Anda di halaman 1dari 30

147

ASUHAN KEPERAWATAN SYSTEM MUCULOSKELETAL


148

GOUT

LANDASAN TEORI MEDIS

A. Defenisi

Gout adalah peradanga akibat adanya endapan kristal asam urat pada sendi dan jari
( depkes, 1992 ). Penyakit metabolik ini sudah dibahas oleh hippocrates pada zaman Yunani kuno.

Pada waktu itu gout di anggap sebagai penyakit kalangan sosial elite yang disebabkan karena
terlalu banyak makan, anggur dan seks. Sejak soal itu banyak teori atiologis dan terapeutik yang telah
diusulkan. Sekarang ini, gout mungkin merupakan salah satu jenis penyakit reumatik yang paling
banyak dimengerti dan usaha-usaha terapinya paling besar kemungkinannya barhasil.

B. Etiologi

Etiologi dari penyakit gout antara lain sebagai berikut :

Karena adanya preduksi asam urat yang meningkat di dalam tubuh, penyebabnya adalah :
 Konsumsi makanan kaya purin
 Adanya gangguan metabolisme purin
 Karena penyakit ( misalnya terapi kangker dengan kemoterapi, hemolisis dan leukimia )
 Kelainan herediter / gen
 Kurangnya eksresi asam urat, pemicunya adalah :
 Renal failure
 Hipertensi
 Keadaan kelaparan dan ketosis. Pada kondisi ini, kekurangan kalori tubuh diatasi
dengan membakar lemak tubuh. Zat keton yang terbentuk dari pembakaran lemak
tubuh tersebut akan menghambat keluarnya asam urat melalui ginjal
 Obesitas
 Mengkonsumsi obat tertentu ( pirazinamid / obat anti TBC, obat diuretic / HCT,
salisilat )

C. Patofisiologi
149

Gambaran klasik artritis gaut yang berat dan akut ada kaitan langsung dengan
hiperurisemia ( asam urat serum tinggi ). Gout mungkin primer atau skunder. Gout primer merupakan
akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam
urat. Gout sekunder disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam
urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakain obat tertentu. Endapan urat dalam sendi
atau traktus urinarius di akibatkan : karena, asam urat yang rendah daya larutnya dan akibat garam-
garamnya. Asam urat yang berlebihan dan garam-garam tersebut keluar dari serum dan urin masing-
masing mengendap dalam sendi dan traktus urinarius.

D. Manifestasi Klinis Gout

1. Radang, panas,bengkak merah, terasa sakit pada sendi-sendi


2. Penumpukan kadar asam urat yang terlalu tinggi pada organ tertentu ( kaki, tangan )
dapat mengakibatkan organ tersebut sulit untuk digerakkan bahkan menyebabkan
kelumpuhan
3. Serangan dapat terjadi tanpa gejala dan berulang-ulang pada serangan GOUT
( artritis pirai akut ) dapat terjadi serangan mendadak. Timbulnya serangan dapat
dipicu :
a. Luka ringan
b. Pembedahan
c. Pemakaian sejumlah besar alkohol atau makanan yang kaya protein
( mengandung purin tinggi )

d. kelelahan

e. Stress dan emosional

f. Penyakit

E. Komplikasi

GOUT dapat menimbulkan komplikasi berupa batu ginjal dan kerusakan tubuh yang
dapat menyebabkan gagal kronik.
150

F. Pengobatan bagi penderita asam urat disarankan :

1. Menggunakan air hangat saat mandi pagi karena air hangat dapat menyebabkan pergerakan
sendi menjadi mudah sehingga penderita asam urat lebih mudah bergerak.

2. Bagi penderita asam urat yang obesitas, agar menurunkan berat badan(diet) sehingga beban
persendian berkurang, syarat diet bagi penderita gangguan asam urat antara lain :

a. Pembatasan Puri : Jika telah terjadi pembengkakan sendi maka harus melakukan diet bebas
purin. Hampir semua bahan makanan sumber protein mengandung nukleoprotein maka asupan
puri yang dikonsumsi 100-150 mg purin/hari.

b. Kalori sesuai dengan kebutuhan : Jumlah asupan kalori disesuaikan berdasarkan tinggi dan
berat badan. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga meningkatkan kadar asam urat karena adanya
keton bodies yang mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Proses Keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek
keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu,
151

teknik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien / keluarga yang
terdiri dari 5 tahap :

1. Pengkajian. Adapun tahap pengkajian yaitu

a. Pengumpulan Data

1. BIODATA

- Identitas Klien: Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,


tanggal MRS, tanggal pengkajian, diagnostik medik

- Identitas Penanggung : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,


pekerjaan,hubungan dengan klien.

