Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERUAWATAN PADA TN.”D” DENGAN BPH


POST OPEN PROSTATEKTOMI (H KE 0 S.D H KE 3)
DI RUANG TERATAI RSUD SARAS HUSADA
PAYAKUMBUH

Tugas Mandiri Seminar Kasus


Tahap Profesi Stase Keperawatan Medikal Bedah

Di Susun Oleh :

Samsul Bahri S.Kep

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BERSAMA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
PAYAKUMBUH
2011
LEMBAR PENGESHAN

Telah disyahkan dan disetujui laporan kasus yang berjudul “ASUHAN


KEPERUAWATAN PADA TN.”D” DENGAN BPH POST OPEN
PROSTATEKTOMI (H KE 0 S.D H KE IV) DI RUANG TERATAI RSUD
SARAS HUSADA PAYAKUMBUH.” Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas
praktek profesi Ners

Pada
Hari :
Tanggal : Desember 2011

Mengetahui :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Datuk Maringgih) (Siti Nurbaya, S.Kep)


ASUHAN KEPERUAWATAN PADA TN.”A” DENGAN BPH POST OPEN
PROSTATEKTOMI H-1 DI RUANG EDELWES RSUD SARAS HUSADA
PAYAKUMBUH

A. DEFINISI
Benigna Prostate Hiperplasi (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat yang
sifatnya jinak yang menyumbat aliran urine dengan menutup orifisium uretra.
Kondisi ini merupakan kondisi patologis yang umum terjadi pada pria lansia
(>75 tahun) dan penyebab ke 2 yang paling sering memerlukan intervensi
medis pada pria diatas 60 tahun (Brunner & suddart, 2002).
Prostatektomi adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk
mengangkat kelenjar prostat yang mengalami hiperplasi dan meninggalkan
kapsul prostat (Brunner & suddart, 2002).

B. ETIOLOGI
Sampai saat ini belum diketahui pasti penyebab BPH, tetapi bukti yang
menunjukkan bahwa hormone dapat menyebabkan hyperplasia jaringan
penyangga stroma dan elemen-elemen glanduler pada prostat.

C. PATOFISIOLOGI
Hiperplasia disebabkan oleh terjadinya ketidakseimbangan antara hormone
testosterone dengan estrogen. Dengan bertambahnya usia, terjadi perubahan
imbangan testosterone dan estrogen yang disebabakan oleh berkumpulnya
produksi testosterone dan estrogen karena konvensi testosterone menjadi
estrogen pada jaringan adiposa di daerah perifer dengan pertolongan enzim
aromatase. Estrogen ini menyebabkan terjadinya hiperlasia stoma sehingga
diduga testoteron diperlukan untuk proliferasi sel. Kemungkinan lain
perubahan konsentrasi relative testosterone dan estrogen menyebabkan
produksi potensiasi factor pertumbuhan lain yang dapat menyebabkan
terjadinya pembesaran kelenjar prostat. Lobus yang mengalami hipertropi
dapat menyumbat kolumna vesikal atau uretra prostatic, dengan demikian
Refluk Vesika Urinaria Kurang pengetahuan
Cemas
oleh Kurang Kerusakan
tekanan-tekanan
Palvio Ginjal(Hydronefrotik)
intraGinjal
Koliks vesika Edema
urinaria Gangguan Cairan
residualBerlebih
urine
pengetahuan Hernia,
PK : Hemorid
anemia
Pre-op Dilatasi
Pola
retensio dan
urine
kontraksi Ureter
kuantitas
fase awal
total
muskulus (Hydroureter)
miksi
(fase berubah
prostat
dekompensasi)
destruksor tidak kerusakan
hiperplasi
adekuatop PK
Kerusakan
(lemah) : perdarahan
mobilitas fisik
Testis usia lanjut meningkatkan
Kompensasi Nyeri tekanan
Akut intra abdominal
ensia paradoksa overflow (tekanan intra vaskuler urinaria dari pada tekanan spingter bersifar kronis)

