PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
ketidakseimbangan antara oksigen yang diedarkan ke seluruh tubuh dan oksigen yang
dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini sering disebabkan karena penurunan perfusi jaringan dan
plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat (hemoragik),
fungsional, dan dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat.
Kasus-kasus syok hipovolemik yang paling sering ditemukan disebabkan oleh perdarahan
sehingga syok hipovolemik dikenal juga dengan syok hemoragik. Perdarahan hebat dapat
disebabkan oleh berbagai trauma hebat pada organ-organ tubuh atau fraktur yang yang
disertai dengan luka ataupun luka langsung pada pembuluh arteri utama (Kolecki and
sirkulasi darah dibandingkan dengan kapasitas pembuluh darah total (Roberts, 2012).
tahunnya menyebabkan terjadinya 5 juta kematian diseluruh dunia. Angka kematian pada
pasien trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit dengan tingkat
pelayanan yang lengkap mencapai 6%. Sedangkan angka kematian akibat trauma yang
mengalami syok hipovolemik di rumah sakit dengan peralatan yang kurang memadai
mencapai 36% (Diantoro, 2014). Di Indonesia angka insidensi syok hipovolemik belum
ada tercatat, Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, angka diare
pada balita di Indonesia mencapai 11%, jauh meningkat dibanding tahun 2013 sebanyak
2,4%. Masih menurut data RISKESDAS tahun 2018, persentase terjadinya cedera
meningkat dari tahun 2007 sebesar 7,5% menjadi 9,2% pada tahun 2018.Pada syok
Secara global, angka insidensi tahunan syok berdasarkan etiologi apapun adalah
0.3-0.7 per 1000 penduduk, dengan syok hipovolemik hemoragik merupakan kasus yang
paling sering ditangani di intensive care unit. Untuk Syok hipovolemik nonhemoragik,
tipe ini merupakan tipe syok terbanyak yang diderita oleh anak-anak. Etiologi tersering
tahunnya. Berdasarkan data dari the Trauma Registry of the German Trauma Society
pasien per tahun, dengan 10. 000 diantaranya mengalami syok hipovolemik hemoragik.
Syok hipovolemik non hemoragik, tipe ini merupakan tipe syok terbanyak yang
diderita oleh anak-anak. Etiologi tersering adalah dehidrasi akibat diare. Diperkirakan
sekitar 760.000 anak menderita diare setiap tahunnya. Berdasarkan data dari the Trauma
Registry of the German Trauma Society (Deutsche Gesellschaft für Unfallchirurgie) untuk
tahun 2017 angka insidensi syok hipovolemik berdasarkan etiologi hemoragik dan
nonhemoragik mencapai angka 50.000 pasien per tahun, dengan 10 000 diantaranya
obstetri, angka kematian akibat syok hipovolemik mencapai 500.000 per tahun dan 99%
karena tidak mendapat penatalaksanaan yang tepat dan adekuat. Diare pada balita juga
merupakan salah satu penyebab terjadinya syok hipovolemik. Menurut WHO, angka
kematian akibat diare yang disertai syok hipovolemik pada balita di Brazil mencapai
800.000 jiwa. Sebagian besar penderita meninggal karena tidak mendapat penanganan pada
dapat mengurangi aliran balik vena ,mengurangi cardiac output dan memperburuk keadaan
syok walaupun oksigenasi dan ventilasi kelebihan ventilasi positif dapat merugikan bagi
pasien yang menderita syok hipovolemik (kolecki dkk,2014). Apabila syok hipovolemik
berkepanjangan tanpa penanganan yang baik maka mekanisme kompensasi akan gagal
mempertahankan curah jantung dan isi sekuncup yang adekuat sehingga menimbulkan
gangguan sirkulasi/perfusi jaringan, hipotensi, dan kegagalan organ. Pada keadaan ini
kondisi pasien sangat buruk dan tingkat mortalitas sangat tinggi. Apabila syok hipovolemik
tidak ditangani segera akan menimbulkan kerusakan permanen dan bahkan kematian. Perlu
pemahaman yang baik mengenai syok dan penanganannya guna menghindari kerusakan
waktu yang tepat (Diantoro, 2014). Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di Ruang
IGD RSUD Sanjiwani pada tahun 2020 jumlah pasien yang terdiagnosis syok
hipovolemia berjumlah 14 orang, dan pada tahun 2021 berjumlah 7 orang. Berdasarkan
hasil observasi yang peneliti lakukan di ruang IGD RSUD Sanjiwani Gianyar dari tanggal
05 april 2021 sampai 23 April 2021 didapatkan 2 pasien yang terdiagnosis syok
ABC, dimana perawat gawat darurat berperan untuk menangani gangguan Airway,
dipertahankan dan dijaga agar tetap pada kondisi stabil. Penatalaksanaan syok dalam
mengguanakan metode ilmiah keperawatan yang berbasis pada evidence based practice
of nursing. Oleh karena itu kemampuan intelektual dan tehnikal dalam tindakan
keperawatan sangat diperlukan dalam upaya memecahkan masalah yang dialami oleh
perawat dalam penatalaksanaan syok di instalasi gawat darurat, oleh karena itu peneliti
ingin merangkum literatur yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
B. RUMUSAN MASALAH
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
penatalaksanaan syok
penatalaksanaan syok
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat Praktis
Hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan evaluasi
di instansi pelayanan.
b) Bagi institusi Pendidikan