2. RIWAYAT KESEHATAN

a. Keluhan Utama

Merupakan gambaran yang dirasakan klien sehingga datang ke RS untuk menerima


pertolongan dan mendapatkan perawatan serta pengobatan

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Menguraikan keluhan secara PQRST

c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Merupakan riwayat kesehatan yang berkaitan dengan penyakit sebelumnya dan


riwayat pemeriksaan klien, apakah alergi terhadap zat makanan, cuaca, obat-obatan dsb

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Memuat riwayat adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama,
adakah anggota keluarga yang menderita penyakit akut / kronis serta genogram

3. Pemeriksaan Fisik, meliputi :

a. Keadaan Umum

- Keadaan Fisik : Sedang, Ringan, Berat

- Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Nadi, Suhu, Pernafasan


152

- Tingkat Kesadaran : Composimentis, Apatis, Spoor, Samnolent, dan Spoor

b. Kulit

Inspeksi : Warna kulit & kebersihan kulit

Palpasi : Suhu, tekstur, kelembaban,

Apakah ada nyeri tekan

Apakah ada massa / benjolan

Apakah ada oedema

c. Kepala

Inspeksi : Apakah penyebaran rambut merata

Apakah ada luka di kepala

Apakah kebersihan kulit kepala terjaga

Palpasi : Apakah ada nyeri tekan

Apakah ada massa / benjolan

d. Wajah

Inspeksi : Apakah ada luka di wajah, apakah wajah tampak pucat atau
tidak, apakah palpebra oedema atau tidak

Palpasi : Apakah ada nyeri tekan

Apakah ada massa / benjolan

e. Mata

Inspeksi : Apakah sklera ikterus atau tidak, apakah konjungtiva pucat


atau tidak, apakah palpebra oedema atau tidak

Palpasi : Apakah ada nyeri tekan

Apakah ada massa / benjolan

f. Hidung

Inspeksi : Apakah ada polip, perdarahan, sekret dan luka

Palpasi : Apakah ada nyeri tekan

Apakah ada massa / benjolan


153

g. Telinga

Inspeksi : Apakah ada peradangan atau serumen

Palpasi : Apakah ada nyeri tekan

Apakah ada massa / benjolan

h. Mulut

Inspeksi : Apakah bibir tampak kering atau sariawan

Palpasi : Apakah ada nyeri tekan

i. Leher

Inspeksi : Apakah ada kelenjar thyroid & kelenjar limfe

Palpasi : Apakah terjadi pembesaran kelenjar thyroid & kelenjar


Limfe

j. Ketiak

Inspeksi : Apakah tampak adanya pembesaran kelenjar getah bening

Palpasi : Apakah teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening

k. Dada dan Pernapasan

Inspeksi : Bentuk dada normal / abnormal

Apakah simetris kiri dan kanan

Palpasi : Apakah ada nyeri tekan

Apakah ada massa / benjolan

Perkusi : Apakah suara paru soror, redup, pekek atau timpani

Auskultasi : Suara nafas apakah vesikuler atau broncovesikuler

Apakah ada suara tambahan, misalnya : Roles, Ronchi

l. Jantung

Inspeksi : Untuk mengetahui denyut dinding toraks yaitu ictus cordis


pada ventrikel kiri ICS 5 Linea clavikularis kiri

Palpasi : Untuk meraba dengan jari II, III, IV yang dirasakan pukulan
/ kekuatan getar dan dapat dihitung frekuensi jantung (HR)
selama satu menit penuh

Perkusi : Untuk mengetahui batas-batas jantung

Auskultasi : Untuk mendengar bunyi jantung

m. Abdomen

Inspeksi : Apakah ada jaringan parut atau striase

Apakah permukaan abdomen datar


154

Pengembangan diafragma simetris kiri dan kanan

Palpasi : Apakah ada nyeri tekan

Apakah ada massa / benjolan

Perkusi : Apakah ada suara timpani atau tidak

Auskultasi : Apakah ada suara bising usus atau tidak

Apakah peristaltic ususnya normal atau tidak

n. Genetalia dan Anus

Inspeksi : Apakah ada benjolan atau tidak

Palpasi : Apakah ada nyeri tekan

Apakah ada massa / benjolan

o. Ekstermitas

1. Atas

Inspeksi : Bagaimana pergerakan tangan

Bagaimana kekuatan otot

Palpasi : Apakah ada nyeri tekan

Apakah ada massa / benjolan

Motorik : Untuk mengamati besar dan bentuk otot melakukan


pemeriksaan tonus kekuatan otot dan tes
keseimbangan

Refleks : Memulai refleks fisiologis seperti biceps dan triceps

Sensorik : Apakah klien dapat membedakan nyeri,


sentuhan, temperatur, rasa, gerak dan tekanan

2. Bawah

sInspeksi : Bagaimana pergerakan kaki

Bagaimana kekuatan otot

Palpasi : Apakah ada nyeri tekan

Apakah ada massa / benjolan

Motorik : Untuk mengamati besar dan bentuk otot, melakukan


pemeriksaan tonus kekuatan otot dan tes
keseimbangan

Refleks : Memulai refleks fisiologis seperti biceps dan triceps

Sensorik : Apakah klien dapat membedakan nyeri, sentuhan,


temperatur, rasa, gerak dan tekanan
155

b. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

Menurut GORDON, ada 11 pola kegiatan sehari-hari yang meliputi :

Kebutuhan nutrisi, kebutuhan cairan, kebutuhan eliminasi, istirahat, personal hygiene, persepai
kognitif, persepsi dan konsep diri, aktivitas dan latihan, kebutuhan seksual, mekanisme koping,
kepercayaan / keyakinan.

c. PERAWATAN DAN PENGOBATAN

Pengelompokan Data

Data dasar pengkajian pada klien dengan gangguan ”GOUT” adalah :

1. Aktivitas / Istirahat

Gejala = Dispnea dengan aktivitas atau istirahat

2. Makanan / Cairan

Tanda = Adanya pernafasan vena sentral / Infus tekanan

3. Integritas Ego

Tanda = Ketakutan dan Gelisah

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Adanya suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah
dan merubah.