menyebebkan pengosongan urine inkomplit atau retensio urine. Akibatnya


dapat terjadi dilatasi saluran kemih ureter (hydroureter) dan ginjal
(hidronefrosis) secara bertahap. Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat
stasis urine, dimana sebagian urine tetatp berada pada saluran kemih dan
berfungsi sebagai media untuk organisme infektif.
PATHWAY :
D. MANIFESTASI KLINIK
Komplek gejala iritatif dan obstruktif yang disebut prostatisme pada BPH
meliputi :
1. Peningkatan frekuensi berkemih
2. Nokturia
3. Dorongan ingin berkemih
4. Anyang-anyangen (polakisuria)
5. Abdomen tegang
6. Volume urine menurun dan harus mengejan saat berkemih
7. Aliran urine tidak lancer
8. Dribbling (urine terus menetes saat berkemih)
9. Rasa seperti kandung kemih tidak kosong dengan baik
10. Retensi urine akut (bila lebih dari 60cc urine tetap berada dalam
kandung kemih setelah berkemih).
Pada akhirnya BPH dapat menyebabkan (akumulasi produk sampah nitrogen),
dan gagal ginjal dengan retensio urine kronis dengan volume residu yang
besar. Gejala generalisasi juga mungkin tampak termasuk keletihan,
enoreksia,mual dan muntah.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostic yang biasa dilakukan untuk menegakkan diagnose
adanya BPH antara lain :
1. Pemeriksaan fisik, dilakukan dengan pemeriksaan rectal
digital/colok dubur
2. Uji diagnostic dengan USG prostat atau sistoskopi dilakukan
untuk menentukan tingkat pembesaran prostat.
3. Pemeriksaan laboratorium mencakup : urinalisis, urodinamis, dan
fungsi ginjal berfungsi untuk mengkaji segala obstruksi dalam pola
aliran urine dan efisiensi fungsi ginjal. Pemeriksaan darah lengkap,
masa perdarahan dan masa penjendalan dilakukan karena
perdarahan merupakan komplikasi utama pasca operasi.
4. Pemeriksaan EKG dan foto THORAX penting dilakukan pada usia
tua karena berisiko terjadi komplikasi jantung dan pernafasan
pasca operasi.

F. PENATALAKSANAAN
Rencana pengobatan tergantung pada penyebab keparahan obstruksi dan
kondisi klien. Pada kondisi darurat karena tidak bias berkemih biasanya
dilakukan kateterisasi dengan segera. Jika kateterisasi tidak berhasil, kadang
dilakukan sistostomi suprapubik untuk drainase yang adekuat.
Pengobatan lain yang lazim dilakukan yaitu :
1. Watch-Ful Waiting (insisi prostat trans uretral, dilatasi balon,
penyekat alfa, dan inhibitor 5-alfa Reduktase (finasterid). Watch-
Ful Waiting merupakan pengobatan yang sesuai pada banyak
pasien karena kecenderungan progesi penyakit atau terjadinya
komplikasi tidak diketahui. Penyekat reseptor 1-alfa adrenergic
(misalnya : terazosin) berfungsi untuk melemaskan otot halus
kandung kemih dan prostat, karena diindifikasi adanya komponen
hormonal pada BPH, preparat anti-oksidan seperti finasterid
(missal : pospor) yang merupakan inhibitor 5-alfa rediktase efektif
dalam pencegahan perubahan testosterone menunjukkan supresi
aktivitas sel glanduler dan penurunan ukuran prostat. Efek
samping medikasi ini adalah ginekomasti, disfungsi ereksi, dan
wajah kemerahan.
2. Prostatektomi
Tindakan ini sebaiknya dilakukan sebelum terjadi retensi urine dan
kerusakan traktus urinarius dan system koligentes. Prosedur yang
digunakan antara lain :
a. Trans uretral reseksi prostat (TURP)
b. Prostatektomi suprapubik tranvesikal
c. Prostatektomi transperineal dan
d. Prostatektomi retropubik ekstravesikel
Prosedur TURP merupakan prosedur tertutup dan tiga prosedur lainnya
merupakan prosedur terbuka.
Perawatan irigasi pasca prostatektomi (protap post operasi BPH RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten, 2007).
1. Hari ke 0 : drip 60-80 tpm, traksi penis
2. Hari ke 1 : drip 40-60 tpm, traksi di aff setelah 8 jam
3. Hari ke 2 : drip 20-40 tpm
4. Hari ke 3 : drip diklem (lihat situasi kalau perlu diguyur)
5. Hari ke 4 : drip dilepas (lihar situasi)
6. Drain : bila sudah jernih dan tidak produktif (< 20cc) diaff
(lihat situasi)
7. Hari ke 9 : DC dilepas
Terapi antibiotik yang sesuai dan analgetik.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi prostatektomi bergantung pada jenis pembedahan yang
mencangkup : hemoragi, pembentukan bekuan, obstrusi kateter, dan disfunsi
seksual. Meskipun prostatektomi tidak menyebabkan impotensi, namun pada
prostatektomi trans-perineal dapat terjadi kerusakan syaraf fudeltal yang sulit
dihindari yang berisiko terjadinya impotensi.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN / MASALAH KOLABORATIF


Diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif yang mungkin muncul pada
kasus post open prostatektomi adalah sebagai berikut :
1. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen injury fisik (insisi bedah, pemasangan
kateter, spasme kandung kemih)
b. Kurang pengetahuan (penatalaksanaan pasca operasi) b.d
kurang/keterbatasan kognitif, tidak mengetahui sumber
informasi.
c. Risiko infeksi b.d prosedur invasive
d. Kerusakan mobilitas fisik

