Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

NYERI

Oleh :

Firman Wahyudin
NIM : P07120120048
TINGKAT : 1.B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
JURUSAN KEPERAWATAN
AMBON
2021
KLIEN DENGAN NYERI PADA BAGIAN PINGGANG SEBELAH KANAN

A. Pengertian
Nyeri dibedakan menjadi beberapa kategori. Berdasarkan waktu berlangsungnya,
nyeri dibedakan menjadi nyeri kronis dan nyeri akut. Sedangkan berdasarkan proses
terjadinya, nyeri dibagi menjadi nyeri neuropatik, nyeri nosisepstif, dan nyeri psikogenik.
Semua jenis nyeri ini berbeda satu sama lainnya, baik dari penyebab dan pengobatannya.
Hampir semua orang pernah merasakan nyeri dari waktu ke waktu. Rasa nyeri atau sakit
adalah cara tubuh untuk mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah pada tubuh Anda.
( Martin L., WebMD (2017). Pain Types and Classifications)
Nyeri adalah sensasi tidak menyenangkan yang dapat membatasi kapabilitas dan
kemampuan seseorang untuk menjalankan rutinitas sehari-hari. Sering kali nyeri menjadi
sinyal peringatan awal untuk memperingatkan Anda bahwa ada sesuatu yang tidak benar
di tubuh Anda. Definisi nyeri yang diterima secara luas dikembangkan oleh Internasional
Association for the Study of Pain (Asosiasi Internasional untuk Penelitian Nyeri): “Nyeri
adalah sensor tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan yang potensial atau aktual atau dijelaskan dalam istilah tersebut.
(“tipologi nyeri”)

B. Fisiologi
Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi, sensitisasi
perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik, reorganisasi
struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman
subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri : tranduksi, transmisi, modulasi, dan
persepsi
1. Transduksi
adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen menerjemahkan stimulus
(misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif. Ada tiga tipe serabut saraf
yang terlibat dalam proses ini, yaitu serabut A-beta, A-delta, dan C. Serabut yang
berespon secara maksimal terhadap stimulasi non noksius dikelompokkan sebagai
serabut penghantar nyeri, atau nosiseptor. Serabut ini adalah A-delta dan C. Silent
nociceptor, juga terlibat dalam proses transduksi, merupakan serabut saraf aferen
yang tidak bersepon terhadap stimulasi eksternal tanpa adanya mediator
inflamasi.
2. Transmisi
adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu dorsalis medula
spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak. Neuron aferen primer
merupakan pengirim dan penerima aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi.
Aksonnya berakhir di kornu dorsalis medula spinalis dan selanjutnya
berhubungan dengan banyak neuron spinal.
3. Modulasi
adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain related neural
signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula spinalis, dan
mungkin juga terjadi di level lainnya. Serangkaian reseptor opioid seperti mu,
kappa, dan delta dapat ditemukan di kornu dorsalis. Sistem nosiseptif juga
mempunyai jalur desending berasal dari korteks frontalis, hipotalamus, dan area
otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan medula oblongata, selanjutnya
menuju medula spinalis. Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah
penguatan, atau bahkan penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornu dorsalis.
4. Persepsi
nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi merupakan hasil dari
interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi, aspek psikologis, dan
karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi
untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor
nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap
stimulus kuat yang secaara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga
Nociseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri (nociseptor) ada yang bermiyelin dan
ada juga yang tidak bermiyelin dari syaraf aferen. (Anas Tamsuri, 2006)

C. Kemungkinan data fokus hasil wawancara


1. Klien mengatakan sebelum di rawat di rumah sakit klien pernah terjatuh di kamar
mandi
2. Klien mengatakan kaki sebelah kanan terasa nyeri
3. Klien mengatakan susah bangun sendiri dari tempat tidur
4. Klien mengatakan apa bila kaki kanan di gerakan akan terasa paling sakit
5. Klien mengatakan pikiran tidak tenang
6. Klien mengatakan merasa pusing
D. Kemungkinan data fokus hasil pemeriksaan fisik
1. Klien tampak mengalami penurunan kekuatan otot.
2. Klien tampak kesulitan dalam menggerakan kaki kanan
3. Klien tampak aktifitasnya dibantu sebagian
4. Kaki kanan klien susah digerakan
5. Klien tampak sedikit meringis.
6. Klien tampak hanya berbaring di tempat tidur

E. Kemungkinan hasil pemeriksaan diagnostic


1. Pemeriksaan diagnostik
a. Foto Rontgen

2. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah rutin
b. Pemeriksaan Hb
c. Rapit antibodi covid
d. Pemeriksan GDS
e. PLT
f. RBC

F. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Hambatan mobilitas fisik.
2. Intoleransi aktifitas.
3. Pola tidur
4. nutrisi
G. Perencanaan tujuan dan kriteria hasil
1. Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan 1 x 8 jam, di harapkan mobilitas fisik dalam
kemampuan gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri meningkat
2. Kriteria hasil :
Pergerakan ekstremitas : sedang: 3
Kekuatan otot: sedang: 3
Nyeri : sedang: 3
Gerakan terbatas: sedang: 3
Kelemahan fisik: 3

H. Perencanaan tindakan untuk masing-masing diagnosa keperawatan


1. Hambatan mobilitas fisik:
a. Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasiensetelah
latihan
b. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
c. Damping dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pemenuhankebutuhannya
d. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jikadiperlukan
e. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan secara mandiri sesuaikemampuan

2. Intoleransi aktivitas
a. Anjurkan pasien untuk meningkatkan batasan aktivitas yang dicapainya
b. Fokuskan pada aktivitas yang biasa dilakukan pasien
c. Anjurkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan klien
d. Kolaborasikan dengan terapis dalam latihan pemenu
I. Referensi

Ackley, b. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2007). Nursing Dianosis Handbook,
An Evidence-Based Guide to Planing Care. 11 Ed. St, Louis: Elsevier

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international Nursing


Diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.

Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical
Nursing. Mosby: ELSIVER

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


(SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonsiae

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), 
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


(SIKI),  Edisi 1 Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia,

Anda mungkin juga menyukai