit
SPO2: 97%
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
3 Deficit Tanggal S:
perawatan diri 04/07/2023 pasien mengatakan tidak
(toileting) 07.00 nyaman jika harus
berhubungan BAB/BAK di tempat tidur
dengan O:
gangguan Pampers bersih
muskuloskeletal A: masalah belum teratasi
P:lanjutkan intervensi
I:
a. mengidentifikasi
kebiasaan BAB atau
BAK pasien:
pasien mengatakan mau
tidak mau harus
kekamar mandi walau
merasa tidak nyaman
dan nyeri
E:
S:
pasien mengatakan
mau tidak mau
harus kekamar
mandi walau merasa
tidak nyaman dan
nyeri
O:
pasien terlihat bisa
berjalan ke WC
walau harus pelan
pelan dan butuh
bantuan orang lain
A: masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
4 Deficit Tanggal I:
pengetahuan 04/07/2023 a. menjadwalkan
tentang PPOK 10.00 kegiatan pendidikan
berhubungan kesehatan:
dengan kurang pasien mengatakan
terpapar setuju pada esok
informasi hari tanggal
05/07/2023 jam
10.00
E:
S:
pasien mengatakan
tidak tahu apa itu
PPOK
O: -
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN
NIM : 2204198
Stase : KMB
Ruang :C
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal Pengkajian : 05/07/2023 Pukul : 08:00 WIB
Oleh : Owyn Lemuel Widagdo
IDENTITAS
1. Pasien
Nama : Nn.A
Tanggal lahir (usia) : 01/10/2001 (21 Tahun)
Agama : Islam
Status Perkawinan : belum menikah
Pendidikan : SMA
Suku/Bangsa : Jawa/Indoneisa
Tanggal Masuk RS : 04/07/2023
No RM : 02022xxx
Ruang : Ruang C/1C
Diagnose Medis : Asma bronkial
Alamat : Umbulharjo
2. Keluarga / penanggungjawab
Nama : Ny. R
Hubungan : Ibu
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Umbulharjo
3. Kesehatan Pasien
a. Keluhan utama saat dikaji : pasien mengatakan sesak nafas
b. Keluhan tambahan saat dikaji : pasien mengatakan tidak bisa leluasa
beraktifitas karena lemas
c. Alasan utama saat masuk RS : pasien mengatakan sesak nafas saat
dirumah pada 4/07/2023 jam 18.00
d. Riwayat penyakit sekarang
Pada hari selasa tanggal 04/07/2023 jam setengah 4 pasien mengalami
sesak nafas dan batuk batuk lalu dibawa ke Rumah Sakit Bethesda, pasien
di perbolehkan pulang. Pada hari yang sama jam 19.00 pasien kambuh
lagi, dan di bawa ke IGD Rumah Sakit Bethesda dan tiba pada jam 20.00
dan pasien meminta opname. Tanda tanda vital pasien TD: 122/99 mmHg
nadi 118x/menit, RR 26x/menit, SPO2 97%, suhu 36,5 C. Pasien
mendapat terapi infus RL 20tpm, O2 : 3lpm, nebule velutine dan
Pulmicort 3x 1.
e. Riwayat penyakit yang lalu
Keluarga mengatakan pasien pernah mengalami sesak nafas pada usia
masih 5 bulan
f. Alergi obat dan makanan : tidak ada
POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Pola aktifitas istirahat tidur
a. Selama sakit
(1) Keadaan aktifitas
AKTIVITAS 0 1 2 3 4
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di TT √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu sebagian
2 : perlu bantuan orang lain
3 : perlu bantuan orang lain dan alat
4 : tergantung total
(2) Kebutuhan tidur
Pasien mengatakan tidur malam sekitar 6 jam lalu pasien jarang tidur
siang
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pengukuran TB : 160cm
2. Pengukuran BB : 55 kg
IMT : BB/(TB)² = 55 : (1,60)² = 21,48 (normal)
3. Pengukuran tanda vital
a. Tekanan darah : 110/60 mmHg, diukur di tangan kanan posisi tidur,
ukuran manset dewasa.
b. Nadi : 94 x/menit, regular, teraba kuat, diukur di nadi radialis kanan,
c. Respirasi : 22 x/menit, irregular, tipe pernapasan dada.
d. SPO2: 97%
e. Suhu : 36,4 °C, diukur di dahi menggunakan thermometer non contact
f. Auskultasi thorax: suara vesikuler pada seluruh lapang paru, terdengar
suara nafas tambahan wheezing, tidak terdengar suara gallop atau
murmur.