Diagnosa Keperawatan yang muncul pada penyakit GOUT yang disesuaikan


dengan dampak kehidupan manusia yaitu :

1. Nyeri berhubungan dengan peradangan akibat adanya endapan kristal asam urat pada sendi
dan jari.

2. Kecemasan ( anxiety ) berhubungan dengan kondisi penyakitnya.


156

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Adalah desain spesifik intervensi untuk membantu klien dalam mencapai kriteria
hasil. Rencana tindakan dilaksanakan berdasarkan komponen penyebab dari diagnosa keperawatan,
oleh karena itu rencana mendefenisikan suatu aktivitas yang diperlukan untuk membatasi faktor-faktor
pendukung terhadap suatu pemasukan.

Adapun diagnosa dan rencana keperawatannya adalah :

1. Nyeri berhubungan dengan peradangan akibat adanya endapan kristal asam urat pada
sendi dan

jari.

Tujuan : Nyeri dapat teratasi

Intervensi :

1. Observasi tingkat nyeri

Rasional : Dapat menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya untuk mengatasi
masalah klien.

2. Ajarkan teknik relaksasi bila nyeri

Rasional ; Teknik relaksasi yang baik dapat mengatasi masalah nyeri yang dihadapi oleh
klien.

3. Anjurkan klien untuk istirahat


Rasional: Istirahat yang cukup dapat membuat stamina klien menjadi lebih baik.
4. Kolaborasi dalam pemberian terapi
Rasional : Pemberian terapi yang tepat dan baik dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh
klien.

2. Kecemasan ( anxiety ) berhubungan dengan kondisi penyakitnya.

Tujuan ; Kecemasan dapat teratasi.


Intervensi :

1. Observasi TTV & Catat tingkat kecemasan


Rasional: Dapat menentukan tindakan selanjutnya yang akan dilakukan dalam mengatasi
masalah penyakit klien..
157

2. Memberikan dukungan terhadap hal positif yang dilakukan klien dalam menghilangkan
kecemasan.
Rasional: Dukungan terhadap klien dapat mengurangi kecemasan yang dirasakannya.
3. Bantu klien menuju situasi yang dapat menurunkan kecemasan.
Rasional: Situasi yang baik dan tenang dapat menurunkan kecemasan sehingga kecemasan
yang dirasakan oleh klien dapat berkurang.

4. IMPLEMENTASI

a) PENGERTIAN

Adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.

b) Tahap tindakan Keperawatan

1. Persiapan

. Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap intervensi.

. Menganalisa pengetahuan klien yang diperlukan.

. Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul.

. Mempersiapkan peralatan ( resource ) yang diperlukan.

. Mempersiapkan lingkungan yang kondusif

. Mengidentifikasi aspek-aspek hukum dan etik.

5. EVALUASI

a. Pengertian

Adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan


seberapa jauh diagnosa keperawatan rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai.

b. Tujuan

Untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan

c. Rasa Evaluasi

1. Tahap

. Mengukur pencapaian tujuan


158

Faktor yang dievaluasi mengenai status kesehatan klien yang terdidi dari beberapa
komponen meliputi : kognitif, efektif, psikomotorik, perubahan fungsi tanda dan
gejala yang spesifik.

2. Penentuan keputusan pada tahap evaluasi

Ada 3 kemungkinan keputusan dalam tahap ini :

1. Klien tidak mencapai hasil dalam tujuan

2. Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan

3. Klien tidak dapat mancapai hasil yang ditentukan.

FRAKTUR

LANDASAN TEORI MEDIS

A. DEFINISI

1. Praktur adalah terputusnya atau hilangnya kontinuitas tulang

dan atau tulang rawan. Fraktur biasa juga disebut patah tulang.

2. Dislokasi adalah perubahan letak permukaan tulang yang satu terhadap tulang yang lainnya yang

membentuk persendian. Bila permukaan sendi tidak berhubungan satu sama lain disebut

dislokasi. Sedangkan bila masih ada hubungan permulaan sendi satu sama lain disebut

subluksasio.
159

3. Faktur dislokasi adalah patah tulang dekat sendi sehingga terjadi Fraktur yang disertai dengan

luksasio sendi.

B. ETIOLOGI

Fraktur dapat terjadi disebabkan oleh:

1. Trauma

a. Langsung (direk)

Bila fraktur terjadi pada tempat yang mengalami trauma.

b. Tidak Lannsung (Undirek)

Fraktur terjadi pada bagian tulang yang tidak mengalami benturan langsung. Misalnya

jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan fraktur radius distal dan davikula.

2. Patologis

Fraktur terjadi pada penyakit tulang misalnya pada kanker atau osteoporosis dengan tak ada

trauma atau hanya trauma minimal.

