BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Kidney, Ureter and Bladder Foto), BNO (Blaas Nier Overzicht), dan BOF
(Buik Overzicht Foto).
sekitar 20 gram garam yodium, visualisasi dari kandung kemih cukup baik
tetapi opasitas dari traktus urinarius bagian atas tidak cukup jelas. Kemajuan
yang cukup berarti terjadi pada sekitar tahun 1950an dimana berhasil dibuat
larutan kontras berjodium derivat dari 2,4-6 triiodinated dengan gugusan
karboksil pada rantai 1, dengan menghilangkan gugus karboksil dan
menambahkan gugus hidroksil diperoleh suatu kontras dengan osmolaritas
rendah sehingga kurang nephrotoksik. Reaksi karena kontras media dapat
berupa alergi, gangguan vaskular dan nephrotoksik. Angka kejadian reaksi
kontras mencapai 12% dan 3% bila menggunakan non ionik kontras media.
Sebagian reaksi kontras bersifat ringan saja dan dapat berupa nausea,
vomiting, urtikaria dan edema daerah muka. Reaksi ini biasanya teratasi
degan pemberian antihistamin. Bila terjadi bronkospasme diberikan
adrenergik agonist atau epineprine. Reaksi yang berat dapat menimbulkan
shock dan perlu hospitalisasi. Bahan kontras dapat menyebabkan gangguan
fungsi ginjal akut dan disebut sebagai Contrast Induced Nepropathy ( CIN ).
Resiko CIN meningkat bila terdapat preexisting renal insuffisiency lebih lagi
bila terdapat faktor dehidrasi sewaktu dilakukan pemeriksaan. Penggunaan
non ionik kontras juga mengurangi CIN. Bila fungsi ginjal normal kejadian
CIN kurang dari 1%.
1. Intravenous Pyelography :
Intravenous Pyelography ( IVP ) adalah visualisasi traktus urinarius
dengan menyuntikkan kontras intravena. Biasanya kontras yang dipakai
adalah yodium dengan dosis 300mg/kg berat badan atau 1 ml/kg berat
badan. Indikasi IVP sangat banyak misalnya, untuk mengetahui keadaan
parenkim ginjal, sistem pyelokaliks, ureter dan buli-buli. Pemeriksaan ini
digunakan untuk follow up hematuria dan urolithiasis. Belakangan
peranan IVP menurun sejalan makin seringnya dilakukan pemeriksaan
CT Scan.
6
Persiapan penderita:
Bila perlu dilakukan test kehamilan , persiapan usus walaupun tidak
mutlak perlu dilakukan untuk memperjelas visualisasi pelviokaliks
sistem. Makanan cair mulai dilakukan sejak 24 jam sebelum pemeriksaan
kemudian diberikan laxan/urus-urus atau enema. Persiapan usus mutlak
dilakukan pada pasien dengan obstipasi kronis atau gangguan neurologis
usus. Dehidrasi memperbaiki visualisasi kontras tetapi meningkatkan
resiko CIN. Penghentian intake cairan 6-8 jam sebelum pemeriksaan
cukup untuk visualisasi yang optimal.
Teknik pelaksanaan :
Setelah pemeriksaan termasuk test alergi terhadap jodium, sebelum
kontras disuntikkan dibuat foto polos abdomen dalam posisi telentang
( supine ). Setelah hasil foto dinilai memenuhi syarat dilanjutkan dengan
penyuntikan kontras sebanyak 50-100 ml melalui jarun 18 G secara bolus
atau drip. Segera setelah itu dibuat foto, ini untuk melihat nephrogram,
kalau perlu dilakukan tomography 5 menit setelah injeksi kontras dibuat
foto untuk melihat opasitas dari pelviokalik sistem. Kompresi abdomen
dapat memperjelas visualisasi sistem kaliks. Selanjutnya dibuat foto 15
menit dan 3 menit. Foto 30 menit dibuat dengan film besar untuk menilai
seluruh ureter dan kandung kemih berdasarkan sistography. Bila perlu
dibuat sistography dalam posisi oblik. Setelah itu dibuat lagi foto miksi.
Foto-foto yang lain tergantung masing-masing kasus. Bila terdapat
indikasi bersaing antara pencitraan traktus urinarius dan traktus
digestivus maka IVP dikerjakan lebih dulu.
4. Sistourethrography :
Sistourethrography adalah pencitraan dengan kontras untuk evaluasi
traktus urinarius bagian bawah. Sistourethrography terdiri dari 3 macam
pemeriksaan
a. Sistography static
Indikasi untuk mengetahui apakah terdapat :
- Ruptur buli-buli
- Fistel dari buli
- Lesi didalam bulibuli ( space occupying lession )
- Evaluasi anastomose vesikourethra
Teknik:
Dimulai dengan membuat foto polos abdomen, kemudian melaui kateter
dimasukkan sebanyak 200-400 ml kontras dan dibuat foto posisi AP dan
oblique. Sebaiknya pengisian kontras dimonitor dengan fluoroskopi.
