Anda di halaman 1dari 32

Psikosis Postpartum, Depresi

Postpartum, dan Homicide

Ekanita Meivita, dr
Tipe utama skizofrenia:
Paranoid
Hebefrenik
Katatonik
Postpartum
dll
Skizofrenia Postpartum

• Sindrom skizofrenik yang terjadi pada ibu sesudah kelahiran anaknya

• DSM: diagnosis psikosis setelah melahiirkan anak (postpartum),


menyatakan bahwa adanya jenis psikosis yang dapat terjadi selama
proses kehamilan dan periode postpartum
• Skizofrenia postpartum dan schizophrenic-like psychosis adalah suatu
kondisi psikiatri yang terjadi setelah bayi lahir. Adanya hubungan antara
kehamilan, melahirkan, masa puerperium, menyusui, dan aktivitas
lainnya yang berhubungan dengan kelahiran bayi harus diteliti lebih
lanjut.
• Perubahan yang terjadi dimediasi oleh ketidakseimbangan endokrin.
• Hamilton (1962) menyatakan bahwa sindrom postpartum berhubungan
dengan terbatasnya aktivitas sekresi kelenjar tiroid dan kelenjar adrenal,
dalam menghasilkan kortikosteroid, yang dapat terlibat dalam terjadinya
sindroma postpartum, khususnya pada masa puerperium. Kelenjar
pitutari juga berperan dalam terjadinya involusi postpartum. Penelitian
selanjutnya menyatakan hal yang sebaliknya yaitu terjadi hiperaktivitas
kelenjar tiroid.
Kondisi lainnya yang berkaitan dengan terjadinya sindrom postpartum
adalah proses metabolik yang terjadi selama kehamilan. Psikosis
postpartum lebih sering terjadi pada pasien eklampsia dan kondisi toksik
lainnya, stres fisik, mekanisme eliciting, dan psikosis yang terjadi setelah
pembedahan.

Kondisi psikiatrik postpartum termasuk didalamnya toxic-exhaustive


delirium, yang terjadi setelah bayi lahir (delirium postpartum).

Kondisi postpartum yang sering terjadi:


- Skizofrenia (paranoid, hebefrenik, katatonik, postpartum)
- Depresi dengan gejala psikotik
- Serangan depresi sedang (postpartum blues)
- Psikoneurosis obsesif kompulsif
- Fobia
- Hipokondriasis
- Kondisi cemas
Ditemukan gejala klinis sebelumnya menandakan bahwa kelahiran bayi
hanyalah merupakan faktor presipitasi. Dipelajari secara psikodinamika,
pengalaman nyata melahirkan bayi merupakan hal yang sungguh
berharga yang membutuhkan penilaian ulang psikologikal kompleks dari
bagian hidup pasien.

Chertok (1969) menyatakan bahwa maternitas muncul sebagai krisis


integratif pada perkembangan psikoseksual perempuan. Kondisi ibu
melibatkan cara membangun struktur konflik yang meliputi kondisi
kepribadian ibu sebelumnya dan pembentukan identifikasi diri yang ada.
Chertok menyatakan bahwa kelahiran bayi merupakan titik akhir dari
krisis, pada akhirnya menjadi poin kulminasi. Ada hubungan dengan
pengalaman di masa lalu, pada waktu yang sama terjadi peristiwa
penting yang berbahaya, dan memberikan efek langsung di masa yang
akan datang. Membangun struktur konflik penting dalam
perkembangan psikopatologikal. Psikopatologi merupakan hasil dari
interaksi konflik pada pasien dan pertahanan psikologis yang dibangun.
Adanya pernyataan bahwa kondisi postpartum jarang terjadi pada masa
sekarang ini. Pernyataan ini tidak sepenuhnya dibenarkan, dengan
alasan kondisi delirium dan psikosis postpartum jarang terjadi karena
adanya perbaikan dalam prenatal care dan pendampingan oleh tenaga
medis mulai saat melahirkan dan selama masa puerperium. Dengan
demikian skizofrenia dan psikosis afektif bukannya jarang terjadi tetapi
sering terjadi tetapi sudah ditangani oleh ahlinya.