3. Fatique

Misalnya pada atlet sering fraktur pada metatarsal yang terjadi karena kelelahan, kelemahan

otot.

C. KLASIFIKASI PATAH TULANG (Fraktur)

1. Berdasarkan derajat kerusakan tulang

a. Komplit ( factur complete) => garis patah meliputi seluruh tebal tulang.

b. Inkomplet (Uncomplete) => garis patah tidak meliputi seluruh tebal tulang. Biasa terjadi

pada anak-anak yang disebut Greenstick fractur.


160

2. Berdasarkan ada tidaknya dengan hubungan dunia luar :

a. Fraktur tertutup ( Close Fraktur)

Tulang tidak menembus jaringan kulit.

b. Fraktur terbuka ( Open Fractur )

Fragmen tulang melewati / menembus jaringan kulit.

3. Berdasarkan bentuk garis fraktur

a. Transversal

Garis fraktur tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang.

b. Oblik

Garis fraktur membentuk sudut terhadap tulang.

c. Spiral

Garis fraktur berbentuk spiral. Hanya sedikit kerusakan jaringan lunak.

4. Berdasarkan jumlah garis patah/Frakmen.

a. Fraktur simple

Hanya satu garis patah.

b. Fraktur multiple

• Segmental fracture

Garis patah lebih dari satu tetapi tulang masing-masing

Saling berhubungan

• Communited frakture

Garis patah lebih dari satu dan tidak saling berhubungan.


161

D. Tanda-tanda fraktur

1. Rasa sakit ( nyeri )

2. Inspeksi

a. Bengkak

b. Deformitas

3. Palpasi

a. Nyeri

b. Nyeri Sumbu

c. Krepitasi

4. Gerakan

a. Aktif, Function laesa

b. Pasif, Gerakan Abnormal

5. Penyembuhan Fraktur

Proses penyembuhan fraktur melalui beberapa stadium yaitu:

a. Stadium hematoma ( Perdarahan )

Terjadi perdarahan/hematoma dan pembengkakan jaringan

Lunak . Perdarahan terjadi akibat terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periosteum

b. Stadium poliferasi ( Inflamasi) sel-sel subperiostal dan sel enddosteal dari bakuan darah

terbentuk jaringan granulasi di sel orsteogenik menjadi kondroblas dan osteoblas yang

menselerasi fosfat untuk deposit kalsium.

c. Stadium callus
162

Terjadi pengendapan kalsium dengan sekitar lokasi fraktur yang terus meluas dan

menebal.

d. Stadium konsolidasi

Kalus yang terbentuk menyatu dari kedua fragmen tulang dan menyebrangi lokasi fraktur.

Fibrus callus berubah menjadi primary Bone callus. Selanjutnya berganti menjadi

secodary bone callusyang sudah mirip dengan jaringan tulang normal.

e. Stadium Remodalling

Terjadi resorbi bagian tulaang yang rusak oleh osteoblosz dan pagositicyt akhirnya

terbentuk tulang yang menyerupai aslinya ( pembentukan kortek/mendulla yang baru.

LANDASAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajian neurovaskuler dari fraktur anggota gerak :

a. nyeri pada lokasi fraktur terutama pada saat digerakkan.

b. pembengkakan

c. pemendekan extramitas yang sangat sakit

d. paralesis (kehilangan gaya gerak)

e.krepitasi

f. sparme otot

g.parestesia (penerunan sensasi)

h.punyat dan tidak ada denyut nadi pada bagian distal pada lokasi fraktur bila darah

arteri terganggu akan fraktur


163

2. mengkaji kemampuan untuk melakukan aktivitas misal mandi,toileting,makan

berpakaian.,dll.

3. mengkaji riwayat imunisasi tetanus bila ada fraktur terbuka.

4.pemeriksaan diagnostic.

2 Masalah keperawatan pada fraktur yang sering muncul.

1. nyeri (akut)

2. gangguan mobiltas fisik

3. deficit perawatan diri

4. resiko tinggi disfungsi neurovaskuler perifer

5. kerusakan integritas jaringan/kulit

6. resiko tinggo terhadap infeksi.

B. Intervensi

1.Diagnosa keperawatan nyeri berhubungan dengan:

a. spasme otot

b.gerakan fragmen tulang,edema dan cidera jaringan.

c. alat fraksi ditandai dengan:

1).adanya keluhan nyeri

2) adanya ekspresi wajah

3). HR dan tensi

4).keringat dan gelisah


164

5)prilaku berhati hati

tujuan :

klien menyatakan nyeri berkurang atau hilang,kreterianya:

1. keluhan nyeri tidak ada.

2. expresi wajah rilex dan tidak merintih

3. HR dan tensi dalam batas normal

Tindakan / intervensi

1.pertahankan tirah baring/immobilisasi bagian yang sakit dengan gips,fraksi atau pembebat.

2.tinggikan dan dukung extremitas yang terkena.

3.berikan alternative indakan kenyamanan misalnya : pijatan,massage,punggung .perubahan

posisi.

4. gunakan tehnik managemen stress,contoh :relaksasi progresif,latihan nafas

dalam,imajinasi visual,sentuhan terapeutik.

