Anda di halaman 1dari 13

Radiologi Sistem Urogenitalia

Untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit perlu dilakukan anamnesis


yang cermat untuk memperoleh sebanyak mungkin informasi dari keluhan dan
gejala yang diderita. Setelah itu harus dilakukan pemeriksaan fisik untuk
mengcrosscheckan antara gejala yang dikeluhkan dengan tanda yang ditemukan.
Setelah itu bila perlu juga dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menunjang
penegakan diagnosis penyakit yang diderita. Radiologi merupakan salah satu
sarana untuk menunjang penegakan diagnosis suatu penyakit. Radiologi dapat
berperan untuk memberikan gambaran pada organ dalam pasien tanpa untuk
dinilai apakah sedang mengalami suatu kelainan (keadaan patologis) atau tidak

Di dalam system urogenitalia terdapat cukup banyak peran Radiologi


untuk menegakkan kasus di dalamnya. Adapun macam pemeriksaan Radiologi
yang biasa dilakukan pada pasien dengan kasus urologi antara lain :
1. Foto Polos Abdomen (FPA)

Pemeriksaan Foto Polos Abdomen (FPA) pada kasus urogenitalia bertujuan


untuk melihat adanya batu radioopaq yang akan terlihat putih karena
densitas batu lebih tinggi daripada jaringan di sekitarnya. Gambaran
adanya batu radioopaq ini menunjukkan adanya batu kalsium oksalat atau
batu kalsium fosfat. Sedangkan batu urat jika dilakukan FPA akan Nampak
sebagai batu radioluscent. Untuk melakukan FPA perlu dilakukan persiapan
terlebih dahulu, yakni pasien dipuasakan minimal 8 jam untuk
mengosongkan isi perut (diberi pencahar bila perlu) sehingga faeces yang
ada di dalam usus tidak menjadi pengganggu dalam imaging. Foto dilakukan
saat pasien ekspirasi sehingga posisi ginjal sejajar dengan film.
Yang dapat dinilai dari hasil FPA adalah Ginjal. Ginjal kita nilai bentuk,
letak, ukuran dan posisi. Normalnya ginjal berbentuk seperti kacang
permukaannya licin dan terletak di bagian lumbal setinggi VL 2. Selain itu
juga bisa dilihat apakah terdapat gambaran batu radioopaq baik pada ginjal,
ureter maupun Vesica Urinaria (VU). Adapun gambaran batu besar yang
terdapat dalam PCS dan berbentuk seperti tanduk rusa yang disebut
staghorn. Selain itu juga dapat dinilai adakah kelainan congenital (aplasia
ginjal, Ginjal ektopik, Horshoe Kidney, Agenesis Ginjal) ataupun tumor/
massa pada organ urologi. (Ginjal polikistik, ginjal multikistik)
2. Intra Venous Pielografi (IVP) / Ureterografi Intra Vena
Pemeriksaan IVP atau UIV membutuhkan persiapan yang sama seperti pada
pemeriksaan FPA. Pemeriksaan IVP sejatinya hampir sama dengan pemeriksaan
FPA, namun yang membedakan adalah pemeriksaan IVP dilakukan
menggunakan kontras berupa Iodine dan dilakukan foto secara berulang
kali pada menit ke 5, 15, 30 atau 45 dan post miksi. Pemberian kontras dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah. Adapun dosis kontras yang diberikan
adalah 1 cc/kgBB pada pasien dengan kadar Kreatinin <1,6mg% dan 2 cc/
kgBB pada pasien dengan kadar kreatinin 1,6-3mg%. Pada pasien dengan kadar
kreatinin diatas 3mg% tidak boleh dilakukan IVP sehingga perlu dipilihkan
sarana penunjang radiologis yang lain yakni USG dan FPA,Oleh karena itu,
IVP lebih peka dan perlu persiapan yang lebih daripada FPA. Pemeriksaan IVP
ini bertujuan untuk melihat fungsi ekskresi (ginjal), melihat anatomi tractus
urogenitalia, dan mencari adakah kelainan pada trctus urogenitalia.

IVP dilakukan atas indikasi : infeksi tractus urogenitalia, tumor tractus


urogenitalia, trauma pada daerah abdomen (lumbal dan suprapubis), batu
pada tractus urogenitalia, serta mencari kausa kolik abdomen. Adapun
kontraindikasi Absolut IVP yakni pada pasien Alergi. Sedangkan
kontraindikasi relative yakni pada pasien Diabetes Insipidus, Hipotensi,
Multiple Mieloma, Diabetes Melitus, Gagal Ginjal, Kadar Kreatinin >4mg%.