Kelahiran bayi mempengaruhi banyak perempuan dengan berbagai


cara. Dimulai paling cepat 3 hari setelah kelahiran bayi, meskipun tidak
ada seluruhnya demikian.
• Sering terjadi tidak adanya gejala pada dua hari pertama setelah
melahirkan
• Pada kebanyakan kasus psikosis postpartum, gejala muncul pada hari ke
tiga sampai ke 15 setelah melahirkan
• Insiden terbesar pada hari ke enam
• Gejala prodromal: restlessness, exhaustion, irritability, rapid change of
mood, dan insomnia  biasanya gejala ini terlewat begitu saja  tidak
dapat mengungkapkan perasaannya  orang disekitar menganggap itu
hanya stres orang yang habis melahirkan  padahal gejala berlanjut
• Pasien semakin bingung, suspicious, membuat perkataan yang sulit
dimengerti dan kacau  delusi, halusinasi, dan bicara kacau 
kebanyakan kasus sesuai dengan skizofrenia paranoid, tetapi ada juga
yang seperti hebefrenik, katatonik, atau gambaran dari ketiganya
• Melihat dekatnya jarak antara waktu melahirkan dengan terjadinya
gejala psikiatrik  bukan disebabkan oleh proses melahirkan
• Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan  masih memiliki
kekuatan yang berarti
• Pada hari yang ke tiga  menyadari bahwa ada sesuatu yang baru terjadi
pada dirinya  sekarang adalah seorang ibu (primipara), atau menjadi
seorang ibu lagi (multipara)  harus dapat melewati itu semua  coping
 apa artinya menjadi seorang ibu (lagi)?
• Konflik psikologik yang bervariasi terjadi secara terus-menerus pada pada
perempuan dengan psikosis skizofrenik postpartum
• Pada banyak kasus, konflik yang terjadi membingungkan dan saling
berhubungan, dan tidak mungkin disentangle satu dengan lainnya
• Pada kebanyakan kasus tidak dapat mengutarakannya
• Hanya sebagian kecil kasus, pasien dapat mengutarakan konfliknya
sebelum terjadinya psikosis atau setelah episode psikotik berakhir
• Ada 3 grup konflik, yaitu grup 1, 2, dan 3
Grup Konflik Pertama
• Adanya kekhawatiran dalam upaya pemenuhan menjadi seorang ibu
• Adanya perasaan tidak dapat menjaga dan merawat bayinya
• Adanya pemikiran untuk mengembalikan bayinya karena hidupnya yang
terganggu oleh kehadiran bayinya
• Adanya keinginan untuk lari, meninggalkan rumah, suami, dan bayinya
• Adanya pikiran yang silih berganti antara pikiran tidak mencintai bayinya
dengan pikiran yang sangat mencintai bayinya tetapi tidak mampu
merawatnya
• Adanya perasaan gelisah, tidak berharga, dan perasaan tidak dapat
menjadi seorang ibu yang baik
• Sebaliknya yang terjadi pada depresi postpartum: perasaan gelisah dan
kebutuhan untuk disetujui bukan merupakan suatu yang penting
• Konflik yang penting: perasaan inadekuat, tidak mampu mengkoping
tantangan dalam menjadi seorang ibu
• Pada grup ini, pasien mengidentifikasikan diri dengan ibunya , yang
dianggap sebagai ibu yang buruk
Grup Konflik Kedua
• Lebih sering ditemukan pada masa sekarang dibanding dengan masa
yang lalu
• Menerima diri sebagai seorang ibu dan menerima kehadiran bayi
• Kodrat seorang perempuan yang harus siap menjadi seorang ibu
• Pasien tidak dapat menemukan identitasnya dalam “traditional role of
woman”
• Menjadi seorang ibu  tidak lagi menarik  perubahan bentuk badan 
karena hamil, melahirkan, dan merawat bayi
• Timbul pertanyaan dan keinginan  masih mungkinkah mewujudkan
semua impiannya (keinginannya) selama ini?  menikmati kebebasan,
kreativitas, menjadi aktris, penari dan seorang business woman
• Dia mungkin cemburu dengan bayinya  perhatian, cinta, dan kasih
sayang suami tercurah untuk bayinya
• Sekarang tampangnya kusut, terikat didalam rumah saja, dan tidak bisa
