Pengkajian fungsi fisik dalam perawatan suportif dan perawatan paliatif untuk
mengetahui kondisi dan status fungional memungkinkan adanya hubungan dengan
kondisi seperti nyeri berat yang tiba-tiba, delirium, dispnea dengan usaha yang
minimal, kerusakan syaraf dan bersifat ireversibel. Olehnya itu pengkajian fungsi
fisik harus diintegrasikan dengan pemahaman mengenai status penyakit utama,
pengontrolan gejala dan keluhan, dan distress psikososial. Pengkajian terkain
gejala spesifik nyeri, dispnea, fatik dan delirium akan di jelaskan pada bagian
berikut.
PENGKAJIAN NYERI
• kuesioner nyeri metode SOCRATES dapat digunakan untuk mengungkap riwayat
nyeri pasien paliatif.
• Site Of Pain: di daerah mana nyeri dirasakan? Apakah ada nyeri otot atau sendi.
• Onset: kapan nyeri terjadi, bagaimanan nyeri tersebut, kondisi apa yang dapat memicu
munculnya nyeri, apakah nyerinya berubah dalam kurun waktu selama kejadian.
• Carakter: bagimana tipe nyeri dirasakan, apakah seperti rasa tertusuk, teriris, gatal,
panas, terbakar, tertekan. Bagaimana pola nyerinya, apakah nyeri terjadi secara terus
menerus atau hilang timbul.
• Timeing atau Pattern: apakah nyeri semakin parah pada waktu-waktu tertentu,
apakah nyeri terjadi saat melakukan aktifitas seperti bergerak atau buang air kecil.
• Exsacerbating and Rreliefing Faktors: apa saja yang membuat nyeri semakin
memburuk atau nyeri menjadi lebih berkurang.
• Severiti: apakah derajat atau sekala nyeri mengalami perubahan selama kurun
waktu kejadian.
Beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk menkaji nyeri pasien paliatif,
yang mana instrumen tersebut juga mencakup bagaimana seorang perawat dapat
mengalih informasi dengan mengajukan beberapa pertanyaan.
Tidak Nyeri
Nyeri Sanga
t
hebat
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
B. The Visual Analog Scale (VAS)
Pasien akan ditanya mengenai perasaan nyeri yang di alaminya pada suatu garis
lurus dengan panjang sekitar 10cm, dari tidak ada nyeri hingga pada sisi ujung
lainnya berupa nyeri sangat hebat.
Tidak nyeri, Nyeri sangat hebat
C. The Vebral Reting Score(VRS)
Pasien akan ditanya untuk menetapkan tingkat atau level nyeri yang di
alaminnya dengan mengunakan daftar kata-kata yang mengambarkan adanya
peningkatan intensitas nyeri.
0 Tidak nyeri
1 Nyeri ringan
2 Nyeri sedang
3 Nyeri berat
C. Body Chart
Body chart juga dapat digunakan untuk
mengkaji nyeri. Penggunaan body chart
memberikan kesempatan pada pasien untuk
menetapkan dan menunjukkan tempat
kejadian nyeri yang dialaminya.
Denyut nadi per menit < 90 kali per 90-109 kali per ≥ 110 kali per
menit menit menit
Frekuensi perna pasan per ≤ 18 kali per 19-30 kali per menit >30 kali per menit
menit menit
Restlessness pergerakan Kadang-kadang, Melakukan
yang tidak bermakna atau Tidak melakukan gerakan yang lebih
tujuan pergerakan yang sering
yang minim
Pola pernapasan Tampak ada
paradoks; perut bergerak Tidak - pergerakan perut
Penggunaan otot otot bantu
pernapasan: Klavikula tertarik keatas
saat inspirasi. Suara seperti Tidak Sedikit terangkat Nampak jelas
mendengkur di akhir ekspirasi terangkat
Total
PETUNJUK PENGGUNAAN INSTRUMENT RDOS YAITUS:
• RDOS tidak dapat digunakan pada pasien yang mampu melaporkan kondisi dispneanya.
• RDOS tidak dapat digunakan bila pasien mengalami paralisis atau pasien yang
mendapatkan obat agen penghambat neuromuscular
• Hitung frekuensi denyut nadi dan pernapasan dalam satu menit, bila perlu lakukan secara
auskultasi.
• Suara mendengkur kemungkinannya dapat pula didengar melalui auskultasi pada pasien
yang dilakukan intubasi. Perhatikan ekspresi wajah ketakutan seperti berikut.
