Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN

KASUS
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS
MYOFASCIAL PAIN SYNDROME, HIPERTENSI, DIABETES
MELLITUS DENGAN PARAMETER NECK PAIN DISABILITY
INDEX (NPDI) UNTUK KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA
GERIATRI DI POLIKLINIK GERIATRI RSUPN DR. CIPTO
MANGUNKUSUMO JAKARTA PUSAT TAHUN 2021

KELOMPOK 1
LATAR BELAKANG
Lansia merupakan seseorang
yang berusia 60 ke atas RSUPN
dr. Cipto mangunkusumo
Pasien geriatri adalah pasien
lanjut usia dengan multi penyakit
dan/atau gangguan akibat
penurunan fungsi organ,
psikologi, sosial, ekonomi dan
lingkungan

Myofascial Penurunan
Permasalahan FISIOTERAPI
Trigger Point Fungsi Tubuh
Muskuloskeletal Syndrome
MYOFASCIAL PAIN
SYNDROME
Myofascial Pain Syndrome (MFPS) merupakan kumpulan gejala
otonom yang ditandai dengan beberapa titik pemicu (trigger
point) pada otot yang mengalami peningkatan sensitivitas
terhadap tekanan dan terasa nyeri kronik sebagai sensorik.
Otot-otot yang sering mengalami terjadinya Myofascial Pain
Syndrome adalah M. Latissimus Dorsi, M. Teres Mayor, M.Teres
Minor, dan M. Upper trapezius. Salah satu resiko yang paling sering
terkena adalah pada kelompok otot ektensor leher yaitu M. Upper
trapezius
Myofascial Pain Syndrome pada
M. Upper Trapezius
Myofascial Pain Syndrome
yang dimana terdapat taut band
atau trigger point pada M.Upper
Trapezius sehingga bagi
penderita dapat merasakan
adanya permasalahan pada
cervical, otot, dan saraf
ANATOMI
CERVICAL
Struktur umum tulang
punggung leher
(cervical) memiliki
bentuk tulang yang kecil
dengan spina atau
benjolan tulang yang
memanjang dan
processus spinosus
(bagian seperti sayap
pada belakangnya) yang
pendek
SENDI CERVICAL
Sendi atlanto oksipitalis (C0-C1), merupakan sendi sinovial
antara condylus occipitalis di kiri berperan dalam
gerakan fleksi-ekstensi dan lateral fleksi cervical.
 
Sendi atlanto axialis (C1-C2), sendi atlanto axilaris terdiri
atas tiga buah sendi sinovial, yaitu sebuah sendi antara
dens dan arcus anterior atlantis, dan dua buah articulatio
antara massa lateralis tulang dan berperan dalam
gerakan rotasi cervical ditambah dengan gerakan fleksi
dan ekstensi.

Sendi intervetebralis (C2-C7), merupakan gerakan ke segala


arah dengan gerakan dominan seperti ekstensi, fleksi,
dan lateral fleksi.
LIGAMEN
CERVICAL
- Ligament flavum, berfungsi untuk
membatasi gerakan fleksi

- Ligament longitudinal anterior, merupakan


ligamen penghubung spine pada korpus
bagian depan, berfungsi sebagai
stabilisator ekstensi.

- Ligamentum longitudinal posterior,


memiliki dua fungsi yaitu, membatasi
gerakan fleksi dan ekstensi serta
melindungi diskus intervertebralis.
SARAF
CERVICAL
Nerve Plexus Cervicalis
terletak paling dalam di
susunan vertebra
cervical, berada di bawah
otot
sternocledomastoideus
dan menjalar sampai
posterior sampai ke
tulang atlas.
M. UPPER TRAPEZIUS
- Origo di protuberansia occipitalis
externa, sepertiga medial linea nuchal
os. occipital, ligamentum nuchae, dan
processus spinosus Cervical tujuh

- Insersio menempel pada sepertiga


lateral clavicula dan processus
acromion.

- Inervasi oleh N. Spinal Aksesoris (CN


IX) dan N. Spina Cervicalis (C3-C4)
(Waschke, 2010).