lagi jalan keluar rumah kemana dia mau
• Berharap bisa membalikkan waktu
• Sangat malu dengan perasaannya itu
• Tidak dapat mengkomunikasikan perasaannya kepada orang lain
• Tidak dapat menerima bayinya  monster
• Tidak dapat menerima kenyataan  tidak dapat menjadi seorang ibu 
tidak dapat menerima bayi sebagai anggota baru dalam keluarga
• Pada saat yang sama  ada rasa takut bayinya menderita
• Pada kasus ini  tidak menemukan inspirasi gambaran seorang ibu dari
ibunya sendiri, dimana dia mendapatkan rasa tidak nyaman dan tidak
mau diidentifikasikan dengan ibunya
• Peningkatan kecemasan yang cepat  pasien tidak dapat mengatasi 
jatuh pada kondisi panik prepsikotik  psikosis penuh
Grup Konflik Ketiga
• Pasien berfokus pada pernikahannya dan hubungannya dengan suami
• Tidak dapat menerima pernikahan dengan suaminya  tetapi sekarang
pasien punya anak dari suaminya  “stuck”
• Perhatian dan tingkah laku suami berperan penting pada terjadinya
psikosis postpartum
• Jika suami gagal membuat istri menjadi nyaman  situasi menjadi serius
• Situasi lainnya  terjadi setelah anak lahir  yang tidak dapat diterima
pasien  adanya gambar diri yang jelek  psikodinamika yang terjadi 
predisposisi terjadinya skizofrenia  presipitasi psikosis postpartum
• Zilboorg (1928,1929)  Freudian frame of reference  kelahiran anak
menggambarkan kastrasi pasien dan reaksi psikotik disebabkan oleh
recrudescence penis envy
• Menarik untuk mengevaluasi mengapa terjadi psikosis potpartum pada
kelahiran anak pertama, sedangkan yang lainnya setelah kelahiran anak
berikutnya
• Deutsch (1945)  menemukan psikosis postpartum lebih banyak terjadi
pada multipara  penemuan diinterpretasikan penemuan ini dengan
hipotesis yang lebih sulit emotionally deranged, wanita skizoid, dalam
mempersiapkan keseimbangan fisik pada saat hubungan maternal harus
dibagi untuk beberapa anak daripada terkonsentrasi pada satu anak
• Pengalaman Deutsch psikosis postpartum lebih banyak terjadi pada
kelahiran anak pertama dibandingkan kelahiran anak berikutnya
• Kelahiran anak pertama vs kelahiran anak berikutnya  lebih sering
terjadi pada multipara
• Psikosis potpartum terjadi pada wanita dengan episode skizofrenia
sebelumnya
• Hal ini membuktikan bahwa kehamilan menjadi suatu hal yang berbahaya
pada wanita dengan serangan psikotik sebelumnya
• Pada psikosis postpartum yang terjadi setelah kelahiran anak berikutnya,
dipercayai kelahiran anak sebelumnya menjadi dasar kemampuannya,
tetapi hanya saja sekarang pasien tidak dapat menerima dirinya, perannya
sebagai seorang ibu, kemampuannya menjadi seorang ibu, perbaikan dari
penolakan harapan-harapannya atau pernikahan yang tidak dapat
dibatalkan
• Stres dapat terjadi lagi  tantangan disebabkan oleh kelahiran bayi 
bukan berarti tidak berhubungan dengan psikosis  perjalanan kehidupan
pasien sebelumnya dan kelemahannya, daripada melindungi, pertahanan
tidak mempersiapkan dasar. Faktor-faktor lainnya dalam keluarga
merupakan suatu hal yang penting pada dinamika psikosis.
• Pada kasus-kasus tipikal  keluarga tidak dapat menolong pasien sama
sekali/seluruhnya
• Keluarga dilibatkan pada situasi khusus yang secara umum terdiri dari 3
orang selain pasien, 3 orang tersebut dirasakan pasien sebagai orang
asing/ aneh atau sebagai musuh
• 3 orang tersebut adalah: bayi, ibu pasien, dan suami pasien
• Orang asing pertama adalah bayi  yang tampak, bukan menjadi sumber
sukacita, cinta, harapan, inspirasi, motovasi, dan sebagainya tetapi malah
menjadi sumber kecemasan

