Anda di halaman 1dari 7

Pemeriksaan Radiologi pada Traktus Urogenitalia

Latar Belakang

Pada kuliah pada pagi hari ini yang membahas tentang pemeriksaan radiologi pada
traktus Urogenitalia. Pemeriksaan radiologi adalah cara-cara pemeriksaan yang menghasilkan
gambar bagian dalam tubuh manusia untuk tujuan diagnostik yang dinamakan pencitraan
diagnostic. Pemeriksaan radiologi memungkinan suatu penyakit terdeteksi pada tahap awal
sehingga akan meningkatkan keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Jenis pemeriksaan ini
dilakukan dengan menggunakan peralatan pencitraan diagnostik yang perkembangannya
sangat dipengaruhi oleh kemajuan ilmu fisika, kimia, dan biologi serta teknologi elektronika,
dan computer. Tugas pokok radiologi adalah untuk menghasilkan gambar dan laporan temuan
pemeriksaan untuk keperluan diagnosis, yang bersama-sama dengan teknik dan temuan
diagnostik lainnya akan menjadi dasar tindakan perawatan pasien. Meskipun radiologi
merupakan komponen utama dari diagnosis, namun radiologi tidak terbatas hanya untuk
keperluan pencitraan diagnostik.

Isi

A. Foto Polos Abdomen


Gambaran Normal dari Radiografi Polos Abdomen

Udara akan terlihat hitam karena meneruskan sinar-X yang dipancarkan dan
menyebabkan kehitaman pada film sedangkan tulang dengan elemen kalsium yang
dominan akan menyerap seluruh sinar yang dipancarkan sehingga pada film akan tampak
putih. Diantara udara dengan tulang misalnya jaringan lunak akan menyerap sebagian
besar sinar X yang dipancarkan sehingga menyebabkan keabu-abuan yang cerah
bergantung dari ketebalan jaringan yang dilalui sinar X.
Udara akan terlihat relatif banyak mengisi lumen lambung dan usus besar sedangkan
dalam jumlah sedikit akan mengisi sebagian dari usus kecil. Sedikit udara dan cairan
juga mengisi lumen usus halus dan air fluid level yang minimal bukan merupakan
gambaran patologis. Air fluid level juga dapat djumpai pada lumen usus besar, dan tiga
sampai lima fluid levels dengan panjang kurang dari 2,5 cm masih dalam batas normal
serta sering dijumpai di daerah kuadran kanan bawah. Dua air fluid level atau lebih
dengan diameter lebih dari 2,5 cm panjang atau kaliber merupakan kondisi abnormal dan
selalu dihubungkan dengan pertanda adanya ileus baik obstruktif atau paralitik. Selain
komponen traktus gastrointestinal, juga dapat terlihat kontur kedua ginjal dan muskulus
psoas bilateral. Adanya bayangan yang menghalangi kontur dari ginjal atau m.psoas
dapat menujukkan keadaan patologis di daerah retroperitoneal. Foto radiografi polos
abdmen biasa dikerjakan dalam posisi pasien terlentang (supine). Apabila keadaan pasien
memungkinkan akan lebih baik lagi bila ditambah posisi berdiri. Untuk kasus tertentu
dilakukan foto radiografi polos tiga posisi yaitu posisi supine, tegak dan miring kekiri
(left lateral decubitus). Biasanya posisi demikian dimintakan untuk memastikan adanya
udara bebas yang berpindahpindah bila difoto dalam posisi berbeda.

Gambaran Patologis Radiografi Polos Abdomen


Batu pada traktus urinarius biasanya bersifat multilayer dan permukaannya dapat
kasar atau halus. Batu pada vesica urinaria lebih bulat dengan permukaan regular
sedangkan batu pada ureter atau uretra biasanya berbentuk irregular. Kadang-kadang
dijumpai batu yang mengisi dan menyerupai pelviocalices ginjal yang disebut staghorn
stone. Batu kecil dan halus yang dijumpai pada calices minores kedua ginjal dijumpai
pada kelainan yang disebut nephrocalcinosis.
Batu pada kandung empedu dan salurannya biasa dijumpai pada kuadran kanan atas
dan biasanya berbentuk poligonal. Batu lusen adalah batu dengan kandungan kalsium
yang minimal sehingga tidak dapat dilihat pada foto polos abdomen yang biasanya
mengandung komponen asam urat.
B. INTRA VENOUS PHYELOGRAPHY ( IVP)

Pemeriksaan IVP dilakukan menggunakan kontras berupa Iodine dan dilakukan foto
secara berulang kali pada menit ke 5, 15, 30 atau 45 dan post miksi. Pemberian
kontras  dapat menyebabkan penurunan tekanan darah. Adapun dosis kontras  yang
diberikan adalah 1 cc/kgBB pada pasien dengan kadar Kreatinin <1,6mg% dan 2 cc/
kgBB pada pasien dengan kadar kreatinin 1,6-3mg%.  Pemeriksaan IVP ini bertujuan
untuk melihat fungsi ekskresi (ginjal), melihat anatomi tractus urogenitalia, dan mencari
adakah kelainan pada trctus urogenitalia.

Adapun cara pemeriksaan IVP yakni : Pertama lakukan FPA pada


pasien. Kemudian pasang infuse dan suntikkan kontras. Kemudian lakukan pengambilan
foto pada menit ke 5, 15, 30 atau 45 dan post miksi.

Pada fase nefrogram (foto pada menit ke 5) kita nilai fungsi ekskresi ginjal, kontur
ginjal dan system PCS nya. Normalnya kontras akan Nampak mengisi PCS sehingga
Nampak gambaran radioopaq (putih) dan tidak didapatkan ekstravasasi kontras ke jaringan
sekitar yang menunjukkan adanya ruptur ginjal.  Pada fase pielogram (foto pada menit ke
15) kontras akan mengisi PCS dan ureter sehingga ureter tampak radioopaq (putih). Jika
terdapat batu pada ureter radioopaq ataupun radioluscent, maka akan Nampak kontras
yang tidak mengalir dan kemudian papillae renalis nampai cubbing (berbentuk seperti
mangkok). Hal ini menunjukkan telah terjadi hidronefrosis.  Pada pemotretan menit ke 30
atau 45 IVP telah memasuki fase sistogram. Pada saat ini kontras telah mengisi Vesica
Urinaria sehingga VU Nampak putih. VU kita nilai dindingnya apakah permukaannya rata
(Normal) atau bergelombang (Sistitis/ Radang VU), adakah filling defect yang Nampak
sebagai area radioluscent saat VU terisi kontras (menunjukkan  adanya batu radioluscent
jika filling defect permukaan nya licin dan ikut bergerak saat berpindah posisi, atau
adanya  tumor atau massa pada dinding VU jika filling defect permukaannya tidak rata
dan tidak ikut bergerak jika berpindah posisi), indentasi, additional shadow (menunjukkan
adanya batu/ massa), dan ekstravasasi kontras  yang menunjukkan adanya ruptur VU.

Fase Post miksi yakni pemotretan yang dilakukan setelah pasien disuruh berkemih


(kencing). Hal ini dilakukan untuk menilai fungsi pengosongan VU. Apakah
terdapat kelainan dalam fungsi pengosongan VU yang menunjukkan adanya batu, BPH
dll.

C. Foto Kontras
1. Retrograde Phyelography (RPG)
Retrograde Phyelography merupakan media kontras dengan Memasukan
kontras melalui kateter ureter dengan menggunakan kontras water soluble dengan
perbandingan 1:3 sebanyak 100 cc dengan menggunakan spuit 20 cc. Tujuannya
untuk melihat opasitas pada sistem pelvicalyceal dan ureter. Indikasi Retrograde
Phyelography yaitu Mengkonfirmasi atau menyingkirkan gambaran filling defect
dalam sistem pelvicalyceal dan Menunjukan ujung distal dari obstruksi ureter.
2. Anterograde Phyelography ( APG)
Anterograde Phyelography merupakan media kontras dengan Memasukan
bahan kontras water soluble melalui kateter nephrostomi percutaneus menuju
parenkim ginjal yang bertujuan menilai penyebab dan lokasi dari obstruksi ureter jika
pemeriksaan imajing non invasif tidak memberikan informasi yang cukup jelas.
Dengan menggunakan kontras water soluble dengan perbandingan 1:3 sebanyak
100cc dengan menggunakan spuit 20 cc
3. Cystography
Cystography menggunakan media kontras dimasukan menggunakan folley
catheter melalui uretra yang bertujuan memperlihatkan struktur vesika urinaria dan
infra vesika serta organ disekitarnya dengan pengambilan foto AP dan Oblique.
4. Uretrography
Uretrography merupakan Pemeriksaan untuk menilai uretra dengan mengisi
uretra dengan kontras water soluble yang bertujuan untuk melihat struktur anatomi
dan kelainan pada uretra
5. Hysterosalphyography (HSG)
Hysterosalphyography merupakan Pemeriksaan secara radiologi organ
reproduksi wanita bagian dalam pada daerah uterus, tuba fallopii, cervix dan ovarium
mengunakan media kontras positif. Pemeriksaan ini biasanya sering dilakukan pada
ibu-ibu dengan indikasi Infertil baik primer maupun sekunder. Adapun Indikasi
pemeriksaan Histerosalpingografi yaitu Menentukan keberhasilan tindakan operasi
sterilitas, Sterilitas primer maupun sekunder untuk melihat normal tuba (paten
tidaknya tuba), Fibromyoma pada uteri, Hypoplasia endometri, dan Perlekatan-
perlekatan dalam uterus,adenomyosis. Selain itu, ada juga Kontra Indikasi dari
pemeriksaan HSG yaitu Menstrurasi, Peradangan dalam rongga pelvis, Perdarahan
dalam kavum uteri, Alergi terhadap bahan kontras, Setelah dikerjakannya curettage,
Kecurigaan adanya kehamilan.