Test diagnostic
1. Thorax foto
DS:
DO:
Nadi : 94 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
SPO2: 97%
Intervensi:
DS:
DO:
Nadi : 94 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
SPO2: 97%
Intervensi :
DS:
Pasien mengatakan sering berada didekat orang yang merokok, dan jarang
memakai masker jika berada di jalan raya.
DO:
-
Intervensi:
C. Asuhan keperawatan
PEMBAHASAN
A. Pengkajian keperawatan
Data pengakajian Ny. W didapatkan melalui hasil observasi bersama pasien, studi
dokumentasi melalui rekam medis pasien (cetak dan elektronik), serta
pemeriksaan fisik pada pasien. Data yang didapat baik normal maupun abnormal
dimasukkan ke dalam format pengkajian yang bertujuan mendukung penulis
dalam penyusunan diagnosa keperawatan. Pada pengkajian yang dilakukan pada
tanggal Tanggal 03/07/2023 jam 08.50, sedangkan pada pengkajian ulang
(reassesment) dilakukan pada tanggal 04/07/2023 pukul 06.45 WIB
Hasil pengkajian dinilai cukup baik dan memenuhi syarat dikarenakan adanya
data pendukung yang cukup dari rekam medis pasien dan pada hasil observasi
dan pemeriksaan fisik. Hasil pengkajian ini dinilai sesuai dengan teori pengkajian
pada pasien dengan diagnosa medis Bronkitis Kronis (PPOK), karena beberapa
data pemeriksaan fisik fokus pada kondisi klinis pasien.
B. Diagnosis Keperawatan
Cara memprioritaskan diagnosis yaitu dengan dua cara dimana cara yang
pertama berdasarkan tingkat kegawatan dan yang kedua berdasarkan kebutuhan
maslow. Berdasarkan tingkat kegawatan yaitu keadaan yang mengancam
kehidupan, keadaan yang tidak gawat dan tidak mengancam kehidupan, dan
persepsi tentang kesehatan dan keperawatan. Sedangkan kebutuhan Maslow yaitu
terbagi menjadi beberapa tingkat dimulai dari tingkatan tinggi ke rendah dimana
tingkatan tertinggi kebutuhan fisiologis, kemudian kebutuhan keamanan dan
keselamatan, kemudian kebutuhan mencintai dan dicintai, kemudian kebutuhan
harga diri, dan yang terakhir kebutuhan aktualisasi diri.
Tanda dan gejala yang didapatkan dari CVA NH tidak selalu sama dengan teori
atau dengan pasien lain karena tergantung dari mekanisme koping masing-
masing individu.
Adapun diagnosis yang muncul sesuai pada kondisi yang dialami pasien Ny. W
antara lain:
Ny.W mengalami tanda dan gejala batuk-batuk secara terus menerus dengan
produksi sputum yang banyak, dan auskultasi thorax ada suara nafas tambahan di
lapang dada bagian median dan basal, sehingga didapatkan diagnosis
keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif.
Beberapa kondisi klinis yang dapatt menyebabkan timbulnya besihan jalan nafas
tidak efektif salahsatunya adalah infeksi saluran nafas (PPNI, 2017). Menurut
PPNI (2017) bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan
membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan
nafas tetap paten.
Bersihan jalan nafas tidak efektif yang disebabkan oleh benda asing yang
berawal dari akumulasi sekret yang berlebih. Obstruksi jalan nafas merupakan
suatu kondisi individu mengalami ancaman pada kondisi pernapasanya yang
berkaitan dengan ketidakmampuan batuk secara efektif, yang dapat disebabkan
oleh sekresi yang kental atau berlebih akibat penyakit infeksi, imobilisasi, sekresi
dan batuk tidak efektif (Ekowati, Santoso, & Sumarni, 2022)
Nyeri Kronis adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan yang berlangsung lebih dari 3
bulan. (PPNI, 2017).