• Orang asing kedua adalah ibu pasien  yang terjadi pada masa yang lalu

• Orang asing ketiga adalah suami pasien  yang ada dalam situasi 
tidak tahu bagaimana cara mengkoping  meskipun mencoba untuk
mengontrol dirinya  tidak memberikan rasa nyaman dan rasa simpati
kepada istrinya, yang merasa tidak mampu menjadi perempuan
sesungguhnya, dan ibu untuk anaknya. Sebagai ganti rasa simpati
terhadap istrinya, suami mengutarakan tujuan dalam menikahi wanita
tersebut
Depresi Postpartum
- Mempunyai bayi: hal yang menggembirakan, dapat juga menjadi hal yang
mengakibatkan stres bagi mereka yang kesulitan menjadi seorang ibu

- Penyesuaian diri menjadi seorang ibu membutuhkan waktu

- Bulan-bulan pertama setelah melahirkan merupakan waktu yang rentan

- Terjadi penurunan cepat hormon reproduksi

- Beberapa penyebab lain: stres kehidupan, riwayat depresi sebelumnya,


riwayat dalam keluarga yang mengalami gangguan mood

- Depresi postpartum merupakan gangguan depresi mayor yang terjadi pada


periode pasca persalinan
• Prevalensi: 10-15% terjadi pada ibu baru, banyak kasus tidak terdiagnosis
 penatalaksanaan yang terlambat atau bahkan tidak ada  kerugian
bagi ibu, anak, dan keluarga

• Kendala deteksi dan diagnosis  waktu dan kekhawatiran penerimaan


sosial seperti stigma sosial di masyarakat dianggap sebagai ibu yang
tidak bahagia, dan pandangan buruk masyarakat terhadap depresi
postpartum (perasaan yang disebabkan oleh kehadiran bayinya, ada rasa
malu, takut, dan bersalah)

• Hal ini mengganggu keluarga  efek negatif pada perkembangan anak


dan meningkatkan risiko terjadinya psikopatologi pada ibu

• Dapat menyebabkan terjadinya morbiditas dan mortalitas pada ibu dan


bayi  penting untuk mencegah terjadinya depresi postpartum,
mendeteksi dini, dan penatalaksanaan secara komperhensif
Depresi Postpartum

• Kehamilan dan melahirkan  peristiwa kompleks bagi seorang ibu secara


fisik dan psikologis
• Secara fisik  bentuk tubuh, lelah, dan kurang istirahat
• Secara psikologis  perubahan menyebabkan gangguan psikologis 
depresi postpartum
Definisi

• Depresi postpartum  gangguan mood yang terjadi setelah melahirkan

• Kriteria yang digunakan berdasarkan riwayat dan gejala  DSM V 


depresi postpartum masuk ke dalam gangguan depresi mayor dengan
onset peripartum
Diagnosis Banding

• Dibedakan dari baby blues yang terjadi pada sebagian besar ibu
postpartum  adanya gangguan berupa perubahan gejala yang tidak
konsisten  memengaruhi kemampuan menjalankan fungsi

• Diagnosis banding dengan psikosis postpartum  emergensi psikiatrik


 intervensi segera  dapat membunuh bayi dan melakukan bunuh diri
 2 minggu pertama postpartum
Epidemiologi

• Prevalensi  10-15% ibu postpartum, hanya sebagian kecil yang mencari


bantuan atau dirujuk ke psikiater

• Sering terjadi pada primipara  risiko tertinggi untuk dirawat di psikiatri


10-19 hari postpartum
Etiologi
• Mekanisme biologi diyakini sama dengan depresi mayor
• Gangguan integritas sistem syaraf, adanya penurunan volume otak yang didiagnosis
dengan gangguan depresi mayor