- Fungsi sebagai otot penggerak


gerakan ekstensi, lateral fleksi,
elevasi dan retraksi scapula dan
berperan sebagai stabilisasi pada
Cervical.
EPIDEMIOLOGI
INDONESIA
Dalam 1 tahun terdapat:
54% terjadi pada wanita
45% terjadi pada pria.

RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo


Belum memiliki data yang
pasti untuk prevalensi pada
kasus Myofascial Pain
Syndrome.
ETIOLO
GI 1. Trauma (Trauma makro dan Trauma
mikro)

2. Degenerasi pada otot

3. Ergonomi yang buruk

4. Postur yang buruk


PATOFISIOLOGI
Timbulnya nyeri serta keterbatasan
pada gerakan
Trauma pada jaringan myofascial

Kontraksi otot terus – menerus


(Overstretch, Overuse) Terbentuknya serabut otot abnormal dan
taut band atau trigger point

Iskemik pada jaringan


myofascial Ketegangan Otot

Gangguan sirkulasi darah Penumpukan zat – zat


sisa metabolisme
MANIFESTASI
KLINIS
1. Nyeri yang terlokalisir pada M. Upper trapezius
2. Terdapat taut band pada M. Upper trapezius saat dipalpasi
3. Reffered pain disepanjang punggung atas dan leher
4. Spasme otot diakibatkan rasa nyeri yang timbul
5. Thightness pada M. Upper trapezius
yang menyebabkan keterbatasan lingkup
gerak sendi.
KOMORBIDITAS – HIPERTENSI
Mayoritas lansia yang berumur diatas 60 tahun,
sering mengalami hipertensi dengan tekanan
sistolik diatas 150 mmHg

Pengerasan dan
GI

hilangnya elastisitas
IO L O

dinding arteri

Penatalaksanaan Fisioterapi
OFIS

Terjadinya vasokontriksi

Penurunan aliran darah ke ginjal Latihan intensitas sedang yaitu latihan


PAT

aerobik 5-7 hari / minggu, dilengkapi


dengan latihan ketahanan 2-3 hari /
Volume Intravaskuler meningkat
minggu dan latihan fleksibilitas ≥2-3 hari
/ minggu.
KOMORBIDITAS – DIABETES
MELLITUS Mayoritas lansia yang berumur diatas 60 tahun, akan mengalami
penurunan fungsi tubuh sehingga pankreas tidak bekerja secara baik
dan tubuh akan mengalami kekurangan kadar insulin

Penatalaksanaan Fisioterapi
GI

Penurunan fungsi
pankreas
IO L O

1. Passive Exercise
2. Latihan fisik (latihan aerobik, latihan
penguatan otot, dan latihan kelenturan)
OFIS

Sekresi insulin terganggu


PAT

Kerusakan sel – sel B


Pankreas
PROGNOSIS
Prognosis Myofascial Pain Syndrome tergantung pada tingkat gejala
yang diderita. Pada lansia yang menderita Myofascial Pain Syndrome akan
mengalami prognosis yang bagus jika melakukan beberapa penanganan
secara teratur, namun dengan dalam waktu penyembuhan yang lumayan
cukup lama dikarenakan fungsi tubuh pada lansia sudah menurun seiring
bertambahnya waktu serta adanya komorbiditas yang sering dijumpai oleh
lansia.
Penatalaksanaan Fisoterapi
Anamnesa : Pemeriksaan Umum : Data
1. Keluhan utama 1. Tekanan darah Penunjang
2. Keluhan penyerta 2. Denyut nadi
3. Riwayat penyakit 3. Pernafasan Penegakkan
sekarang 4. Kooperatif Diagnosa
4. Riwayat penyakit dahulu Perencanaan
5. Riwayat Obat Pemeriksaan Fisioterapi : Intervensi
1. Inspeksi
2. Palpasi Penatalaksanaan
3. Pemeriksaan Fungsi Intervensi
Gerak Dasar
4. Tes Khusus Evaluasi
TES KHUSUS
Manual Muscle Testing Visual Analog Scale
Time Up and Go Test

≤ 10 detik : Mobilitas baik


≤ 20 detik : Mobilitas sedang
≤ 30 detik : mobilitas tidak
baik

Range Of Motion Berg Balance Scale

Nilai 41 - 56 = Risiko rendah


Nilai 21 – 40 = Risiko menengah
Nilai 0 – 20 = Risikotinggi
Neck Pain Disability Index
Neck Pain Disability Index (NPDI)
merupakan instrument pengukuran
untuk menentukan nilai tingkat
fungsional terhadap pasien dengan
nyeri leher.