Pada kasus yang dialami oleh Ny. W, kemungkinan penyakit yang dialami adalah
osteoarthritis, yang tidak ada hubungan dengan penyakit PPOK. Pasien
mengatakan tidak tahu penyakit yang dialaminya dan keluarga pasien juga tidak
tahu apa yang menyebabkan kaki pasien menjadi nyeri. Osteoarthritis termasuk
dalam penyakit degeneratif. penyakit ini dapat memburuk seiring dengan
bertambahnya usiaosteoarthritis menjadi salah satu penyakit yang belum bisa
disembuhkan secara total dengan obat-obatan, tapi pasien tetap perlu
penanganan medis dalam mengatasi osteoarthritis agar gejala yang dirasakan
menjadi lebih ringan (Hospital, 2023).
Ny. W Mengeluh, pasien Ny.W mengatakan susah jika ingin berjalan kekamar
mandi akibat nyeri yang dirasakan di pergelangan mata kaki kanan.
Ny.W mengatakan tidak tahu apa itu PPOK dan apa itu bronkitis, dan pasien
mengatakan tidak tahu saat di tanya apa yang harus dihindari jika penyakitnya
kambuh, maka dengan ini diambil masalah keperawatan defisit pengetahuan
tentang PPOK.
C. Rencana Keperawatan
Adapun tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan dari pasien adalah bersihan
jalan nafas meningkat. Bersihan jalan nafas meningkat berarti kemampuan
membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas tinggi (PPNI T. P., 2019).
Upaya untuk mengatasi masalah keperawatan bersihan jalan nafas yaitu dengan
manajemen jalan nafas. Manajemen jalan nafas adalh intervensi yang di lakukan
perawat untuk mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan nafas (PPNI T. P.,
2018). pasien dengan diagnosa medis PPOK memerlukan bantuan untuk
mengeluarkan dahak salah satunya dengan batuk efektif. Batuk efektif dapat
membersihkan jalan nafas dari benda asing (Price & Wilson, 2012).
Adapun tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan dari pasien adalah tingkat nyeri
menurun. Tingkat nyeri menurun berarti menurunya skala nyeri, menurunya
gelisah, dan menurunya meringis (PPNI T. P., 2019).
Adapun tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan dari pasien adalah perawatan
diri meningkat. Perawatan diri meningkat berdasarkan observasi dan sumber
informasi dari pasien (PPNI T. P., 2019).
Adapun tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan dari pasien yaitu tingkat
pengetahuan meningkat. Tingkat pengetahuan meningkat ditentukan berdasarkan
observasi pasien (PPNI T. P., 2019).
Upaya untuk mengatasi masalah deficit pengetahuan tentang PPOK adalah
dengan intervensi edukasi kesehatan. Edukasi kesehatan adalah intervensi yang
dilakukan oleh perawat untuk mengajarkan pengelolaan faktor risiko penyakit
dan perilaku hidup bersih dan tertata sehat (PPNI T. P., 2018). Tindakan
intervensi edukasi kesehatan pada lansia dan keluarga guna menambah
kemampuan perawatan diri dan anggota keluarga dalam menjaga kondisi. Tujuan
akhir yang diharapkan dari pemberian edukasi kesehatan pada kelompok
sejahtera adalah meningkatkan derajat kesehatan lansia dan kualitas hidup lansia
yang optimal di tatanan komunitas (Wulansari, Musta’in, & Vifri, 2022).
D. Implementasi keperawatan
Pada tahap implementasi keperawatan yang dilaksanakan selama satu hari pada
tanggal 3 Juli 2023 mulai dari pukul 07.00 - 13.20 WIB. Implementasi yang
dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah direncanakan dari
beberapa diagnosa yang ditemukan dengan kondisi klinis pasien yaitu:
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang dilakukan meliputi evaluasi hasil dan proses. Evaluasi hasil
berfokus pada perubahan perilaku atau status kesehatan pada akhir tindakan
perawatan pasien. Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan secara terus
menerus sampai tujuan tercapai. Evaluasi dilakukan dengan cara mengumpulkan
data perubahan kondisi pasien atau perkembangan pasien dengan menggunakan
kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana keperawatan.