D. ULTRASONOGRAPHY (USG)
Ultrasonography merupakan Pemeriksaan menggunakan gelombang utrasonik dalam
menghasilkan imajing. menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi / ultrasonic (1-
10MHz). Selain itu, pemeriksaan USG juga memiliki beberapa kelebihan, antara
lain : lebih cepat, tidak perlu persiapan khusus (hanya saja pasien diminta untuk banyak
minum dan menahan BAK sehingga VU terdistensi), aman, non invasive dan tidak sakit,
fleksibel dan relative lebih murah. Selain itu, USG juga memiliki kelemahan, antara
lain : kesulitan pada orang gemuk karena jaringan lemak yang tebal menyebabkan bias
pada imaging, USG tidak dapat mencitrakan organ yang berisi udara dan organ yang
tertutupi oleh tulang di depannya, USG tidak dapat menilai fungsi suatu organ, Operator
dependen (bergantung pada kemampuan dari operator USG itu sendiri), pada luka / infeksi
dapat menimbulkan rasa sakit.

Organ ginjal jika dilakukan pemeriksaan USG normalnya akan berbentuk seperti biji


kopi, berukura aksis 8-12cm, gambaran parenkim ginjal lebih hipoekoik (gelap) dibanding
hepar atau lien, sedangkan pada bagian medulla akan Nampak lebih hipoekoik dibanding
bagian korteks, dan sinus nya akna Nampak lebih hipoekoik. Pada kasus hidronefrosis
akibat batu akan Nampak  adanya gambaran pelebaran dari PCS yang gelap karena terisi
cairan (urin). Sedangkan pada pasien dengan kasus Nefrolitiasis (Batu Ginjal) apabila
dilakukan pemeriksaan USG akan Nampak gambaran hiperekoik (putih) dengan acustic
shadow yang biasanya disertai dengan hidronefrosis.

E. CT Scan
CT Scan merupakan Pemeriksaan dengan menggunakan radiasi dan dapat
memperlihatkan gambaran potongan multiplanar ( axial; sagital;corona). CT Scan
merupakan salah satu alat penunjang radiologis yang sensitive untuk menilai adanya
kelainan pada traktus urogenitalia terutama pada rupture organ yang melibatkan organ
disekitarnya. Persiapan sebelum melakukan CT-Scan sama dengan persiapan pada
FPA. Keunggulan lainnya yakni CT Scan dapat mendeteksi organ sekitar dan juga
dapat mencitrakan gas dan tulang.

CT-Scan merupakan Gold Standard dari kasus Trauma Ginjal,  hal ini


dikarenakan dengan menggunakan CT-Scan  dapat memberikan gambaran trauma
secara lebih akurat baik dari sisi ukuran laserasi, lokasi dan hubungan dengan organ
sekitar. Pada kasus Kontusio ginjal akan nampak adanya gambaran sedikit
enhancement pada pemberian kontras dibanding dengan daerah normal.  Pada
kasus hematom didapatkan adanya gambaran hipodens dan lokasinya bisa
pada intrarenal, subkapsuler, perirenal dan pararenal. Pada kasus laserasi ginjal akan
nampak diskontinuitas jaringan ginjal. Sedangkan pada kasus infark ginjal, area yang
mengalami infark akan nampak berbentuk seperti kapak akibat terjadinya nekrosis
parenkim.

F. MAGNETIC RESONANCE IMAJING ( MRI)


MRI merupakan Pemeriksaan menggunakan medan magnet dan gelombang radio
untuk menghasilkan image, indikasi yaitu BSK, hidronefrosis, tumor dan trauma.
Kelebihan dari MRI Non radiasi, Non invasif dan Gambaran atau struktur jaringan lunak
sangat detail.

Kesimpulan

Dapat diambil kesimpulan yaitu dalam pemeriksaan radiologi tractus urogenitalia,


diantaranya yaitu pemeriksaan Foto polos abdomen, IVP, Foto kontras (Retrograde
Phyelography/RPG, Anterograde, Phyelography/APG, Cystograhpy, Uretrography,
Hysterosalphyography/HSG), USG, CT scan, MRI. Semua model pemeriksaan radiologis
tersebut tentunya memiliki kemampuan, ketelitian, kelebihan, dan kekurangan masing-
masing. Selain itu, pencitraan Traktus traktrus urogenital merupakan pemeriksaan yang
esensial dalam proses diagnosa dan terapi penyakit urologi. Dengan pemeriksaan rediologi
maka didapatkan informasi tentang anatomi, fungsi dan fisiologi tractus dari urinarius
maupun urogenitalis.

Referensi:

Satyanegara, P. (2017). Radiologi Pada Urolithiasis. Jakarta Pusat: Fakultas Kedokteran


Universitas YARSI.

Buku Panduan Belajar Koas Radiologi. (2017). Denpasar - Bali: Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.

Penuntun Pembelajaran Teknik Menilai Foto BNO – IVP. Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin. 2017.

Anda mungkin juga menyukai