Intepretasi:
Skor 0 – 20% : Ketergantungan ringan
Skor 20 – 40%: Ketergantungan sedang
Skor 40 – 60% : Ketergantungan berat
Skor 60 – 80% : Kondisi sudah lumpuh
Skor 80 – 100%: Kondisi tak tertangani
INTERVENSI FISIOTERAPI
Myofascial release technique (MRT)
Myofascial release technique (MRT) merupakan prosedur intervensi yang mengkombinasikan
tekanan manual terhadap bagian otot yang spesifik dan penggunaan stretching secara simultan yang
bertujuan mengurangi nyeri, memulihkan kualitas cairan pelumas dari jaringan fasia, mobilitas jaringan dan fungsi
normal sendi dan meningkatkan fungsi gerak otot di sekitar area fascia.

MRT 1 MRT 2 MRT 3


INTERVENSI FISIOTERAPI
Self Exercise with Theraupetic Ball
Self Exercise with Theraupetic Ball merupakan latihan mandiri dengan menggunakan bola tiup
teraupetik yang bertujuan dalam hal mengurangi rasa nyeri, sensitivitas tekanan, dan meningkatkan
fleksibilitas leher
INTERVENSI FISIOTERAPI
Stretching Exercise
Stretching Exercise merupakan latihan yang dilakukan untuk meningkatkan fleksibilitas jatingan.
Latihan penguluran ini dapat memperkuat dan memperpanjang struktur kolagen. Latihan penguluran
juga penting untuk mencegah kontraktur (pemendekan) sendi.
INTERVENSI FISIOTERAPI
Ultrasound Therapy
Ultrasound therapy merupakan jenis thermotherapy (terapi panas) yang dapat mengurangi nyeri akut
maupun kronis. Ultrasound therapy menimbulkan efek mekanis seperti meningkatkan permeabilitas
membran sel dan dapat memperbaiki kerusakan jaringan
INTERVENSI FISIOTERAPI
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation adalah suatu metode pengobatan nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri. TENS bisa digunakan untuk mengurangi nyeri akut maupun nyeri kronik.
INTERVENSI FISIOTERAPI
Post Isometric Relaxation
Post Isometric Relaxation merupakan salah satu teknik yang efektif yang bertujuan untuk
memperlambat perubahan tulang belakang yang cepat, mengurangi spasme otot, mengurangi rasa sakit,
menormalkan rentang gerakan serviks dan mengurangi nyeri leher non-spesifik akut dan sub-akut
INTERVENSI FISIOTERAPI
Deep Transverse Friction Massage
Deep transverse friction merupakan teknik massage dengan menggunakan aplikasi gesekan dan tekanan
pada kedalaman lesi tertentu yang bertujuan untuk mengurangi perlengketan fibrosa yang abnormal,
meningkatkan sirkulasi darah dalam jaringan lunak, dan mengurangi nyeri.
Kerangka Berpikir
B.
STATUS KLINIS ASSESMENT/PEMERIKSAA
N
A. IDENTITAS
KLIEN
2. Pemeriksaan 3. Pemeriksaan Khusus/Pemeriksaan Fisioterapi
Umum
Inspeksi Statis Palpasi

4. Tes Cepat

Inspeksi Dinamis
5. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
6. Tes Khusus
1. Manual Muscle Testing 5. Berg Balance Scale

2. Nyeri tekan dengan nilai VAS: 4


Nyeri gerak dengan nilai VAS: 3
(Ekstensi dan Lateral Fleksi neck)
3. Ekspansi Thoraks

