Anda di halaman 1dari 38

STROKE HEMORAGIK

Disusun oleh : Desi Susma Ayu Lestari, S.Ked

Preseptor : dr. Silman Hadori, Sp. Rad, MH. Kes

IDENTIFIKASI
Nama
: Ny. N
Umur
: 75 Tahun
Alamat
: Natar, Lampung Selatan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: IRT
Status
: Menikah
Suku Bangsa
: Jawa
MRS
: 9 febuari 2016

ANAMNESA
Keluhan utama:

Penurunan

kesadaran

Keluhan tambahan:

Sakit kepala, sesak napas dan nyeri dada

Riwayat perjalanan penyakit:

Os datang dengan keluhan tidak sadarkan diri sejak 2 jam SMRS, os


sempat terjatuh 2 hari yang lalu dan kepala kiri bagian depan terkena
lantai, os juga tidak dapat bergerak setelah jatuh dan
hilang
kesadaran. 4 jam setelah itu as kembali sadar. Os juga mengeluh sakit
kepala, sesak napas dan nyeri dada.

Riwayat penyakit dahulu:


Riwayat hipertensi (+)
Riwayat kencing manis disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat alergi obat disangkal

Riwayat penyakit keluarga;


Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang
sama

PEMERIKSAAN FISIK
STATUS UMUM
Keadaan Umum
: Tampak sakit berat
Kesadaran
: Koma
Kulit
: Sawo matang
Tanda Vital
Tekanan darah : 190/100 mmHg
Pernafasan : 30 x/menit
Nadi
: 114 x/menit
Suhu
: 37,30C

KEPALA DAN MUKA

Bentuk dan ukuran kepala : Normocephali

Mata
Konjungtiva
Sklera

: anemis (+)

: ikterik (-)

Reflek cahaya

: +/+

Pupil:Isokor

Telinga
Aurikula : Normal Nyeri tekan tragus (-)
Liang telinga

: Lapang, eritem (-), serumen (-),

Gendang telinga

Hidung

: Polip (-) Mukosa: edem (-),

Septum nasal

Mulut

: Hiperemis dan

perforasi (-)
hiperemis (-),

: Deviasi (-)

: Asimetris (sulit dinilai),

bibir : sianosis (-),pucat (+),


Gusi : tidak dapat dinilai
Tenggorokan

: tidak dapat dinilai

Gigi : tidak dapat dinilai

LEHER

Kelenjar Getah Bening : pembesaran KGB (-), nyeri tekan(-)

Kelenjar Gondok

JVP : tidak dilakukan

: pembesaran kelenjar tiroid (-)

THORAX (PARU-PARU DAN JANTUNG)


Paru-paru
Paru-paru
Inspeksi : simetris dalam keadaan statis dan dinamis, gerak tertinggal (-),
Palpasi
: vocal fremitus (sulit dinilai) pada kedua lapang paru, nyeri tekan sela iga
tidak dapat dinilai
Perkusi
: sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : suara nafas vesicular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung
Jantung
Inspeksi : tidak tampak iktus cordis
Palpasi
: teraba iktus cordis
Perkusi :-batas kanan bawah ICS IV linea parasternalis dextra
-batas kiri bawah ICS V linea axilaris anterior sinistra
-batas kiri atas ICS III linea parasternalis sinistra
Auskultasi : bunyi jantung 1&2 murni regular, murmur (-),gallop (-)

ABDOMEN
Inspeksi
: simetris, datar dan tidak cembung,
jaringan parut (-), pelebaran vena (-),
Auskultasi
: peristaltic usus (+), normal
Palpasi
: tidak teraba masa, nyeri tekan sulit
dinilai
Perkusi
: timpani pada seluruh lapang perut,
shifting
dullness (-), peka sisi (+)
normal, pekak alih (-)
EKSTREMITAS
Superior : sensorik dan motorik (tidak dilakukan),
deformitas (-), edem (-)keterbatasan gerak / kekuatan otot
selit dinilai, CRT <=2 detik
Inferior
: sensorik dan motorik (tidak dilakukan),,
deformitas (-), edem (-) keterbatasan gerak/kekuatanotot
sulit dinilai, CRT <=2 detik

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium
DARAH RUTIN
Hemoglobin : 11,3 Gr% (12 16 Gr%)
Leukosit : 13.000 / mm3 (4500 10.700)
Eritrosit : 3,8 ul (4.2 5.4)
Hematokrit : 23 % (40 54)
Trombosit : 294.000 / mm3 (159 400)

KIMIA DARAH

Urea : 48 mg/ (10 40)


Creatinin : 1,5 mg/dl ( 0,7 1,3)
SGOT : 54(6-25U/L)
SGPT : 32(5-35 U/L)

CT-SCAN

Ekspertise :

Sulcy corticalis, fissura sylvii bilateral dan fissura


interhemisfer tampak menyempit
Tampak lesi hiperdens yang mengisi fissura sylvii
kanan
Ventrikel lateralis kanan dan ventrikel 3 tampak
menyempit
Ventrikel lateralis kiri tampak melebar
Tampak lesi hiperdens yang mengisi ventrikel
lateralis bilateral, 3 &4
Tampak kalsifikasi fisiologis di daerah pieneal
body dan plexus choroideus bilateral
Tampak lesi hiperdens, HU +68, ukuran
57x50x50 mm, dengan bayangan hipodens di
sekitarnya, di parenkim serebri daerah frontoparietalis kanan, yang ke arah medial, mendesak
dan menyempitkan ventrikel lateralis kanan dan
3 serta midline shift 17 mm ke lateral kiri

Kesan :

Perdarahan sub-arachnoid a/r fissura sylvii


kanan
Perdarahan intra serebri dengan edema perifokal
a/r fronto-parietalis kanan
Perdarahan intraventrikuler lateralis bilateral,
3&4

Ventrikulomegali lateralis kiri

Sinusitis maksilaris kiri

DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
Stroke Non Hemoragik
DIAGNOSA KERJA
HT emergency + Stroke Hemoragik

PENATALAKSANAAN
IVFD RL 20 tpm
Pemasangan NGT
Pemasangan kateter urin
Oksigen
Inj. Omeprazole 1x1 vial
Citicolin 2x250 mg
Inj. Ondancentron 1 amp/12 jam

ANALISA KASUS
seorang

wanita berusia 75 tahun datang ke UGD RS.


Pertamina Bintang Amin dengan keluhan tidak
sadarkan diri sejak 2 jam SMRS, os sempat terjatuh 2
hari yang lalu dan kepala kiri bagian depan terkena
lantai, os jga tidak dapat bergerak setelah jatuh dan
hilang kesadaran. 4 jam setelah itu as kembali sadar.
Os juga mengeluh sakit kepala, sesak napas dan nyeri
dada.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum
pasien tampak sakit berat, kesadaran koma dengan
GCS 3. Tekanan darah : 190/100 mmHg, Pernafasan: 30
x/menit, Nadi : 114 x/menit, Suhu : 37,30C
Dari px. Lab : hb turun karena adanya perdarahan
intracerebral, ureum creatinin meningkat curiga adanya
kelainan di ginjalnya, SGOT meningkat curiga adanya
kerusakan hepar
Dari gambaran ct scan Tampak lesi hiperdens, HU +68,
ukuran 57x50x50 mm, dengan bayangan hipodens di
sekitarnya, di parenkim serebri daerah fronto-parietalis
kanan, yang ke arah medial, mendesak dan
menyempitkan ventrikel lateralis kanan dan 3 serta
midline shift 17 mm ke lateral kiri
Pasien kemudian di terapi dengan IVFD RL 20 tpm,
Pemasangan NGT, Pemasangan kateter urin,
pemakaian Oksigen , Inj. Omeprazole 1x1 vial, Citicolin
2x250 mg, Inj. Ondancentron 1 amp/12 jam
saran, USG abdomen terutama hepar dan renal,
penatalaksanaan (amlodipin), perawatan di ICU

Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis,


koma).

Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.

Kesulitan menelan.

Kesulitan menulis atau membaca.

Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari


tidur, membungkuk, batuk, atau kadang terjadi secara
tiba-tiba.

Kehilangan koordinasi.

Kehilangan keseimbangan.

Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti


kesulitan menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau
penurunan keterampilan motorik.

Mual atau muntah.

Kejang.

Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti


penurunan sensasi, baal atau kesemutan.
Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.

Pada pemeriksaan fisik di dapatkan penurunan


kesadaran, hiporefleks
Pada pemeriksaan ct scan di dapatkan gambaran
perdarahan di otak

PROGNOSIS
Dubia et malam

KESIMPULAN

Anamnesis + pemeriksaan fisik + pemeriksaan


penunjang
HT Emergency + Stroke
Hemoragik

PENDAHULUAN

Stroke menjadi penyebab kematian tertinggi di


wilayah perkotaan. Jumlahnya mencapai 15,9
persen dari proporsi penyebab kematian di
Indonesia

ANATOMI KEPALA
S : skin
C : connective tissue
A : aponeurosis
L : loose conective tissue
P : pericranium

Anterior (serebrum dan


diensefalon)
otak

Media (mesensefalon)
Posterior (pons, medula
oblongata dan serebellum.)
Lobus frontal berkaitan dengan fungsi
emosi, fungsi motorik dan pusat ekspresi
bicara

Lobus

Lobus parietal berhubungan dengan fungsi


sensorik dan orientasi ruang
Lobus temporal mengatur fungsi memori
tertentu
Lobus oksipital bertanggung jawab dalam
proses penglihatan

FISIOLOGI KEPALA
Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh
plexus khoroideus dengan kecepatan produksi
sebanyak 20 ml/jam
Dalam keadaan normal TIK orang dewasa dalam
posisi terlentang sama dengan tekanan CSS
yang diperoleh dari lumbal pungsi yaitu 4 10
mmHg.
Prognosis yang buruk terjadi pada penderita
dengan TIK lebih dari 20 mmHg
Aliran darah otak (ADO) normal ke dalam otak
pada orang dewasa antara 50-55 ml per 100
gram jaringan otak per menit.

