Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Syok merupakan keadaan ketika sel mengalami hipoksia sehingga terjadi

ketidakseimbangan antara oksigen yang diedarkan ke seluruh tubuh dan oksigen yang

dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini sering disebabkan karena penurunan perfusi jaringan dan

kegagalan sirkulasi (Simmons and Ventetuolo, 2017).

Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akibat berkurangnya volume

plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat (hemoragik),

trauma yang menyebabkan perpindahan cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh non

fungsional, dan dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat.

Kasus-kasus syok hipovolemik yang paling sering ditemukan disebabkan oleh perdarahan

sehingga syok hipovolemik dikenal juga dengan syok hemoragik. Perdarahan hebat dapat

disebabkan oleh berbagai trauma hebat pada organ-organ tubuh atau fraktur yang yang

disertai dengan luka ataupun luka langsung pada pembuluh arteri utama (Kolecki and

Menckhoff, 2016). Syok hipovolemik dapat didefinisikan sebagai berkurangnya volume

sirkulasi darah dibandingkan dengan kapasitas pembuluh darah total (Roberts, 2012).

Menurut World Health Organization (WHO) cedera akibat kecelakaan setiap

tahunnya menyebabkan terjadinya 5 juta kematian diseluruh dunia. Angka kematian pada

pasien trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit dengan tingkat

pelayanan yang lengkap mencapai 6%. Sedangkan angka kematian akibat trauma yang
mengalami syok hipovolemik di rumah sakit dengan peralatan yang kurang memadai

mencapai 36% (Diantoro, 2014). Di Indonesia angka insidensi syok hipovolemik belum

ada tercatat, Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, angka diare

pada balita di Indonesia mencapai 11%, jauh meningkat dibanding tahun 2013 sebanyak

2,4%. Masih menurut data RISKESDAS tahun 2018, persentase terjadinya cedera

meningkat dari tahun 2007 sebesar 7,5% menjadi 9,2% pada tahun 2018.Pada syok

hipovolemik akibat perdarahan, penyebab utama terbanyak adalah cedera traumatik.

Secara global, angka insidensi tahunan syok berdasarkan etiologi apapun adalah

0.3-0.7 per 1000 penduduk, dengan syok hipovolemik hemoragik merupakan kasus yang

paling sering ditangani di intensive care unit. Untuk Syok hipovolemik nonhemoragik,

tipe ini merupakan tipe syok terbanyak yang diderita oleh anak-anak. Etiologi tersering

adalah dehidrasi akibat diare. Diperkirakan sekitar 760.000 anak me nderita diare setiap

tahunnya. Berdasarkan data dari the Trauma Registry of the German Trauma Society

(Deutsche Gesellschaft für Unfallchirurgie) untuk tahun 2017 angka insidensi syok

hipovolemik berdasarkan etiologi hemoragik dan nonhemoragik mencapai angka 50.000

pasien per tahun, dengan  10. 000 diantaranya mengalami syok hipovolemik hemoragik.

Syok hipovolemik non hemoragik, tipe ini merupakan tipe syok terbanyak yang

diderita oleh anak-anak. Etiologi tersering adalah dehidrasi akibat diare. Diperkirakan

sekitar 760.000 anak menderita diare setiap tahunnya. Berdasarkan data dari the Trauma

Registry of the German Trauma Society (Deutsche Gesellschaft für Unfallchirurgie) untuk

tahun 2017 angka insidensi syok hipovolemik berdasarkan etiologi hemoragik dan

nonhemoragik mencapai angka 50.000 pasien per tahun, dengan 10 000 diantaranya

mengalami syok hipovolemik hemoragik.


Syok hipovolemik juga terjadi pada wanita dengan perdarahan karena kasus

obstetri, angka kematian akibat syok hipovolemik mencapai 500.000 per tahun dan 99%

kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Sebagian besar penderita syok

hipovolemik akibat perdarahan meninggal setelah beberapa jam terjadinya perdarahan

karena tidak mendapat penatalaksanaan yang tepat dan adekuat. Diare pada balita juga

merupakan salah satu penyebab terjadinya syok hipovolemik. Menurut WHO, angka

kematian akibat diare yang disertai syok hipovolemik pada balita di Brazil mencapai

800.000 jiwa. Sebagian besar penderita meninggal karena tidak mendapat penanganan pada

waktu yang tepat (Diantoro, 2014).