5. lakukan kompres dingin 24-28 jam pertama dan sesuai dengan keperluan.

6.evaluasi keluhan nyeri,baik lokasi,karektristik,intensitas dan respon klien.

7.berikan obat sesuai indikasi (kolaboratif) misalnya : analgetik atau narkotik dan relexan

otot.

2. gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan :

a.kerusakan neurumaskuler
165

b. nyeri

c. therapy restiktif (gips,traksi,bebat)

ditandai dengan :

1).ketidakmampuan untuk bergerak

2). Penurunan kekuatan/control otot

3). Gerakan terbatas di TT karma fraksi,gips,dll.

Tujuan :

Klien menunjukkan toleransi immobilitas maksimal dan tidak adanya komlikasi akibat

immobolisasi kreteria.

1.dapat mempertahankan posisi.

2. kulit utuh,kelelahan otot dan kekakuan sendi tidak nampak.

3. range of movement.

Tindakan /intervensi

1.kaji derajat immobilitas akibat cedera / pengobatan dan perhatian persepsi pasien.

2. Bantu pasien dalam rentang gerak. Pada extamitas yang sulit dan tidak sakit.

3. dorong penggunaan latihan isometric mulai dengan tungkai yang tidak sakit.

4. berikan papan kaki,bebat pergelangan,gulungan trochanter/ tangan yang sesuai

5.ubah posisi secara prodik dan dorongan untuk latihan batuk/nafas dalam.

6.bantu dalam mobilitas kursi roda,Derek,walker,atau tongkat sedini mungkin.


166

7.kolaborasi konsul dengan fishioterafis/rehabilitasi spesialis.

8. dorong/usahakan penggunaan trapeze di pasca posisi pada fraktur tangkai bawah.

BURSITIS

LANDASAN TEORI

A. DEFENISI

Bursitis adalah peradangan pada bursa yang disertai rasa nyeri. Bursa adalah

kantong datar yang mengandung cairan sirorial, yang memudahkan pergerakan normal

dari beberapa sendi pada otot dan mengurangi gesekan. Bursa terletak pada sisi yang

mengalami gesekan, terutama di tempat dimana leudan dan otot melewati tulang. Dalam

keadaan normal sebuah bursa akan meradang dan terisi oleh cairan.

B. ETIOLOGI

Penyebab seringkali tidak diketahui, tetapi Bursitis dapat disebabkan oleh:

 Pemakaian berlebihan selama bertahun – tahun.

 Cedera

 Gout

 Pseudodout
167

 Artritis rematoid

Yang paling mudah terkena Bursitis adalah bahu, bagian tubuh lainnya yang juga

bisa terkena Bursitis adalah siku, punggul, lutut, jari – jari, dan tumit.

C. MANIFESTASI KLINIS

 Infeksi atau gout yang sangat nyeri dan daerah yang terkena tampak kemerahan dan

terasa hangat

 Cedera yang berulang, pada akhirnya dinding bursa akan menebal dan didalamnya

terkumpul endapan kalsium padat yang menyampai kapur.

Bursitis menyebabkan nyeri dan cenderung membatasi pergerakan, tetapi

gejalanya yang khusus tergantung kepada lokasi bursa yang meradang, Jika bursa di bahu

meradang, maka jika penderita mengangkat lengannya untuk memakai baju akan

mengalami kesulitan dan merasakan nyeri, Bursitis akan terjadi secara mendadak, jika

disentuh atau mengalami kesulitan dan merasakan nyeri. Kulit di atas bursa tampak

kemerahan dan membengkak.Bursitis akut yang disebabkan oleh suatu infeksi atau gout

menyebabkan nyeri yang luar biasa dan daerah yang terkena tampak kemerahan dan

terasa hangat. Bursitis kronis merupakan akibat dari serangan bursitis akut sebelumnya

atau karena cedera yang berulang, pada akhirnya dinding bursa akan menebal dan

didalamnya terkumpul endapan kalsium padat yang menyampai kapur. Bursa yang telah

dialami kerusakan sangat peka terhadap peradangan tambahan nyeri menahun

membengkakan bisa terhadap pergerakan, sehingga otot mengalami penciutan cat rofi
168

dan menjadi lemah. Serangan Bursitis kronis berlangsung selama beberapa hari sampai

beberapa minggu dan sering kambuh.

D. PENGOBATAN / PENATALAKSANAAN

Bursa yang terinfeksi harus dikeringkan dan diberikan antibiotik. Bursitis akut

non infeksius biasanya diobati dengan istirahat, dimana untuk sementara waktu sendi

yang terkena tidak digerakkan dan diberikan obat peradangan non stroid ( misalnya

indomestanin ). Kadang diberikan obat pereda nyeri. Selain itu bisa disuntikkan

campuran dari obat bius lokal dan kortikosteroid ( misalnya predruson ) per – oral (di

telan ) selama beberapa hari, setelah nyeri mereda, dianjurkan untuk melakukan latihan

khusus guna meningkatkan daya jangkau sendi. Bursitis kronis diobati dengan cara yang

sama. Kadang endapan kalsium yang besar di bahu bisa diburuh melalui janin atau

melalui pembedahan, kortikosteroid bisa disuntikkan langsung ke dalam sendi tetapi fisik

dilakukan untuk mengembalikan fungsi sendi, latihan bisa membantu menggerakkan

kekuatan otot dan daya jangkauan sendi. Bursitis sering kambuh jika penyebabnya

( misalnya gout, Artritis rematoid atau pemakaian berkelebihan tidak diatasi.


