PNEUMONIA
Pembimbing :
Dr. H. Jauhari tri wasisto, SpA
Di susun oleh :
Cipto nirmolo
2006730011
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2010
IDENTITAS
No RM
: 433204
STATUS PASIEN
Nama Pasien
: By. Nurista
Umur
: 4 bulan
Ciranjang
kejang selama
demam. Selama demam pasien juga batuk dan pilek. Batuk yang dialami tidak
mengeluarkan dahak. Demam ,batuk, dan pilek dialami bersamaan sejak 15 hari
yang lalu. Pasien tidak muntah. BAK tidak ada kelainan. BAB tidak ada kelainan.
RIWAYAT PENYAKIT PADA KELUARGA:
Didalam keluarga saat ini tidak ada yang mengalami sesak napas yang disertai
demam, batuk, dan pilek.
Motorik Kasar: saat ini pasien sudah dapat mengangkat kepalanya sendiri dan
mencoba belajar merangkak. Pasien belum bisa duduk sendiri.
Motorik Halus: pasien sudah dapat mengenali ibunya dengan tersenyum jika
ibunya ingin mendekatinya.
Pernapasan
STATUS GIZI
Berat Badan: 5 kg
Panjang badan: 61 cm
BB/U : 5/6 X 100% 83 %
BB/PB: 5/5,4 X 100% 92 %
PB/U: 60/62 X 100%96 %
Kesan: gizi baik
STATUS GENERALIS
Kepala
Mata:
Hidung:
Bentuk normal
: 56 x/menit
Telinga:
Bentuk normal
Serumen -/-
Mulut :
POC (-)
Leher :
Abdomen:
Inspeksi: datar dan lembut, retraksi epigastric (+)
Aukulltasi: bising usus (+) N
Palpasi: hati dan limpa tidak teraba pembesaran
Perkusi: timpani
Ekstremitas
Akrosianosis
III.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium:
-Darah rutin
Hb: 10,6 g/dl
Leukosit: 12,8 x 103 /L
Hematokrit: 32,6 g/dl
Trombosit: 331 x 10 3/L
RESUME
Pasien datang dengan keluhan sesak sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien juga demam, batuk, dan pilek. Demam ,batuk, dan pilek dialami bersamaan
sejak 15 hari yang lalu. Imunisasi pasien tidak lengkap. Di dalam pemeriksaan
fisik terlihat retraksi supra sternal, intercostal, dan epigastrik. Pemeriksaan paru
terdengar suara rhonki basah halus dan pada perkusi didapatkan suara redup pada
kedua lapangan paru. Dan pada pemeriksaan penunjang laboratorium, darah rutin
didapatkan hasil yang normal.
IV. DIAGNOSA BANDING
1.
2.
3.
4.
PNEUMONIA
CROUP SYNDROME
TBC paru
ASMA BRONCHIALE
V. DIAGNOSA KERJA
PNEUMONIA
VI. TERAPI
O2 1 2 L/menit
Cefotaxime
2 X 250 mg
Gentamicin
2 X 12,5 mg
Puasa
VII. PROGNOSIS
Ad Vitam
: ad bonam
Ad Fungsionam
: ad bonam
Ad Sanactionam
: ad bonam
CATATAN PERKEMBANGAN
PENYAKIT
No RM : 433204
Nama Pasien : By.N
25 Oktober 2010
Subjective:
26 Oktober 2010
Subjective:
Objective:
demam berkurang.
Tanda vital :
Objective:
T: 37,40 C,
Tanda vital :
T: 36,9 0C,
RR: 56 x/menit
Assesment:
Assesment:
PNEUMONIA
PNEUMONIA
Planning:
Planning:
O2 1 2 L/menit
O2 1 2 L/menit
96
96
Cefotaxime
2 X 250 mg IV
Cefotaxime
2 X 250 mg IV
Gentamicin
2 X 12,5 mg IV
Gentamicin
2 X 12,5 mg IV
Puasa
27 Oktober 2010
Subjective:
28 Oktober 2010
Subjective:
sudah tidak sesak dan tidak demam, sudah tidak sesak dan tidak demam,
masih batuk dan pilek.