• Hilangnya volume berkorelasi langsung dengan kronisitas sakit


• Stres dan depresi  berkurangnya protein di otak yang berperan dalam pertumbuhan
saraf dan pembentukan sinaps

• Adanya perubahan neurobiologis yang merupakan interaksi antara kerentanan genetik


dengan faktor lingkungan (stres psikososial pada ibu) dibandingkan teori
ketidakseimbangan kimia
• Penurunan hormon estrogen dan progesteron yang mendadak  berkaitan dengan
terjadinya depresi postpartum

• Pada depresi postpartum gejala yang menonjol  kecemasan


• Pada ibu depresi postpartum dengan komorbid gangguan kecemasan harus berhati-hati
Faktor risiko
• Faktor-faktor yang diprediksi untuk terjadinya depresi postpartum:
- Riwayat depresi antenatal
- Jenis depresi lain sebelumnya
- Depresi postpartum sebelumnya

• Secara umum faktor risiko sbb:


- Faktor perinatal: kehamilan tidak direncanakan, komplikasi
- Faktor biologis: kortisol, noradrenalin, neurotransmiter prekursor
- Faktor sosial ekonomi: pengangguran dalam rumah tangga
- Faktor pasca melahirkan: perasaan terisolasi, kurangnya perhatian dan dukungan,
tidak menyusui, kelelahan, fisik yang buruk
-Keadaan individu: perkawinan yang buruk, predisposisi genetik, kepribadian
pencemas, dukungan sosial buruk, usia sangat tua atau sangat muda, nullipara dan
multipara, peristiwa penting yang terjadinya bersamaan dan adanya riwayat
psikiatri sebelumnya
Gejala
• Depresi postpartum ditandai dengan: kecemasan, kesedihan/kehilangan
minat, konsentrasi buruk, gangguan nafsu makan, sulit tidur,perhatian
terhadap bayi berkurang/berlebih, kelelahan menetap, dan cepat marah
• Gejala berfluktuasi
• Gejala dominan: kecemasan
• Dapat terjadi pada 4 minggu pertama postpartum
• Menimbulkan dampak psikoseksual yang besar pada ibu  pentingnya
deteksi dini dan tata laksana  untuk ibu dan bayi
• Anak dari ibu depresi  berisiko kesulitan perlekatan, gangguan
perkembangan mental dan motorik, disregulasi emosional dan perilaku,
rendah diri dan tingkat kesehatan yang rendah
• Ibu diobati  hasil yang baik pada anak  pentingnya identifikasi awal
dan pencegahan sekunder pada depresi post partum
Diagnosis

Kriteria diagnosis  gangguan depresi mayor  Diagnostic and Statistical


Manual of Mental Disorder (DSM ) V
1. Terdapat lima (5) atau lebih gejala berikut selama periode 2 minggu yang
sama dan terdapat perubahan dari fungsi sebelumnya
2. Gejala klinis atau gangguan dalam sosial, pekerjaan, atau fungsi-fungsi
penting lainya
3. Episode ini tidak disebabkan oleh suatu zat atau kondisi medis yang lain
4. Terjadinya episode depresi mayor tidak lebih baik dijelaskan oleh
gangguan skizoafektif, skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan
waham, atau lainnya
5. Tidak pernah ada episode manik atau hipomanik
Diagnosis
• Kriteria diagnosis  trias dapat disertai gejala lainnya
• Trias:
- Mood depresi hampir sepanjang hari dan hampir setiap hari
- Berkurangnya minat atau kesenangan dalam semua hal (kegiatan), atau
hampir semua dan hampir setiap hari
- Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari
• Gejala lainnya:
- Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan yang
hampir setiap hari
- Hilangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau ragu-
ragu hampir setiap hari
- Pikiran berulang tentang kematian, keinginan bunuh diri berulang
tanpa rencana spesifik
- Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
- Penurunan atau kenaikan berat badan signifikan
- Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari
• Pada layanan primer  pasien lebih sering berkonsultasi dengan
dokter umum  harus dapat mengenali faktor risiko
Efek Depresi Pasca Melahirkan pada Anak
• Derajat sedang dan berat  efek negatif pada bayi yang baru lahir, anak,
dan keluarga
• Efek: jangka pendek dan jangka panjang
• Efek jangka pendek:
- Anak dikatakan memiliki temperamen yang sulit oleh ibunya  ibu tidak
dapat mengkoping  umpan balik negatif oleh bayi bayi sulit untuk
menarik perhatian ibu
- Interaksi ibu-bayi kurang sensitif  pola perlekatan yang tidak aman
- Faktor risiko terjadinya SIDS (Sudden Infant Death Syndrome)  perlu
diteliti lebih lanjut
• Efek jangka panjang:
- Efek kecil, tapi signifikan terhadap keterampilan kognisi dan perkembangan
emosional, terutama pada anak laki-laki
- Skor IQ lebih rendah, gangguan atensi, berbahasa, dan berhitung