2. Masalah kolaboratif/potensial komplikasi.


a. PK : perdarahan (hemoragi)
b. PK : obstruksi kateter
c. PK : anemia
ASUHAN KEPERUAWATAN PADA TN.”D” DENGAN BPH POST OPEN
PROSTATEKTOMI (H KE 0 S.D H KE 3) DI RUANG TERATAI RSUD
SARAS HUSADA PAYAKUMBUH

Nama Mahasiswa : Samsul Bahri


Tempat Praktek : Ruang teratai
Tanggal pengkajian : 17 november 2011 mulai jam : 12 : 25
Metode : observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, studi
dokumentasi
Sumber data : Klien, keluarga, perawat, medical record

I.PENGKAJIAN
A. Identitas
1. Identitas klien
Nama : Tn.”D” Kelas/kamar : II/12
Umur : 65 tahun Tanggal MRS : 13 november 2008
Jenis Kelamin : Laki-laki No.CM/RM : 132517/444622
Agama : Islam Diagnosa saat MRS : Retensio
Pendidikan : Tamat SD urine suspek BPH
Pekerjaan : Petani Sumber Informasi : Keluarga,
Suku : Jawa / Indonesia Pasien dan CM
Alamat :

2. Identitas penanggung jawab


Nama : Ny. “N” Pekerjaan : Petani
Umur : 60 tahun Pendidikan : Tamat SD
Jenis Kelamin : Perempuan
Status dengan klien adalah istri

B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Klien mengeluh tidak bisa BAK sejak 2 hari yang lalu (tanggal 11/11/08)
2. Keluhan utama saat pengkajian
P : Klien mengeluh luka operasi terasa sakit, sakit bertambah jika
ada
gerakan, sakit terasa berkurang jika klien tenang
Q : Perut bagian bawah terasa sengkring-sengkring, panas dan sakit

R : Sakit terletak di daerah luka insisi bedah (diatas suprapubik)


S : Skala nyeri 5
T : Sakit/nyeri yang dirasakan masih bersifat menetap/terus-terusan
3. Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang ke poliklinik dengan keluhan susah BAK dan sakit/nyeri
pada perut bagian bawah, tidak mual dan muntah (tanggal 13/11/2008).
Langsung disarankan untuk dirawat dibangsal dengan diagnose
sementara “retensio urine suspek BPH”. Sebelumnya klien mengatakan
sejak ± 2 hari yang lalu mulai merasakan keluhannya dan dibawa ke
poliklinik dan mendapatkan tindakan pemasangan DC, kontrol
dipoliklinik sebanyak 3x dan yang terakhir direncanakan untuk dilakukan
operasi.
Tindakan yang telah dilakukan (selama pre-op dibangsal) :
a. Tanggal 13/11/2008
∗ Infuse RL 20 tpm
∗ Pasang DC
∗ Cefotoxime 2 x 1 gram (iv)
b. Tanggal 14/11/2008
∗ Infuse RL 20 tpm, ambil hasil lab, RO thorax
dan EKG.
∗ Cefadroksil 2 x 1 (500mg/tablet oral)
∗ Asam mefenamat 3 x 1 (500mg/tablet oral)
∗ Diet biasa + banyak minum
c. Tanggal 15/11/2008
∗ Infuse RL 20 tpm
∗ Cefadroksil 2 x 1 (500mg/tablet oral)
∗ Asam mefenamat 3 x 1 (500mg/tablet oral)
∗ Diet biasa + banyak minum
d. Tanggal 16/11/2008
∗ Infuse RL 20 tpm
∗ Cefadroksil 2 x 1 (500mg/tablet oral)
∗ Asam mefenamat 3 x 1 (500mg/tablet oral)
∗ Diet biasa + banyak minum, malam dipuasakan.
e. Tanggal 17/11/2008
∗ Infuse RL 20 tpm
∗ USG prostat
∗ Open prostatektomi
Tanggal 17/11/2008
• Klien menjalani operasi jam 10 : 35 dan selesai jam
12 : 25.
• Nama tindakan : prostatektomi
4. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit DM, jantung, hipertensi,
asma dan tidak ada riwayat adanya alergi terhadap makanan maupun
minuman.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ayah dan ibu klien sudah meninggal sejak klien masih kecil jadi tidak
mengetahui secara pasti tentang riwayat penyakit yang ada hubungannya
dengan klien.