Pada tahap evaluasi dilihat dari enam masalah keperawatan yang ditemukan pada
pasien kelolaan didapatkan bahwa ada satu masalah keperawatan yang teratasi.
Hasil yang diperoleh pada evaluasi yaitu:
Pada diagnosa keperawatan terkait dengan bersihan jalan nafas tidak efektif
masalah belum teratasi dikarenakan pasien masih batuk batuk tetapi dahak sudah
bisa keluar lebih mudah, pasien menolak di berikan tindakan pemberian obat
nebule dan tindakan fisioterapi dada karena pasien mengatakan Lelah untuk
batuk batuk terus dan jika batuk dada mulai terasa nyeri.
Pada diagnosa deficit pengetahuan tentang PPOK masalah belum teratasi karena
pasien belum mengerti apa itu PPOK, gejala, cara mencegah nya, dan pasien
pulang pada hari ke 3
BAB V
A. Kesimpulan
1. Keluhan utama pasien yaitu pasien mengatakan batuk batuk terus, dahak bisa
keluar. Adapun keluhan tambahan saat dikaji pasien merasakan nyeri pada
pergelangan mata kaki kanan, pada pengkajian riwayat penyakit lalu pasien
menderita penyakit jantung hypertensive heart disease
2. Pada pengkajian pola aktifitas dan istirahat, didapatkan hasil skor 10 dengan
rata rata perlu dibantu sebagian karena pasien mengeluh nyeri pada kaki
kanan.
3. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada auskultasi thorax, ada suara nafas
tambahan yaitu ronchi pada lapang paru medial dan basal.
B. Saran
1. Bagi perawat
Berdasarkan asuhan keperawatan yang saya buat, saran yang dapat diberikan
adalah diperlukan asuhan yang lebih lanjut terkait PPOK. Diharapkan laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan dapat menjadi tambahan referensi dan ilmu
pengetahuan mengenai teori penyakit terkait dalam menunjang pelayanan kepada
pasien
2. Bagi pembaca
Hasil tugas ini diharapkan mampu untuk menambah wawasan terkait asuhan
keperawatan pada pasien dengan diagnosis medis PPOK.
DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar, R. F. (2023, Januari 06). Mampukah Latihan Otak Meningkatkan Fungsi
Kognitif pada Lansia? Retrieved from Kementerian Kesehatan Direktorat
Jendral Pelayanan Kesehatan:
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2053/mampukah-latihan-otak-
meningkatkan-fungsi-kognitif-pada-lansia
Ekowati, K. U., Santoso, H. B., & Sumarni, T. (2022). STUDI KASUS BERSIHAN
JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF PADA PASIEN PNEUMONIA DI RSUD
AJIBARANG. Jurnal Kesehatan Notokusumo, 10-19.
Hospital, T. M. (2023, Maret 29). Apa itu Osteoarthritis? Penyebab, Gejala, dan
Penanganannya. Retrieved from Siloam Hospital:
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-
osteoarthritis
team, S. m. (2023, May 10). Tangani Nyeri dengan Interventional Pain Management.
Retrieved from Siloam Hospital:
https://www.siloamhospitals.com/en/informasi-siloam/artikel/solusi-terkini-
tangani-nyeri-dengan-interventional-pain-management
WHO. (2023, Maret 16). Chronic Obtructive Pulmonary Disease. Retrieved from
World Health Organization:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/chronic-obstructive-
pulmonary-disease-(copd)
Wulansari, Musta’in, M., & Vifri, I. F. (2022). Edukasi Kesehatan Sebagai Intervensi
Masalah Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan Lansia Dengan
Riwayat Penyakit Kronis Menuju Kualitas Hidup Lansia Yang Optimal.
Jurnal Pengabdian Masyarakat, 176-183.