• Psikodinamika Depresi Pasca Melahirkan  3 Prinsip Konflik Emosional


- Konflik Ketergantungan (Dependency Conflicts)  sangat berperan (Freud)
Seorang perempuan merasa lebih nyaman dalam merawat bayinya apabila ia merasa
diperhatikan dan dirawat juga  mentolerir kebutuhan bayi terhadap dirinya dan
mengontrol emosional yang ada
- Konflik kemarahan (Anger Conflicts)
Mengungkapkan rasa marah, bersalah, takut, dan kecewa  tidak lagi
disembunyikan  menghindari pelampiasan amarah kepada bayi (pada kasus berat
terhadap usaha bunuh diri) akibat hidup yang berubah (hidup yang kacau, kehilangan
waktu tidur, kehilangan banyak kesenangan lainnya)
 memiliki superego yang keras, harapan sangat tinggi untuk diri sendiri, dan
mengarahkan kemarahan pada diri sendiri untuk melindungi orang lain
- Represi, pengendalian kemarahan berlebihan, rasa bersalah, dan menyalahkan
diri-sendiri  masalah yang harus diatasi
- Pasien impulsif  berisiko kehilangan kendali  mereka yang mengendalikan
kemarahan secara berlebihan  tekanan dalam diri yang terus bertambah
• Konflik Keibuan (Motherhood Conflicts)
- Memiliki hubungan yang bermasalah dengan ibunya  merasa bahwa ibu
mereka tidak menikmati dan tidak tertarik dalam mengurus mereka, atau pun
mereka tidak diurus dengan baik oleh ibu di masa yang lalu
- Merasa ditolak pada waktu kecil oleh ibunya  kesulitan, dibanding dengan
mereka yang memiliki perasaan positif terhadap ibunya
- Adanya tindakan kekerasan fisik dan verbal
- Tidak menyukai ibunya
Penatalaksanaan Depresi Postpartum
• Mengikuti aturan seperti merawat gangguan depresi lainnya
• Intervensi awal  meminimalkan masalah pada bayi
• Sebagian besar sembuh spontan 6-12 bulan , membaik tanpa intervensi atau
dengan intervensi sederhana  kunjungan petugas kesehatan yang meningkat
• Tetapi karena dampak yang signifikan terhadap anak, maka dipertimbangkan
pengobatan yang proaktif
• Pilihan terapi yang ada: mengurangi stresor psikososial, psikoterapi individu dan
atau kelompok, medikasi antidepresan, terapi ECT, dan hospitalisasi
• Strategi yang paling berhasil  penatalaksanaan multifaktorial
• Pasien harus mendapat dukungan dari keluarga dan teman dalam merawat bayi,
untuk tidur/beristirahat, mengurangi tugas/tanggung jawab lainnya, adanya
asisten dalam mengasuh anak
• Pemberian antidepresan sangat efektif  menyusui/tidak
• Adanya keterlibatan pasangan  keberhasilan penatalaksanaan

Anda mungkin juga menyukai