Adapun cara pemeriksaan IVP yakni : Pertama lakukan FPA pada pasien.
Kemudian pasang infuse dan suntikkan kontras. Kemudian lakukan
pengambilan foto pada menit ke 5, 15, 30 atau 45 dan post miksi.

a. Pada fase nefrogram (foto pada menit ke 5) kita nilai fungsi ekskresi ginjal,
kontur ginjal dan system PCS nya. Normalnya kontras akan Nampak mengisi
PCS sehingga Nampak gambaran radioopaq (putih) dan tidak didapatkan
ekstravasasi kontras ke jaringan sekitar yang menunjukkan adanya ruptur
ginjal.
b. Pada fase pielogram (foto pada menit ke 15) kontras akan mengisi PCS dan
ureter sehingga ureter tampak radioopaq (putih). Jika terdapat batu pada
ureter radioopaq ataupun radioluscent, maka akan Nampak kontras yang
tidak mengalir dan kemudian papillae renalis nampai cubbing (berbentuk
seperti mangkok). Hal ini menunjukkan telah terjadi hidronefrosis.

c. Pada pemotretan menit ke 30 atau 45 IVP telah memasuki fase sistogram.


Pada saat ini kontras telah mengisi Vesica Urinaria sehingga VU Nampak
putih. VU kita nilai dindingnya apakah permukaannya rata (Normal) atau
bergelombang (Sistitis/ Radang VU), adakah filling defect yang Nampak
sebagai area radioluscent saat VU terisi kontras (menunjukkan adanya batu
radioluscent jika filling defect permukaan nya licin dan ikut bergerak saat
berpindah posisi, atau adanya tumor atau massa pada dinding VU jika filling
defect permukaannya tidak rata dan tidak ikut bergerak jika berpindah
posisi), indentasi, additional shadow (menunjukkan adanya batu/ massa), dan
ekstravasasi kontras yang menunjukkan adanya ruptur VU (ruptur VU
intraperitoneal : kontras masuk ke cavum peritoneum dan mengalir mengikuti
kontur usus, menyebar ke sulcus paracolica, mengumpul di daerah subfrenik
dextra, subhepatika, inframesokolika dextra-sinistra. Karena urin mengikuti
kontur usus maka akan nampak gambaran berbentuk seperti lengkung2
usus halus, sedangkan pada ruptur VU ekstraperitoneal akan terjadi
ekstravasasi kontras ke jaringan lunak sekitar shg nampak seperti bulu di
daerah retropubicum kemudian menyebar ke dinding anterior abdomen dan
mengalir ke arah paha, dapat juga mengumpul di jaringan lemak anterior m.psoas
dan naik secara retrograd ke sampai setinggi ginjal.

d. Fase Post miksi yakni pemotretan yang dilakukan setelah pasien disuruh
berkemih (kencing). Hal ini dilakukan untuk menilai fungsi pengosongan VU.
Apakah terdapat kelainan dalam fungsi pengosongan VU yang menunjukkan
adanya batu, BPH dll. Pada kasus injury diaphragma UG kontras akan
masuk ke scrotum.

e. Apabila sampai menit ke 120 tidak Nampak adanya eskkresi kontras, maka
diagnosis pasien adalah Non Visualized Kidney. Kemudian bisa dilakukan
RPG dan jika RPG tetap gagal, bisa dilakukan APG.

3. Retrograd Pielografi (RPG)


Pemeriksaan dengan memasukkan alat melalui OUE sampai ke pelvis renalis
lalu dimasukkan kontras untuk menilai keadaan ureter, VU dan fungsi
pengosongan nya.

4. Antegrad Pielografi (APG)


Pemeriksaan dengan langsung memasukkan kontras ke pelvis renalis melalui
dinding abdomen.
5. Sistografi

Pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai Vesica Urinaria. Dapat


merupakan lanjutan dari IVP atau dengan memasukkan kontras ke VU
secara anterograd (kontras dimasukkan langsung dari VU) maupun
retrograde (dimasukkan alat melalui OUE sampai ke VU lalu dimasukkan
kontras). Penilaian terhadap hasilnya sama dengan penilaian pada VU.
6. Retrograd Uretrosistografi
Dengan memasukkan kontras iodium melalui OUE untuk memeriksa
keadaan VU dan urethra. Jika terdapat striktura uretra akan Nampak adanya
penyempitan lumen urethra dan elongasi. Pada kasus rupture urethra
komplit (gejala : tidak keluarnya urin) akan didapatkan media kontras yang
terhalang untuk mengisi VU. Kemudian kontras akan mengumpul di spatium
retropubikum, jaringan paraprostatika, dan spatium retroprostatikum.