C. Pola fungsi kesehatan


1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan bahwa hari ini telah dilakukan operasi prostat. Klien
mengatakan sewaktu dipoliklinik, klien sudah dijelaskan bahwa bahwa
bagian yang dioperasi adalah perut bagian bawah.
Dari segi pengatahuan : klien dan keluarga mengatakan belum
mengetahui perawatan dan pengobatan setelah dilakukan operasi, “saya
belum tahu perawatan dan pengobatan setelah operasi.” Keluarga tampak
bingung dan banyak bertanya mengenai beberapa alat yang dipasang
ditubuh klien.
2. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum dirumah sakit klien aktivitasnya bertani (tanam padi disawah).
Setelah operasi belum bisa melakukan aktivitas karena immobilisasi
selama 24 jam post operasi. Klien tampak lemah akibat pengaruh anastesi
belum habis dan klien tampak takut dan berhati-hati dalam bergerak
karena takut akan menambah nyeri.
Pola Aktivitas dan Latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum *

Mandi *

Toileting *

Berpakaian *

Mobilitas di tempat tidur *


Berpindah *

Ambulasi / ROM *

0 : mandiri, 1 : dengan alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu


orang lain dan alat, 4 : tergantung total
Kesan : sebagian besar ADL klien masih memerlukan bantuan
Oksigenasi : saat dikaji klien tidak ada sesak nafas
3. Pola istirahat dan tidur
Keluarga mengatakan sejak dirumah sakit, klien tidak ada gangguan
tidur.

4. Pola nutrisi metabolic


Program diit rumah sakit : diit post operasi nasi biasa (bebas), TKTP.
Intake makanan : Sebelum sakit hingga kemarin klien tidak ada keluhan
dalam makan dan selalu menghabiskan porsi makan yang disajikan.
Sejak jam 24:00 semalam klien puasa dan sampai saat pengkajian belum
makan.
Intake cairan : sebelum operasi klien minum 5 – 6 gelas/hari. Setelah
operasi klien mengeluh lemas, mual dan belum mencoba minum, tapi
tidak muntah, klien mendapat infuse RL : KaeN mg3 (2 : 1) 20 tpm
5. Pola eliminasi
Buang air besar : sehari sebelum operasi klien mengatakan bisa buang air
besar dengan konsistensi padat berbentuk dan tidak mengalami keluhan.
Buang air kecil : klien terpasang DC no 18 (diperut) dan 24 dialat
kelamin dengan irigasi Nacl 0,9% 80 tpm dengan produk urine + bilasan
berwarna jernih kekuningan. Irigasi dan eleminasi urine berjalan lancar
dan tidak tampak perdarahan atau bekuan darah.
6. Pola kognitif perceptual
Penglihatan : klien tidak mengalami keluhan dengan penglihatannya.
Klien masih mampu melihat dengan baik.
Pendengaran : klien mampu mendengar dengan baik, tidak ada keluhan
dengan pendengaran.
Pengecapan : klien tidak mengalami keluhan dengan pengacapan.
Sensasi : Klien tampak menahan sakit dikarenakan telah menjalani
operasi dengan spinal anastesi dan klien mengeluh bahwa kedua tungkai
masih terasa kesemutan dan berat untuk bisa digerakkan. Klien mengeluh
bahwa perutnya dibagian bawah terasa sakit dan panas.
7. Pola konsep diri
Klien dan keluarga memandang sakit merupakan musibah dan harus
dilalui dengan sabar.
8. Pola koping stress
Keluarga mengatakan klien adalah orang yang mempunyai sifat keras
dan kurang sabar, tetapi mempunyai semangat hidup yang tinggi.
9. Pola peran-hubungan
Komunikasi menggunakan bahasa jawa, hubungan dengan keluarga baik
10. Pola nilai dan kepercayaan
Klien beragama islam dan rutin menjalankan sholat, tetapi setelah sakit
hanya berdoa ditempat tidur.

11. Pola seksualitas dan reproduksi


Klien selama perkawinannya dikarunai 5 orang anak, 3 perempuan dan 2
laki-laki, klien sudah mempunyai cucu.