Setelah itu dibuat foto post drainage.
b. Sistography voiding
8
Teknik :
- Dibuat foto polos abdomen
- Kontras dimasukkan melalui kateter atau feeding tube ch 8
- Jumlah kontras : {usia ( tahun ) + 2} x 30 ml.
- Setelah itu dibuat foto pada saat pasien miksi.
- Foto oblique penting untuk deteksi refluks grade 1
c. Urethrography retrogade
Indikasi : untuk evaluasi urethra, misalnya untuk evaluasi urethra striktur
atau ruptur urethra
5. Loopography
Loopography adalah pencitraan dengan kontras pada pasien dengan urinary
conduit. Kontras melalui kateter dimasukkan kedalam loop/stoma urine
9
Indikasi untuk melakukan evaluasi terhadap conduit urine khususnya bila ada
masalah.
6. Ultrasonography ( USG )
USG yaitu pencitraan dengan menggunakan gelombang high frequency .
USG traktus urogenital sangat sering digunakan dalam proses diagnosa dan
terapi penyakit urologi. Beberapa kelebihan dari pemeriksaam ini adalah
tidak invasive, tidak menimbulkan nyeri, tanpa radiasi, memberikan
gambaran anatomik yang cukup akurat, alat mudah didapat dan biaya
pemeriksaaan relatif murah. Kekurangan dari pemeriksaan USG adalah
operator dan alat dependent, tidak memberi informasi fungsi ginjal, tidak bisa
untuk deteksi non delated ureter, memerlukan acoustic window. Tranducer
yang biasa digunakan adalah berbentuk convex dengan frekuensi antara 3,5-5
MHz. Untuk pencitraan organ yang superfisial misalnya testis/intrascrotal
diperlukan frekuensi yang lebih tinggi. Tranduser menghasilkan gelombang
suara ultra dan ditransmisikan ke dalam tubuh, oleh tubuh tergantung
jaringannya, gelombang mengalami refleksi, refraksi maupun absorbsi.
Udara akan merefleksi seluruh gelombang, artinya tidak bisa menghantarkan
gelombang. Tulang mengabsorpsi seluruh gelombang. Gelombang echo
ditangkap lagi oleh receiver didalam tranducer dan dikirimkan ke alat USG
untuk diolah jadi gambar.
a. USG Ginjal :
USG memberikan data yang amat baik atas keadaan parenkim ginjal,
dapat membedakan massa yang solid atau kistik dan juga untuk evaluasi
dan menetukan derajat hidroneprosis. Selain itu USG berguna untuk
evaluasi allograft dan batu ginjal. Batu ginjal ditandai dengan area
hyperechoic dengan acoustic shadow, fat perirenal, kortek dan medula
10
b. USG Adrenal :
Dengan USG dapat dideteksi beberapa kelainan dari kelenjar adrenal
seperti adanya tumor, kista dan perdarahan. Kelenjar adrenal kanan lebih
mudah diperiksa daripada yang kiri. Pemeriksaan dengan CT Scan dan
MRI memberikan hasil yang lebih bagus daripada USG.
c. USG Buli-Buli
Pemeriksaan USG bulibuli biasanya dikerjakan bersama dengan USG
Ginjal dan disebut USG Urologi. Indikasi dari pemeriksaan ini adanya lesi
intravesika, misalnya tumor bulibuli, batu bulibuli, ureterocele,
pembesaran prostat, khususnya yang intravesika, batu diuereter ostia atau
bladder neck, bekuan darah intravesika, pengukuran sisa urin, kapasitas
buli dan lainlain. Tranduser atau probe untuk pemeriksaan buli-buli ada
beberapa macam yaitu: tranabdominal, tranurethral, transvagina, dan
transrectal. Pemeriksaan USG bulibuli sebaiknya dikerjakan pada saat
kandung kemih berisi optimal, tidak kososng dan tidak terlalu penuh.
d. USG Prostat :
USG Prostat paling baik dikerjakan dengan menggunakan probe
transrectal. Dengan pemeriksaan ini volume dapat diukur dengan
mengkalkulasikan panjang, lebar dan tinggi. Alat USG generasi terakhir
dapat menghitung volume prostat secara langsung. Bila terdapat area
hipoechoic sangat dicurigai adanya Ca Prostat. Ektensi dari Ca Prostat
juga dapat diketahui dengan pemeriksaan USG ini.
11
e. USG Scrotum.