7. Miksi Uretrosistografi
Dengan memasukkan kontras iodium langsung ke VU melalui dinding
depan abdomen. Hal ini bertujuan untuk menilai VU dan urethra. Setelah di
suntikkan kontras pasien disuruh untuk berkemih dan dinilai juga fungsi
pengosongan VU nya. Jika terdapat gangguan dalam pengosongan VU dapat
terjadi refluks vesicoureter.

8. Bipoler Uretrosistografi
Merupakan pemeriksaan untuk menilai VU dan urethra. Pemeriksaan ini
merupakan gabungan dari miksi uretrosistografi dan retrograde
uretrosistografi yakni kontras dimasukkan secara langsung baik dari VU
maupun melalui OUE. Hal ini dapat menilai letak dan panjang striktura
urethra yang terjadi.

9. USG

Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) juga merupakan salah satu pemeriksaan


penunjang yang cukup banyak dilakukan pada kasus di bidang urologi. USG
merupakan salah satu pemeriksaan penunjang radiologis yang relative aman,
karena USG tidak menggunakan sinar radioaktif untuk sarana imaging nya,
namun menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi / ultrasonic (1-
10MHz). Selain itu, pemeriksaan USG juga memiliki beberapa kelebihan, antara
lain : lebih cepat, tidak perlu persiapan khusus (hanya saja pasien diminta
untuk banyak minum dan menahan BAK sehingga VU terdistensi), aman,
non invasive dan tidak sakit, fleksibel dan relative lebih murah. Selain itu,
USG juga memiliki kelemahan, antara lain : kesulitan pada orang gemuk
karena jaringan lemak yang tebal menyebabkan bias pada imaging, USG
tidak dapat mencitrakan organ yang berisi udara dan organ yang tertutupi
oleh tulang di depannya, USG tidak dapat menilai fungsi suatu organ,
Operator dependen (bergantung pada kemampuan dari operator USG itu
sendiri), pada luka / infeksi dapat menimbulkan rasa sakit.
Organ ginjal jika dilakukan pemeriksaan USG normalnya akan berbentuk
seperti biji kopi, berukura aksis 8-12cm, gambaran parenkim ginjal lebih
hipoekoik (gelap) dibanding hepar atau lien, sedangkan pada bagian medulla
akan Nampak lebih hipoekoik dibanding bagian korteks, dan sinus nya akna
Nampak lebih hipoekoik. Pada kasus hidronefrosis akibat batu akan Nampak
adanya gambaran pelebaran dari PCS yang gelap karena terisi cairan (urin).
Sedangkan pada pasien dengan kasus Nefrolitiasis (Batu Ginjal) apabila
dilakukan pemeriksaan USG akan Nampak gambaran hiperekoik (putih)
dengan acustic shadow yang biasanya disertai dengan hidronefrosis.
Selain itu, USG juga dapat digunakan untuk menampilkan ada tidaknya
cairan perivesical abnormal yang Nampak sebagai area anekoik yang terdapat
di Morrison pouch (antara ginjal kanan dan hepar), recessus splenorenal (antara
ginjal kiri dan lien) atau di suprapubica

Pada trauma ginjal dengan hematom subkapsuler jika dilakukan


pemeriksaan USG akan Nampak adanya gambaran hipoekoik. Sedangkan pada
laserasi ginjal jika dilakukan USG akan ampak adanya gambaran diskontinuitas
parenkim berupa garis pita2.

10. Computed Tomografi Scan (CT-Scan)


CT-Scan merupakan salah satu alat penunjang radiologis yang sensitive untuk
menilai adanya kelainan pada traktus urogenitalia terutama pada rupture organ
yang melibatkan organ disekitarnya. Persiapan sebelum melakukan CT-Scan
sama dengan persiapan pada FPA. Keunggulan lainnya yakni CT-Scan dapat
mendeteksi organ sekitar dan juga dapat mencitrakan gas dan tulang.
Namun kelemahan dari CT-Scan ini ia menggunakan sinar sehingga dapat
memicu adanya radiasi dan juga harganya yang masih relative mahal.
CT-Scan merupakan Gold Standard dari kasus Trauma Ginjal, hal ini
dikarenakan dengan menggunakan CT-Scan dapat memberikan gambaran
trauma secara lebih akurat baik dari sisi ukuran laserasi, lokasi dan
hubungan dengan organ sekitar. Pada kasus Kontusio ginjal akan nampak
adanya gambaran sedikit enhancement pada pemberian kontras dibanding
dengan daerah normal. Pada kasus hematom didapatkan adanya gambaran
hipodens dan lokasinya bisa pada intrarenal, subkapsuler, perirenal dan
pararenal. Pada kasus laserasi ginjal akan nampak diskontinuitas jaringan
ginjal. Sedangkan pada kasus infark ginjal, area yang mengalami infark akan
nampak berbentuk seperti kapak akibat terjadinya nekrosis parenkim.

Anda mungkin juga menyukai