Anda di halaman 1dari 33

PEMBESARAN PROSTAT JINAK

Dr. Emil Wibowo Sp.U – IDI JAKSEL


CONTENT

DEFINISI ANATOMI FISIOLOGI EPIDEMIOLOGI

GEJALA PEMERIKSAAN
ETIOLOGI PATOFISIOLOGI
KLINIS PENUNJANG

DIAGNOSIS PENATA-
DIAGNOSIS KOMPLIKASI
BANDING LAKSANAAN
Pendahuluan
 Hyperplasia prostat merupakan salah satu masalah
utama bagi pria usia diatas 50 tahun dan
berperan dalam penurunan kualitas hidup
seseorang.

 Di Jakarta Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)


merupakan kelainan kedua tersering setelah batu
saluran kemih.
Definisi
 Benign Prostate Hypertrofi (BPH) sebenarnya
adalah suatu keadaan dimana kelenjar periuretral
prostat mengalami hiperplasia yang akan
mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan
menjadi simpai bedah.
Anatomi
 Prostat adalah suatu organ kelenjar yang
fibromuskular
 Berat prostat pada orang dewasa normal 20 gram
 didalamnya terdapat uretra posterior dengan
panjangnya 2,5 – 3 cm.
Anatomi
Anatomi

Lowsley : 5 lobus McNeal :


Epidemiologi
 Pembesaran prostat jinak (BPH) merupakan
penyakit pada laki-laki usia diatas 50 tahun yang
sering dijumpai.
 Di Indonesia BPH merupakan urutan kedua setelah
batu saluran kemih dan diperkirakan ditemukan
pada 50% pria berusia diatas 50 tahun.
Etiologi
 Hingga sekarang masih belum diketahui secara
pasti penyebab terjadinya hiperplasia prostat.
tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa
hiperplasia prostat erat kaitannya dengan
peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan
proses aging (menjadi tua).
Beberapa teori yang diduga sebagai
etiologi dari BPH :

1. Teori hormonal

2. Teori growth factor (faktor pertumbuhan)

3. Teori Peningkatan Lama Hidup Sel-sel Prostat karena


Berkuramgnya Sel yang Mati

4. Teori Sel Stem (stem cell hypothesis)

5. Teori Dihydro Testosteron (DHT)

6. Teori Reawakening
Patofisilogi

Retensi urin
total
Fase
dekompensasi

Fase
kompensasi
Pembesaran Lumen uretra Aliran urin
Prostat menyempit terhambat

Perubahan anatomik
vesika (hipertrofi otot Kontraksi ↑ tekanan
detrusor, trabekulasi buli-buli ↑ intravesikal
divertikel dsb)

Fase LUTS
kompensasi  Lower urinary tract symptom
↑↑ resistensi Fase Otot detrusor
uretra Dekompensasi kontraksi max

↑ tekanan ↑↑ tekanan
Retensi urin
muara ureter intravesikal

Refluks Hidroureter,
vesiko-ureter hidronefrosis
Gejala Klinis
 penurunan kekuatan pancaran dan kaliber aliran
urine
 Sulit memulai kencing (hesitancy)
 dribbling (urine menetes setelah berkemih)
 sering berkemih (frequency ↑) dan sering berkemih
malam hari (nocturia).
 Hematuria
 Bila obstruksi cukup berat, dapat menimbulkan
gagal ginjal (renal failure)
Pemeriksaan Fisik

Normal prostat BPH


Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan fisik diagnostik yang paling penting untuk
BPH adalah colok dubur.
 Normal : tidak terdapat penonjolan/dorongan ke-
rektum, konsistensi kenyal, permukan rata, sulkus
medialis teraba dan digaris tengah, dan kutub atas
prostat/ pole teraba.
 BPH : pembesaran prostat teraba simetris dengan
konsistensi kenyal, sulkus medialis tidak teraba.
(kutub/pole atas prostat) terangkat ke atas sehingga
tidak dapat diraba
 Jika colok dubur teraba konsistensi keras-nodul++,
harus dicurigai suatu karsinoma.
Derajat BPH
 Derajat I : Colok dubur ; penonjolan prostat, batas
atas mudah diraba, dan sisa volume urin <50 ml
 Derajat II : Colok dubur : penonjolan prostat
jelas,batas atas dapat dicapai, sisa volume urin 50-
100 ml
 Derajat III : Colok dubur :
batas atas prostat tidak dapat diraba, sisa volume
urin >100 ml
 Derajat IV : Terjadi retensi urin total.
Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium :
 Darah  Urin
- Ureum dan kreatinin - Kultur
- Elektrolit - Urinalisis
- mikroskopik
- Blood urea nitrogen
- Sedimen
- Prostate Specific Antigen (PSA)
- Gula darah
Pemeriksaan pencitraan

Foto polos abdomen (BNO)

Pielografi intravena (IVP)

Sistogram retrograde

Transrektal ultrasonografi (TRUS)

MRI atau CT Scan (jarang digunakan)


Pemeriksaan lain

Uroflowmetri

• Untuk mengukur laju pancaran urin miksi.

Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow


Studies)
• Untuk membedakan penyebab dari menurunnya laju pancaran
urin (obstruksi atau daya kontraksi otot detrusor yang
melemah)

Pemeriksaan Volume Residu Urin

• Volume residu urin setelah miksi spontan dapat ditentukan


dengan cara memasang kateter uretra dan mengukur berapa
volume urin yang masih tinggal.
Diagnosis
 Anamnesis : gejala obstruktif dan gejala iritatif
 Pemeriksaan fisik : terutama colok dubur
 Pemeriksaan laboratorium : berperan dalam
menentukan ada tidaknya komplikasi.
 Pemeriksaan pencitraan : USG, IVP, CT-Scan
 Uroflowmetri : tampak laju pancaran urin
berkurang.
Diagnosis Banding
 Kelemahan detrusor kandung kemih: kelainan medula spinalis,
neuropatia diabetes mellitus, pasca bedah radikal di pelvis
 Kandung kemih neuropati, disebabkan oleh : kelainan neurologik,
neuropati perifer, diabetes mellitus, alkoholisme, farmakologik (obat
penenang, penghambat alfa dan parasimpatolitik)
 Obstruksi fungsional : dis-sinergi detrusor-sfingter terganggunya
koordinasi antara kontraksi detrusor dengan relaksasi sfingter,
ketidakstabilan detrusor
 Kekakuan leher kandung kemih : fibrosis
 Resistensi uretra yang meningkat disebabkan oleh : hiperplasia
prostat jinak atau ganas, kelainan yang menyumbatkan uretra,
uretralitiasis, uretritis, striktur uretra
 Prostatitis
Komplikasi
 Divertikel Buli-buli
 Inkontinensia Overflow
 Batu Kandung Kemih
 Hematuria
 Sistitis
 Pielonefritis
 Retensi Urin Akut Atau Kronik
 Refluks Vesiko-Ureter
 Hidroureter
 Hidronefrosis
 Gagal Ginjal
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan :
 Menghilangkan atau mengurangi volume prostat

 Mengurangi tonus leher vesika, otot polos prostat

dan kapsul prostat


 Melebarkan uretra pars prostatika, menambah
kekuatan detrusor
4 macam golongan tindakan

Observasi (Watchful waiting)

Medikamentosa

Operatif

Invasif minimal
Observasi (Watchful waiting)
 Tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu
menjalani tindakan medik. Kadang-kadang mereka
yang mengeluh pada saluran kemih bagian bawah
(LUTS) ringan dapat sembuh sendiri dengan
observasi ketat tanpa mendapatkan terapi
apapun.
Medikamentosa
1. penghambat adrenergik a-1
 Mengurangi tonus leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat,
meningkatan laju pancaran urin dan memperbaiki gejala miksi.
 Contoh obatnya : Prazosine, dosisnya adalah 1-5 mg/hari, Terazosin,
Tamzulosin dan Doxazosin.
 Efek samping : hipotensi ortostatik, palpitasi, astenia vertigo dan lain-lain

2. Penghambat enzim 5a reduktase


 Obat ini baru akan memberikan perbaikan symptom setelah 6 bulan
terapi.
 efek samping : menurunnya libido.

 Contoh obat : finasteride (dosis 5mg/hari)

3. fitoterapi
 Bahan aktifnya belum diketahui dengan pasti, masih memerlukan penelitian
yang panjang.
 Contoh obat : Serenoa repens atau Saw Palmetto dan Pumpkin seeds.
Operatif
Prostatektomi terbuka
 - Retropubic infravesika (Terence millin)

 - Suprapubic transvesica/TVP (Freyer)

 - Transperineal

Endourologi
 - Trans urethral resection (TUR)

 - Trans urethral incision of prostate (TUIP)

 - Pembedahan dengan laser (Laser Prostatectomy)


Minimal Invasive
 Trans urethral microwave thermotherapy (TUMT)
 - Trans urethral ballon dilatation (TUBD)
 - Trans urethral needle ablation (TUNA)
 - Stent urethra dengan prostacath
IPSS SCORE
Kesimpulan
 Hyperplasia kelenjar prostat mempunyai angka
morbiditas yang bermakna pada populasi pria
lanjut usia.
 Gejala dari pembesaran prostat ini terdiri dari
gejala obstruksi dan gejala iritatif.
 Penatalaksanaan BPH berupa watchful waiting,
medikamentosa, terapi bedah konvensional dan
terapi minimal invasif.

Anda mungkin juga menyukai