169

OSTEOPOROSIS

LANDASAN TEORI MEDIS

A. DEFINISI
Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang
menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat,
sehingga tulang menjadi keras dan padat. Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh
memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan
hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid, hormon pertumbuhan, kalsitonin,
estrogen pada wanita dan testosteron pada pria). Juga persediaan vitamin D yang adekuat, yang
diperlukan untuk menyerap kalsium dari makanan dan memasukkan ke dalam tulang. Secara
progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai tercapai kepadatan maksimal (sekitar usia
30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan. Jika tubuh tidak mampu
mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh,
sehingga terjadilah osteoporosis.

B. PENYEBAB
1. Osteoporosis postmenopausal
Terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur
pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang
berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak
semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita
kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.
2. Osteoporosis senilis
Kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia
dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru.
Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada
usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita
osteoporosis senilis dan postmenopausal
3. Osteoporosis sekunder
170

Dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis
lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan
hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid,
barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan
dan merokok bisa memperburuk keadaan ini.
C. PATOFISIOLOGI
Penyebab pasti dari osteoporosis belum diketahui, kemungkinan pengaruh dari
pertumbuhan aktifitas osteoklas yang berfungsi bentuk tulang. Jika sudah mencapai umur 30
tahun struktur tulang sudah tidak terlindungi karena adanya penyerapan mineral tulang.

D. GEJALA
Penyakit osteoporosis sering disebut sebagai silent disease karena proses kepadatan
tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis) dan berlangsung
secara progresif selama bertahun-tahun tanpa kita sadari dan tanpa disertai adanya gejala.

Gejala-gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut, seperti:

1. patah tulang
2. punggung yang semakin membungkuk
3. hilangnya tinggi badan
4. nyeri punggung
Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi hancur, maka akan timbul
nyeri tulang dan kelainan bentuk. Hancurnya tulang belakang menyebabkan nyeri punggung
menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami hancur secara spontan atau karena
cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari
punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh,
daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara
bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.
Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal
dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit. Tulang
lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh.
Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Hal yang juga sering
terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan pergelangan
tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang
cenderung menyembuh secara perlahan.

PENCEGAHAN

Pencegahan osteoporosis meliputi :


171

· Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi kalsium yang


cukup
· Melakukan olah raga dengan beban
· Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu).
Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum
tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Minum 2 gelas susu dan
tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah
baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya semua wanita minum
tablet kalsium setiap hari, dosis harian yang dianjurkan adalah 1,5 gram kalsium. Olah raga
beban (misalnya berjalan dan menaiki tangga) akan meningkatkan kepadatan tulang.
Berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang. Estrogen membantu mempertahankan
kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesteron.

Semua manusia di dunia pasti akan menjadi tua baik pria maupun wanita.Proses penuaan
telah terjadi sejak manusia dilahirkan ke dunia dan terus menerus terjadi sepanjang
kehidupannya. Khususnya pada wanita, proses ini mempunyai dampak tersendiri berkaitan
dengan proses siklik haid setiap bulannya yang mulaiu terganggu dan akhirnya menghilang
sama sekali. Terganggunya atau sampai hilangnya proses haid (menopause dan pasca
menopause) disebabkan penurunana dan hilangnya hormon estrogen. Ini adalah hal yang
normal dan alamiah. Namun, penerimaannnya berbeda-beda diantara wanita. Dengan
turunnya kadar hormon estrogen maka proses osteoblas (pembentukan tulang) terhambat dan
dua hormon yang berperan dalam proses ini yaitu D, PTH pun turun sehingga dimulai
hilangnya kadar mineral tulang. Apabila hal ini terus berlanjut dan akibat kelanjutan harapan
hidup masih akan mencapai keadaan osteoporosis yaitu kondisi dimana massa tulang
demikian rendah sehingga tulang mudah patah. Diketahui 85% wanita menderita osteoporosis
yang terjadi sekitar 10 tahun setelah menopause, atau 8 tahun setelah pengangkatan kedua
ovarium.
Jadi, para wanita perlu lebih waspada akan ancaman penyakit osteoporosis dibandingkan pria.
Karena penyakit ini baru muncul setelah usia lanjut, wanita muda harus sadar dan segera
melakukan tindakan pencegahan sebagai berikut, antara lain:
Asupan kalsium cukup
Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan dengan
mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari,
bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak
mendapatkan cukup kalsium.
Sebaiknya konsumsi kalsium setiap hari. Dosis harian yang dianjurkan untuk usia produktif
adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan untuk usia lansia dianjurkan 1200 mg per hari.
Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum
tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Pilihlah makanan sehari-hari
yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli, tempe, tahu, keju dan kacang-kacangan.