Pemeriksaan ini merupakan procedure of choise dalam diagnosa patologi
intrascrota. Organ intrascrotal lokasinya superfisial karena itu probe yang
digunakan adalh yang high frequency (7,5-10 MHz). Pemeriksaan dengan
Color Doppler ultrasound dapat menilai flow (aliran) darah intrascrotal
misalnya refluks dan kongesti pada varicocele dan tidak adanya flow pada
testis yang mengalami torsio.
f. USG Urethra
USG pada urethra pria dapat untuk menilai panjangnya stiktur dan luasnya
jaringan fibros.
a. CT Scan Ginjal :
12
Pencitraan ginjal dengan CT Scan terdiri dari beberapa fase, yaitu fase pra
kontras (unenhanced phase), fase kortio medular, fase nephrogenic dan
fase pyelographik. Pada fase pra kontras dapat diketahui adanya
urolithiasis, keadaan parenkim, kalsifikasi vaskular dan kontur dari ginjal.
Fase kortikomedular, 30 detik setelah injeksi kotras dapat dilihat kortak
dan medula seratus detik setelah kontras dimasukkan, masuk ke fase
nephrographik dimana nephrogram menjadi sangat jelas. Pada fase ini
sangat baik menilai suatu massa didalam ginjal. Bila kontras telah
memasuki pyelumdisebut sebagai fase pyelographik. Pada foto CT Scan
akan tampak ginjal dikelilingi lemak perirenal yang berwarna gelap.
Kapsul ginjal tidak bisa dibedakan dengan parenkim. Parenkim ginjal
yang normal adalah homogen pada tiap fase. Vena renalis kiri berjalan di
anterior aorta dan berada di posteroinferior (caudal) dari a. Mesenterica
superior. Vena renalis kanan berada di posterolateral dari V kava inferior
dan A renalis kiri lebih kecil dan berada di posterior dari V Renalis.
Struktur yang berada disekitar ginjal kanan adalah hepar, duodenum, colon
ascenden, kandung empedu, dan caput pancreas. Ginjal kiri berada dekat
kauda pancreas, lien dan colon descenden.
b. CT Scan Adrenal :
Lesi di kelenjar adrenal seringkali terdeteksi secara insidental sehingga
sering disebut insidentaloma. Keadaan patologi yang dapat mengenai
adrenal adalah keganasan baik primer maupun metastase dan fungsional
adenoma seperti pheokromositoma. Bila densitas massa adrenal kurang
dari 0 Hounsfield Unit ( HU ) pada fase pra kontras dicurigai adenoma.
Bila densitas lebih dari 20 HU mungkin suatu metastase. Pencitraan
dengan MRI memberi gambar lebh baik dari CT Scan.
c. CT Scan Buli-Buli
13
d. CT Scan IVP :
CT Scan dengan kontras merupakan alternatif dari IVP. Setelah fase
pyelogram CT Scan IVP ini dapat memberikan gambaran yang jelas dari
ureter. Indikasi yang kuat untuk menggunakan CT Scan IVP adalah untuk
mengevaluasi hematuri.
e. CT Scan Angiography :
CT Scan Angiography merupakan cara non invasive untuk melakukan
pencitraan vaskulatur ginjal, tanpa harus mengakses langsung arteri
renalis. Kontras disuntikkan dengan cepat dan dibuat Scan pada fase
arterial. Dengan helical/spiral atau MS Scan bayangan tulang dan soft
tissue dapat dieliminisasi sehingga hanya tampak vaskuler ginjal. Indikasi
CT Angiography adalah persiapan donor nephrektomi, pemeriksaan
anomali vaskulaar penyebab UPJ Stenosis dan hipertensi renal.
2. Techmetium 99m dengan half life 6 jam dan memberikan gambar yang
lebih bagus. Techmentium 99m ini dikombinasikan dengan senyawa
protein, yaitu :
a. Diethylene Triamine Pentacitic Acid ( DPTA ) baik untuk
mengevaluasi fungsi ginjal dan obstruksi.
15
10 . Diuretic Scintigraphy
Untuk mengetahui hidroneprosis karena suatu obstruksi atau bukan dapat
dilakukan beberapa cara pemeriksaan yaitu IVP, Whitaker test, Retrogade
pyelography dengan wash out foto dan diuretic scintigraphy. Dalam hal ini
Diuretic scintigraphy paling tidak invasive. Setelah DPTA ata MAG 3
disuntikkan secara bolus dan tracer telah mencapai collecting system
disuntikkan bahan diuretic dan kurva diamati.
16
DAFTAR PUSTAKA
Anggari, Kharisma Luthfy, 2010. BNO-IVP Sebagai Pemeriksaan Imaging Pada Pasien
Dengan Nefrolithiasis dan Hidronefrosis Sinistra. Bagian Ilmu Radiologi RSUD Salatiga