Objective:
Objective:
Tanda vital :
Tanda vital :
T: 36,50 C,
T: 36,50C,
RR: 48 x/menit
RR: 44 x/menit
PF=> BVS ka=ki, Rhonki basah halus PF=> BVS ka=ki, Rhonki basah halus
+/+, Wh -/-
+/+, Wh -/-
Assesment:
Assesment:
PNEUMONIA
PNEUMONIA
Planning:
Planning:
96
96
Cefotaxime
2 X 250 mg IV
Cefotaxime
2 X 250 mg IV
Gentamicin
2 X 12,5 mg IV
Gentamicin
2 X 12,5 mg IV
ASI ad lib
ASI ad lib
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Pneumonia merupakan pembunuh utama anak dibawah usia lima tahun
(Balita) di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS,
Malaria dan Campak. Namun, belum banyak perhatian terhadap penyakit ini. Di
dunia, dari 9 juta kematian Balita lebih dari 2 juta Balita meninggal setiap tahun
akibat pneumonia atau sama dengan 4 Balita meninggal setiap menitnya. Dari
lima kematian Balita, satu diantaranya disebabkan pneumonia.
Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007, menunjukkan; prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16 provinsi di atas angka
nasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada Bayi: 2.2 %, Balita: 3%,
angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8%, dan Balita 15,5%. (5)
Definisi
Pneumonia adalah penyakit peradangan parenkim paru yang disebabkan
oleh bermacam etiologi seperti bakteri, virus, mikoplasma, jamur, ataun benda
asing yang teraspirasi
Klasifikasi
< 2 bulan
o
2 bulan- 5 tahun
o
kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi
atau orang tua.
3. Pneumonia interstisial.
Etiologi
Umumnya
adalah
bakteri,
yaitu
Streptococcus
pneumonial
dan
Lahir- 20 hari
Bakteri
Bakteri
E .coli
Bakteri anaerob
Streptococcus group B
Streptococcus group D
Listeria monocytogenes
Haemophillus influenze
Streptococcus pneumonia
Ureplasma urealyticun
Virus
Virus Sitomegalo
Virus Herpes simplek
3minggu3 bulan
Bakteri
Bakteri
Chlamydia trachomatis
Bordetella pertusis
Streptococcus pneumonia
Virus
Virus Adeno
Virus Influenza
Virus Parainfluenza 1,2,3
Moraxella catharalis
Staphylococcusaureus
Ureaplasma urealyticum
Virus
4 bulan 5 tahun
Virus sitomegalo
Bakteri
Bakteri
Chlamydia pneumonia
Mycoplasma pneumonia
Moraxella catharalis
Streptococcus pneumonia
Neisseria meningitides
Virus
Staphylococcus aureus
Virus Adeno
Virus
Virus Influenza
Virus Parainfluenza
Virus Reno
Resiratory Syncytial virus
5 tahun-remaja
Bakteri
Bakteri
Chlamydia pneumonia
Haemophillus influenza
Mycoplasma pneumonia
Legionella sp
Streptococcus pneumonia
Staphylococcus aureus
Virus
Virus adeno
Virus Epstein- Barr
Virus influenza
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Syncytial Virus
Virus Varisela- Zoster
melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru.
Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium
sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.
Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus
ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah
paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin.
B. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari
reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah
dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau
sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak. Stadium ini berlangsung
sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
C. Stadium III (3 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
darah tidak lagi mengalami kongesti.
D. Stadium IV (7 12 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorbsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
Faktor Resiko
Anamnesis
Gejala : - Batuk
- Demam tinggi terus menerus
- Sesak
- Kebiruan disekitar mulut
- Menggigil (pada anak)
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
O2 1 2 liter/menit
Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasoagtrik dengan feeding drip.
Jika sekresi berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salibn normal dan
agonis untuk memperbaiki transpor mukosilier.
Komplikasi
Empiema torasis
Perikarditis Purulenta
Pneumotoraks
Meningitis purulenta
Bronkiektasis
Abses paru
Gagal napas
Pleuritis
Pencegahan
Berikan ASI
DAFTAR PUSATAKA
1. Sastroasmoro,sugido. Panduan pelayanan medis departemen ilmu
kesehatan anak. RSUP Nasional Dr Cipto Mangunkusumo. RSCM.
Jakarta : 2007
2. Rahajoe,nastiti dkk. Buku Ajar Respirologi Anak. Ikatan Dokter
Indonesia. Jakarta : 2008