Dalam penanganan syok hipovolemik ventilasi tekanan positif yang berlebihan

dapat mengurangi aliran balik vena ,mengurangi cardiac output dan memperburuk keadaan

syok walaupun oksigenasi dan ventilasi kelebihan ventilasi positif dapat merugikan bagi

pasien yang menderita syok hipovolemik (kolecki dkk,2014). Apabila syok hipovolemik

berkepanjangan tanpa penanganan yang baik maka mekanisme kompensasi akan gagal

mempertahankan curah jantung dan isi sekuncup yang adekuat sehingga menimbulkan

gangguan sirkulasi/perfusi jaringan, hipotensi, dan kegagalan organ. Pada keadaan ini

kondisi pasien sangat buruk dan tingkat mortalitas sangat tinggi. Apabila syok hipovolemik

tidak ditangani segera akan menimbulkan kerusakan permanen dan bahkan kematian. Perlu

pemahaman yang baik mengenai syok dan penanganannya guna menghindari kerusakan

organ lebih lanjut (Danusantoso, 2014).

Sebagian besar penderita meninggal karena tidak mendapat penanganan pada

waktu yang tepat (Diantoro, 2014). Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di Ruang

IGD RSUD Sanjiwani pada tahun 2020 jumlah pasien yang terdiagnosis syok
hipovolemia berjumlah 14 orang, dan pada tahun 2021 berjumlah 7 orang. Berdasarkan

hasil observasi yang peneliti lakukan di ruang IGD RSUD Sanjiwani Gianyar dari tanggal

05 april 2021 sampai 23 April 2021 didapatkan 2 pasien yang terdiagnosis syok

hipovolemia. Penatalaksanaan syok hipovolemik tidak terlepas dari penerapan algoritma

ABC, dimana perawat gawat darurat berperan untuk menangani gangguan Airway,

Breathing dan Circulation segera (Ainun Najib Hidayatulloh et al., 2016).

Penatalaksanaan syok hipovolemik meliputi mengembalikan tanda-tanda vital dan

hemodinamik kepada kondisi dalam batas normal. Selanjutnya kondisi tersebut

dipertahankan dan dijaga agar tetap pada kondisi stabil. Penatalaksanaan syok dalam

kegawatdaruratan, perawat dituntut untuk bekerja secara professional dengan

mengguanakan metode ilmiah keperawatan yang berbasis pada evidence based practice

of nursing. Oleh karena itu kemampuan intelektual dan tehnikal dalam tindakan

keperawatan sangat diperlukan dalam upaya memecahkan masalah yang dialami oleh

klien. (Ningsih, 2015)

Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian mengenai Pengetahuan

perawat dalam penatalaksanaan syok di instalasi gawat darurat, oleh karena itu peneliti

ingin merangkum literatur yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat

pengetahuan perawat dalam penatalaksanaan syok di instalasi gawat darurat.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

rangkuman literatur mengenai “Bagaimana pengetahuan perawat dalam penatalaksanaan

syok hipovolemik di Instalasi Gawat Darurat?”.


C. TUJUAN MASALAH

1. Tujuan umum

Rangkuman literatur ini secara umum bertujuan untuk diketahuinya pengetahuan

perawat dalam penatalaksanaan syok di Instalasi Gawat Darurat.

2. Tujuan khusus

a) Diketahuinya pengetahuan perawat berdasarkan pendidikan perawat dalam

penatalaksanaan syok

b) Diketahuinya pengetahuan perawat berdasarkan jenis kelamin perawat dalam

penatalaksanaan syok

c) Diketahuinya hubungan pengetahuan perawat dan penatalaksanaan syok

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoritis

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai Pengetahuan

perawat dalam penatalaksanaan syok di Instalasi Gawat Darurat.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi profesi keperawatan

Hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan evaluasi

untuk meningkatkan kualitas tenaga keperawatan khususnya yang bekerja

di instansi pelayanan.
b) Bagi institusi Pendidikan

Diharapkan dapat bermanfaat sehingga bisa menambah kepustakaan

mengenai Pengetahuan perawat.

Anda mungkin juga menyukai