D. Pemeriksaan fisik
1. Secara umum
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : composmentis
c. GCS : 15 (E = 4, M = 6, V = 5)
d. Antoprometri : TB dan BB (tidak terkaji)
e. Tanda-tanda vital : TD : 110/80 mmHg, N :
100x/menit, S : 37,1ºC, R : 20x/menit
2. Secara khusus (chepalo-kaudal)
a. Kepala dan leher
Rambut : sudah beruban, kulit kapala bersih, tidak ada luka
dan kelainan.
Mata : konjungtiva tampak anemis, lensa tidak keruh, penglihatan
normal.
Telinga : tidak ada radang, tidak ada sekresi atau darah, reflek
cahaya pilitser (+)
Hidung: tidak ada keluhan, tidak tampak adanya lendir.
Mulut : mukosa kemerahan dan agak kering.
Gigi : sebagian sudah tanggal, tidak ada keluhan
Leher : tidak ada benjolan maupun peningkatan JVP
b. Thoraks
Inspeksi : dinding dada cembung, pernafasan dada, tidak terdapat
luka atau kelainan. Ictus kordis tidak tampak, dan pengembangan
dada simetris.
Palpasi : ictus cordis teraba pada dada kiri dan vocal vremitus
pada paru-paru kanan dan kiri sama
Perkusi : kedua paru-paru sonor, jantung redup
Auskultasi : suara nafas kedua paru sonor, bunyi jantung S1 dan S2
murni.
c. Abdomen
Inspeksi : dinding abdomen tampak supel, terdapat luka operasi
diatas suprapubik, luka terpasang selang drian (berisi darah), tertutup
kassa, bersih, tidak basah dan tidak tampak adanya rembesan darah
dan luka Auskultasi : peristatik usus 17x/menit, tidak terdengar
bruit aorta
Palpasi : abdomen supel, hati dan lien tidak teraba, nyeri tekan
pada perut bawah (sekitar operasi), tidak teraba massa fekalik pada
abdomen.
Perkusi : suara timpani
d. Inguinal dan getalia
Tidak ada pembesaran kelenjar inguinal dan tidak terdapat kalainan
pada genetalia. Klien menggunakan DC no 24 ditraksi dengan fiksasi
dipaha kanan dalam, fiksasi kuat (+), orifisium ditutup dengan kassa,
rembesan darah tidak ada.
e. Ekstremitas
Atas : simetris kanan-kiri, ROM +/+, lengan kanan bawah
terpasang infuse RL tetesan lancar 20 tpm, area port antre tidak
tampak tanda infeksi.
Bawah : kaki kanan-kiri tampak simetris, kedua tungkai bawah sudah
dapat digerakkan terbatas atas perintah petugas, paha kanan terdapat
traksi kateter no 24, difiksasi dengan plester, akral teraba dingin,
kuku tidak pucat.
Kekuatan otot : 5 5

5 5
f. Integument
Kulit sawo matang, turgor kulit > 2 detik
E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan ;
1. Laboratorium
Tanggal 13/11/2008)
Kimai darah Hasil Nilai Normal Satuan

WBC 12,97 4,5-10,3 .103/uL

RBC 4,60 4,7-6,1 .106/uL

HBG 13,0 14-18 g/dL


• Glukosa/gula darah
95 76-110 Mg/dl
Gula darah sewaktu
• Ginjal
Ureum 40 15-45 Mg/dl
Kreatinin 1,3 0,6-1,3 Mg/dl

• Lemak
Kolesterol total 162 50-220 Mg/dl
Asam urat 5,8 2,6-7,2 Mg/dl

• Faal hati
Protein total 9,5 6,6-8,8 g/dl
Albumin 4,0 3,5-5,2 g/dl
Globulin 5,5 g/dl

• Elektrolit
Kalium 3,8 3,4-5,3 Mmol/l
Natrium 145 135-155 Mmol/l
Klorida 112 95-108 Mmol/l

• Enzim
HbSAg Negatif Negatif
Golongan darah :B
Masa perdarahan : 3-“0,5”
Masa pembekuan : 4-“30”
2. Foto RO Thoraks (tanggal 14/11/2008)
Hasil : kesan kardiomegali dengan awal bendungan pulmo
3. EKG (tanggal 14/11/2008)
Hasil : kesan normal

F. Terapi
Program terapi dan instruksi post-operasi (ahli bedah) :
∗ Awasi keadaan umum dan vital sign
∗ Bedrest 24 jam
∗ Pertahankan traksi selama 24 jam
∗ IVFD RL : Kaen Mg3 (2 : 1) 20 tpm
∗ Injeksi bifotik 2 x 1 gram (iv)
∗ Injeksi plaminek 3 x 1 (25mg/2ml, iv)
∗ Injeksi ketrobat 3 x 1 (30mg/1ml, iv)
∗ Ranitidine 2 x 1 (100mg/5ml, iv)
∗ Kirim material ke PA
∗ Irigasi 60 – 80 tpm

G. Data Fokus
Data subyektif
1. Klien mengatakan luka di Perut bagian bawah terasa sakit dan
panas
2. Klien dan keluarga mengatakan belum mengetahui perawatan
dan pengobatan setelah dilakukan operasi.
Data obyektif
1. P : Klien mengeluh luka operasi terasa sakit, sakit
bertambah jika ada
gerakan, sakit terasa berkurang jika klien tenang
Q : Perut bagian bawah terasa sengkring-sengkring, panas dan sakit

