DISUSUN OLEH
DEVI RIANTI
NIM: 16172055 P
d. Penurunan kesadaran
e. Nyeri kepala
f. Mual, muntah
g. Brill Hematom
h. Pingsan
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT Scan Kepala
b. MRI
c. Angiografi
e. Sinar X
k. Pemeriksaan Toksikologi
2) Menilai Pernafasan
3) Menilai sirkulasi
4) Obati Kejang
9. Pedoman penatalaksanaan
1) Pada semua pasien dengan cedera kepala dan / atau leher, lakukan
foto tulang belakang servikal (proyeksi antero – posteriol, lateral,
dan adontoid), kolar servikal baru dilepas setelah dipastikan bahwa
seluruh tulang servikal C1-C7 normal.
2) Pada semua pasien dengan cedera kepala sedang dan berat, lakukan
prosedur berikut :
3) Pada pasien yang koma (skor GCS < 8) atau pasien dengan tanda-
tanda herniasi, lakukan tindakan berikut ini :
b) Hiperventilasi
4) Penatalaksanaan khusus
9. Komplikasi
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian Kegawatdaruratan :
Primary Survey
a. Airway dan cervical control
Hal pertama yang dinilai adalah kelancaran airway. Meliputi
pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan
benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau
maksila, fraktur larinks atau trachea. Dalam hal ini dapat
dilakukan “chin lift” atau “jaw thrust”. Selama memeriksa dan
memperbaiki jalan nafas, harus diperhatikan bahwa tidak boleh
dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi dari leher.
b. Breathing dan ventilation
Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik.
Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernafas mutlak untuk
pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dari
tubuh. Ventilasi yang baik meliputi:fungsi yang baik dari paru,
dinding dada dan diafragma.
c. Circulation dan hemorrhage control
1) Volume darah dan Curah jantung
Kaji perdarahan klien. Suatu keadaan hipotensi harus
dianggap disebabkan oleh hipovelemia. 3 observasi yang dalam
hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai keadaan
hemodinamik yaitu kesadaran, warna kulit dan nadi.
2) Kontrol Perdarahan
d. Disability
Penilaian neurologis secara cepat yaitu tingkat kesadaran,
ukuran dan reaksi pupil.
e. Exposure dan Environment control
Dilakukan pemeriksaan fisik head toe toe untuk
memeriksa jejas.
2. Secondary Survey
a. Fokus assessment
b. Head to toe assessment
Pengkajian klien dengan cidera kepala menurut muttaqin (2008).
a. Aktivitas dan istirahat
Gejala: klien mudah lelah, kelemahan, dan kehilanagan
sensori/paralisis.
Tanda: perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan,
rendahnya kadar hemoglobin atau syok dan pucat,
sianosis, adanya penurunan darah portal akibat
penggunaan PRC dalam jangka lama.
b. Sirkulasi
Gejala: perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi),
perubahan frekuensi jantung (bradikardi, takikardia,
aritmia).
c. Integritas ego
Gejala: perubahan tingkah laku atau kepribadian (perubahan
status mental).
Tanda: prilaku lambat dan sangat hati-hati, kesulitan dalam
pemahaman, mudah lupa, afasia dan mudah frustasi.
d. Eliminasi
Gejala: Inkontinesia urine atau mengalami gangguan fungsi.
e. Makanan dan Cairan
Gejala: Mual, Muntah dan penurunan nafsu makan.
Tanda: Peningkatan asam lambung dan kesulitan menelan.
f. Neurosensori
Gejala: kehilangan kesadaran sementara, kehilanagan
pendengaran, perubahan dalam penglihatan seperti
ketajamannya, kehilangan sensori seperti kesulitan
dalam menginterprestasikan stimuli visul.
Tanda: perubahan kesadaran biasa sampai koma, perubahan
status mental(orientasi, kewaspadaan, perhatian,
konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh
emosi/tingkah laku dan memori), perubahan pupil
(respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata,
ketidakmampuan mengikuti, kehilangan penginderaan,
hemiparase, kehilangan sensasi sebagian tubuh.
g. Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,
biasanya lama.
Tanda: Wajah menyeringai, respon menarik terhadap rangsangan
nyeri yang hebat, gelisah tidak bisa beristrirahat,
merintih.
h. Pernafasan
Tanda: perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh
hiperventilasi), nafas berbunyi, stridor, tersedak,
ronkhi.
i. Keamanan
Gejala: trauma baru/trauma karena kecelakaan.
Tanda: Fraktur dislokasi, gangguan penglihatan, laserasi pada
kulit, gangguan rentang gerak, gangguan dalam regulasi
suhu tubuh.
j. Interaksi sosial
Tanda: Afasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, atau
bicara berulang-ulang.
k. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala: Penggunaan Alkohol/obat lain.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul menurut Nanda (2009-2011) dan Muttaqin
(2008) diagnosa keperawatan yang muncul pada klien cidera kepala:
a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan
dengan trauma kepala, Nanda(2011)
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan disfungsi
neuromuscular, Nanda(2011).
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera (misalnya biologis,
zat kimia, fisik, psikologis), Nanda (2012).
d. Tidak efektif bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
adanya jalan nafas buatan pada trakea, peningkatan sekresi
secret, dan ketidakmampuan batuk efektif sekunder akibat nyeri
dan kelelahan, Muttaqin (2008).
e. Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
berhubungan dengan gangguan alat bantu nafas (respirator),
Munttaqin(2008).
f. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan perubahan mencerna makanan, peningkatan
kebutuhan metabolisme, Muttaqin(2008).
g. Resiko tinggi peningkatan TIK yang berhubungan dengan desak
ruang sekunder dari kompresi korteks serebri dari adanya
perdarahan baik bersifat intra serebral hematoma, subdural
hematoma, dan epidural hematoma, Muttaqin (2008).
3. Intervensi Keperawatan
a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan
dengan trauma kepala.
Intervensi :
a. Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu
atau yang menyebabkan koma/penurunan perfusi jaringan otak
dan potensial peningkatan TIK.
Rasional : Menentukan pilihan intervensi
b. Pantau/catat status neurologis secara teratur dan dibandingkan
dengan nilai standar.
Rasional : Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran
dan potensi peningkatan TIK dan bermanfaat dalam menentukan
lokasi, perluasan dan perkembangan kerusakan SSP.
c. Kaji respon motorik terhadap perintah yang sederhana.
Rasional : Petunjuk untuk mengetahui kesadaran pasien yang
matanya tertutup sebagai akibat dari trauma atau pasien yang
afasia.
d. Evaluasi keadaan pupil, catat ukuran, ketajaman, kesamaan antara
kiri dan kanan, dan reaksi terhadap cahaya.
Rasional : reaksi pupil diatur oleh saraf cranial okulomotor (111)
dan berguna untuk menentukan apakah batang otak masih baik.
e. Kolaborasi pembatasn pemberian cairan sesuai indikasi, berikan
cairan melalui IV dengan alat kontral.
Rasional : Pembatasan cairan mungkin diperlukan untuk
menurunkan edema serebral, meminimalkan fluktuasi aliran
vaskular, tekanan darah (TD) dan TIK.
f. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi (diuretik, steroid,
antikonvulsan, anagetik).
Rasional : Diuretik dapat digunakan fase akut untuk menurunkan air
dari sel otak, menurunkan edema otak dan TIK. Steroid
menurunkan inflamasi. Antikonvulsan adalah obat pilihan
untuk mengatasi dan mencegah terjadinya kejang. Analgetik
dapat di indikasikan untuk menghilangkan nyeri.
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan disfungsi
neuromucular.
Intervensi :
a). Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.
Rasional : Perubahan dapat menandakan awitan komplikasi
pulmonal.
b). Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya, posisi miring
sesuai indikasi.
Rasional : Untuk memudahkan eksvansi paru/ventilasi paru dan
menurunkan adanya kemungkinan lidah jatuh kebelakang
yang menyumbat jalan nafas.
c). Anjurkan klien untuk melakukan nafas dalam yang efektif jika
pasien sadar.
Rasional :Mencegah/menurunkan atelektatis.
d). Pantau pengguanaan dari obat-obatan deprensen pernafasan,
seperti sedative.
Rasional : Dapat meningkatkan gangguan/komplikasi
pernafasan.
e). Kolaborasi pemberian tindakan nebulezer ultrasonic atau
oksigen sesuai program institusi.
Rasional : Memaksimalkan oksigen pada arteri dan tanda-tanda
komplikasi yang berkembang.
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera (misalnya biologis,
zat kimia, fisik, psiologis).
Intervensi :
a). Lakukan pengkajian secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, dan faktor presipitasi.
b.). Ajarkan relaksasi : Teknik untuk menurunkan ketegangan otot
rangka yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga
meningkatkan relaksasi masase.
c). Observasi relaksasi nonverbal dan ketidaknyamanan.
d). Berikan kesempatan waktu istirahat bila rasa nyeri dan
berikan posisi yang nyaman misalnya ketika tidur,
belakangnya di pasang bantal kecil.
Rasional : Istirahat akan merelaksasikan semua jaringan
sehingga akan meningkatkan kenyamanan.
e). Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
f). Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik.
Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga akan
berkurang.
d. Tidak efektif bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
adanya jalan nafas buatan pada trakea, peningkatan sekresi
secret, dan ketidakmampuan batuk efektif sekunder akibat nyeri
dan kelemahan.
Intervensi :
a). Kaji dalam nafas
Rasional : Obstruksi mungkin dapat disebabkan oleh akumulasi
secret, sisa cairan mucus, perdarahan, bronkhospasme,
dan/atau posisi dari endotracheal/ tracheastomy tube yang
berubah.
b). Lakukan penghisapan lendir jika diperlukan, batasi durasi
penghisapan dengan 15 detik atau lebih.
Rasional : Penghisapan lendir tidak selamanya dilakukan terus-
menerus, dan durasinya pun dapat dikurangi untuk mencegah
bahaya hipoksia.
c). Atur/rubah posisi klien secara teratur(tiap 2 jam).
Rasional : Mengatur pengeluaran secret dan ventilasi segmen
paru-paru, mengurangi resiko ateletaksis.
d). Berikan minuman hangat jika keadaan memungkinkan.
Rasional : Membantu mengencerkan secret, mempermudah
pengeluaran secret.
e). Kolaborasi dengan dokter pemberian ekspektoran, antibiotik,
fisioterapi dada dan konsul foto thoraks.
Rasional : Ekspektoran untuk memudahkan mengeluarkan lendir
dan mengevaluasi perbaikan kondisi atas pengembangan
parunya.
e. Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan penggunaan alat bantu nafas(respirator).
Intevensi :
a. Pertahankan secara ketat inteke dan ouput.
Rasional : Untuk mencegah mengidentifikasi secara dini terjadi
kelebihan cairan.
b. Timbang berat badan tiap hari
Rasional : Peningkatan berat badan merupakan indikasi
berkembangnya dan bertambahnya edema sebagai
manifestasi dari kelebihan cairan.
c. Kaji dan observasi suara nafas, vocal fremitus, hasil foto
thoraks.
Rasional : Adanya ronkhi basan, vokal fremitus menandakan
adanya edema paru-paru.
d. Hitunglah jumlah cairan yang masuk dan keluar.
Rasional : memberikan informasi tentang keadaan cairan
tubuh secara umum untuk mempertahankannya tetap
seimbang.
e. Kolaborasi pemberian cairan melalui infus jika di
indikasikan.
Rasional : Mempertahankan volume sirkulasi dan tekanan
osmotik.
f. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan perubahan kemampuan mencerna makanan,
peningkatan kebutuhan metabolisme.
Intervensi :
a). Evaluasi kemampuan makan klien.
Rasional : Klien dengan tracheastomy tube mungkin sulit untuk
makan, tetapi klien dengan endotracheal tube dapat
menggunakan mag slang atau makan parentak.
b). Monitor keadaan otot yang menurun dan kehilangan lemak
subkutan.
Rasional : Menunjukan indikasi kekurangan energi otot dan
mengurangi fungsi otot-otot pernafasan.
c). Berikan makanan kecil dan lunak.
Rasional : Mencegah terjadinya kelemahan, memudahkan
masuknya makanan dan mencegah gangguan pada
lambung.
d). Kajilah fungsi sistem gastrointerstinal yang meliputi suara
bising usus, catat terjadi perubahan pergerakan usus
misalnya diare, konstipasi.
Rasional : Fungsi sistem gastrointerstinal sangat penting untuk
memasukan makanan. Ventilator dpat menyebabkan
kembung dan perdarah lambung.
e). Anjurkan pemberian cairan 2500 cc/hari selama tidak terjadi
gangguan jantung.
Rasional : Mencegah terjadinya dehidrasi akibat penggunaan
ventilator selama tidak sadar dan mencegah terjadinya
konstipasi.
g. Resiko tinggi peningkatan TIK yang berhubungan dengan desak
ruang sekunder dari kompresi korteks serebri dari adanya
perdarahan baik besifat intraserebral hematoma, subdural
hematoma, dan epidural hematoma.
h. Intervensi :
a). Kaji faktor penyebab dari situasi/keadaan individu/penyebab
koma/penurunan perfusi jaringan dan kemungkinan penyebab
peningkatan TIK.
Rasional : Deteksi dini untuk meperioritaskan intervensi,
mangkaji status neurologis/tanda-tanda kegagalan untuk
menentukan perawatan kegawatan atau tindakan
pembedahan.
b). Monitor TTV tiap 4 jam.
Rasional : Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebaral
terplihara dengan baik atau fluktuasi ditandai dengan tekanan
darah sistenik, penurunan dari autoregulator kebanyakan
merupakan tanda penurunan difusi lokal vaskularisasi darah
serebral.
c). Evaluasi pupil, amati ukuran, ketahaman dan reaksi terhadap
cahaya.
Rasional : reaksi pupil dan pergerakan bola mata merupakan
tanda dari gangguan saraf jika batang otak terkuyak.
d). Pertahankan kepala dan leher pada posisi yang netral,
usahakan dengan sedikit bantal. Hindari penggunaan
bantal yang tinggi pada kepala.
Rasional : Perubahan kepala pada situasi dapat menimbulkan
penekanan pada vena jugularis dan menghambat aliran
darah otak untuk itu dapat meningkatkan tekanan
intrakranial.
e). Kolaborasi pemberian obat osmosis diuretik, steroid,
analgesik dan antiperetik.
Rasional : Diuretik dapat digunakan pada fase akut untuk
menurunkan air inflamasi. Antikonvulsan adalah obat
pilihan untuk mengatasi dan mencegah terjadinya kejang.
Analgetik dapat diindikasikan untuk menghilangkan nyeri.
4. Evaluasi
Kriteria evaluasi Diagnosa 1 :
a. Mempertahankan tingkat kesadaran biasa/perbaikan, kognisi dan
fungsi motorik/sensori.
b. Mendemontrasikan tanda vital stabil dan tidak ada tanda-tanda
peningkatan TIK.
Kreteria evaluasi Diagnosa 2 :
a. Menujukkan pola nafas efektif.
b. Status pernafasan : ventilasi tidak terganggu
c. Tidak ada penggunaan obat bantu
d. Tidak ada bunyi nafas tambahan
Kreteria evaluasi Diagnosa 3 :
a. Menunjukan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk
mencapai kenyamanan.
b. Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk
mencegah nyeri.
Kreteria evaluasi Diagnosa 4 :
a. Bunyi nafas terdengar bersih
b. Ronkhi tidak terdengar
c. Tracheal tube bebas sumbatan
d. Menunjukan batuk yang efektif
e. Tidak ada lagi secret di saluran pernafasan
Kreteria evaluasi Diagnosa 5 :
Klien menunjukan tekanan darah, berat badan, nadi dalam batas
normal.
a. Intake dan output dalam batas normal.
Kreteria evaluasi Diagnosa 6 :
a. Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
b. Memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan pemeriksaan
laboratorium.
Kreteria evaluasi Diagnosa 7 :
a. Klien tidak gelisah
b. Klien tidak mengeluh nyeri lepala, mual-mual dan muntah
c. GCS 4,5,6
d. Tidak terjadi papil edema
e. TTV dalam batas normal
Daftar Pustaka
Batticaca Fransisca B, 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dnegan Gangguan
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika
Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medika, Edisi 8 Vol 3.
Jakarta: EGC