2. Paparan sinar UV B matahari (pagi dan sore)


3. Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan
oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang. Untungnya, Indonesia beriklim tropis sehingga
sinar matahari berlimpah. Berjemurlah di bawah sinar matahari selama 30 menit pada pagi
hari sebelum jam 09.00 dan sore hari sesudah jam 16.00.
3. Melakukan olah raga dengan beban
Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat berfungsi sebagai
beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang. Olah raga beban misalnya berjalan dan
172

menaiki tangga tetapi berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang.


4. Gaya hidup sehat
Tidak ada kata terlambat untuk melakukan gaya hidup sehat. Menghindari rokok dan alkohol
memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan risiko osteoporosis. Konsumsi kopi,
minuman bersoda, dan daging merah pun dilakukan secara bijak.
5. Hindari obat-obatan tertentu
Hindari obat-obatan golongan kortikosteroid. Umumnya steroid ini diberikan untuk penyakit
asma, lupus, keganasan. Waspadalah penggunaan obat antikejang. Jika tidak ada obat lain,
maka obat-obatan tersebut dapat dikonsumsi dengan dipantau oleh dokter.
6. Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu)
a) Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum
bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6 tahun
setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause, masih bisa
memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah tulang.
b) Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif
daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap
payudara atau rahim.
c) Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa digunakan sendiri
atau bersamaan dengan terapi sulih hormon.
H. Pilihan Obat Osteoporosis
Pengobatan osteoporosis dan penyakit tulang lainnya terdiri dari berbagai macam obat
(bifosfonat / bisphosphonates, terapi hormon estrogen, selective estrogen receptor modulators
atau SERMs) dan asupan kalsium dan vitamin D yang cukup. Obat untuk osteoporosis harus
menunjukkan kemampuan melindungi dan meningkatkan massa tulang juga menjaga kualitas
tulang supaya mengurangi resiko tulang patah. Beberapa obat meningkatkan ketebalan tulang
atau memperlambat kecepatan penghilangan tulang.

1. Golongan Bifosfonat
Bisfosfonat oral untuk osteoporosis pada wanita postmenopause khususnya, harus diminum
satu kali seminggu atau satu kali sebulan pertama kali di pagi hari dengan kondisi perut
kosong untuk mencegah interaksi dengan makanan.Bisfosfonat dapat mencegah kerusakan
tulang, menjaga massa tulang, dan meningkatkan kepadatan tulang di punggung dan panggul,
mengurangi risiko patah tulang.
Golongan bifosfonat adalah Risedronate, Alendronate, Pamidronate, Clodronate, Zoledronate
(Zoledronic acid), Asam Ibandronate. Alendronat berfungsi:
o mengurangi kecepatan penyerapan tulang pada wanita pasca menopause
o meningkatakan massa tulang di tulang belakang dan tulang panggul
o mengurangi angka kejadian patah tulang.
Supaya diserap dengan baik, alendronat harus diminum dengan segelas penuh air pada pagi
hari dan dalam waktu 30 menit sesudahnya tidak boleh makan atau minum yang lain.
Alendronat bisa mengiritasi lapisan saluran pencernaan bagian atas, sehingga setelah
meminumnya tidak boleh berbaring, minimal selama 30 menit sesudahnya.
Asam Ibandronate adalah bifosfonat yang sangat poten dan bekerja secara selektif pada
jaringan tulang dan secara spesifik menghambat akjtivitas osteoklastanpa mempengaruhi
formasi tulang secara langsung. Dengan kata lain menghambat resorpsi tulang. Dosis 150 mg
sekali sebulan.
Selain untuk osteoporosis golongan bifosfonat juga digunakan untuk terapi lainnya misalnya
untuk hiperkalsemia, sebagai contoh Zoledronic acid. Zoledronic acid digunakan untuk
mengobati kadar kalsium yang tinggi pada darah yang mungkin disebabkan oleh jenis kanker
173

tertentu. Zoledronic acid juga digunakan bersama kemoterapi kanker untuk mengobati tulang
yang rusak yang disebabkan multiple myeloma atau kanker lainnya yang menyebar ke tulang.
Zoledronic acid bukan obat kanker dan tidak akan memperlambat atu menghentikan
penyebaran kanker. Tetapi dapat digunakan untuk mengobati penyakit tulang yang
disebabkan kanker. Zoledronic acid bekerja dengan cara memperlambat kerusakan tulang dan
menurunkan pelepasan kalsium dari tulang ke dalam darah.

2. Selective Estrogen Receptor Modulator (SERM)


Sementara terapi sulih hormon menggunakan estrogen pada wanita pasca menopause, efektif
mengurangi turnover tulang dan memperlambat hilangnya massa tulang. Tapi pemberian
estrogen jangka panjang berkaitan dengan peningkatan resiko keganasan pada rahim dan
payudara. Sehingga sekarang sebagai alternatif pengganti estrogen adalah golongan obat yang
disebut SERM (Selective Estrogen Receptor Modulator). Obat ini berkhasiat meningkatkan
massa tulang tetapi tidak memiliki efek negatif dari estrogen, obat golongan SERMs adalah
Raloxifene.

3. Metabolit vitamin D
Sekarang ini sudah diproduksi metabolit dari vitamin D yaitu kalsitriol dan alpha kalsidol.
Metabolit ini mampu mengurangi resiko patah tulang akibat osteoporosis.