Dispnea, serupa dengan nyeri, dimana hanya dapat dirasakarn oleh pasien. Pengkajian
yang adekuat haruslah berdasarka pada laporan pasien terhadap kondisi dispnea yang
dialaminya (Booth, Burkin, Moffat & Spathis, 2014). Selama pengkajian, perawat harus
memberikan kesempatan yang cukup pada pasien untuk menceritakan mengenai perasaannya
terkait dispnea yang dialaminya. Hal tersebut selain untuk menggali informasi lebih detail
juga dapat bernilai terapi terhadap pasien itu sendiri. Selain itu, perlu juga diperhatikan saat
pasien menceritakan kondisi dispneanya, karena beberapa pasien justru merasakan kondisi
pernapasannya semakin memburuk disaat menyampaikan tentang dispnea yang dialaminya
(Booth, Burkin, Moffat & Spathis, 2014).
Cardiac/Jantung
- Akut Penyakit jantung koroner
- Kronis Heart failure, aritmia seperti atrial fibrilasi
Anemia
Kakeksia
PENGKAJIAN FATIK
Pengkajian fatik dengan memperhatikan aspek atau dimensi fisik,
kognitif dan spirit merupakan hal yang sangat dasar (Paice, 2014).
• Gejala fatik yang dirasakan hampir setiap hari dalam kurun 2 minggu terakhir.
• Menyatakan akan adanya kelemahan yang bersifat umum atau tungkai terasa
berat.
Tidak Fatik
fatik berat
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hal-hal yang penting untuk diperhatikan dalam melakukan pengkajian
fatik yaitu menelusuri karakteristik fisik seperti derajat fatik yang dialami
pasien, kapan pasien mulai merasakan fatik, bagaimana durasi kejadian fatik,
bagaimana pola harian kondisi fatik, faktor-faktor apa saja yang dapat
meningkatkan atau menjadikan fatik semakin parah atau memburuk, faktor-
faktor apa saja yang dapat mengurangi dan meringankan kondisi fatik, adakah
distress yang terjadi sebagai akibat kejadian fatik, dan bagaimana dampak
fatik terhadap kehidupan keseharian pasien (Bruera, Higginison, von Gunten
& Morita, 2015).
Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan atau mempengaruhi kejadian fatik yang harus
diketahui, yaitu :
1. Faktor personal
• Usia terutama usia semakin bertambah, status perkawinan, status menopause, income dan jaminan
kesehatan.
2. Faktor psikologis
• Status mental dan emosional seperti depresi, ketakutan, kecemasan, distress, dan konflik.
• Jumlah dan kedekatan atau keterkaitan dengan para pendamping, penjaga orang sakit.
• Stadium atau perkembangan penyakit, penyakit penyerta, anemia, nyeri, dipsnea, kontinensia,
pola tidur dan hal yang menghambat tidur.
• Perubahan status nutrisi seperti penurunan berat badan, kaheksia, dan ketidakseimbangan
elektrolit.
• Berbagai efek yang berhubungan dengan pengobatan seperti pembedahan, kemoterapi, radiasi
(Reaksi kulit, perubahan tingkat energi sewaktu-waktu, perubahan pola BAB dan BAK, nyeri).
• Isu terkait pengobatan seperti efek samping obat, polifarmasi, perubahan sensasi penegcapan.
• Lebih dari 80% pasien depresi memberikan respon positif terhadap pengobatan.
• Depresi yang tidak tertangani dapat memicu oasien menarik diri dari kehidupan sosial sehingga
terjadi isolasi sosial.
• Mencegah pasien dari ketidakmampuan pasien untuk menyelesaikan urusan atau kegiatannya.
• Depresi yang tidak tertangani juga dapat mempengaruhi hejala yang lainnya baik fisik maupun
psikis.
• Gejala yang dialami pasien dapat menjadi lebih buruk dibandingkan dengan kondisi penyakit pasien
itu sendiri
The HADS instrument sangat sensitive terhadap adanya perubahan pada pasien baik
yang akibat dari proses penyakit itu sendiri maupun sebagai respon dari intervensi medis
maupun intervensi psikologis.
Instrument The HADS terdiri dari 2 kategori skala dengan total 14 item pertanyaan yang
mana masing-masing kategori yaitu kecemasan 7 item dan depresi 7 item. Setiap item
pertanyaan terdiri dari 4 poin skala penilaian yang mana skala tersebut untuk menentukan
derajan distress yang dialami oleh pasien pada minggu terakhir (Yenurajalingam &
Bruera,2016).
Selain The HADS, Distress Termometer juga dapat digunakan untuk
menilai tingkat distress pasien. Distress Thermometer merupakan instrument
yang menggunakan skala visual analog, sehingga penggunanya menjadi
lebih mudah terutama pada pasien paliatif (Zappetella,2012).