R : Sakit terletak di daerah luka insisi bedah (diatas suprapubik)


S : Skala nyeri 5
T : Sakit/nyeri yang dirasakan masih bersifat menetap/terus-terusan
2. Ekspresi wajah klien tampak menahan sakit/nyeri
3. immobilisasi selama 24 jam post operasi
4. Klien tampak lemah akibat pengaruh anastesi belum
habis.
5. Klien tampak takut dan berhati-hati dalam bergerak
karena takut akan menambah nyeri.
6. Keluarga tampak bingung dan banyak bertanya
mengenai beberapa alat yang dipasang ditubuh klien.
7. Sebagian besar ADL klien masih memerlukan bantuan
8. Klien post operasi hari ke 0 selesai jam 12 : 25.
9. Akral teraba dingin, turgor kulit > 2 detik
10. Setelah operasi klien mengeluh lemas, mual dan belum
mencoba minum, tapi tidak muntah, klien mendapat
infuse RL : KaeN mg3 (2 : 1) 20 tpm
11. Klien terpasang DC no 18 (diperut) dan 24 dialat
kelamin dengan irigasi Nacl 0,9%, 80 tpm DC no 24
ditraksi dengan fiksasi dipaha kanan dalam, fiksasi kuat
(+), orifisium ditutup dengan kassa. Produk urine +
bilasan berwarna jernih kekuningan. Irigasi dan
eleminasi urine berjalan lancar dan tidak tampak
perdarahan atau bekuan darah
12. KU : lemah, kesadaran composmentis (GCS = 15), TD :
110/80 mmHg, N : 100x/menit, S : 37,1ºC, R :
20x/menit
13. Konjungtiva tampak anemis, mukosa mulut kemerahan
dan agak kering
14. Nyeri tekan pada perut bawah (sekitar operasi)
15. Terdapat luka operasi diatas suprapubik, luka terpasang
selang drian (berisi darah), tertutup kassa, bersih, tidak
basah dan tidak tampak adanya rembesan darah dan
luka

II.ANALISA DATA
No Data Penunjang Masalah Etiologi

1 DS : Nyeri Akut Agen injury fisik


Klien mengatakan luka di Perut (insisi bedah)
bagian bawah terasa sakit/nyeri dan
panas.
DO :
• Ekspresi wajah klien tampak
menahan sakit/nyeri
• Nyeri tekan pada perut
bawah (sekitar operasi)
• P : Klien mengeluh
luka operasi terasa sakit,
sakit bertambah jika ada
gerakan, sakit terasa berkurang
jika klien tenang
Q : Perut bagian bawah
terasa sengkring-sengkring, panas
dan sakit
R : Sakit terletak di daerah
luka insisi bedah (diatas
suprapubik)
S : Skala nyeri 5
T : Sakit/nyeri yang
dirasakan masih bersifat
menetap/terus-terusan
• Terdapat luka operasi diatas
suprapubik, luka terpasang
selang drian (berisi darah),
tertutup kassa, bersih, tidak
basah dan tidak tampak
adanya rembesan darah dan
luka
• TD : 110/80 mmHg, N :
100x/menit dan R :
20x/menit
2 DS : Kerusakan Tidak nyaman-nyeri
• Klien mengatakan luka di mobilitas fisik
Perut bagian bawah terasa
sakit/nyeri dan panas.
• Klien mengatakan sakit
bertambah jika ada gerakan
dan terasa berkurang jika
klien tenang
DO :
• Immobilisasi/Bedrest 24 jam
• Terdapat luka operasi diatas
suprapubik, luka terpasang
selang drian, tertutup kassa,
bersih, tidak basah dan tidak
tampak adanya rembesan
darah dan luka
• Klien tampak takut dan
berhati-hati dalam bergerak
karena takut akan menambah
nyeri.
3 DS : Kurang Kurang/keterbatasan
Klien dan keluarga mengatakan pengetahuan kognitif, tidak
belum mengetahui perawatan dan mengetahui sumber-
pengobatan setelah dilakukan sumber informasi
operasi.
DO :
Keluarga tampak bingung dan
banyak bertanya mengenai beberapa
alat yang dipasang ditubuh klien.
4 DO : Risiko infeksi Prosedur invasif
• Klien mendapat infuse RL :
KaeN mg3 (2 : 1) 20 tpm
• Terpasang DC no 18
(diperut) dan 24 dialat
kelamin dengan irigasi Nacl
0,9% 80 tpm, DC no 24
ditraksi dengan fiksasi
dipaha kanan dalam, fiksasi
kuat (+), orifisium ditutup
dengan kassa.
• Terdapat luka operasi diatas
suprapubik, luka terpasang
selang drian (berisi darah),
tertutup kassa, bersih, tidak
basah dan tidak tampak
adanya rembesan darah dan
luka
• S : 37,1ºC
5 DS : Risiko Anemia
Klien mengeluh lemas sehabis
operasi
DO :
• KU : lemah, akral teraba
dingin.
• Konjungtiva tampak anemis,
mukosa mulut kemerahan dan
agak kering
• Klien post operasi hari ke 0
• Turgor kulit > 2 detik