4. Kalsitonin
Kalsitonin dianjurkan untuk diberikan kepada orang yang menderita patah tulang belakang
yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan dalam bentuk suntikan atau semprot hidung.
Salmon Kalsitonin diberikan lisensinya untuk pengobatan osteoporosis. Sekarang ini juga ada
yang sintetiknya. Sediaan yang ada dalam bentuk injeksi. Dosis rekomendasinya adalah 100
IU sehari, dicampur dengan 600mg kalsium dan 400 IU vitamin D. Kalsitonin menekan aksi
osteoklas dan menghambat pengeluarannya.

LANDASAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Mengidentifikasi resiko pasien dan pengenalan masalah-masalah yang berkaitan dengan
osteporosis, wawancara pasien mengenai riwayat keluarga, fraktur yang terjadi sebelumnya,
kebiasaan diet, pola olah raga, awitan menopause dan penggunaan steroid
Amati terhadap fraktur, kifosis thorakal atau pemendekan batang tubuh saat melakukan
pemeriksaan fisik
Riwayat dislokasi pada wanita post menopouse atau kondisi yang diketahui sebagai penyebab
sekunder osteoporosis. Pasien (biasanya wanita tua) mungkin melaporkan penurunan kemampuan
untuk mengangkat . Pasien mengatakan nyeri beberapa lama sampai beberapa tahun. Jika pasien
mempunyai kolab vertebra, pasien merasakan nyeri punggung dan nyeri menjalar ke tubuh.
174

B. DIAGNOSA DAN INTERVENSI


Resiko tinggi Inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan dengan
ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, faktor resiko, terapi nutrisi dan pencegahan.
Kriteria Pengkajian Fokus
Makna klinis
Pengetahuan atau pengalaman dengan osteoporosis
Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi
Pengkajian ini membantu perawat merencanakan strategi penyuluhan
Klien atau keluarga yang gagal untuk memenuhi tujuan belajar memerlukan rujukan untuk
bantuan pasca pulang.

KRITERIA HASIL :
Klien atau keluarga akan :
a) Menyebutkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi atau dihilangkan
b) Menggambarkan modifikasi diet
c) Menyebutkan tanda dan gejala yang harus dilaporkan pada profesioal pelayanan kesehatan
d) Sasaran utama yang lain mencakup peredaan nyeri, perbaikan eliminasi usus dan tidak terdapat
fraktur tambahan.

SCLOEROSIS

LANDASAN TEORI

A. DEFENISI

 Scloerosis adalah suatu penyakit yang dapat menyebabkan kelainan tulanan bagian leher dan
kepala.
 Sublubrikasi adalah kelainan pada tulang belakang pada bagian leher yang menyebabkan
kepala.

B. ETIOLOGI

 Kelainan pada tulang pipa hamper selalu merupakan penyakit tulang pipa.
 Timbulnya penyakit scloerosis yang dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi
175

C. PATOFISIOLOGI

- Dalam keadaan normal hanya terdapat kelainan tulang belakang

- Jumlah penyakit adalah 2.500 orang

D. TANDA DAN GEJALA

 Manifestasi klinik scleorisis akan bergantung dari jumlah tulang.


 Jika jumlah penyakit scleorosis misalnya 2.500 orang kemungkinan
- Kelainan tulang umum
- Kelainan tulang bisa timbulkan kecacatan
- Kelainan pipa

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 Pemeriksaan tulang belakang (tulang pipa) pada permukaan didapati menghilangnya atau
merusak tulang-tulang.
 Related file timbulkan kelainan tulang talasemia bisa timbulkan kelainan
 Talasemia bisa timbulkan kelainan bisa timbulkan kelainan tulang.
176

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Proses keperawatan adalah metode di mana suatu konsep di terapkan dalam praktik
keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu penderetan problem solving yang memerlukan
ilmu, teknik dan keterampilan interpersonal dan ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan klien /
keluarga, yang terdiri dari 5 tahap.

PENGKAJIAN

Adapun tahap pengkajian yaitu :

a. Pengumpulan Data

1. Biodata

Identitasi klien : Nama, Umut, Jenis Kelamin, Alamat, Agama, Pendidikan,


Suku/Bangsa, Pekerjaan, Tgl. Mrs, Tgl. Pengkajian, Diagnosa medil.

2. Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama merupakan yang dirasakan klien sehingga datang ke Rumah Sakit
menerima pertolongan dan mendapatkan perawatan serta pengobatan.

 Riwayat kesehatan sekarang


Menguraikan keluhan utama secara PQRSI

 Riwayat Kesehatan masa lain


Merupaka riwayat kesehatan yang berkaitan dengan penyakit sebelumnya dan riwayat
pemeriksaan klien. Apakah alergi terhadap zat makanan, cuaca obat-obat dan sebagainya.

 Riwayat Kesehatan keluarga


Memuat riwayat adalah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama

 Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum
- Keadaan sakit : Sedang, ringan, berat
- Tanda-tanda vital : TB, suhu, nadi, pernafasan
- Tingkat kesadaran, compommetis, Apatis

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia dan
individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan.

Anda mungkin juga menyukai