Anda di halaman 1dari 2

Patofisiologi efusi pleura

Penumpukan cairan pleura terjadi karena kecepatan pembentukan cairan pleura melebihi kecepatan
penyerapan. Hal ini disebabkan oleh beberapa mekanisme yaitu:

1. Peningkatan tekanan hidrostatik

Gagal jantung kiri, gagal jantung kanan, dan sindroma vena kava superior. Hal ini karena peningkatan
jumlah cairan di ruang interstisial paru keluar Sebagian melintasi pleura visceral sehingga
membebani kapasitas limfatik di pleura parietal untuk mengeluarkan cairan. (Harrison, 2013)

2. Gangguan drainase sistem limfatik

Hambatan drainase sistem limfe dari pleura parietal yaitu carsinoma paru dan metastase tumor ke
paru. Gangguan drainase limfatik, angiogenesis yang diinduksi tumor, dan peningkatan permeabilitas
kapiler dari sitokin vasoaktif dan kemokin berkontribusi pada patogenesis efusi ganas. Selain itu,
tidak murni hanya karena gangguan drainase limfatik. Peranan Vascular Endothelial Growth Factor
(VEGF) dapat meningkatkan permeabilitas vaskuler. (Netter,2011)

3. Inflamasi

Efusi pleura akibat inflamasi paling banyak disebabkan oleh pneumonia dan tuberculosis. Efusi pleura
tuberkulosis biasanya berhubungan dengan TB primer dan diduga terutama disebabkan oleh reaksi
hipersensitivitas terhadap protein tuberkulosis di ruang pleura. Selain itu mekanisme efusi
tuberkulosis juga disebabkan oleh pecahnya fokus sub pleura ke intra pleura, sehingga terjadi proses
inflamasi pada pleura. Efusi parapneumonik didefinisikan sebagai cairan pleura yang berkembang
dari pneumonia. Efusi parapneumonik adalah penyebab paling umum dari efusi eksudatif. Klasifikasi
klinis yang praktis dan praktis dari efusi parapneumonik adalah sebagai berikut: (1) efusi
parapneumonik tanpa komplikasi sembuh dengan terapi antibiotik saja tanpa gejala sisa ruang
pleura; (2) efusi parapneumonik yang rumit membutuhkan drainase ruang pleura untuk
menyelesaikan sepsis pleura dan mencegah perkembangan menjadi empiema; dan (3) empiema
adalah tahap akhir dari efusi parapneumonik. Empiema ditandai dengan penampilannya, yaitu cairan
kental berwarna kuning keputihan yang tidak tembus cahaya (nanah) yang dihasilkan dari protein
pembekuan serum,sel debris, dan deposit fibrin. Empiema berkembang terutama karena
keterlambatan penanganan pasien dan pengobatan yang tidak tepat. (Netter,2011)

4. Paru-paru yang tidak dapat mengembang sempurna

Paru-paru yang tidak dapat mengembang dapat diakibatkan oleh restriksi pleura viseral, lesi
endobronkial, atau atelektasis kronis. Penyebab paling umum dari restriksi pleura viseral adalah
keganasan dan infeksi; termasuk radang selaput dada, seperti penyakit rematoid, dan operasi
cangkok bypass arteri koroner (CABG). Ada dua mekanisme yang menyebabkan paru-paru tidak
mengembang akibat pembatasan pleura visceral, yaitu: (1) awal disebut lung entrapment, dan (2)
fase akhir, disebut trapped lung. Lung entrapment yang disebabkan oleh keganasan dikaitkan dengan
dua mekanisme patofisiologis yang bertanggung jawab atas pembentukan cairan pleura: (1)
keterlibatan keganasan pada pleura, yang menyebabkan kebocoran kapiler dan gangguan drainase
limfatik pleura, dan (2) pembatasan pleura viseral akibat beban tumor, yang mengakibatkan
ketidakseimbangan hidrostatik. Trapped lung dari infeksi jarak jauh hanya menghasilkan
pembentukan cairan pleura dari paru-paru yang tidak dapat mengembang dan gaya hidrostatik.
(Netter,2011)

5. Perembesan dari rongga peritonium


Penyebab perembesan dari rongga peritoniu disebabkan oleh asites, sindrom Meig, dan dialisis
peritonium.

Loscalzo, J dan HarrisonTR.2013. Harrison’s pulmonary and critical care medicine. Edisi 2. McGraw
Hill. New York.

Kaminsky D. A. Netter F. H. Machado C. A. G. & Craig J. A. (2011). The netter collection of medical
illustrations. volume 3 respiratory system (2nd ed.). Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai