Disusun oleh :
Pembimbing:
Periode:
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana manajemen perioperatif pada pasien trauma kepala dengan
Epidural Hematoma?
1.3 Tujuan
Mengetahui penatalaksanaan perioperatif pada pasien trauma kepala
dengan Epidural Hematoma.
1.4 Manfaat
2
BAB 2
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Definisi
2.1.2 Anatomi
3
menjadi ruang supratentorial (fossa kranii anterior dan fossa kranii
media) (Netter et al., 2012).
2.1.3 Epidemiologi
2.1.4 Patofisiologi
4
sinus transversus atau sinus sigmoid pada cedera oksipital, dan sinus
sagital superior pada trauma verteks. Perdarahan epidural intrakranial
bilateral terjadi 2-10% dari semua kasus perdarahan epidural akut pada
orang dewasa tetapi sangat jarang terjadi pada anak-anak. Perdarahan
epidural pada fossa posterior mencapai 5% dari semua kasus
perdarahan epidural (Ganz et al., 2013).
2.1.5 Diagnosis
5
2.1.6 Manifestasi Klinis
6
2.1.7 Pemeriksaan penuinjang
7
Gambar 2 : Perdarahan epidural intrakranial di temporoparietooccipital
sinistra (A,B), nampak garis fraktur (C, anak panah)
d. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang penting dikerjakan diantaranya
1. Darah lengkap : penting untuk menilai kadar trombosit dan
hematokrit terkait perdarahan non traumatik juga menilai adanya
penanda infeksi untuk menyingkirkan diagnose banding
2. Faal hemostasis : penting untuk menilai ada tidaknya gangguan
koagulopati
3. Serum elektrolit, tes fungsi ginjal, tes fungsi hepar, kadar glukosa
darah juga perlu diperiksa untuk menemukan adanya komplikasi
metabolik perdarahan epidural intrakranial maupun spinal
4. Toksikologi dan kadar alkohol dalam darah juga perlu diperiksa
terkait penyebab trauma kepala dan adanya sindroma putus obat
5. Golongan darah : penting untuk persiapan transfusi dan tindakan
operatif darurat (Nadine et al., 2013).
2.1.8 Tatalaksana
Tatalaksana perdarahan epidural mencakup tatalaksana umum
dan tatalaksana khusus. Tatalaksana khusus mencakup terapi
medikamentosa dan terapi operatif (Kewon et al., 2013).
8
Tatalaksana umum
Sedini mungkin berbagai upaya penanganan pra-rumah sakit,
dengan perhatian jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi. Sejak pasien
datang ke ruang gawat darurat pasien segera dipersiapkan evaluasi
trauma menyeluruh, dimulai dengam inspeksi fraktur, evaluasi mekanisme
cidera untuk menilai daya benturan baik pada kranium maupun daerah
spinal, imobilisasi spinal khususnya servikal, dan evaluasi defisit
neurologis (Kewon et al., 2013).
Tatalaksana khusus
a) Memperbaiki/mempertahankan fungsi vital :
yang telah ditangani saat resusitasi awal. Jalan nafas harus selalu bebas
dengan memastikan tidak ada lendir dan darah yang dapat menghalangi
9
intravena : gunakan cairan NaC1 0,9% atau Dextrose in saline (Kewon et
al., 2013).
i. Hiperventilasi.
vasodilatasi pembuluh darah. Selain itu suplai oksigen yang terjaga dapat
osmotik dari jaringan otak (intrasel dan interstitial) ke dalam ruang intra-
Efek ini dapat berhasil dengan baik jika sawar darah otak dalam keadaan
seperti gagal jantung, gagal ginjal akut (AKI), hiperkalemia dan hipotensi.
10
Gambar 4 : Algoritma tata laksana pasien
dengan cedera kepala (ATLS., 2018)
11
2.1.9 Indikasi pembedahan
12
2.2. Manajemen Anestesi
13
Gambar 2.1Skor Mallampati (A) dan Laryngeal Grade View (B)
o Obstruction
Sedangkan berikut merupakan derajat pengelihatan kita
menggunakan laringoskop (Laryngeal grade view):
Grade 1: Korda vokalis terlihat seutuhnya
Grade 2: Bagian bawah korda vokalis terlihat
Grade 3: Hanya epiglottis yang terlihat
Grade 4: Epiglottis tidak terlihat (Morgan, 2013)
o Neck : dievaluasi apakah mobilitas leher pasien bebas atau
terbatas.
Lakukan pemeriksaan jantung, untuk mengevaluasi kondisi
jantung, apakah ada kelainan jantung yang didapat pada orang dewasa
dan pada anak-anak sebagai penyakit bawaan (congenital).Pemeriksaan
pada Paru-paru, untuk mengetahui adanya dispnu, ronki, dan mengi yang
dapat menggangu frekuensi dan pola pernapasan. Pada abdomen lakukan
palpasi untuk mengetahui adanya distensi, massa, asites, atau hernia.
