KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Non-specific low back pain merupakan gejala nyeri pinggang bawah yang
terjadi tanpa penyebab yang jelas, diagnosisnya berdasarkan eklusi dari patologi
spesifik. Kata “non specific” mengidentifikasi bahwa tidak terdapat struktur yang
jelas yang menyebabkan nyeri. Non-specific low back pain termasuk diagnosa
Setiap kondisi ini termasuk nyeri di area lumbar yang mungkin menjalar ke satu
cukup tinggi dimana ditemukan 83% dari total kasus low back pain yang
ditemukan, dimana 23% dari angka tersebut akan sampai pada tahap kronis, dan
thoracal lower, spasme otot-otot trunk, gliding/ distraksi facet joint, joint
11
12
12 buah tulang thorakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sakral, dan 4 buah
tulang koksigeal. Vertebra servikal, torakal, lumbal bila diperhatikan satu dengan
yang lainnya ada perbedaan dalam ukuran dan bentuk, tetapi bila ditinjau lebih
lanjut tulang tersebut mempunyai bentuk yang sama (Putz and Pabst, 2006).
satu sama lain dihubungkan oleh ligament dan dibatasi oleh diskus intervertebralis
Gambar. 2.1 Struktur kolumna vertebralis dikutip dari Putz and Pabst (2006)
1) Korpus
mempunyai beberapa dataran (fasies) yaitu : fasies anterior berbentuk konvek dari
arah samping dan konkaf dari arah kranial ke kaudal. Fasies superior berbentuk
2) Arkus
korpus yang menuju dorsal yang disebut radiks arcus vertebra, dan memiliki
3) Foramen vertebra
Terdiri dari suatu lubang yang cukup besar dan di kedua belah sisi terdapat
lekukan yaitu resesus lateral. Apabila tulang vertebra tersusun panjang akan
Gambar 2.2 Anatomi tulang vertebra dikutip dari Putz and Pabst (2006)
tubuh pada posisi tetap pada sakrum saat berdiri. Fungsi proteksi ialah melindungi
organ dan jaringan penting seperti sumsum tulang belakang, akar saraf, pembuluh
dimana jumlah spine atau columna vertebralis terdiri dari 33-34 vertebra dan
kesatuan fungsional, letaknya satu di atas yang lain dengan keseimbangan terdapat
discus, menjaga tubuh tetap tegak dan menjaga keseimbangan gravitasi. Antara
intervetebralis ini menerima beban yang berlainan, beban pada lumbal spine
paling besar, secara anatomi kinesiologi mempunyai cirorsion arti spesifik, dan
berkaitan dengan hip complek dan lower complex dimana sikap atau posisi torsion
dan akan menimbulkan patologi tertentu. Segmentasi regional dan lumbal spine
terdiri dari thorakal spine: merupakan perbatasan fungsi antar lumbal dan thoracal
spine dimana 12 arah superior facet pada bidang frontalis dan diperkuat oleh
costae bones sehingga gerak yang dominan adalah rotasi, sedang arah inferior
facet pada bidang gerak sagital gerakan utamanya fleksi spine, lumbosakral
(Adam, 2006).
Vertebra lumbalis lebih besar dan tebal membentuk kurva lordosis dengan
puncak L3 sebesar 2–4 cm, menerima beban sangat besar dalam bentuk kompresi
ligament dan otot disamping corpus itu sendiri. Berdasarkan arah permukaan facet
16
joint maka facet joint cenderung dalam posisi bidang sagital sehingga pada regio
lumbal menghasilkan dominan gerak yang luas yaitu fleksi-ekstensi lumbal (Putz
Otot- otot lapisan paling dalam yang berperan sebagai stabilisator gerak
tubuh yakni otot tranversus abdominus, otot multifidus, otot diafragma dan
diafragma pelvis. Sedangkan otot lapisan luar adalah otot rektus abdominus, otot
obliqus abdominus eksternus dan internus, dan otot quadratus lumborum (Putz
arkuata melalui sarung rektus ke bawah bergabung dengan tendon di tulang pubis.
Mendapatkan persarafan dari saraf interkostalis bagian kaudal dan cabang dari
17
genitofemoralis. Fungsi otot ini bila berkontraksi akan menarik dan menegangkan
di dinding perut masuk ke arah dalam (ke arah spinal) dan kranial (Putz and Pabst,
2006).
c. Otot Multifidus
dari ramus dorsalis nervus spinalis. Fungsi otot ini bila berkontraksi adalah gerak
Otot ini berasal dari permukaan luar kartilago kostae 5-6-7, prosesus
xipoideus, dan ligamentum sipoidea. Insersio pada sisi kranial tulang pubis antara
Sedangkan fungsi otot ini adalah menarik thorak ke arah pelvis, mengangkat
saraf ilioinguinal. Otot ini berfungsi menekan perut, menarik rangka tubuh
condong ke depan, menarik pelvis ke atas, dan pasa kontraksi sepihak membantu
Berasal dari krista iliaka, fasia thorakolumbalis, dan pada dua pertiga
ligamen inguinal. Dan berinsersio pada ke-3 atau ke-4 kartilago kostalis dan linea
alba. Persarafannya dari saraf interkostalis bagian kaudal, ilio hipogastrikus, dan
saraf ilio inguinal. Fungsi otot tersebut adalah rotasi ke sisi yang sama, membantu
otot oblikus abdominus eksternus pada sisi yang berlawanan untuk menekuk /
fleksi dan rotasi kolumna vertebralis ke samping (Putz and Pabst, 2006).
muskulo tendinous, bagian perifer berotot dan bagian tengah berupa aponeurosis
yang disebut sentrum tendineum. Diafragma thorak berbentuk kubah di kanan dan
kiri memisahkan rongga abdomen dengan rongga dada. Alas diafragma berbentuk
cembung dan atapnya cekung (Kisner, 2012). Serabut otot diafragma bertaut
secara radial ke sentrum tendineum dan terdiri dari 3 bagian sesuai dengan tempat
letaknya yaitu:
1) Bagian sternalis diafragma: dibentuk oleh dua jurai otot yang melekat pada
2) Bagian diafragma kostalis: berupa jurai otot yang lebar berasal dari
3) Bagian diafragma lumbal: berasal dari vertebra lumbal satu (L1) sampai
dengan lumbal tiga (L3) dengan perantaraan dua kaki dari ligamentum
akruatum.
19
lengkungan dalam bidang sagital berupa lordosis pada servikal dan lumbal, kifosis
pada thorakalis dan sacrum, dalam bidang frontal lurus. Lengkung kolumna
vertebralis dipertahankan oleh kerja otot trunk, otot stabilisator global (global
Peran otot stabilisator global (global muscle) dan otot inti (core muscle)
membentuk posisi tegak normal. Pada posisi tersebut gaya (force) yang bekerja
pada tiap bagian tubuh tidak menimbulkan cidera pada jaringan kolumna
inti (core) fungsi utamanya untuk mempertahankan postur. Otot-otot global terdiri
2003).
Dilihat dari arah gerak biomekanika lumbal memiliki arah gerak sagital
(Kapandji, 2008).
20
1) Gerakan fleksi
Terjadi pada bidang sagital, Gerakan fleksi 60% - 75% terjadi pada antara
Montgomery, 2002).
2) Gerakan ekstensi
Terjadi di bidang gerak sagital. Besar lingkup gerak sendinya 30º. Otot
thorakalis, otot iliocostalis. Gerak ekstensi lumbal dihambat oleh group otot
3) Gerakan rotasi
dan membentuk sudut normal 45º. Otot penggerak utamanya adalah otot
iliocostalis lumborum untuk rotasi ipsi lateral dan kontralateral. Pada gerakan
Gerakan rotasi dibatasi oleh otot obliques internus dan ligamen interspinosus
(Kapandji, 2008).
Terjadi pada bidang frontal, dan membentuk sudut 30º. Otot penggerak
utamanya adalah otot obliques internus, otot obliques eksternus, otot quadratus
21
lumborus, otot erector spine, otot multifidus, dan otot intertransversari (Hislop
Gambar 2.4 Keleluasaan gerak fleksi, ektensi, dan lateral fleksi pada
2.1.3.1 Etiologi
Menurut Tulder dan Koes (2001) serta Erlich (2003), membagi penyebab nyeri
punggung bawah menjadi Non-specific, yaitu yang tidak mengarah pada suatu
proses patologi atau kelainan anatomik tertentu (misalnya strain otot, sprain
ligamen, lumbago) dan nyeri punggung bawah spesifik, yaitu yang mengarah pada
oleh dua faktor, yaitu faktor mekanik dan non mekanik. Beberapa faktor mekanik
atau stenosis tulang belakang, (2) nyeri diskogenik tanpa gejala radikular, (3)
radikulopati struktural, (4) fraktur vertebra segmen atau osesus, (5) spondilosis
disertai atau tanpa adanya stenosisi kanal spinal, (6) makro dan mikro
otot, (7) perbedaan panjang tungkai, (8) lansia (perubahan struktur tulang
belakang).
Faktor non mekanik sendiri ada 3 yaitu (1) sindrom neurologis: mielopati
miopati, spinal segmental atau distonia umum. (2) Gangguan sistemik: primer
nyeri akibat keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh aktifitas. Obesitas, stress, dan
dural, epidural, jaringan adiposa areola, dan dinding pembuluh darah. Nyeri
sensitif pada pengaruh mekanikal stress timbul jika terjadi peregangan berulang
dan berkelanjutan pada ligamen, kapsul sendi serta kompresi pembuluh darah
sehingga menyebabkan distensi atau kompresi dari ujung saraf. Jika rangsangan
nyeri terjadi tanpa adanya reaksi inflamasi berarti bukan masalah patologis tetapi
konstan. Jika terjadi tekanan mekanik akan terjadi reinjury pada jaringan yang
tulang belakang menjadi akan melengkung berlebih jika otot tersebut lemah maka
bisa rentan terjadi injury, selain itu dapat menyebabkan gangguan postur,
Postur akan beradaptasi terhadap otot dalam mendukung trunk. Maka dari itu
merespon dan mengontrol aktifitas jika terjadi kelelahan. Jika daya tahan otot
berkurang bisa menyebabkan stress mekanik, serta cedera otot ketika melakukan
d. Pengaruh patologis
adalah rasa sakit yang dihasilkan dari mekanik stres ketika seseorang
mempertahankan postur yang salah dalam periode yang cukup lama dan nyeri
berkurang jika dengan aktivitas. Meskipun tidak ada kelainan pada kekuatan otot
atau fleksibilitas, tetapi jika postur yang salah terus menerus tidak diperbaiki
2) Disfungsi postural
disebabkan oleh kebiasaan postural yang salah, atau mungkin akibat dari
3) Kebiasaan postural
dan postur latihan ini penting setelah trauma atau operasi untuk mencegah
2.1.3.2 Patofisiologis
Menurut Samara (2004) low back pain terjadi karena biomekanik vertebra
lumbal akibat perubahan titik berat badan dengan kompensasi perubahan posisi
tubuh dan akan menimbulkan nyeri. Ketegangan (strain) otot dan keregangan
(sprain) ligamentum tulang belakang merupakan salah satu penyebab utama LBP.
Sebagai contoh ketika seseorang duduk dengan tungkai atas berada pada posisi
90o, maka daerah lumbal belakang akan menjadi mendatar keluar yang dapat
menimbulkan keadaan kifosis. Keadaan ini terjadi karena sendi panggul yang
hanya berotasi sebesar 60o, mendesak pelvis untuk berotasi ke belakang sebesar
30o untuk menyesuaikan tungkai atas yang berada pada posisi 90o. Kifosis lumbal
(Samara, 2004).
tersusun atas banyak unit vertebra dan unit diskus invertebralis yang diikat oleh
saat berlari atau melompat. Core muscle berfungsi menstabilkan tulang belakang.
tulang dapat berakibat pada terjadinya low back pain (Samara, 2004).
efektif bagi fisioterapi untuk lebih memahami keadaan dan disabilitas pasien dan
terintregrasi dengan baik rehabilitasi, dan Edward serta model ICD. Penelitian di
masa harus memeriksa hasil terkait dengan mpenggunaan model WHO_ICF yang
aktifitas sexual.
a. Jenis kelamin
Pria dan wanita mempunyai resiko yang sama untuk mengalami nyeri
punggung bawah, namun pada wanita mempunyai resiko low back pain lebih
banyak setelah mengalami osteoporosis (Paliyama, 2004). Selain itu pada wanita
kehamilan.
b. Usia
Proses degenerasi pada diskus terjadi pada usia lebih dari 40 tahun, proses
diketahui berdasarkan hasil MRI yang mengkategorikan dari usia 15- 49 tahun.
Hal ini terjadi karena saat sesorang bertambah usia fleksibilitas jaringan di sekitar
c. Obesitas
yakni faktor risiko LBP meningkat pada seseorang yang overweight. Ketika
seseorang kelebihan berat biasanya kelebihan berat badan akan disalurkan pada
daerah perut yang berarti menampah kerja tulang lumbal. Ketika berat badan
bahaya pada stuktur tulang belakang. Salah satu daerah pada tulang belakang yang
28
paling beresiko akibat efek dari obesitas adalah verterba lumbal (Purnamasari,
2010).
d. Pekerjaan
Menurut Purnamasari (2010) keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan
tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang biasanya memikul beban di pundaknya
setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari 25 kg sehari akan memperbesar
e. Aktivitas
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering
tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan.
Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi
yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran
yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau
menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau
menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak
menopang spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat
tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri
2004).
29
Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan, beberapa
aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam
dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang monoton lebih dari 2
jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari,
berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula meningkatkan resiko timbulnya
f. Postur Tubuh
seseorang dengan postur tubuh tinggi yang membungkuk mempunyai risiko 2-4
kali menderita hernia nukleus pulposus. Hal ini terjadi karena saat membungkuk
akan ada pembembanan di diskus ke arah posterior, dan apabila hal ini terjadi
terjadinya LBP kronis disebabkan adanya nyeri nosiseptif yang persisten, atau
Selain hal tersebut dapat juga disebabkan oleh pengobatan yang tidak
adekuat pada fase LBP akut (Kambodji, 2003). Dari 180 penderita LBP akut yang
di ikuti selama satu tahun ternyata 38% mengalami keterbatasan fungsional yang
beratnya nyeri, tetapi juga faktor premorbid faktor distress psikologi, rendahnya
(Kambodji, 2003). Menurut Suharto (2005) saat melakukan aktivitas berat dan
dengan postur tubuh yang salah mengakibatkan otot tidak mampu untuk
mempertahankan posisi tulang belakang torakal dan lumbal, sehingga facet joint
terlepas disertai dengan adanya tarikan dari samping, kemudian terjadi gesekan
pada permukaan kedua faset sendi yang dapat menyebabkan ketengangan otot dan
kuisioner untuk menilai dampak LBP terhadap aktivitas sehari-hari. Ada beberapa
alat ukur untuk menilai keterbatasan fungsional pada pasien LBP, diantaranya:
(RMDQ), Disability rating index (DRI), dan sebagainya (Davidson et al, 2002).
(subyektif). Pada penelitian ini, untuk menilai aktivitas fungsional atau disabilitas
berdasarkan uji reliability analysis memiliki nilai r=0,99 (Davidson et al, 2002).
terdisi dari: item pertama mengukur intensitas nyeri dan 9 item lainnya mengukur
pengaruh nyeri terhadap aktivitas sehari hari yaitu perawatan diri, mengangkat,
berjalan, berdiri, duduk, tidur, aktivitas seksual, aktivitas sosial, dan tamasya
(Pramita, 2015). Sebelum mengisi kuisioner tersebut, terlebih dahulu pasien diberi
penjelasan tentang cara pengisian dan pasien harus memberikan tanda cek (√)
pada kotak yang disediakan. Pasien diminta memilih salah satu pernyataan yang
skala 0-5 dan hasil yang dapat diberikan pada skala 0-50. Menurut Davidson et al
(2002) penilaian menggunakan nilai total skor ODI/Total Skor (50) x 100%.
aktivasi sinergis yang meliputi otot–otot bagian dalam dari trunk yakni 1) otot
transversus abdominis yaitu bagian otot perut terdalam yang berada dibawah otot
oblikus internus, oblikus eksternus dan rektus abdomonis, otot ini dianggap
sebagai korset yang menyangga stabilitas, 2) otot multifidus yaitu otot punggung
bagian dalam yang berada diantara tulang vertebra yang menghubungkan tiap
dan menjadi otot postural inti yang menjaga vertebra tetap tegak, 3) otot
diagfragma merupakan otot primer untuk bernafas dan 4) otot dasar panggul yaitu
otot iliakus dan otot iliopsoas. Otot ini bersama-sama dengan otot transversus
belakang yang diusulkan oleh Panjabi dan pada model anatomi dan biomekanik
dari fungsi trunk muscle yang diusulkan oleh Bergmark. Sistem core stability
terdiri dari tiga subsistem (Panjabi’s stability model): subsistem pasif (tulang
33
belakang, diskus, dan ligamen), subsistem aktif (semua otot dan tendon di sekitar
tulang belakang yang dapat menjaga kestabilan dari tulang belakang), dan
subsistem saraf (saraf dan sistem saraf pusat, unit kontrol saraf). Dalam kondisi
mekanik yang dibutuhkan. Saat salah satu dari subsistem, secara terpisah atau
adalah kebutuhan dasar untuk melindungi struktur saraf dan mencegah kerusakan
mekanik awal komponen tulang belakang (Izzo, 2013). Fungsi normal dari sistem
setiap perubahan postur tulang belakang maupun gaya atau beban yang diterima
manfaat untuk memperkuat otot-otot perut dan otot-otot punggung sehingga tubuh
dalam keadaan tegak / posisi netral. Karena stabilitas tulang belakang adalah
penderita nyeri punggung bawah dibagi menjadi 6 gerakan diantaranya (1) Curl –
34
up; (2) Birddog; (3) Side Bridge; (4) Prone Bridge; (5) Supine Bridge. Skema
latihan ini dipilih karena bebannya yang relative ringan sehingga lebih aman
untuk pasien Adapun penjelasan dari latihan tersebut adalag sebagai berikut:
a. Curl – up
dengan kaki kiri lurus, lutut datar di lantai dan lutut kanan ditekuk. Selanjutnya
lantai tanpa menekuk punggung bawah atau tulang belakang, tahan posisi ini
b. Birddog
salah satu tangan dan kaki yang kontra lateral, atau missal tangan kanan yang
35
lurus diikuti dengan meluruskan kaki kiri secara bersamaan, tahan posisi selama
30 detik kemudian beralih meluruskan tangan kiri dan kaki kanan. Lakukan
c. Side Bridge
Gerakan side bridge dimulai dengan pasien diminta untuk tidur miring
tidak membiarkan hip atas memutar ke depan. Pastikan untuk penekukan siku
pasien tepat di bawah bahu. Tempatkan tangan kiri pasien di atas pinggan. Tahan
posisi ini selama 30 detik, kemudian pasien diminta dengan lembut menurunkan
sisi.
36
d. Prone bridge
dilanjutkan dengan mengankat kepala dan badan atas secara perlahan dengan
tumpuan kedua siku, dilanjut dengan mengangkat pinggul secara perlahan hingga
membentuk garis lurus antara trunk dan pinggang, tumpuan bawah berada pada
lutut agar beban tidak terlalu berat bagi pasien. Tahan gerakan selama 30 detik
e. Supine Bridge
lutut ditekuk dan kaki menapak rata di lantai. Posisikan lengan ke samping pada
dengan tumit untuk mengangkat pinggul sehingga tubuh membentuk garis lurus
dari bahu sampai ke lutut. Tahan selama 30 detik lalu turunkan tubuh kembali ke
hubungan pemanjangan normal dari fungsi otot agonis dan antagonis yang mana
Pada saat latihan terjadi kerja pada otot dimana intra abdominal pressure
Obliques internus, m. diafragma dan otot pelvic floor. Efek dari latihan core
38
kontraksi yang terkoordinasi dan bersamaan (ko-kontraksi) dari otot tersebut akan
kerja dari otot lumbal, ketegangan otot yang abnormal akan berkurang, dan otot-
otot core mengalami penguatan sehingga jaringan tidak mudah cidera (Jumiati,
2013).
otot, kelemahan otot abdominal dan otot mutifidus mengalami kelemahan dengan
tension pada otot kontraksi otot tersebut disertaipula dengan adanya peningkatan
motor rekrutmen yang selanjutnya akan menghasilkan output tenaga yang berasal
terdepolarisasi selama latihan. Hal ini akan merupakan mechanism selama 2-6
menghasilkan kekuatan otot yang besar dan modulasi yang pada gilirannya
menghasilkan suatu perasaan yang subyektif yang dikenal dengan persepsi nyeri
(Jumiati, 2013).
2.3.1 Definisi
lumbosacralis dan dapat mengurangi nyeri. Latihan ini diciptakan oleh Robin Mc
latihan untuk penguatan otot punggung bawah ditujukan untuk otot-otot fleksor
2003).
struktur jaringan yang mengalami pemendekan, yaitu antara 5-15 kali setiap satu
prosedur gerakan dan diulang antara 5-15 kali dalam satu seri pengobatan sesuai
dengan kondisi pasien sedangkan untuk home program dapat dilakukan dirumah 2
kali sehari, terutama sebelum bangun tidur harus terlebih dahulu latihan. Adapun
pemilihan jenis dan model gerakan harus disesuaikan dengan patologi dan hasil
pemeriksaan yang didapat serta arahan yang sudah diajarkan oleh fisioterapi
(Jumiati, 2013).
klasifikasi untuk pasien dengan nyeri punggung bawah metode McKenzie adalah
tahun 1981 oleh Robin McKenzie ahli Fisioterapi dari Selandia Baru.
berkelanjutan. Dengan tujuan untuk memperoleh pola respon nyeri, yang disebut
arah (fleksi, ekstensi atau pergeseran lateral tulang belakang) (Jumiati, 2013).
Tujuan terapi ini adalah mengurangi rasa sakit, sentralisasi gejala (gejala
pencegahan terdiri dari mendidik dan mendorong pasien untuk berolahraga secara
teratur dan perawatan diri. Semua latihan untuk tulang belakang lumbal yang
berulang beberapa kali untuk mengakhiri jarak pada gejala tulang belakang dalam
satu arah. Ketika Anda melakukan hanya satu pengulangan, ini akan
menimbulkan rasa sakit. Bila Anda mengulanginya beberapa kali rasa sakit akan
abadi dari semua gejala disebut distal dan penghapusan berikutnya rasa sakit
pain non specific bisa dibagi menjadi dalam 4 gerakan inti yaitu (1) Prone lying,
(2) Prone on elbows, (3) Prone press up, (4) Standing backward bending. Adapun
a. Prone lying
Pada gerakan prone lying posisi pasien adalah tidur tengkurap dengan
kedua tangan dan seluruh trunk dari pasien diinstruksikan untuk rileks,
b. Prone on elbows
dilanjutkan pasien diminta mengangkat kepala dan badan atas, atau dalam gerakan
ekstensi lumbal dengan tumpuan kedua siku, tahan posisi ini selama 2-3 menit
(McKenzie, 2003).
c. Prone press up
dilanjutkan pasien diminta mengangkat kepala dan badan atas, atau dalam gerakan
42
ekstensi lumbal dengan tumpuan kedua tangan dan posisi lengan lurus, tahan
seluruh trunk, diikuti posisi tangan berada di pinggang bawah (McKenzie, 2003).
sekitarnya. Kondisi seperti ini membuat nyeri berkurang dan postur menjadi lebih
baik, sehingga disabilitas dapat diturunkan (Susanto et al, 2015). Pada posisi
peregangan pada jaringan lunak bagian anterior yaitu ligament anterior sehingga
akan mengembalikan posisi spine pada posisi ekstensi/lordosis. Hal ini merupakan
suatu counter posisi yang menimbulkan dorongan diskus ke anterior. Pada otot
yang spasme akan terjadi pelemasan (relaksasi) oleh peregangan yang intermiten
dan kontinyu terhadap otot antagonis. Pelemasan ini terjadi karena adanya
peregangan yang akan merangsang golgi tendon sehingga terjadi reflek relaksasi
oleh mekanisme pumping action sehingga mengurangi iritasi pada saraf afferen
penekanan discus ke sisi posterior sehingga akan didapat gaya tangensial yang