4. Range Of Motion Neck 6. Time up and go test:


≤ 10 detik: Individu dapat melakukan
dengan cepat dan aman.
6. Tes Khusus

7. Neck Pain Disability Indes

7. Pemeriksaan Penunjang
C. DIAGNOSIS
FISIOTERAPI
C. DIAGNOSIS FISIOTERAPI (ICF BERDASARKAN
WHO)
CLINICAL REASONING
D. PERENCANAAN E. INTERVENSI
FISIOTERAPI FISIOTERAPI
Intervensi Fisioterapi
Alternatif

1. TENS
2. Self-exercise with a Therapeutic
3. Ultrasound Therapy
4. Deep Transverse Friction
Massage
5. Stretching Exercise
6. Myofascial Release Technique
7. Corrective Exercise
E. INTERVENSI
FISIOTERAPI
Intervensi Fisioterapi Pilihan

1. Ultrasound Therapy
2. Stretching Exercise
3. Myofascial Release Technique
4. Deep Transverse Friction Massage
5. Self-exercise with a Therapeutic
6. Corrective Exercise
Edukasi/Home Program F.
EVALUASI
15 Maret 2021
1. Tidak membawa barang-barang yang
terlalu berat
2. Memperbaiki postur saat beraktivitas
sehari-hari saat berjalan, duduk, dan
berdiri
3. Pasien disarankan untuk melakukan
Stretching Exercise dirumah
F. Neck Pain Disability Index
EVALUASI
18 Maret 2021

Skor pasien: 14

Interpretasi : moderate disabilitas


(sedang)
Hasil Penatalaksanaan Fisioterapi

Tn. M usia 65 tahun dengan diagnosa medis MTPS upper trapezius, hipertensi,
dan diabetes mellitus datang ke poliklinik geriatri RSUPN dr. Cipto
Mangunkusumo. Penatalaksanaan fisioterapi dilakukan hanya sebanyak 2 kali pada
tanggal 15 Maret 2021 dan 18 Maret 2021. Intervensi yang dilakukan yaitu
Ultrasound, Myofascial Release, Stretching, Deep Transverse Friction, Self-exercise
with a Therapeutic Inflatable Ball (SEIB), dan Corrective Exercise.

Berdasarkan hasil evaluasi pada pertemuan, sudah terdapat perubahan dari hasil NPDI
yang mengalami penurunan pada pre intervensi 32% menjadi 28% pada saat post
intervensi. Namun pasien masih dalam kategori disabilitas moderate (sedang).
B. Keterbatasan
Keterbatasan yang ditemui oleh penulis dalam pelaksanaan intervensi yang
diberikan yaitu keterbatasan waktu pelaksanaan yang hanya dilakukan dua
kali yaitu pada tanggal 15 Maret 2021 dan 18 Maret 2021 dikarenakan masa
pandemi, lalu adanya strerilisasi dan contact tracing pada minggu berikutnya
di poliklinik geriatri RSUPN dr.Cipto Mangunkusumo.
Kesimpulan
Dari hasil evaluasi yang dilakukan terhadap pasien Tn.M dengan keluhan nyeri saat
menggerakkan kepala ke kanan dan kiri serta mengalami gangguan saat melakukan gerakan
sholat dengan posisi memiringkan kepala pada tahiyat akhir. Problematika yang dialami Tn.M
berupa nyeri tekan di m. upper trapezius, nyeri gerak lateral fleksi neck dan ekstensi neck,
spasme pada m. upper trapezius, dan postur yang kyphosis.

Sehingga penulis mengambil kesimpulan untuk melakukan intervensi terpilih yaitu dengan
diberikan Ultrasound, Myofascial Release, Stretching, Deep Transverse Friction, Self-exercise
with a Therapeutic Inflatable Ball (SEIB), dan Corrective Exercise yang dilakukan selama 2x
pertemuan yakni pada tanggal 15 Maret 2021 dan 18 Maret 2021 yang dirasa masih belum cukup
untuk menilai tingkat keberhasilan peningkatan fungsional dengan menggunakan Neck Pain
Disability Index (NPDI) dikarenakan keterbatasan waktu pelaksanaan yakni hanya dilakukan 1
kali pertemuan.
THANKS!
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics &
images by Freepik and illustrations by Stories
dokumentasi
OBSERVASI PASIEN (Inspeksi Statis)

Anda mungkin juga menyukai