Pemeriksaan daerah ekstremitas terutama untuk melihat perpusi
distal, adanya jari tumbuh, sianosis, atau infeksi kulit, dan juga untuk
melihat tempat-tempat fungsi vena atau daerah blok saraf regional. Daerah
14
punggung juga diperiksa bila ditemukan adanya deformitas, memar atau
infeksi terutama dengan pemilihan anestesi regional.Neurologis, misalnya
status mental, fungsi saraf kranial, kesadaran dan fungsi sensasi motorik,
yang diperlukan untuk menentukan status fisik pasien.
15
Flatus
Apakah ada cairan bebas di perut (ascites)
Meraba hati, lien (Ukuran, konsistensi, permukaan)
BNO
Pemeriksan laboratorium (liver function test)
6. B6 (Bone)
Kaku kuduk
Patah tulang
Bentuk leher
Bentuk tubuh (astenicus, atletik, picnic)
Kelainan tulang belakang : skoliosis, kifosis, lordosis
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium, ada yang dilakukan pemeriksaan rutin seperti,
darah (hemoglobin, leukosit, hitung jenis leukosit, golongan darah, masa
perdarahan,dan masa pembekuan), urin (protein, reduksi, dan sedimen), foto dada
terutama (untuk bedah mayor), elektrokardiografi (untuk pasien berusia diatas 40
tahun). Ada juga yang dilakukan secara khusus, yang dilakukan bila terdapat
riwayat atau indikasi, Elektrokardiohrafi pada anak, bronkospirometri pada pasien
tumor paru, fungsi hati pada pasien ikterus, fungsi ginjal pada pasien hipertensi
atau pasien yang mengalami gangguan miksi.
Klasifikasi Status Fisik (ASA)
Berdasarkan hasil pemeriksaan kita dapat menentukan status fisik pasien,
American Society Of Anestesiologists (ASA) membuat klasifikasi pasien menjadi
kelas-kelas :
Kelas / ASA I Pasien normal sehat fisik dan mental
Kelas / ASA II Pasien dengan penyakit sistemik ringan dan tidak ada
keterbatasan fungsional.
Kelas / ASA III Pasien dengan penyakit sistemik sedang hingga berat yang
menyebabkan keterbatasan fungsi.
Kelas / ASA IV Pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam
hidup dan menyebabkan ketidakmampuan fungsi.
Kelas / ASA V Pasien yang tidak dapat hidup / bertahan dalam 24 jam
dengan atau tanpa operasi.
16
Kelas / ASA VI Pasien mati batang otak yang organ tubuhnya dapat
diambil.
NB : E, Bila operasi yang dilakukan darurat (emergency) maka penggolongan
ASA di ikuti huruf E (misalnya I E atau 2 E).
2.2.2 Manajemen Cairan Perioperatif
Tujuan dari resusitasi pre-operasi adalah untuk mengembalikan oksigenasi
yang adekuat ke jaringan perifer. Pada pasien dengan peritonitis biasanya jatuh
pada keadaan hipovolemik karena adanya sekuestrasi cairan ke rongga
peritoneum (Sharma et al., 2013). Manajemen cairan perioperatif meliputi
penggantian defisit cairan sebelum operasi, kebutuhan maintenance, perdarahan
saat operasidan insensible water loss kulit dan paru (Morgan et al., 2013).
17
menyerap ±75 cc.Akurasibisa lebih tinggi apabila kasa ditimbang sebelum dan
sesudah digunakan. Tetapi perhitungan ini dipengaruhi juga oleh cairan irigasi
maupun cairan keluar seperti ascites danair ketuban (Morgan, 2013).Pemilihan
tipe cairan intravena tergantung prosedur pembedahan dan estimasi
perdarahan.Untuk semua prosedur, cairan ringer laktat biasa digunakan termasuk
untuk kebutuhan pemeliharaan (Morgan, 2013).
Kehilangan darah dapat diganti dengan kristaloid atau koloid untuk
mempertahankan volume intravaskuler (normovolemia). Perdarahan lebih lanjut
dapat diganti dengan transfusi PRC untuk mempertahankan kadar hemoglobin.
18
2.2.5 Premedikasi
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi
dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesi
diantaranya:
Meredakan kecemasan dan ketakutan
Memperlancar induksi anestesi
Mengontrol nyeri post operasi
Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
Meminimalkan jumlah obat anestesi
Mengurangi mual muntah pasca operasi
Menciptakan amnesia
Mengurangi resiko aspirasi isi lambung (Morgan, 2013)
19
S Scope Stetoscope untuk mendengarkan suara paru dan jantung.
Laringo-Scope: pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai
dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang.
T Tubes Pipa trakea, pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon
(cuffed) dan >5 tahun dengan balloon (cuffed).
A Airways Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa
hidung-faring (nasi-tracheal airway). Pipa ini menahan lidah
saat pasien tidak sadar untuk mengelakkan sumbatan jalan
napas.
T Tapes Plaster untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau
tercabut.
I Introducer Mandarin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel)
yang mudah dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa
trakea mudah dimasukkan.
C Connector Penyambung antara pipa dan peralatan anastesia.
S Suction Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya.
Tabel 2.6 Komponen STATICS
20
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama : An. MA
No. RM : 11466xxx
3.3.1 Anamnesis
Medication :-
Past Medical History : Prenatal : Hamil cukup bulan, keluhan (-), ANC di bidan
(+)
21
Post natal : Pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia
Event of Injury : Datang dengan keluhan pusing (+) semakin lama semakin
memberat, muntah menyemprot (+) lebih dari 6x dalam 1
hari dan muntah menyemprot, pingsan (-). Rhinorrhea (-),
Othorre (-). Mengantuk (+) Pasien 1 hari sebelum MRS
sempat terjatuh saat bermain bola dengan posisi kepala
sebagai tumpuan.
B2 : Akral hangat kering merah, Nadi radialis reguler kuat angkat 98 x/m,
CRT <2’’ , TD: 110/60 Cor/ ictus palpable at MCL S ICS 5, S1-S2
tunggal murmur – Gallop –
B6 : Nyeri (-), krepitasi (-), mobilitas (-), Bengkak pada kepala regio
temporal kanan (+), krepitasi (-), anemis (-), cyanosis (-), ikterik (-)
22
3.5 Pemeriksaan Penunjang
23
3.5.2 Pemeriksaan Radiologi
3.6 Assestment
3.7.1 Di IGD
• O2 10lpm NRBM
24
• IVFD NS 1500cc/24jam
25
Infus : 1 line di tangan kanan, tangan kiri terpasang plug
1 line terpasang CVC pada V. Femoralis dextra.
2. Maintenance :
• Sefoflurane 1 dial
• Obat-obatan lain :
• Dexamethason inj 1 mg
Cairan masuk :
Pre operatif : kristaloid 500 cc
Koloid 0 cc
Cairan keluar :
Pre operatif : urin ± 20 cc
Durante operatif : urin ± 200 cc (BAK on cath)
perdarahan ± 250 cc
EBV = 70 x 25 kg = 1750 cc
ABL = 13,90 – 8 x 1750 = 740 cc
13,90
26
Balance cairan : - 15 cc
3.8 Post Op
3.9.1 Monitoring post Op:
B2 : Akral hangat kering merah, Nadi radialis reguler kuat angkat 78 x/m,
CRT <2’’ , TD: 100/60 Cor/ ictus palpable at MCL S ICS 5, S1-S2
tunggal murmur – Gallop –
27
B5 : Flat, sufel, BU(+)N.
B6 : Nyeri (-), krepitasi (-), mobilitas (-), Bengkak pada kepala regio
frontal kanan (+), krepitasi (-), anemis (-), cyanosis (-), ikterik (-)
a. Posisi : Supine
b. Cairan dan Tranfusi : IVFD Nacl 0.9% : RL 2 : 1 65 ml/jam
c. Antibiotik : Sesuai TS Bedah
d. Obat-Obatan lain : Syringe Fentanyl 12.5 mikro gram/jam
e.
f. Bila Mual/Muntah : Mual : Head up , Inj Ondansetron 4 mg
Muntah : Head down, kepala miringkan
g. Bila kesakitan : skala nyeri > Hubungi PPDS Anestesi
h. Makan/ Minum : Mulai bila sadar penuh, peristaltik baik dan
fungsi menelan baik.
i. Cek DL, SE GDS, dan albumin post operasi
j. Pindah ruangan apabila Aldrette score > 8 dan tidak ada nilai 0
28
BAB IV
PEMBAHASAN
Breathing : Gerak dada simetris, retraksi dinding dada (-), rhonki (-),
wheezing (-)
Circulation : Akral hangat kering merah (AHKM), CRT<2 detik, nadi regular
85x/menit kuat angkat
29
BAB 5
KESIMPULAN
Pasien adalah seorang anak laki-laki usia 9 tahun yang datang dengan
keluhan pusing (+) yang semakin lama semakin membera, muntah menyemprot
(+) lebih dari 6x dalam 1 hari, pingsan (-). Rhinorrhea (-), Othorre (-) Mengantuk
(+). Pasien 1 hari sebelum MRS sempat terjatuh saat bermain bola dengan posisi
kepala sebagai tumpuan.
30
DAFTAR PUSTAKA
4. Netter, F. H., Craig, J. A., Perkins, J., Hansen, J. T., & Koeppen, B. M.
(n.d.). Atlas of Neuroanatomy and Neurophysiology Special Edition:Arteries to
Brains and Meningens, NJ : 2012
12. Arya RC, Wander G, Gupta P. 2011. Blood component therapy: Which,
when and how much. Journal of Anaesthesiology, Clinical Pharmacology, 27(2),
278–284.
13. Rosyidi, R. M., Priyanto, B., Al Fauzi, A., & Sutiono, A. B. (2019).
Toward zero mortality in acute epidural hematoma: A review in 268 cases problems
and challenges in the developing country. Interdisciplinary Neurosurgery:
Advanced Techniques and Case Management, 17(November 2018), 12–18.
https://doi.org/10.1016/j.inat.2019.01.021
31
32