DEFINISI STROKE
Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global)
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih
yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain vaskuler

Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan


disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi
secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh
karena pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler.

PENYEBAB STROKE HEMORAGIK


Kekurangan suplai oksigen yang menuju otak.
Pecahnya pembuluh darah di otak karena
kerapuhan pembuluh darah otak.
Adanya sumbatan bekuan darah di otak.

FAKTOR RESIKO STROKE


HEMORAGIK
Stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh tekanan darah
tinggi yang menekan dinding arteri sampai pecah.
Penyakit kardiovaskular-embolisme serebral berasal dari
jantung.
Peningkatan hemotokrik meningkatkan risiko infark serebral.
Kontasepsi oral (khususnya dengan hipertensi, merokok, dan
kadar estrogen tinggi).
Konsumsi alkohol.
Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ
jauh seperti payudara, kulit, dan tiroid.
Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid
dalam dinding arteri di otak, yang membuat kemungkinan
terjadi stroke lebih besar.
Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin).
Overdosis narkoba, seperti kokain.

JENIS STROKE HEMORAGIK


Hemoragik intra serebral
Hemoragik subaraknoid
Hemoragik subdural

PATOFISIOLOGI
Perdarahan Intra Serebri (PIS)
Pecahnya pembuluh darah
(mikroaneurisma) akibat hipertensi
Darah masuk ke dalam
jaringan otak
Membentuk masa

Menekan jaringan otak

Edema otak

Perdarahan Subarakhnoid (PSA)


Pecahnya aneurisma
berry (AVM)
Darah di ruang
subarakhnoid
TIK mendadak
Meregangnya pekanyeri dan
vasospasme pembuluh darah
serebri
Disfungsi otak global (nyeri kepala hebat, penurunan
kesadaran) maupun fokal (hemipharese, gangguan
hemisensorik, afasia dll), pecahnya subhiolid pada retina.

MANIFESTASI KLINIS STROKE


HEMORAGIK
Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
Kesulitan menelan.
Kesulitan menulis atau membaca.
Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur,
membungkuk, batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
Kehilangan koordinasi.
Kehilangan keseimbangan.
Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan
menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan
keterampilan motorik.
Mual atau muntah.
Kejang.
Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan
sensasi, baal atau kesemutan.
Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.

PENEGAKKAN DIAGNOSIS SH
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang (laboratorium,
radiologik)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT.scan
Angiografi cerebral
Fungsi lumbal
Magnetik Resonance imaging (MRI)
Elektroencefalogram (EEG)
Sinar X tengkorak

PENATALAKSANAAN
Posisi kepala dan badan atas 20 30 derajat, posisi miring apabila muntah dan
boleh mulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
Bebaskan jalan
nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu
diberikan oksigen sesuai kebutuhan.
Tanda tanda vital diusahakan stabil.
Bed rest.
Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia.
Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu kateterisasi.
Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari
penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonok.
Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau cairan suction berlebih yang
dapat meningkatkan TIK.
Nutrisi peroral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. apabila kesadaran
menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT.
Penatalaksanaan spesifiknya yaitu dengan pemberian obat neuroprotektor,
antikoagulan, trombolisis intraven, diuretic, antihipertensi, dan tindakan
pembedahan, menurunkan TIK yang tinggi.

Terapi Antiplatelet (Aspirin Dipiridamol, Tiklopidin dan


klopidogrel, Silostazol)
Terapi Antikoagulan
Terapi hormon estrogen
Antihipertensi (golongan AIIRA (angiotensin II receptor
antagonis) contoh : candesartan & golongan ACE inhibitor)
Terapi memulihkan metabolisme otak (citicholin, codergocrin
mesilate, piracetam) Tujuan:

meningkatkan

kemampuan kognitif
Meningkatkan kewaspadaan dan mood
Meningkatkan fungsi memori
Menghilangkan kelesuan
Menghilangkan dizziness

Terapi rehabilitasi misal : fisioterapi, terapi wicara dan


bahasa, dll.

KOMPLIKASI

Gangguan otak yang berat.


Kematian bila tidak dapat mengontrol respons
pernafasan atau kardiovaskular.

PROGNOSIS

Sekitar 35% dari orang meninggal ketika memiliki


perdarahan subarachnoid akibat aneurisme
15%
lainnya meninggal karena mengakibatkan
kerusakan otak yang luas dalam waktu beberapa minggu
karena pendarahan dari pecahnya kedua
Orang yang bertahan hidup selama 6 bulan tetapi yang
tidak melakukan tindakan operasi untuk aneurisma
memiliki kesempatan 3% lain pecah setiap tahun.

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai