DISUSUN OLEH
AYI HARIANSYAH
NIM: 16172049 P
3. PATOFISIOLOGI
E. ANATOMI FISIOLOGI
a. Vetebra Cervicalis
Vertebrata cervicalis ini memiliki dens, yang mirip dengan pasak.Veterbrata
cervicalis ketujuh disebut prominan karena mempunyaiprosesus spinosus paling
panjang.
b. Vertebra Thoracalis
Ukurannya semakin besar mulai dari atas kebawah. Corpus berbentuk jantung,
berjumlah 12 buah yang membentuk bagian belakangthorax.
c. Vertebra Lumbalis
Corpus setiap vertebra lumbalis bersifat masif dan berbentuk ginjal,berjumlah 5
buah yang membentuk daerah pinggang, memiliki corpusvertebra yang besar
ukurannya sehingga pergerakannya lebih luaskearah fleksi.
a. Os. Sacrum
Terdiri dari 5 sacrum yang membentuk sakrum atau tulang kengkangdimana ke 5
vertebral ini rudimenter yang bergabung yang membentuk tulang bayi.
b. Os. Coccygeal
Terdiri dari 4 tulang yang juga disebut ekor pada manusia, mengalamirudimenter.
Beberapa segmen ini membentuk 1 pasang saraf coccygeal (Price, 2005)
Medula spinalis adalah bagian dari susunan saraf pusat yang seluruhnya terletak
dalam kanalis vertebralis, dikelilingi oleh tiga lapis selaput pembungkus yang
disebut meningen. Lapisan-lapisan dan struktur yang mengelilingi medula spinalis
dari luar ke dalam antara lain:
1) Duramater
2) Arachnoid
3) Ruangan subaraknoid (cavitas subarachnoidealis) yang berisiliquor
cerebrospinalis
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Sinar x spinal : menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur atau dislok)
H. PEMERIKSAAN MEDIS
a. Dislokasi
b. Fraktur dislokasi
1. Faktur stabil (tanpa kelainan neorologis) maka dengan istirahat saja penderita
akan sembuh.
Tidur telentang alas yang keras, posisi diubah tiap 2 jam mencegah
dekubitus, terutama simplekompressi.
2) Operatif
Pada fraktur tak stabil terdapat kontroversi antara konservatif dan operatif.
Jika dilakukan operasi harusdalam waktu 6-12 jam pertama dengan cara:
b) Manuver crede
I. KOMPLIKASI
2. Mal union, gerakan ujung patahan akibat imobilisasi yang jelek menyebabkan
mal union, sebab-sebablainnya adalah infeksi dari jaringan lunak yang terjepit
diantara fragmen tulang, akhirnya ujung patahandapat saling beradaptasi dan
membentuk sendi palsu dengan sedikit gerakan (non union).
3. Non union adalah jika tulang tidak menyambung dalam waktu 20 minggu. Hal
ini diakibatkan olehreduksi yang kurang memadai.
4. Delayed union adalah penyembuhan fraktur yang terus berlangsung dalam waktu
lama dari prosespenyembuhan fraktur
6. Emboli lemak
7. Saat fraktur, globula lemak masuk ke dalam darah karena tekanan sumsum
tulang lebih tinggi daritekanan kapiler. Globula lemak akan bergabung dengan
trombosit dan membentuk emboli yangkemudian menyumbat pembuluh darah
kecil, yang memasok ke otak, paru, ginjal, dan organ lain.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien : terdiri atas nama, No MR, umur, pekerjaan, agama, jenis
kelamin, alamat, tanggal masuk RS, alasan masuk, cara masuk, penanggung
jawab.
2. Riwayat kesehatan
c. Riwayat kesehatan keluarga : biasanya trauma tulang belakang tidak ada faktor
3. Pemeriksaan fisik
1. Kepala dan wajah : rambut hitam,tidak ada ketombe, tidak rontik, kulit kepala
5. Mulut dan faring : tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi pendarahan,
6. Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau
nyeri tekan.
8. Thorax/dada :
Bradikardi.
9. Abdomen :
c. Tidur/istirahat : terganggu yaitu kurang dari 7-8 jam perhari karna trauma
4. INTERVERENSI
1. Ketidak efektifan pola nafas
Defenisi: inspirasi dan/ekspirasi yang tidak member ventilasi
Batasan karakteristik:
a. Perubahan kedalaman pernafasan
b. Perubahan ekskurasi dada
c. Mengambil posisi tiga titik
d. Bradipneu
e. Penurunan tekanan ekspirasi
f. Penurunan ventilasi semenit
g. Penurunan kapasitas vital
h. Dipneu
i. Peningkatan diameter anterior posterior
j. Pernafasan cuping hidung
k. Ortopneu
l. Fase ekspirasi memanjang
m. Pernafasan bibir
n. Takipneu
o. Penggunaan otot aksesorios untuk bernafas
Faktor yang berhubungan:
1). Ansietas
2). Posisi tubuh
3). Deformitas dinding dada
4). Keletihan
5). Hiperventilasi
6). Sindrom hipoventilasi
7). Gangguan muskuloskleta
8). Kerusakan neurologis
9). Imaturitas neurologis
10). Disfungsi neuromuscular
11). Obesitas
12). Nyeri
Resipiratory status: ventilation
Respiratory status : airway patency
Vital sign status
Kriteria hasil:
a. Mendemonstrasikan batuk efektif suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosisDan dypsnu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed lips)
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafs,
frekuensi pernafasan dalam batas normal, tidak ada suara nafas abnormal)
c. Tanda-tanda vital dalam rentang normal, (tekanan darah, nadi, pernafasan)
Airway management
1). Buka jalan nafas gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2). Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3). Identivikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
4). Pasang mayo bial perlu
5). Keluarkan secret dengan batuk atau suction
6). Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
7). Lakukan suction pada mayo
8). Berikan bronkodilator blla perlu
9). Berikan pelembab udara kassa basah Nacl lembab
10). Atur intake untuk cairan mengobtimalkan keseimbangan
11). Monitor respirasi dan status O2
12). Bersihkan hidung, mulut, trakea dan secretcs.
13). Pertahankan jalan nafas yang paten
14). Atur peralatan oksigen
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital sign monitoring
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya flugtuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring
2. Nyeri akut berhubungan dengan:
Agen injury (biologi, kimia, fisik psikologis) kerusakan jaringan
Daftar Pustaka
Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medika, Edisi 8 Vol 3. Jakarta:
EGC