6 DS : Risiko Perdarahan
Klien mengeluh lemas sehabis (hemoragi)
operasi
DO :
• Klien post operasi hari ke 0
• Terdapat luka operasi diatas
suprapubik, luka terpasang
selang drian (berisi darah),
tertutup kassa, bersih, tidak
basah dan tidak tampak
adanya rembesan darah dan
luka
7 DO : Risiko Obstruksi
• Klien post operasi hari ke 0 kateter
• Klien terpasang DC no 18
(diperut) dan 24 dialat
kelamin dengan irigasi Nacl
0,9%, 80 tpm DC no 24
ditraksi dengan fiksasi dipaha
kanan dalam, fiksasi kuat (+),
orifisium ditutup dengan
kassa.
• Produk urine + bilasan
berwarna jernih kekuningan.
• Irigasi 80 tpm dan eleminasi
urine berjalan lancar dan
tidak tampak perdarahan atau
bekuan darah

III.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan analisa data diatas maka prioritas diagnosa keperawatan yaitu :
1. Nyeri Akut b.d Agen injury fisik (insisi bedah)
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d Tidak nyaman-nyeri
3. Kurang pengetahuan b.d Kurang/keterbatasan kognitif, tidak
mengetahui sumber-sumber informasi
4. Risiko infeksi b.d Prosedur invasive
5. Risiko Perdarahan (hemoragi)
6. Risiko Obstruksi kateter
7. Risiko Anemia

IV.INTERVENSI (NCP)
NO.DX NOC NIC

1 Tingkat nyeri dapat Manajemen nyeri


diturunkan/dihilangkan • Kaji keluhan nyeri,
setetlah mendapatkan lokasi, karakteristik,
keperawatan selama 3 x 24 onset/durasi, frekuensi,
jam yang dibuktikan dengan kualitas, dan beratnya
indicator : nyeri (PQRST)
a. melaporkan nyeri • Observasi respon
berkurang atau hilang ketidaknyamanan secara
b. lama episode nyeri verbal dan non verbal.
berkurang • Berikan informasi
c. ekspresi wajah nyeri tentang nyeri penyebab
rileks dan rencana antisipasi.
d. posisi proteksi • Pertimbangkan tipe dan
terhadap tubuh tidak sumber nyeri ketika
ada memilih strategi
e. tidak gelisah, otot pertolongan/pembebasan
tidak tegang nyeri.
f. tidak ada perbahan • Ajarkan penggunaan
TTV tehnik non-farmakologis
g. mampu menggunakan (relaksasi, nafas dalam)
tehnik • Berikan analgetik untuk
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri (jika
mengurangi nyeri diresepkan)
h. Skala nyeri 0-1
• Tingkatkan keadekuatan
istirahat
• Monitor penerimaan
pasien tentang
menajemen nyeri
Manajemen pengobatan
• Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis dan frekuensi
• Cek riwayat alergi
• Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgetik
pertama kali
• Berikan analgetik tepat waktu
terutama saat nyeri dirasakan/hebat.
• Evaluasi efektivitas analgetik, tanda
dan gejala (efek samping)

2 Setelah mendapatkan Posisitioning


tindakan keperrawatan • Jelaskan kepada klien tujuan
selama 3 x 24 jam klien immobilisasi selama 24 jam pertama
mampu mempertahankan post operasi
immobilisasi secara optimal • Anjurkan keluarga untuk membantu
dengan kreteria : klien dalam pemenuhan
a. Mampu kebutuhannya
mempertahankan dan • Beri posisi tidur terlentang dengan 1
meningkatkan bantal (30º) selama 24 jam pertama
kekuatan dan fungsi post operasi
tubuh • Anjurkan kepada klien untuk
b. Menunjukkan prilaku melakukan latihan menekuk dan
yang memungkinkan mengangakat kedua tungkai secara
melakukan aktivitas mandiri setelah pengaruh obat
anastesi habis
Jelaskan kepada klien tahap latihan
mobilisasi yang direncanakan
(miring-kanan-kiri, duduk)

3 Pengetahuan : prosedur Teaching


perawatan dapat dicapai ajarkan program pengobatan dan perawatan
setelah mendapatkan pasca operasi :
tindakan keperawatan selama
• jelaskan program pengobatan yang
3x 24 jam yang dibuktikan
dengan : akan dilakukan
Klien dan keluarga • jelaskan program perawatan pasca
mengetahui, memahami operasi, meliputi :
tentang pengobatan dan ∗ perawatan irigasi kandung kemih
perawatan pasca operasi
∗ perawatan kateter dan drain
sehingga kooperatif dengan
tindakan yang dilakukan ∗ perawatan luka operasi
∗ pembatasan aktivitas dan latihan
yang bisa dilakukan, antara lain :
hindari mengejan saat BAB, tidur
dengan posisi setengah duduk
dengan elevasi kepala 30º selama 24
jam pertama kerena menggunakan
anastesi spinal.
• Jelaskan dan ajarkan
perawatan lebih lanjut
setelah klien pulang dari
rumah sakit :
∗ Obat yang harus dilanjutkan
dirumah
∗ Waktu control dokter
∗ Perawatan luka dirumah
Hal-hal yang mungkin terjadi yang
harus dilaporkan kepada dokter atau
dibawa ke rumah sakit dengan segera

4 Setelah mendapat tindakan Infection Control


keperawatan selama 5 hari • Terapkan pencegahan universal
infeksi tidak terjadi yang • Berikan hiegine yang baik
dibuktikan dengan indicator : lingkungan atau personal
a. Klien tidak demam • Batasi jumlah pengunjung dan
b. Tidak terdapat cairan anjurkan cuci tangan ketika kontak
purulen dengan klien
c. Tidak terjadi • Lakukan dresing pada IV line dan
peningkatan WBC Kateter
Infection Protection
(WBC dbn/4,5-10,3 .
• Monitor tanda dan gejala infeksi
103/uL) lokal/sistemik
• Monitor/hitung granulosit, WBC
• Berikan perawatan luka dengan
tekhnik aseptic
• Inspeksi kulit terhadap kemerahan,
panas, drinase.
• Inspeksi kondisi luka/insisi bedah
• Dorong masukan nutrisi yang cukup
• Dorong masukan cairan dan istirahat
Berikan antibiotik sesuai resep

5 Perawat akan meminimalkan Monitoring perdarahan


dan mengatasi komplikasi Pantau tanda dan gejala perdarahan :
vaskuler : perdarahan • Karakteristik urine abnormal,
(hemoragi) atau risiko misalnya sangat kental, bekuan
perdarahan Selama 3 x 24 darah warna merah terang atau
jam, dengan kreteria : burgundy
a. Tidak terdapat • Peningkatan frekuensi nadi
bekuan darah • Haluaran urine < 30 cc/jam
b. Karakteristik urine • Kegelisahan, agitasi
normal
• Kulit pucat, dingin atau sianosis
c. Tidak ada perubahan
• Nilai Hb dan hematokrit menurun
Nilai Hb dan
Pantau balutan, kateter, dan drian yang
hematokrit
bervariasi tergatung pada jenis pembedahan
yang dilakukan :
• Kateter uretra
• Drain abdomen
Selang irigasi

6 Perawat akan meminimalkan • Anjurkan klien untuk tidak


dan mengatasi komplikasi mengejan saat BAB
vaskuler : obstruksi kateter • Lakukan irigasi kandung kemih
selama 3 x 24 jam, dengan sesuai program medik (kontinou
kreteria : atau manual)
Irigasi kandung kemih lancar, • Pastikan asupan cairan adekuat
tidak ada sumbatan dengan minum sekitar 2 – 3 liter/hari
Pantau traksi kateter, catat waktu
traksi dipasang dan kapan traksi
dilepas

7 Perawat akan meminimalkan • Kaji tanda anemia (konjungiva


dan mengatasi komplikasi anemis, mukosa bibir dan kuku
anemia Selama 3 x 24 jam, pucat)
dengan kreteria : • Cek Hb setelah tindakan operasi
Hb dalam rentang normal • Penatalaksanaan tranfusi sesuai
(14-18 g/dL) program
• Ajarkan untuk konsumsi makanan
TKTP dan banyak sayuran hijau
• Cek Hb setelah tranfusi
Anjurkan klien untuk mengkonsumsi
buah dan mengurangi minum teh

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart´s (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta :
EGC
Carpenito L,J,. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Dan Dokumentasi
Keperawatan : Diagnose Keperawatan Dan Masalah Kolaborasi. Jakarta :
EGC
IOWA Outcomes Project (2000). Nursing Outcomes classification (NOC). Second
Edition. Mosby-Year Book, Inc.
Mc. Closkey, J.C., Bulechek, G.M., (1996). Nursing intervention
classification(NIC.) Second Edition. Mosby Company
Nanda (2005-2006). Nursing Diagnosis : Nanda 2001-2002, definition and
classification
Price S.A., & Wilson L.C., (1995). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, edisi
empat. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai